Anda di halaman 1dari 5

“Cita-citaku untuk Indonesia yang Lebih Baik”

Penggunaan Obat Yang Benar untuk Kesehatan Masyarakat

Firina Rahmadani

SMAN 1 Kota Jambi

Dari Universitas Indonesia untuk Jambi 2018


Seiring dengan berjalannya waktu, ilmu pengetahuan dan teknologi terus
berkembang. Khususnya pada abad ke-21 ini, dibandingkan dengan abad-abad
sebelumnya, abad ini merupakan awal dari zaman modern. Awal dari ilmu
pengetahuan dan teknologi yang modern.

Masyarakat sipil pada abad ini merasakan teknologi canggih lebih merata
dibandingkan dari abad sebelumnya. Berdasarkan pengetahuan saya, abad ke 18 –
20 merupakan abad dimana para ilmuwan dan politikus mulai merintis ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Perang Dunia contohnya. Perang Dunia
memberikan dampak besar dalam perkembangan teknologi, masa masa perang
dunia baik yang pertama maupun yang kedua pastinya merupakan masa yang
tidak mengenakkan bagi orang yang hidup pada masa itu. Walaupun begitu, ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat berkembang pada zaman itu. Dimulai dari
pertanian, infrastruktur, sampai kessehatan. Sedangkan pada abad ke-21? Orang-
orang awam baik dari negara maju maupun negara berkembang sudah dapat
merasakan teknologi canggih yang dirintis oleh ilmuwan-ilmuwan pada abad
sebelumnya.

Pada bidang kesehatan sendiri, jika kita lihat pada masa sebelumnya, dunia
medis saat ini sangat modern, mulai dari produksi obat-obatan sampai mekanisme
pembedahan. Penyakit-penyakit yang mewabah pada abad pertengahan pun pada
abad ini telah ditemukan vaksinnya. Obat-obatan sintetik juga semakin banyak
ditemukan.

Namun, seiring dengan berkembangnya ilmu kesehatan, masalah baru di


duna medis bermunculan. Penemuan vaksin disertai dengan munculnya banyak
penyakit baru. Penyakit yang muncul itu sama mematikannya atau bahkan lebih
mematikan dari sebelumnya.

Tetapi pengobatan penyakit pada zaman ini tentu lebih modern. Para
dokter pada zaman sekarang banyak yang berorientasi pada obat-obatan sintetik
yang bisa dikatakan lebih efektid dari obat-obatan herbal. Hal ini dapat kita lihat
selama kita berobat ke dokter bahwa jarang sekali kita diberi obat herbal.
Mengenai para dokter yang berorientasi pada obat-obatan sintetik. Sejauh
yang saya ketahui, semua obat-obatan sintetik memiliki efek samping. Seperti
parasetamol, salah satu obat yang telah dikenal oleh masyarakat pada umumnya.
Obat ini tentu memiliki efek samping. Kita bisa melihat di kemasan parasetamol
bahwa obat ini memiliki efek samping yaitu dapat menyababkan kerusakan hati
jika dipakai berlebihan. Parasetamol saja yang merupakan obatan yang sangat
umum dapat menyebabkan efek samping. Bagaimana dengan obat yang lebih
berat lagi?

Disamping itu, masyarakat pada zaman sekarang banyak yang tidak


memahami tentang pentingnya penggunaan obat dengan benar. Salah satunya
tentang swamedikasi atau self-medication. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2013 oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
menunjukkan bahwa 35,2% rumah tangga menyimpan obat untuk swamedikasi.
Dari 35,2% rumah tangga yang menyimpan obat, 35,7% di antaranya menyimpan
obat keras dan 27,8% diantaranya 86,1% antibiotik tersebut diperoleh tanpa
1
resep . Hal ini memicu terjadinya masalah kesehatan baru, khususnya resistensi
bakteri. Menurut WHO, resistensi bakteri terjadi ketika bakteri menjadi kebal
terhadap antibiotik yang pada awalnya efektif untuk pengobatan infeksi yang
2
disebabkan oleh bakteri tersebut . Selain itu, berdasarkan data WHO 2013,
angka kematian akibat resistensi bakteri sebanyak 700 ribu orang pertahun2 . Jika
dibiarkan, pada 2050 angka kematian tersebut bisa meningkat menjadi 10 juta
2
pertahun .

Padahal, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah mengeluarkan


peraturan menteri yang berhubungan dengan swamedikasi atau self-medication.
Yaitu Peraturan Menteri Nomor 919 Tahun 1993 tentang Kriteria Obat yang
Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Tetapi seperti yang telah disebutkan sebelumnya,
masyarakat masih tidak paham akan bahaya swamedikasi terhadap obat yang
tidak memenuhi kriteria perturan menteri tersebut.

Oleh karena itu, saya memiliki aspirasi untuk menyadarkan masyarakat


akan pentingnya untuk mengkonsumsi obat dengan baik dan benar. Karena
kesehatan masyarakat merupakan fondasi penting dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Jika dewasa nanti saya mendapat kesempatan untuk menyalurkan
aspirasi saya. Hal-hal inilah yang akan saya pertimbangkan untuk dilakukan

1. Mensosialisasikan penggunaan dengan benar melalui media massa


dan media sosial
Media sosial dan media massa pada zaman sekarang sudah sangat
melekat pada kehidupan masyarakat di semua kalangan usia.
Sosialiasi melalui media sosial dan media massa menurut saya
merupakan strategi yang tepat dalam setidaknya menambah
pengetahuan masyarakat dalam penggunaan obat-obatan.

2. Pembelajaran dini tentang penggunaaan obat pada pelajar


Indonesia dengan menambah kurikulum tambahan di sekolah
dasar dan sekolah menengah.

Pembelajaran tentang penggunaan obat-obatan sejak dini sangat


efektif untuk mengubah kebiasaan buruk masyarakat pada obat saat ini.
Dengan adanya pembelajaran ini, setidaknya pengetahuan masyarakat
tentag obat-obatan menjadi lebih baik.

3. Sosialisasi kepada tenaga kesehatan akan pentingnya pengetahuan


masyarakat tentang penggunaan obat.

Bisa saja penyebab kurangnya pengetahuan masyarakat tentang


obat dikarenakan kurangnya informasi yang diberikan tenaga kesehatan
tentang penggunaan obat.

Bedasarkan pemaparan ini, dapat dikatakan bahwa


berkembanganya ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya ilmu
kesehatan, tidak akan lepas dari masalah-masalah baru yang justru
membuat ilmu pengetahun dan teknologi itu sendiri lebih maju. Masalah
kesehatan tidak akan pernah pudar dari suatu kehidupan, maka dari itu
ilmu kesehatan tidak akan bisa diabaikan untuk sebuah negara yang lebih
baik.
Sumber Referensi

1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2015. Pemahaman Masarakat
Akan Penggunaan Obat Masih Rendah. Dipublikasi 27 November 2015.
http://www.depkes.go.id/article/view/15112700005/pemahaman-masyarakat-
akan-penggunaan-obat-masih-rendah.html. dilihat pada 20 Januari 2017.

2
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2015. Apoteker Perlu Pemberian
Kontrol Pemberian Antibiotik Kepada Masyarakt. Dipublikasi 14 November
2017. http://www.depkes.go.id/article/view/17111500001/apoteker-perlu-kontrol-
pemberian-antibiotik-kepada-masyarakat.html. dilihat pada 20 Januari 2017.

Anda mungkin juga menyukai