Anda di halaman 1dari 14

STUDENT PROJECT FALSAFAH KEPERAWATAN

ANALISIS ARTIKEL JURNAL

Disusun oleh:

1. Ida Ayu Pradnyandari (1702521014)


2. Ni Luh Made Citraning H.P. (1702521027)
3. Gusti Ayu Sabila P. (1702521059)
4. Kadek Lia Ari Pramadewi (1702521062)
5. Sisilia Sipangkar (1702521063)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2017

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1

BAB I. PENDAHULUAN 2

0
1.1. Teori Orem 2
BAB II. RINGKASAN JURNAL UTAMA 6

BAB III. PEMBAHASAN 9

BAB IV. PENUTUP 12

4.1. Kesimpulan 12
BAB V. DAFTAR PUSTAKA 13

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Teori Orem

Teori Orem membahas mengenai kemampuan seseorang untuk merawat diri


sendiri sehingga tercapai kemandirian untuk mempertahankan kesehatan. Orem
dalam teori sistem keperawatannya menggaris bawahi tentang bagaimana

1
kebutuhan self-care klien dapat dipenuhi oleh perawat, klien atau kedua-duanya.
Orem (2001) menyatakan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan untuk memberi perawatan langsung kepada
orang-orang yang benar-benar memiliki kebutuhan perawatan langsung akibat
ganguan kesehatan atau secara alamiah mereka yang membutuhkan perawatan
kesehatan. Apabila terdapat self-care deficit yaitu defisit antara apa yang bisa di
lakukan dan apa yang perlu di lakukan untuk mempertahankan fungsi optimum
disinilah keperawatan diperlukan. Teori self-care berprinsip pada usaha menolong
atau membantu pasien individu yang tidak mampu untuk terlibat dalam tindakan
self-care yang memerlukan kemandirian dan ambulansi yang terkontrol serta
penatalaksanaan medis untuk menahan diri dari aktivitas-aktivitas, perawat dan
klien melakukan tindakan care baik maupun perawat mempunyai peran yang
besar dalam pelaksanaan tindakan perawatan untuk melakukan tindakan selt-care
terapeutik yang diperlukan berorientasi secara eksternal atau internal tapi tidak
dapat melakukannya tanpa bantuan.
Teori Orem merupakan teori umum yang terdiri dari empat teori yg terkait
yaitu sebagai berikut :
1. Teori perawatan diri, dimana teori ini menjelaskan mengenai bagaimana cara
melakukan perawatan diri
2. Teori ketergantungan perawatan, dimana teori ini menjelaskan mengenai
bagaimana membantu memberikan perawatan diri
3. Teori defisit perawatan diri, dimana teori ini menjelaskan mengenai mengapa
orang dibantu melakukan perawatan
4. Teori sistem keperawatan, dimana teori ini menjelaskan mengenai hubungan
untuk menghasilkan keperawatan.

Adapun syarat perawatan diri terdiri dari dua elemen yaitu faktor yang akan
dikendalikan atau dikelola untuk menjaga sebuah aspek atau aspek-aspek dari
fungsi pengembangan manusia dalam norma-norma kehidupan dan kesehatan dan
sifat tindakan yang diperlukan. Kemudian adapun syarat perawatan diri secara
universal yaitu sebagai berikut :

1. Pemeliharaan asupan udara yang cukup


2. Pemeliharaan asupan makanan yang cukup
3. Pemeliharaan asupan air yang cukup
4. Penyediaan perawatan yang terkait dengan proses eliminasi dan kotoran
5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas istirahat

2
6. Pencegahan bahaya bagi kehidupan
7. Fungsi dan kesejahteraan manusia
8. Promosi fungsi dan perkembangan manusia dalam kelompok-kelompok
sosial

Lima presmis yang mendasari teori umum keperawatan, manusia


membutuhkan masukan yang terus menerus dan disengaja, agen manusia yaitu
kekuatan untuk bertindak sengaja dilaksanakan dalam bentuk perawatan diri dan
orang lain, manusia dewasa mengalami keterbatsan dalam perawatan diri, agen
manusia diuji utk menemukan, mengembangkan dan mentransmisikan cara
perawatan diri, grup manusia dengan hubungan yang terstruktur mengelompokkan
tugas dan mengalokasikan tanggung jawab untuk memberikan perawatan.

Orem mengembangkan teori Self Care Deficit meliputi 3 teori yang berkaitan
yaitu :

1. Teori Self Care


Self care merupakan praktik kegiatan individu untuk membentuk perilaku
mereka dalam memelihara kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Jika self
care dibentuk secara efektif maka hal tersebut akan membantu membentuk
integritas struktur dan fungsi manusia dan erat kaitannya dengan
perkembangan manusia.
Self care agency adalah kemampuan atau kekuatan manusia untuk
melakukan self care. Kemampuan individu untuk melakukan self
caredipengaruhi oleh basic conditioning factors seperti; umur, jenis kelamin,
status perkembangan, status kesehatan, orientasi sosial budaya, sistem
perawatan kesehatan (diagnostik, penatalaksanaan modalitas), sistem
keluarga, pola kehidupan, lingkungan serta ketersediaan sumber.
Kebutuhan self care therapeutik (Therapeutic self care demand)
merupakan totalitas dari tindakan self care yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan self care dengan menggunakan metode yang valid yang
berhubungan dengan tindakan yang akan dilakukan. Konsep lain yang
berhubungan dengan teori self care adalah self care requisite dimana Orem
mengidentifikasikan tiga katagori self care requisite yaitu sebagai berikut:

3
a) Universal meliputi; udara, air, makanan, eliminasi, aktifitas dan istirahat,
solitude dan interaksi sosial, pencegahan kerusakan hidup, kesejahteraan
dan peningkatan fungsi manusia.
b) Developmental, dimana lebih khusus dari universal dihubungkan dengan
kondisi yang meningkatkan proses pengembangan siklus kehidupan
seperti; pekerjaan baru, perubahan struktur tubuh dan kehilangan rambut.
c) Perubahan kesehatan (Health Deviation) berhubungan dengan akibat
terjadinya perubahan struktur normal dan kerusakan integritas individu
untuk melakukan self care akibat suatu penyakit.
2. Teori Self Care Deficit
Teori self care deficit merupakan hal utama dari teori general
keperawatan menurut Orem. Dalam teori ini keperawatan diberikan jika
seorang dewasa (atau pada kasus ketergantungan) tidak mampu atau terbatas
dalam melakukan self care secara efektif. Keperawatan diberikan jika
kemampuan merawat berkurang atau tidak dapat terpenuhi atau adanya
ketergantungan. Orem mengidentifikasi lima metode yang dapat digunakan
dalam membantu self care, yaitu sebagai berikut:
a) Tindakan untuk atau lakukan untuk orang lain.
b) Memberikan petunjuk dan pengarahan.
c) Memberikan dukungan fisik dan psychologis.
d) Memberikan dan memelihara lingkungan yang mendukung
pengembangan personal.
e) Pendidikan
Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan beberapa atau
semua metode tersebut dalam memenuhi self care. Orem menggambarkan
hubungan diantara konsep yang telah dikemukakannya.
3. Teori Nursing System
Nursing system didesain oleh perawat yang didasarkan pada kebutuhan
self care dan kemampuan pasien melakukan self care. Jika ada self care
defisit, self care agency dan kebutuhan self care therapeutik maka
keperawatan akan diberikan. Nursing agency adalah suatu properti atau
atribut yang lengkap diberikan untuk orang-orang yang telah didik dan dilatih
sebagai perawat yang dapat melakukan, mengetahui dan membantu orang lain
untuk menemukan kebutuhan self care terapeutik mereka, melalui pelatihan
dan pengembangan self care agency.

4
Hasil akhir tindakan keperawatan menurut Orem adalah adanya peran
perawat sebagai pendidik atau konsultan dalam meningkatkan kemampuan
klien sehingga di harapkan kemandirian pasien berangsur-angsur dapat
terwujud.

BAB II
RINGKASAN JURNAL UTAMA

Assessment of the Relationship between Spiritual and Social Health andthe Self-Care
Ability of Elderly People Referred to Community Healt Centers

Promosi kemampuan perawatan diri di kalangan lansia merupakan sarana penting


untuk membantu memelihara dan memperbaiki kesehatan mereka. Namun, peran
spiritual dan kesehatan sosial belumlah demikian dipertimbangkan secara rinci dalam
konteks kemampuan perawatan diri di kalangan lansia. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menilai hubungan antara kesehatan spiritual dan sosial dan kemampuan
perawatan diri lansia yang merujuk pada pusat kesehatan masyarakat di Isfahan

Menurut World Health Organization(WHO) statistik, jumlah lansia di seluruh


penjuru dunia akan meningkat pada tahun 2030 satu dari lima orang di dunia akan
menjadi tua. Sebagai salah satu negara berkembang, Iran tidak terkecuali. Menurut

5
sensus pada tahun 2012, populasi lansia diperkirakan 8,42% dari total populasi.
Semakin meningkat populasi lansia, jumlah lansia yang membutuhkan pelayanan medis
akan terus meningkat.

Saat ini, salah satu metode penting untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan
mengatasi tantangan yang ada adalah memperkuat lansia dalam perawatan diri.

Perawatan diri mengacu pada aktivitas yang dilakukan lansia yang terlibat dalam
promosi kesehatan, mencegah penyakit, membatasi penyakit, dan menjaga status
kesehatan mereka. Prinsip penting dalam perawatan diri dimana pasien berpartisipasi
dan bertanggung jawab dalam hal tersebut dimana banyak penyakit dan faktor yang
terkasit dapat dikontrol dengan benar mengikuti perilaku yang relevan. Keterampilan
mempromosikan perawatan diri memainkan peran penting dalam mencegah, merawat,
dan merehabilitasi penyakit dan juga dalam meningkatkan kualitas hidup lansia.

Berbagai temuan menunjukkan bahwa meski memiliki cukup pengetahuan tentang


pentingnya perawatan diri, cara mencapainya terutama pada lansia merupakan tantangan
yang dapat dikatakan serius. Demikian, beberapa peneliti telah mempelajari faktor
penentu perawatan diri atau yang terkait di antara berbagai kelompok pasien. Misalnya,
hasil penelitian yang dilakukan oleh Soderhamn menunjukkan bahwa menerima
bantuan dari orang lain, lansia, dan adanya perasaan tidak mampu merupakan faktor
yang dapat memprediksi rendahnya perawatan diri.

Kesejahteraan spiritual dianggap sebagai salah satu dimensi penting bagi kesehatan
manusia yang harmonis dan terdapat hubungan antar kekuatan internal. Kesejahteraan
spiritual mencakup dua lanskap yaitu; pemandangan religius kesejahteraan, yang
berfokus pada bagaimana orang memahami kesehatan dalam kehidupan spiritual
mereka ketika mereka terhubung dengan kekuatan yang lebih tinggi; dan lanskap
kesejahteraan eksistensial, yang berfokus pada kecemasan sosial dan psikologis
masyarakat.

Beberapa Ilmuan telah menunjukkan bahwa spiritualitas memiliki hubungan yang


erat dengan kesehatan seseorang, sehingga agama dan spiritualitas itu dianggap sebagai
sumber penting untuk beradaptasi dengan kehidupan yang penuh tekanan. Studi dalam
dekade ini mengungkapkan perhatian terhadap kekuatan spiritual sebagai kebutuhan

6
yang memberi kedamaian pada lansia. Namun, hubungan antara kesehatan spiritual dan
kapasitas perawatan diri, terutama di kalangan lansia belum mendapat perhatian yang
cukup.

Kesehatan sosial adalah salah satu dimensi kesehatan manusia yang signifikan
lainnya, dimana telah terbukti memiliki korelasi positif dengan perilaku kesehatan dan
kesehatan dalam dimensi yang berbeda. Studi yang dilakukan oleh Sayfzadeh dkk.
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia dan kesehatan sosial,
sehingga bertambahnya usia dikaitkan dengan penurunan kesehatan sosial. Juga,
penelitian dilakukan oleh Khalili et al. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan dan
pendapatan para lansia berbanding terbalik dengan kesehatan sosial mereka. Dengan
demikian kesehatan sosial dapat menjadi salah satu faktor yang memprediksikan
kapasitas perawatan diri di kalangan lansia.

Dalam penelitian ini, sampling dilakukan dengan beberapa langkah sehingga dari
46 pusat kesehatan sosial berada di Isfahan, dua pusat utama direkrut. Kemudian lansia
diundang ke pusat untuk mengisi kuesioner yang memuat 20 pertanyaan dan dari 17
pertanyaan dalam 20 pertanyaan tersebut untuk mengevaluasi kapasitas self-care. Itu
dilakukan selama dua bulan dari bulan Maret sampai Juni 2016. Hasilnya menunjukkan
bahwa variabel kesejahteraan religius dan variabel kesehatan sosial secara signifikan
memprediksi kapasitas self-care diantara para lansia. Meskipun beberapa penelitian
telah dilakukan dalam menentukan peran kesejahteraan spiritual dalam kapasitas
perawatan diri di kalangan lansia, beberapa penelitian sebelumnya yang meneliti
koneksi kesejahteraan sosial dan spiritual dengan berbagai variabel relevan dengan
perilaku sehat dan kapasitas perawatan diri antara lansia telah menekankan pentingnya
dan peran spiritual kesejahteraan.

Penemuan ini menekankan pentingnya melakukan tindakan spiritual dan sosial


dalam kapasitas perawatan diri dari lansia, Salah dan Ashia mengemukakan hasil studi
mereka dimana spiritualitas dan perawatan spiritual pada lansia memiliki peran yang
penting terutama di tahun-tahun terakhir kehidupan mereka. Perawatan dengan senang
hati meluangkan waktu untuk mendengarkan keluh kesah para lansia, bersikap baik hati,
hormat dan agama sangat berpengaruh dalam mempromosikan perawatan rohani pada
lansia. Selain itu, pada penelitian ini menekankan pada pentingnya mengembangkan

7
kepedulian terkait kesehatan sosial di kalangan lansia. Berdasarkan temuan ini, bisa
disarankan agar identifikasi dan peningkatan hubungan sosial lansia menjadi agenda
perencanaan untuk peduli lansia. Namun, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan
termasuk batas spektrum kecil dari variabel yang relevan, dan hanya dilakukan pada
masyarakat dalam porsi terbatas.

Hasil penelitian ini menekankan pada hubungan positif kesehatan agama dan sosial
dengan perawatan diri di kalangan lansia. Menurut hasil penelitian ini, memberikan
ruang untuk mengembangkan perilaku spiritual (terutama religius perilaku) dan juga
perluasan sosial lansia dan spiritual yang saling berhubungan karena dapat memperbaiki
perawatan diri lansia.

BAB III

PEMBAHASAN

Teori Orem seperti dijelaskan pada pendahuluan berfokus pada kemampuan


seseorang untuk merawat dirinya sendiri agar dapat tercapai kemandirian unruk
mempertahankan kesehatannya. Orem dalam teori sistem keperawatan menggaris
bawahi tentang bagaimana kebutuhan self-care klien. Dalam jurnal yang kami ambil
yang berjudul “Assessment of the Relationship between Spiritual and Social Health and
the Self- Care Ability of Elderly People Referred to Community HealthCenters” yang
menerangkan mengenai hubungan kesehantan spiritual dan sosial lanjut usia dan
kemampuan mereka untuk perawatan diri. Perawatan diri mengacu pada praktik
kegiatan individu untuk membentuk prilaku mereka dalam memelihara kesehatan,
mencegah penyakit, dan menjaga status kesehatan mereka. Namun, temuan
menunjukkan bahwa meski memiliki cukup pengetahuan tentang perawatan diri dalam
cara pencapaiannya trutama pada lansia merupakan hal yang sulit.

8
Manusia merupakan sesuatu yang utuh yaitu terdiri dari, biologis yang berbeda,
aspek psikologis, sosial, dan manusia, dan kesehatan juga termasuk dalam kondisi ini.
Semua prilaku dan kemampuan adalah kinerja dan interaks idari keempat dimensi
tersebut. Walaupun menentukan peran dimensi fisik dan psiologi dalam prilaku
perawatan dirilah dievaluasi dan didukung beberapa studi, peran sosial dan spiritual
dimensi yang belum dianggap serius. Seperti yang kita ketahui kesejahteraan spiritual
dianggap sebagai salah satu dimensi penting kesehatan di Indonesia karena Indonesia
terdiri dari agama yang beragam untuk mencapai hubugan harmonis dan terpadu antar
kekuatan internal. Kesejahteraan spiritual mencakup dua lanskap yaitu, pemandangan
religius kesejahteraan, yang berfokus pada bagaimana orang memahami kesehatan
dalam kehidupan spiritual mereka ketika mereka terhubung dengan kekuatan yang lebih
tinggi dan lanskap kesejahteraan eksistensial, yang berfokus pada kecemasan sosial dan
psikologi masyarakat. Para ilmuwan menunjukkan bahwa spiritual memilki hubungan
yang erat dengan kesehatan. Namun, spiritual dalam kapasitas perawatan diri, terutama
dikalangan lanjut usia belum mendapat perhatian yang khusus. Selain itu, studi yang
dilakukan oleh Sayfzadeh dkk. Menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara kesehatan dan sosial, sehingga dengan penurunan usia sering dikaitkan dengan
penurunan kesehatan sosial. Terlihat bahwa kesehatan sosial dapat menjadi salah satu
faktor kapasitas perawatan diri di kalangan lanjut usia.

Dalam jurnal ini penelitian dilakukan dengan beberapa langkah sehingga dari 46
pusat kesehatan sosial di Indonesia dan kemudian memilih kriteria inklus idari file klien
lansia tahun sebelumnya. Lalu, para lansia di undang ke pusat untuk mengisi kuesioner.
Kuesioner dalam kapasitas perawatan diri yang mencakup 20 pertanyaan yang 17
pertanyaannya untuk mengevaluasi kapasitas self-care pada lansia tesebut. Hasil dari
penelitian tersebu tmenunjukkan bahwa model prediksi kapasitas perawatan diri pad
lansia berdasarkan dimensi mereka kesehatan spiritual dan sosial yang signifikan.

Penemuan ini menekankan pentingnya melakukan tindakan spiritual dari para


lansia yang juga telah ditekankan dalam penelitian lain dalam kapasitas perawatan diri.
Kesejahteraan sosial juga dalam hasil penelitian lain sudah ada hubungan yang
signifikan dengan kapasitas perawatan diri, yang timbul dari perasaan berharga, miliki
masyarakat dan orang yang penting dari kehidupan dan kesehatan mereka. Sesuai
dengan hasil penelitian ini, memberikan tempat untuk mengembangkan prilaku spiritual

9
(terutama perilaku religius) dan juga perluasan hubungan sosial dan spiritual lansia
karena disarankan dapat memperbaiki perawatan diri.

Selain itu, dalam jurnal lain yang kami ambil dengan judul “Spirituality Self-care
Effects on Quality of Life for Patients Diagnosed with Chronic Illness” menerangkan
bagaimana praktik perawatan diri dan spiritual khususnya perawatan diri dalam praktik
self-care dapat membantu menjaga kesehatan danmeningkatkankualitashidup (QOL)
pasien yang terdiagnosa penyakit kronis. Menurut Polzer (2007) dan Samuel-Hodge
(2000) yang dijelaskan pada jurnal ini mengatakan bahwa pada pasien terdiagnosa
penyakit kronis lebih melakukan praktik perawatan diri spiritual untuk membantu
mengatasi situasi yang mereka hadapi. Pada perawatan diri spiritual ini berfokus pada
pemenuhan kebutuhan perkembangan yang didasari oleh koneksi antara tubuh, pikiran,
dan jiwa seseorang, asuhan, latar belakang moral dan keagaaman, dan pengalaman
hidup yang berasal dari perasaan, emosi, dan keimanan.

Pada jurnal ini dijelaskan bahwa seseorang menderita penyakit gagal jantung yang
kronis dapat ditangani saat pasien melakukan praktik perawatan mandiri yang sesuai
dengan petunjuk dokter dan patuh minum obat. Seseorang penderita gagal jantung yang
menggunakan praktik perawatan mandiri yang efektif dapat mengharapkan hasil yang
lebih baik untuk kondisi kronisnya. Penggunaan dari perawatan diri spiritual dapat
menambah hubungan baik antara perawatan mandiri gagal jantung sebagai elemen
spesifik dengan skala praktik perawatan diri spiritualdan kualitas hidup. Selain itu,
penggunaan dari perawatan diri spiritual dalam konsep perawatan mandiri yaitu dapat
memajukan kualitas hidup melalui hubungan interpersonl dan intrapersonal yang
memberikan makna pada kehidupan. Contohnya perawatan diri spiritual dapat termasuk
membangun jaringan sosial atau relawan (Liu et al., 2008), mendengarkan lagu yang
menginspirasi (Stake-Nilsson et al., 2009), meditasi (Delaney, 2005), mengembangkan
rasa kedamaian dan kedamaian batin (Kreitzer et al., 2009) yoga atau Tai Chi,
menghadiri ibadah agama yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteran,
kesejahteraan spiritual, dan kesejahteraan hidup.

Penggunaan teori Orem yaitu skala praktik perawatan diri spiritual dan kualitas
hidup sebagai dasar, White (2010) mengembangkan teori mid-range spiritulitas dan
perawatan spiritual. Teori ini dapat digunakan pada teori lainnya seperti health

10
promotion dan mitigasi penyakit untuk menggabungkan spiritual dan praktik perawatan
diri spiritual yang berkaitan dengan kualitas hidup seseorang secara keseluruhan.
Penelitian ini mendukung pentingnya perawatan diri spiritual sebagai mediator dalam
hubungan antara penyimpangan kesehatan sebagai bagian dari skala praktik perawatan
diri spiritual Orem dan kualitas hidup.

BAB IV.

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Teori Orem, yaitu self care membahas kemampuan seseorang untuk merawat
diri sendiri sehingga tercapai kemandirian untuk mempertahankan kesehatan.
Dalamjurnal yang kami ambildenganberjudul “Assessment of the Relationship
between Spiritual and Social Health and the Self- Care Ability of Elderly People
Referred to Community HealthCenters” menerangkan hubungan kesehatan
spiritual dan sosial lanjut usia dan kemampuan mereka untuk perawatan diri,
penemuan pada jurnal ini menekankan pada pentingnya melakukan tindakan
spiritual dari para lansia yang juga telah ditekankan dalam penelitian lain dalam
kapasitas perawatan diri, menerangkan bagaimana praktik perawatan diri dan
spiritual khususnya perawatan diri dalam praktik self-care dapat membantu
menjaga kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup (QOL) pasien yang
terdiagnosa penyakit kronis.

11
BAB V.

DAFTAR PUSTAKA

Mohammadi M, dkk. 2017. Assessment of the Relationship between Spiritual and


Social Health and the Self-Care Ability of Elderly People Referred to Community
Health Centers. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, 22(6)
pp.471-475.

Muhlisin A, Irdawati. 2010. Teori Self Care dari Orem dan Pendekatan dalam Praktek
Keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan, 2(2) pp.97-100.

Sari I. Konsep Keperawatan Berdasarkan Teori Orem. Retrieved from


http://www.academia.edu/9007194/Konsep_Keperawatan_Berdasarkan_TEORI_
OREM. (Diakses pada 26 November 2017).

White M.L, et al. 2013. Spirituality Self-care Effect on Quality of Life for Patient
Diagnosed with Chronic Illness. Self-Care and Dependent-Care Nursing, 20(1)
pp.23-32

12
13

Anda mungkin juga menyukai