Anda di halaman 1dari 29

PENGGUNAAN STEROID PADA GERIATRI

Bistok Sihombing, Arina Vegas

Divisi Geriatri - Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP. H Adam Malik – Medan

Pendahuluan
Kemampuan respons imun pada setiap orang berbeda dan perbedaan ini diperbesar bila
mereka menjadi tua. Perhatian akan peranan gangguan sistem imun pada penyakit usia lanjut
meningkat oleh karena proses penuaan menimbulkan abnormalitas sistem imun yang memberi
kontribusi pada sebagian besar penyakit akut dan kronik pada usia lanjut. Tindakan perbaikan
sistem imun dapat menjadi pilihan tambahan pada pengobatan konvensional untuk
mengendalikan penyakit pada usia lanjut. 1
Sejak penemuan obat glukokortikoid pada tahun 1940-an, kortikosteroid menjadi salah
satu obat yang paling banyak digunakan dan efektif untuk berbagai gangguan inflamasi dan
autoimun. Obat kortikosteroid digunakan sebagai terapi pengganti di insufisiensi adrenal ( pada
dosis fisiologis ) serta untuk penatalaksanaan di berbagai bidang dermatologi, oftalmologi ,
rematologi, respirologi, hematologi. Di bagian Respirologi, kortikosteroid sistemik digunakan
untuk pengobatan eksaserbasi akut obstruktif kronik penyakit paru ( PPOK ), asma , serta untuk
penyakit inflamasi parenkim paru seperti hipersensitivitas pneumonitis. 2
Saat ini , obat glukokortikoid tersedia dalam berbagai bentuk sediaan : oral , topikal,
tetes mata, salep, inhaler dan parenteral. Obat glukokortikoid jika digunakan oleh usia lanjut
dapat menimbulkan efek samping dan komplikasi karena adanya perubahan fisiologis dan
metabolisme. 3
Meskipun efek menguntungkan dari obat glukortikoid, tetapi efek jangka panjang
sistemik penggunaan obat-obat ini dikaitkan dengan timbulnya osteoporosis dan fraktur, supresi
adrenal, hiperglikemia dan diabetes, penyakit kardiovaskular, dislipidemia, miopati, katarak,
glaukoma, perdarahan saluran cerna dan imunosupresi . 2
1
2
3
Efek samping yang terkait dengan penggunaan kortikosteroid sistemik jangka panjang2
Yang paling sering terjadi pada usia dewasa adalah osteoporosis dan fraktur, penekanan
axis hipotalamus-hipofisis-adrenal, penampilan seperti sindroma cushing, peningkatan berat
badan, hiperglikemia dan diabetes, penyakit kardiovaskular dan dislipidemia, miopati, katarak
dan glaucoma, gangguan psikiatri, imunosupresi, gangguan saluran cerna dan kelainan kulit.

Osteoporosis, Fraktur dan Osteonekrosis

Glukokortikoid dapat merangsang aktivitas osteoklastik awalnya ( 6-12 bulan pertama


terapi ), diikuti oleh penurunan pembentukan tulang dengan menekan aktivitas osteoblastik di
sumsum tulang, penurunan fungsi dan massa hidup osteoblas sehingga menyebabkan apoptosis
osteoblast dan osteosit.4,5

4
Sebuah meta – analisis lebih dari 80 penelitian pada orang dewasa menemukan bahwa
penggunaan ≥5 mg / hari prednisolon ( atau setara ) dikaitkan dengan penurunan yang signifikan
pada kepadatan mineral tulang ( BMD ) dan peningkatan risiko patah tulang dalam waktu 3
sampai 6 bulan setelah memulai pengobatan dengan steroid risiko patah tulang ini meningkat
terlepas dari usia pasien, jenis kelamin dan penyakit yang mendasari6.
Osteonekrosis terjadi pada 9-40 % dari pasien dewasa menerima terapi glukokortikoid
jangka panjang, hal itu dapat terjadi sebagai akibat terapi sistemik atau melalui suntikan intra –
artikular. 7,8 .

Supresi Adrenal
Supresi adrenal mengacu pada penurunan atau tidak memadainya produksi kortisol
yang dihasilkan dari paparan dari hipotalamus-hipofisis-adrenal aksis untuk glukokortikoid
eksogen.Durasi terapi glukokortikoid dan dosis pengobatan glikokortikoid belum dapat
dibuktikan menyebabkan terjadinya supresi adrenal. Kejadian supresi adrenal telah dibuktikan
setelah terpapar 5 hari terapi glukortikoid dosis tinggi. Penting untuk diketahui bahwa
glukokortikoid yang dihirup, topikal dan intraokular juga dapat diserap secara sistemik yang
dapat menyebabkan supresi aderenal9-12 .
Glukokortikoid kerja panjang cenderung dikaitkan dengan resiko yang lebih tinggi
menyebabkan supresi adrenal. Waktu pemberian glukokortikoid juga dapat mempengaruhi
terjadinya supresi adrenal. Pemberian obat glukokortikoid di pagi hari memiliki efek supresi
adrenal yang lebih rendah dibandingkan dengan pemberian pada sore hari. Supresi adrenal sering
terjadi pada penghentian mendadak terapi glukokortikoid.2

5
Penampilan Cushingoid dan Peningkatan Berat Badan
Terapi kortikosteroid berkepanjangan sering menyebabkan peningkatan berat badan
dan redistribusi jaringan adiposa yang menghasilkan gambaran cushing ( obesitas trunkal , wajah
moon face). Survei dari 2167 pengguna glukokortikoid jangka panjang ( berarti prednisone
setara Dosis = 16 ± 14 mg / hari selama ≥60 hari ) ditemukan efek samping berupa peningkatan
berat badan sebanyak 70%.13 Sebuah analisis empat percobaan prospektif penggunaan
glukokortikoid pada pasien dengan rheumatoid arthritis ditemukan peningkatan berat badan 4-8
% dengan menggunakan 5-10 mg / hari prednisone atau setara untuk > 2 tahun14.Gambaran
cushing bisa terjadi dalam dua bulan pertama terapi glukokortikoid dan risiko komplikasi ini
tergantung pada dosis dan durasi pengobatan.15

6
Hiperglikemia dan Diabetes
Penggunaan kortikosteroid eksogen berhubungan dengan hiperglikemia dan terapi
kortikosteroid dosis tinggi meningkatkan resistensi insulin pada pasien yang sebelumnya sudah
menderita diabetes atau yang tanpa diabetes. Efek pemberian glukortikoid pada glukosa telah
diamati dalam beberapa jam setelah pemberian steroid dan efek tersebut muncul tergantung dosis
yang diberikan. Sebuah studi berbasis populasi lebih dari 11.000 pasien menemukan bahwa
risiko hiperglikemia meningkat searah dengan meningkatnya dosis steroid sehari-hari.16,17

Katarak dan Glaukoma


Resiko terjadinya katarak dan glaukoma meningkat pada pasien yang menggunakan
glukortikoid dan risiko ini tampaknya berhubungan dengan dosis glukortikoid. Penggunaan
glukokortikoid biasanya terkait dengan perkembangan katarak posterior subkapsular ( PSCC ) 2,3
PSCC cenderung lebih signifikan mengganggu penglihatan oleh karena itu biasanya
membutuhkan bedah intervensi. Ada variasi antar - individu dalam kerentanan terhadap PSCC
dan kejadian bervariasi per individu . Waktu sampai onset setidaknya 1 tahun dengan dosis ≥10
mg / hari oral prednisone ( atau setara ) . Meskipun PSCC sering terlihat pada pasien yang
diobati secara sistemik , atau bahkan kadang-kadang pada mereka yang menerima kortikosteroid
inhalasi ( ICSs ).2,3 PSCC juga sering disebabkan sekunder untuk pengobatan lokal ( Misalnya,
tetes mata topikal dan pemberian periocular atau intravitreal).
Glaukoma adalah komplikasi okular yang lebih serius dari terapi glukortikoid.
Kortikosteroid sistemik tanpa rasa sakit dapat meningkatkan tekanan intraokular , menyebabkan
hilangnya lapangan visual, dan atrofi saraf optik . Setelah terapi sistemik glukortikoid dihentikan
peningkatan tekanan intraokular sering reda dalam beberapa minggu tetapi kerusakan yang saraf
optik sering permanen.2,3
Semua pasien yang menggunakan steroid sistemik beresiko untuk terjadinya
peningkatan tekanan intraokular dan glaukoma, kelompok tertentu tampaknya memiliki risiko
lebih tinggi . Hipertensi okular dan defek lapang pandang glaukoma telah dilaporkan pada pasien
yang menggunakan steroid sistemik dengan riwayat pribadi atau keluarga menderita sudut
glaukoma terbuka, diabetes melitus, miopia tinggi atau penyakit jaringan ikat ( khususnya
rheumatoid arthritis )2. Untuk mengurangi risiko steroid menginduksi glaukoma , penting untuk
melakukan penapisan faktor resiko pasien. Semua pasien yang memerlukan terapi glukokortikoid
7
jangka panjang sistemik dengan faktor resiko untuk terjadinya glaukoma harus dirujuk ke
dokter mata untuk penilaian mata yang komprehensif.2
Central serous chorioretinopathy (CSCR) juga berhubungan dengan penggunaan
glukokortikoid sistemik. Jenis chorioretinopathy adalah terkait dengan pembentukan cairan
subretinal di wilayah makula yang menyebabkan pemisahan retina dari fotoreseptor yang
mendasarinya . Ini bermanifestasi sebagai blur visual yang mengurangi ketajaman visual .
Karena itu, terapi glukokortikoid harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan Central
serous chorioretinopathy 18.

Efek Samping Pada Kulit


Kortikosteroid menyebabkan perubahan atrofi pada kulit yang dapat menyebabkan
penipisan kulit dan kerapuhan, purpura dan striae merah. Penipisan kulit dan purpura biasanya
reversibel setelah penghentian terapi tapi striae adalah permanen. Purpura umumnya
mempengaruhi daerah yang terkena sinar matahari seperti punggung tangan dan lengan , serta
sisi leher, wajah dan kaki bagian bawah. Striae merah umumnya muncul di paha , bokong, bahu
dan perut . Menghambat terjadinya penyembuhan luka adalah efek samping dari penggunaan
glukokortikoid sistemik . Kortikosteroid mengganggu penyembuhan luka alami dengan
menghambat infiltrasi leukosit dan makrofag, mengurangi sintesis kolagen dan mengurangi
keratinosit setelah adanya trauma pada kulit.19,20

Efek Gastrointestinal
Terapi glukokortikoid berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya gastritis,
ulkus di lambung dengan perforasi dan perdarahan, dispepsia, distensi abdomen dan ulserasi
esofagus. Bukti terbaru menunjukkan bahwa terjadinya tukak peptikum karena kortikosteroid
saja rendah, namun meningkat secara signifikan ketika digunakan dalam kombinasi dengan obat
non - steroid anti – inflamasi ( NSAIDS ). Satu meta - analisis menemukan hampir empat kali
lipat peningkatan risiko kejadian gastrointestinal antara pengguna glukokortikoid yang juga
mengambil OAINS vs mereka yang tidak menggunakan NSAID. Messer et al juga menemukan
terjadi empat kali lipat peningkatan terjadinya resiko gastrointestinal dengan NSAID bersamaan
dengan penggunaan glukokortikoid.21

8
Penyakit Kardiovaskular dan Dislipidemia
Penggunaan glukokortikoid dikaitkan dengan risiko CVD yang lebih tinggi, termasuk
hipertensi, hiperglikemia dan obesitas . Sebuah studi berbasis populasi membandingkan 68.781
pengguna glukortikoid dan 82.202 non – pengguna menemukan tingkat kejadian kardiovaskular
secara signifikan lebih tinggi pada pasien diresepkan dosis glukokortikoid tinggi ( ≥7.5 mg / hari
prednisone atau setara ) vs mereka yang tidak menerima glukokortikoid, risiko kardiovaskular
tidak meningkat pada pasien yang menggunakan < 7,5 mg prednison harian risiko kardiovaskular
ditemukan menjadi lebih besar dengan dosis glukokortikoid yang lebih tinggi22,23

Miopati
Kortikosteroid memiliki efek katabolik langsung pada tulang otot yang dapat
menyebabkan pengurangan sintesis protein otot dan katabolisme protein pada akhirnya terjadi
kelemahan otot. Miopati umumnya berkembang selama beberapa minggu sampai bulan
penggunaan terapi glukokortikoid . Pasien biasanya mengeluhkan kelemahan otot proksimal dan
atrofi otot di kedua ekstremitas atas dan bawah, mialgia.24
Meskipun ada beberapa variasi dalam dosis dan lamanya pengobatan glukokortikoid sebelum
terjadinya miopati, miopati biasanya lebih sering terjadi pada pasien yang diobati dengan ≥ 10
mg / hari prednisone atau setara. Semakin tinggi dosis glukokortikoid yang diberikan maka
semakin cepat terjadinya kelemahan otot24
Tidak ada tes diagnostik definitif untuk glukokortikoid - menginduksi miopati. Gejala
umumnya membaik dalam waktu 3 sampai 4 minggu setelah pengurangan dosis dan biasanya
menghilang setelah penghentian terapi glukokortikoid24.

Gangguan Kejiwaan dan Kognitif


Penggunaan glukokortikoid dapat menyebabkan berbagai gangguan kejiwaan dan
kognitif, termasuk gangguan memori, agitasi, kecemasan, ketakutan, hypomania, insomnia,
iritabilitas , letargi, suasana hati labil, dan bahkan psikosis . Efek samping ini dapat muncul 1
minggu setelah memulai terapi kortikosteroid dan tergantung pada dosis dan durasi terapi .
Riwayat keluarga depresi atau alkoholisme juga telah dilaporkan sebagai faktor risiko untuk
pengembangan gangguan afektif yang berhubungan dengan glukokortikoid. Individu yang

9
mendapat terapi singkat glukokortikoid paling sering didapatkan euforia , sedangkan pada terapi
jangka panjang cenderung menggambarkan gejala depresi. Terapi glukokortikoid juga dapat
dikaitkan dengan gangguan tidur dan mimpi menyenangkan. Resiko ini dapat menurun dengan
memodifikasi waktu pemberian glukokortikoid (misalnya, dosis tunggal pagi). Penurunan
memori juga ditemukan dengan pemberian terapi glukokortikoid, efek ini muncul tergantung
dosis dan sering terjadi selama beberapa minggu pertama terapi. Hilangnya sebagian memori
telah dilaporkan pada pasien yang diobati dengan dosis prednisone 5 sampai 40 mg / hari selama
minimal 1 tahun. Pasien yang lebih tua lebih rentan terhadap gangguan memori.
Glukokortikoid- menginduksi psikosis biasanya hanya terjadi dengan penggunaan dosis tinggi (
> 20 mg prednisone atau setara ) untuk waktu yang lama. Untuk pasien dengan gejala psikosis,
terapi antipsikotik mungkin diperlukan. Kebanyakan pasien dengan reaksi kejiwaan akibat
kortikosteroid biasanya pulih dari gejala-gejala ini dengan pengurangan dosis atau penghentian
terapi.25-28

Imunosupresi
Mekanisme kortikosteroid yang menghambat sistem kekebalan tubuh dan menurunkan
reaksi peradangan dapat mempengaruhi pasien infeksi. Selain dosis glukokortikoid, faktor-faktor
lain yang mempengaruhi risiko infeksi meliputi: penyakit yang mendasarinya, pasien usia,
penggunaan bersama imunosupresif atau terapi biologis. Pasien menggunakan glukokortikoid
sangat rentan untuk infeksi jamur dan infeksi virus. Pasien usia tua dan orang-orang dengan
status fungsional yang lebih rendah juga lebih tinggi risiko infeksi dengan penggunaan steroid.
Menentukan adanya infeksi pada pasien yang memakai glukokortikoid seringkali sulit.
Pengguna glukokortikoid mungkin tidak menampakkan tanda-tanda dan gejala infeksi yang
jelas, karena inhibisi pelepasan sitokin inflamasi dan respon demam.29

10
Rekomendasi Praktis Untuk Pemantauan Pencegahan Dan Pengelolaan Sistemik Efek
Samping Kortikosteroid
Penilaian dan Pemantauan
Sebelum memulai terapi kortikosteroid sistemik jangka panjang, harus diperhatikan
faktor resiko dan dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk menilai kondisi yang sudah ada
yang berpotensi diperburuk oleh terapi glukokortikoid, seperti diabetes, dislipidemia, CVD,
gangguan gastrointestinal, gangguan afektif, dan osteoporosis. Pemeriksaan dasar seperti berat
badan, tinggi badan, BMD dan tekanan darah harus diperoleh, bersama dengan penilaian
laboratorium yang termasuk hitung darah lengkap, glukosa darah, dan profil lipid.
Gejala dan / atau paparan infeksi serius juga harus dinilai sebagai kontraindikasi
pemberian kortikosteroid pada pasien dengan infeksi sistemik yang tidak diobati . Pasien tanpa
riwayat cacar air disarankan untuk menghindari kontak dekat dengan orang yang memiliki cacar

11
air atau herpes zoster. Penggunaan obat lainnya juga harus dinilai sebelum memulai terapi untuk
mengetahui ada tidaknya interaksi glukokortikoid dengan beberapa jenis obat30,31.

12
13
BMD Dan Resiko Fraktur Pada Orang Dewasa
Di rekomendasikan dilakukan pengukuran tinggi badan tahunan dan mempertanyakan
kejadian fraktur pada orang dewasa yang menerima terapi glukokortikoid . Penilaian BMD pada
sebelum dan setelah 1 tahun terapi glukokortikoid pada orang dewasa yang mendapat terapi
prednison ≥5 mg / hari ( atau setara ) selama lebih dari 3 bulan sangat dianjurkan. Jika BMD
stabil pada 1 tahun follow -up dan fraktur risiko rendah, maka penilaian BMD selanjutnya dapat
dilakukan setiap 2-3 tahun.32
Namun, jika kepadatan tulang menurun pada awal 1 tahun follow-up, baik BMD dan
resiko fraktur harus dinilai setiap tahun. Pedoman WHO saat ini merekomendasikan
menggunakan Fracture Risk Tool ( FRAX ) untuk memperkirakan resiko fraktur dan untuk
menentukan pasien harus memulai terapi farmakologis untuk pencegahan fraktur. Penting untuk
dicatat bahwa FRAX tidak membedakan antara penggunaan dosis glukokortikoid di masa lalu
atau saat ini. Para ahli merekomendasikan menyesuaikan risiko FRAX menurut dosis
glukokortikoid. Untuk dosis tinggi ( ≥7.5 mg / hari prednisolon atau setara ) , risiko patah tulang
pinggul 10 tahun meningkat ~ 20 % dan resiko fraktur osteoporosis ~ 15 % , tergantung pada
usia . Untuk dosis sedang ( 2,5-7,5 mg per hari ) , nilai FRAX tidak disesuaikan, dan untuk dosis
rendah ( < 2.5 mg sehari prednisolon atau setara ) , kemungkinan fraktur menurun sekitar 20 % ,
tergantung pada usia . 32
Foto rontgen lateral tulang belakang dianjurkan pada dewasa ≥65 tahun untuk menilai
adanya fraktur vertebrae.32

14
Supresi Adrenal
Berdasarkan bukti saat ini, para ahli merekomendasikan bahwa dokter menyadari risiko
supresi adenal pada pasien menerima dosis glukokortikoid untuk lebih dari 2 minggu, mereka
yang telah menerima stroid oral lebih dari 3 minggu dalam 6 bulan terakhir.33

15
Resiko Kardiovaskular Dan Dislipidemia
Saat ini tidak ada pedoman untuk pemantauan dislipidemia dan risiko kardiovaskular
pada pasien yang menggunakan terapi kortikosteroid . Para penulis merekomendasikan penilaian
profil lipid sebelum memulai terapi, 1 bulan setelah memulai terapi glukokortikoid sistemik dan
kemudian setiap 6-12 bulan sesudahnya. Sepuluh tahun risiko kardiovaskular juga harus dinilai
menggunakan Framingham Risk Score ( FRS ), dan target dan pengobatan lipid harus didasarkan
pada FRS 34.

16
Hiperglikemia / Diabetes
Semua pasien harus mengetahui tentang tanda-tanda klasik dan gejala hiperglikemia (
poliuria , polidipsia , penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan ) sehingga mereka dapat
mengetahui glukokortikoid menginduksi terjadinya diabetes jika gejala muncul. Pada orang
dewasa, pemantauan HbA1C, glukosa plasma puasa ( FPG ), 2 jam prandial glukosa plasma ( 2 -
h PG ) ( Menggunakan 75 - g glukosa oral tes toleransi [ OGTT ]. Jika glukosa darah atau A1C
adalah abnormal, maka pemantauan glukosa darah di rumah juga dianjurkan.
Pemeriksaan glukosa harus diulang setelah memulai terapi glukokortikoid . Pada pasien
yang memakai prednisolon , beberapa ahli telah merekomendasikan bahwa glukosa darah
dipantau dalam waktu 8 jam dari dosis pertama ( yaitu, di sore jika prednisolon sekali sehari
diberikan di pagi hari ). Asosiasi Diabetes Kanada 2013 ( CDA ) merekomendasikan bahwa
parameter glikemik dipantau selama minimal 48 jam setelah dimulainya terapi glukokortikoid,
terlepas dari apakah pasien memiliki diabetes. Pedoman untuk pemantauan glukosa darah pasca -
transplantasi menyarankan pemantauan mingguan selama empat minggu setelah transplantasi ,
diikuti oleh pemeriksaan glukosa darah pada 3 dan 6 bulan pasca transplantasi, kemudian setiap
tahun setelah itu. Diagnosis diabetes dikonfirmasi jika A1C adalah ≥6.5 % ( pada orang dewasa
), KGDN adalah ≥7.0 mmol / L , KGD 2 PP adalah ≥11.1 mmol / L atau jika KGD ad random
adalah ≥11.1 mmol / L dan pasien memiliki gejala klasik diabetes.17,18,34,35

Pemeriksaan Oftalmologis
Pasien yang mendapat kortikostreoid sistemik dosis rendah sampai sedang selama lebih
dari 6-12 bulan harus menjalani pemeriksaan tahunan oleh dokter mata. Sebuah Pemeriksaan

17
awal diperlukan pada pasien dengan gejala katarak ( penglihatan yaitu kabur ). Hal ini sebagai
rujukan awal untuk monitoring tekanan intra – okular ( Glaukoma ) dan dianjurkan pada pasien
dengan risiko tinggi untuk mendapat glukokortikoid menginduksi terjadinya glaukoma, seperti
yang dengan riwayat pribadi atau keluarga menderita galukoma sudut terbuka, diabetes mellitus,
miopia tinggi, atau penyakit jaringan ikat. 3

Strategi Untuk Pencegahan Dan Pengelolaan Efek Samping Glukokortikoid


Osteoporosis
Sejumlah pedoman yang diterbitkan telah membahas pencegahan dan pengobatan
glukokortikoid – menginduksi osteoporosis. Menurut Amerika College of Rheumatology ( ACR
), orang dewasa dengan resiko fraktur rendah sampai menengah ( risiko 10 - tahun fraktur
osteoporosis utama < 20 % ) terpapar ≥7.5 mg / hari prednison atau setara untuk ≥3 bulan harus
diterapi dengan obat-obatan. Semua pasien yang berisiko tinggi fraktur (Resiko 10 - tahun utama
fraktur osteoporosis > 20 % ) harus menerima perawatan farmakologis, terlepas dari apakah
mereka menggunakan atau tidak terapi glukokortikoid32,33
Pedoman dan bukti mendukung penggunaan bifosfonat dan teriparatide sebagai terapi
lini pertama untuk glukokortikoid menginduksi osteoporosis pada orang dewasa . Sejumlah
penelitian telah menunjukkan bahwa bifosfonat alendronate, risedronate dan asam zoledronic
efektif untuk pencegahan dan pengobatan glukokortikoid menginduksi osteoporosis.36,37
Teriparatid efektif dalam meningkatkan BMD dan mengurangi fraktur vertebra pada pasien
dengan glukokortikoid menginduksi osteoporosis.38 Meskipun terapi lain seperti kalsitonin,
raloxifene dan denosumab juga memiliki peran dalam manajemen glukokortikoid menginduksi
osteoporosis pada orang dewasa. Kalsitonin ditemukan untuk mencegah osteoporosis tulang
vertebrae. Tapi perlindungan yang sama belum diteliti pada leher femoralis atau sehubungan
dengan terjadinya resiko fraktur39. European Medicines Agency ( EMA ) telah meneliti manfaat
dan risiko dari kalsitonin yang mengandung obat-obatan dan menyimpulkan bahwa ada bukti
terjadinya peningkatan risiko kecil kanker ( 0,7-2,4 % ) dengan penggunaan jangka panjang obat
ini40 .
Oleh karena itu, mengingat risiko ini serta kurangnya keberhasilan dalam mengurangi
resiko fraktur, kalsitonin tidak dianjurkan sebagai terapi lini pertama untuk glukokortikoid

18
menginduksi osteoporosis. Namun, mungkin dipertimbangkan ketika bifosfonat merupakan
kontraindikasi atau pada pasien yang tidak toleran terhadap oral atau IV bifosfonat . Karena efek
analgesik, kalsitonin juga dapat dipertimbangkan pada pasien yang nyeri berkelanjutan akibat
fraktur akut .Sebuah studi dari wanita menopause yang mendapat terapi ≤10 mg / hari
prednisone ( atau setara ) untuk ≥6 bulan menunjukkan bahwa pengobatan dengan raloxifene
selama 1 tahun memperbaiki BMD tulang vertebrae dan tulang pinggul ( tapi tidak leher
femoralis )40.
Selain terapi farmakologis, pedoman saat ini untuk glukokortikoid menginduksi
osteoporosis pada orang dewasa merekomendasikan pencegahan seperti berhenti merokok,
mengurangi konsumsi alkohol, latihan dalam angkat beban dan latihan kekuatan otot, penilaian
resiko jatuh, dan pemberian suplemen kalsium dan vitamin D.32,33 Peneliti Cochrane menemukan
penggunaan suplemen kalsium dan vitamin D pada pasien glukokortikoid menginduksi
osteoporosis dapat mencegah osteoporosis di vertebrae dan lengan, tapi tidak berpengaruh pada
BMD leher femoralis atau kejadian fraktur41. Orang dewasa dengan terapi glukokortikoid dosis
tinggi harus minum kalsium 1.200 mg / hari dalam dosis terbagi dan 800-2000 IU vitamin D/
hari.32

19
20
Osteonekrosis
Pengobatan awal untuk osteonekrosis adalah istirahat dan analgetik non - steroid atau
analgesik lainnya untuk menghilangkan rasa sakit. Untuk pasien dengan stadium awal, strategi
penatalaksanaan seperti mengurangi berat badan. Untuk penyakit yang lebih lanjut, diperlukan
oprasi pada caput femoralis atau operasi penggantian total tulang pinggul biasanya diperlukan.7

Hiperglikemia Dan Diabetes


Target glikemik untuk pasien dengan diabetes diinduksi oleh harus individual, tetapi
untuk sebagian besar pasien, target KGDN dan 2 PP masing –masing direkomendasikan 4,0-7,0
mmol / L dan 5-10 mmol / L. Manajemen awal melibatkan strategi modifikasi gaya hidup yang
sesuai. Jika glukosa darah kadarnya < 15 mmol / L , maka kontrol glukosa dapat kemungkinan

21
dicapai dengan terapi non - insulin seperti metformin , peptidase - 4 dipeptidyl ( DPP - 4 )
inhibitor , sulfonilurea , meglitinides , atau GLP-1 ( GLP - 1 ) agonis.
Jika menggunakan sulfonylurea, penting untuk mempertimbangkan baik frekuensi
dosis dari glukokortikoid serta durasi kerja insulin secretagogue . Sulfonilurea dengan waktu
paruh pendek (yaitu, glyburide , gliklazid atau repaglinida) lebih cocok untuk pasien yang
menggunakan prednison sehari sekali karena mereka dapat dosis sekali - per - hari bersama
denganglukokortikoid. Sulfonilurea dengan waktu paruh lebih panjang (misalnya , gliklazid MR
atau glimepiride ) mungkin lebih cocok untuk mereka yang menggunakan deksametason atau
glukokortikoid kerja pendek pendek yang diberikan lebih dari sekali sehari. Jika kadar glukosa
darah > 15 mmol / L, maka insulin biasanya dibutuhkan untuk mencapai kontrol glikemik Bila
tidak adanya kontraindikasi, metformin sering dianjurkan dalam kombinasi dengan insulin. Dosis
awal yang wajar untuk insulin adalah 0,15-0,3 unit / kg / hari . Dengan pemberian pagi sekali
sehari prednison , glukosa puasa mungkin terpengaruh , tapi glukosa darah akan lebih tinggi di
kemudian hari . Jika ini terjadi , maka insulin intermediate-acting ( seperti N atau NPH ) atau
kombinasi insulin premixed dapat dimulai di pagi hari . Jika glukosa darah meningkat pada pagi
hari juga, maka dosis malam insulin juga mungkin diperlukan . Jika diberikan glukokortikoid
kerja pendek lebih dari sekali per hari, atau jika deksametason digunakan, maka kadar glukosa
puasa dan kadar glukosa non - puasa yang akan terpengaruh . Dalam hal ini, pemberian dua kali
sehari intermediate-acting insulin atau long-acting insulin , seperti detemir atau glargine yang
direkomendasikan, insulin kerja cepat mungkin diperlukan pada waktu makan. Untuk mencegah
hipoglikemia, maka diingat untuk menyesuaikan obat diabetes jika dosis glukokortikoid
dikurangi .16

22
Gastrointestinal
Dapat diberikan proton pump inhibitor ( PPI ) untuk perlindungan gastrointestinal pada
pengguna glukokortikoid yang berisiko tinggi terjadinya perdarahan atau tukak lambung 30.

Red striae pada Kulit


Meskipun pengobatan striae merah sering tidak memuaskan, ditemukan beberapa keberhasilan
pengobatan dengan topikal vitamin 0,1 % krim , flashlamp – pumped pulsed dye laser , dan
kombinasi pulsed dye laser dan Thermage (non ablative radio frekwensi). 20

23
24
KESIMPULAN
Kortikosteroid sistemik secara luas digunakan untuk mengobati berbagai gangguan
autoimun dan inflamasi . Meskipun bermanfaat pada penggunaan jangka panjang tetapi pada
dosis tinggi dikaitkan dengan timbulnya efek samping serius yang mempengaruhi
muskuloskeletal, endokrin, kardiovaskular, dan sistem saraf pusat serta saluran pencernaan .
Banyak dari efek samping ini dapat diminimalkan melalui pemantauan pasien dan langkah-
langkah pencegahan, termasuk penggunaan dosis yang lebih rendah yang efektif diperlukan
untuk pengelolaan kondisi yang mendasarinya terutama pada pasien usia tua.
Pasien harus diberitahu tentang efek samping yang terkait dengan menggunakan
kortikosteroid sistemik dan disarankan modifikasi gaya hidup yang dapat membantu mengurangi
resiko ini. Pasien juga harus diinstruksikan untuk mencari bantuan medis jika mereka mengalami
tanda dan gejala efek samping yang terkait steroid dan disarankan untuk membawa kartu
pengobatan steroid yang saat ini di konsumsi.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Hadisaputro S, Wibisono HB.Aspek Imunologik Pada Usia Lanjut : Martono Hadi,


Pranarka Kris, Editor Buku Ajar Geriatri Edisi IV Jakarta : Balai Penerbit FKUI :2011 ;
75-89
2. Liu Dora, Ahmet Alexandra, Ward Leane,et al. In A practical guide to the monitoring and
management of the complications of systemic corticosteroid therapy. Review from
AACI, Canada,2013, p 9-30.
3. Dhaou Beb Besma et al. In Corticoid-associated complications in elderly.
F1000Research, Tunisia 2012, p 1-8
4. Yao W, Cheng Z, Busse C, Pham A, Nakamura MC, Lane NE: Glucocorticoid excess in
mice results in early activation of osteoclastogenesis and adipogenesis and prolonged
suppression of osteogenesis: a longitudinal study of gene expression in bone tissue from
glucocorticoid-treated mice. Arthritis Rheum 2008, 58:1674–1686.
5. Manolagas SC: Corticosteroids and fractures: a close encounter of the third cell kind. J
Bone Miner Res 2000, 15:1001–1005.
6. Van Staa TP, Leufkens HG, Cooper C: The epidemiology of corticosteroidinduced
osteoporosis: a meta-analysis. Osteoporos Int 2002, 13:777–787.
7. Weinstein RS: Glucocorticoid-induced osteonecrosis. Endocrine 2012,41:183–19
8. Barr RD, Sala A: Osteonecrosis in children and adolescents with cancer. Pediatr Blood
Cancer 2008, 50(2 Suppl):483–485.
9. Henzen C, Suter A, Lerch E, Urbinelli R, Schorno XH, Briner VA: Suppression and
recovery of adrenal response after short-term, high-dose glucocorticoid treatment. Lancet
2000, 355:542–545
10. Molimard M, Girodet PO, Pollet C, Fourrier-Réglat A, Daveluy A, Haramburu F, Fayon
M, Tabarin A: Inhaled corticosteroids and adrenal insufficiency: prevalence and clinical
presentation. Drug Saf 2008, 31:769–774.
11. Habib GS: Systemic effects of intra-articular corticosteroids. Clin Rheumatol 2009,
28:749–756.
12. Hengge UR, Ruzicka T, Schwartz RA, Cork MJ: Adverse effects of topical
glucocorticosteroids. J Am Acad Dermatol 2006, 54:1–15.

26
13. Curtis JR, Westfall AO, Allison J, Bijlsma JW, Freeman A, George V, Kovac SH,
Spettell CM, Saag KG: Population-based assessment of adverse events associated with
long-term glucocorticoid use. Arthritis Rheum 2006, 55:420–426.
14. Da Silva JA, Jacobs JW, Kirwan JR, Boers M, Saag KG, Inês LB, de Koning EJ,
Buttgereit F, Cutolo M, Capell H, Rau R, Bijlsma JW: Safety of low dose glucocorticoid
treatment in rheumatoid arthritis: published evidence and prospective trial data. Ann
Rheum Dis 2006, 65:285–293.
15. Huscher D, Thiele K, Gromnica-Ihle E, Gromnica-Ihle E, Hein G, Demary W, Dreher R,
Zink A, Buttgereit F: Dose-related patterns of glucocorticoidinduced side effects. Ann
Rheum Dis 2009, 68:1119–1124.
16. Canadian Diabetes Association Clinical Practice Guidelines Expert Committee: Canadian
Diabetes Association 2013 clinical practice guidelines for the prevention and
management of diabetes in Canada.Can J Diabetes 2013, 37(Suppl 1):S1–S212.
17. American Diabetes Association: Standards of medical care in diabetes —2012. Diabetes
Care 2012, 35(Suppl 1):S11–S63.
18. Haimovici R, Gragoudas ES, Duker JS, Sjaarda RN, Eliott D: Central serous
chorioretinopathy associated with inhaled or intranasal corticosteroids. Ophthalmol 1997,
104:1653–1660.
19. Schellenberg R, Adachi JDR, Bowie D, Brown J, Guenther L, Kader T, Trope GE: Oral
corticosteroids in asthma: a review of benefits and risks.Can Respir J 2007, 14(Suppl
C):1C–7C.
20. Hino H:Topikal Use Of Steroids In The Aged, Asian Med J 2001,44(3):142-147
21. Sadr-Azodi O, Mattsson F, Bexlius TS, Lindblad M, Lagergren J, Ljung R: Association
of oral glucocorticoid use with an increased risk of acute pancreatitis: a population-based
nested case–control study. JAMA Intern Med 2013, 173:444–449.
22. Wei L, MacDonald TM, Walker BR: Taking glucocorticoids by prescription is associated
with subsequent cardiovascular disease. Ann Intern Med 2004, 141:764–770.
23. Souverein PC, Berard A, Van Staa TP, Cooper C, Egberts AC, Leufkens HG,Walker BR:
Use of oral glucocorticoids and risk of cardiovascular and cerebrovascular disease in a
population based case–control study. Heart 2004, 90:859–865.

27
24. Miller ML: Glucocorticoid-induced myopathy, UpToDate 2013; 2013. [http://www.
uptodate.com/contents/glucocorticoid-induced-myopathy?topicKey=RHEUM%
2F5171&elapsedTimeMs=3&source=see_link&view=print&displayedView
25. Wolkowitz OM, Burke H, Epel ES, Reus VI: Glucocorticoids. Mood, memory, and
mechanisms. Ann N Y Acad Sci 2009, 1179:19–40.
26. Warrington TP, Bostwick JM: Psychiatric adverse effects of corticosteroids. Mayo Clin
Proc 2006, 81:1361–1367.
27. Bolanos SH, Khan DA, Hanczyc M, Bauer MS, Dhanani N, Brown ES: Assessment of
mood states in patients receiving long-term corticosteroid therapy and in controls with
patient-rated and clinicianrated scales. Ann Allergy Asthma Immunol 2004, 92:500–505.
28. Brown ES: Effects of glucocorticoids on mood, memory, and the hippocampus.
Treatment and preventive therapy. Ann N Y Acad Sci 2009,1179:41–55.
29. Saag KG, Furst DE: Major side effects of systemic glucocorticoids, Up To Date 2012;
2013. http://www.uptodate.com/contents/major-side-effects-ofsystemic-glucocorticoids.
30. National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE): Clinical Knowledge
Summaries: Corticosteroids - Oral. NICE; 2012.
[http://www.cks.nhs.uk/corticosteroids_oral]
31. Furst DE, Saag KG: Determinants of glucocorticoid dosing, Up To Date 2012; 2013.
http://www.uptodate.com/contents/determinants-of-glucocorticoiddosing?
source=search_result&search=glucocorticoid&selectedTitle=4~150.
32. National Osteoporosis Foundation: Clinician’s Guide to Prevention and Treatment of
Osteoporosis. Washington, DC: National Osteoporosis Foundation; 2013.
http://www.nof.org/files/nof/public/content/file/917/upload/481.pdf
33. Grossman JM, Gordon R, Ranganath VK, Deal C, Caplan L, Chen W, Curtis JR, Furst
DE, McMahon M, Patkar NM, Volkmann E, Saag KG: American College of
Rheumatology 2010 recommendations for the prevention and treatment of
glucocorticoid-induced osteoporosis. Arthritis Care Res (Hoboken) 2010, 62:1515–1526.
34. Anderson TJ, Grégoire J, Hegele RA, Couture P, Mancini GB, McPherson R,Francis GA,
Poirier P, Lau DC, Grover S, Genest J Jr, Carpentier AC, Dufour R, Gupta M, Ward R,
Leiter LA, Lonn E, Ng DS, Pearson GJ, Yates GM, Stone JA, Ur E: 2012 update of the

28
Canadian cardiovascular society guidelines fo the diagnosis and treatment of
dyslipidemia for the prevention of cardiovascular disease in the adult. Can J Cardiol
2013, 29:151–167.
35. Davidson J, Wilkinson AH, Dantal J, Dotta F, Haller H, Hernández D, Kasiske BL,
Kiberd B, Krentz A, Legendre C, Marchetti P, Markell M, van der Woude FJ, Wheeler
DC, International Expert Panel: New-onset diabetes after transplantation: 2003
International Consensus Guidelines. Proceedings of an international expert panel
meeting. Barcelona, Spain, 19 February 2003. Transplantation 2003, 7:SS3–SS24.
36. Reid DM, Devogelaer JP, Saag K, Roux C, Lau CS, Reginster JY, Papanastasiou P,
Ferreira A, Hartl F, Fashola T, Mesenbrink P, Sambrook PN, HORIZON investigators:
Zoledronic acid and risedronate in the prevention and treatment of glucocorticoid-
induced osteoporosis (HORIZON): a multicentre, double-blind, double-dummy,
randomised controlled trial. Lancet 2009, 373:1253–1263.
37. Roux C, Reid DM, Devogelaer JP, Saag K, Lau CS, Reginster JY, Papanastasiou P,
Bucci-Rechtweg C, Su G, Sambrook PN: Post hoc analysis of a single IV infusion of
zoledronic acid versus daily oral risedronate on lumbar spine bone mineral density in
different subgroups with glucocorticoid-induced osteoporosis. Osteoporos Int 2012,
23:1083–1090.
38. Saag KG, Shane E, Boonen S, Marin F, Donley DW, Taylor KA, Dalsky GP, Marcus R:
Teriparatide or alendronate in glucocorticoid induced osteoporosis. N Engl J Med 2007,
357:2028–2039.
39. Cranney A, Welch V, Adachi JD, Homik J, Shea B, Suarez-Almazor ME, Tugwell P,
Wells G: Calcitonin for the treatment and prevention of corticosteroidinduced
osteoporosis. Cochrane Database Syst Rev 2000, 2:CD001983
40. European Medicines Agency: Calcitonin [bulletin]. ; 2013. July 2012 [http://
www.ema.europa.eu/ema/index.jsp?curl=pages/medicines/human/referrals/
Calcitonin/human_referral_000319.jsp&mid=WC0b01ac0580024e99

29

Anda mungkin juga menyukai