Anda di halaman 1dari 44

PERENCANAAN PROGRAM GIZI

GAMBARAN PERENCANAAN PROGRAM GIZI PADA BAYI DAN


BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDOMULYO
RT 19 KELURAHAN SIDOMULYO
TAHUN 2017

DISUSUN OLEH:

1. DENSI CITRA YULITA


2. HENGKI FERNANDO
3. KRISDINI KURNIAWATI
4. LIA LAVENIA
5. NADIA FITRI FEBRIANI
6. NELA RIZKY FERNANDA
7. NOVI TRI WAHYUNI
8. NURUL HUDA HEKMUTIAR
9. QOIRINASARI
10. RENI FITRIA NENGSI
11. SRI HARYATI
12. SUSI TRIANINGSIH

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES NEGERI BENGKULU PRODI DIII
JURUSAN GIZI
TAHUN 2017

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya sehingga penyusunan Proposal Perencanaan Program Gizi ini dapat

diselesaikan. Proposal Perencanaan Program Gizi ini disusun untuk memenuhi

salah satu syarat dalam menempu mata kuliah Program perencanaan gizi yang

berjudul “GAMBARAN PERENCANAAN PROGRAM GIZI PADA BAYI

DAN BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDOMULYO RT 19

KELURAHAN SIDOMULYO TAHUN 2017”

Kami mengharapkan adanya kritik dan saran agar dapat membantu

perbaikan selanjutnya, Terima kasih. Semoga amal kebaikan Anda semua

mendapat imbalan yang luar biasa dari Allah SWT, dan semoga Proposal ini

bermanfaat bagi pembaca.

Bengkulu, Desember 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................... 5


B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 7
C. Tujuan Kegiatan .............................................................................................. 7
1. Tujuan Umum ....................................................................................... 7
2. Tujuan Khusus....................................................................................... 7
D. Manfaat Kegiatan ...................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi ................................................................................................. 10


B. Indeks Antropometri ................................................................................. 10
1. Pengukuran Status Gizi Bayi dan Balita............................................... 10
C. Survei Konsumsi ....................................................................................... 13
D. Bayi .......................................................................................................... 16
E. MP-ASI ..................................................................................................... 19
1. Metode Food Recall 24 Jam ...................................................................... 26
1. Pengertian MP-ASI ............................................................................... 19
2. Tujuan Pemberian MP-ASI ................................................................... 20
3. Persyaratan MP-ASI .............................................................................. 21
4. Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini .............................................. 22
F. Pemberian Makan Anak Umur 0-24 bulan yang baik dan benar .............. 24
G. Balita ........................................................................................................ 27
1. Pengertian Balita .................................................................................. 27
2. Pola Asuh.............................................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Kegiatan ....................................................................................... 30


B. Variabel ..................................................................................................... 30

3
C. Definisi Operasional .................................................................................. 31
D. Tempat dan Waktu Kegiatan ..................................................................... 33
E. Populasi dan Sampel ................................................................................. 33
F. Teknik Kegiatan ........................................................................................ 33
1. Pengumpulan Data ................................................................................ 34
2. Alat Pengumpul Data ............................................................................ 34
3. Pengolahan Data .................................................................................... 35
4. Analiss Data .......................................................................................... 35
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Tempat Kegiatan ............................................ 37
B. Rencana Intervensi ..................................................................................... 38
C. Intervensi .................................................................................................... 38
D. Tabel Rekap ................................................................................................ 38
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 44
B. Saran ......................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsumsi gizi yang baik dan cukup sering kali tidak bisa dipenuhi oleh

seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor internal

menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia

tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor

yang terdapat di dalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai

problema makan pada anak.

Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia setelah

lahir dari rahim seorang ibu. Pada masa ini, perkembangan otak dan fisik bayi

selalu menjadi perhatian utama, terutama pada bayi yang terlahir prematur

maupun bayi yang terlahir cukup bulan namun memiliki berat badan rendah.

Baik ibu maupun bapak danorang-orang terdekat si bayi juga harus selalu

mengawasiserta memberikan perawatan yang terbaik bagi bayi berusia 1

tahun.

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh

jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang

terkandung didalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat

mecukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar 4 bulan.

Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan sehingga

merupakan masa yang cukup penting. Asupan makanan yang dibutuhkannya

harus diperhatikan misalnya dengan memberikan makanan yang bergizi

5
maupun susu formula yang sesuai. Sebagai orang tua pengasuh harus mampu

menjaga agar masa balita ini tidak terjadi hal-hal yang menyebabkan balita

menjadi terhambat pertumbuhan dan perkembangannya

Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya dari asupan nutrisi.

Kasih sayang,Perhatian dan kenyamanan juga membuat anak akan bisa

tumbuh dengan baik. Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu

atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, caramemberikan

makan maupun pengetahuan tentang jenis makanan yang harus diberikan

sesuai umur dan kebutuhan, memberi kasih sayang dan sebagainya (Supariasa

et al 2002). Pola asuh merupakan interaksi anak dengan orang tua dalam

mendidik,membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak mencapai

kedewasaan sesuai norma-norma yang ada dalam masyarakat (Edwards,

2006).

Penerapan pola asuh orang tua sangat penting karena seorang ibu

merupakan lingkungan pertama dan menjadi pembentuk awal hubungan

interpersonal dengan anak (Wong 2008). Namun saat ini masih banyak orang

tua menerapkan pola asuh yang kurang baik pada anaknya, terbukti adanya

tindakan otoriter seperti orang tua yang bersikap keras dan tidak peduli akan

kebutuhan anak di lingkungan keluarga. Hal tersebut dapat mengakibatkan

anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik maupun mental di

kemudian hari. Berbagai alasan yang mendasari kurangnya pola asuh

tersebut, diantaranya faktor sosial budaya, pengetahuan, pendidikan dan

kesadaran orang tua tentang pola asuh yang baik.

6
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka kami sebagai mahasiswa ingin

melakukan kegiatan perencanaan program gizi pada bayi dan balita di

wilayah kerja puskesmas Sidomulyo RT 19 Kota Bengkulu Tahun 2017.

C. Tujuan

1. Tujuan umum
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui determinan kelompok
rawan gizi pada bayi balita atau mengetahui gambaran kelompok rawan
gizi pada bayi dan balita di wilayah kerja puskesmas Kuala Lempuing
kota Bengkulu tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari kegiatan perencanaan program gizi adalah :
1. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin
di wilayah di wilayah kerja puskesmas Kuala Lempuing kota
Bengkulu tahun 2017.
2. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan pendidikan
ibu dan ayah di wilayah kerja puskesmas Kuala Lempuing kota
Bengkulu tahun 2017.
3. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan ibu
dan ayah di wilayah kerja puskesmas Kuala Lempuing kota Bengkulu
tahun 2017.
4. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan umur ibu dan
ayah di wilayah kerja puskesmas Kuala Lempuing kota Bengkulu
tahun 2017.
5. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan status gizi
bayi berdasarkan BB/U
6. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan status gizi
bayi berdasarkan PB/U

7
7. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan status gizi
bayi berdasarkan BB/PB
8. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan frekuensi bayi
yang di berikan ASI eksklusif
9. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan pengetahuan
ibu tentang ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas Kuala
Lempuing kota Bengkulu tahun 2017.
10. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan tingkat
kecukupan Energi bayi
11. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan tingkat
kecukupan Protein bayi
12. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan tingkat
kecukupan Lemak bayi
13. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan tingkat
kecukupan Karbohidrat bayi
14. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan pengetahuan
ibu tentang MP-ASI di wilayah kerja puskesmas Kuala Lempuing
kota Bengkulu tahun 2017.
15. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan status gizi
balita berdasarkan BB/U
16. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan status gizi
balita berdasarkan PB/U
17. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan status gizi
balita berdasarkan BB/PB
18. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan pola asuh
pada balita di wilayah kerja puskesmas Kuala Lempuing kota
Bengkulu tahun 2017.
19. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan tingkat
kecukupan Energi balita
20. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan tingkat
kecukupan Protein balita

8
21. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan tingkat
kecukupan Lemak balita
22. Mengetahui gambaran distribusi penduduk berdasarkan tingkat
kecukupan karbohidrat balita.
D. Manfaat

1. Bagi Masyarakat

Agar menjadi wadah penambahan informasi dan pengembangan wawasan

bagi masyarakat guna mencapai status gizi yang optimal.

2. Bagi Puskesmas

Sebagai salah satu informasi mengenai status gizi bayi dan balita sehingga

dapat dipantau status gizi di daerah tersebut untuk meningkatkan derajat

kesehatan dan menjadi evaluasi bagi puskesmas setempat

3. Bagi Mahasiswa

Agar menjadi wadah penambahan wawasan dan pengembangan serta

mengaplikasikan keilmuan yang telah di dapatkan

4. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu informasi mengenai status gizi bayi dan balita sehingga

dapat dipantau status gizi, untuk meningkatkan derajat kesehatan .

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat–zat gizi, di bedakan antara gizi kurang, baik, dan lebih

(Almatsier, 2002). Sedangkan menurut Supariasa, 2001, status gizi adalah

ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau

perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu. Penentuan status gizi

bayi dan balita dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya dengan

menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U), panjang badan

menurut umur (PB/U), berat badan menurut panjang badan (BB/PB)

pengukuran ini cocok untuk bayi dan balita (Almatsier, 2011).

B. Indeks Antrpometri

1. Pengukuran Status Gizi Bayi dan Balita

Menurut (WHO 2005) Status gizi bayi dan balita diukur berdasarkan

umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan anak

ditimbang dengan timbangan dacin yang memiliki presisi 0,1 kg, panjang

badan diukur dengan length-board dengan presisi 0,1 cm, dan tinggi badan

diukur dengan menggunakan microtoise dengan presisi 0,1 cm. Variabel

BB dan TB anak ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri,

yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur

(TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Supariasa, 2014).

10
Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi

badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-

score) dengan menggunakan baku antropometri WHO 2005. Selanjutnya

berdasarkan nilai Z-Score masing-masing indicator tersebut ditentukan

status gizi balita dengan batasan sebagai berikut :

a) Berdasarkan indikator BB/U

Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran

massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-

perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,

menurunnya nafsu makan atau menurunnya nafsu makan atau

memnurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah

parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal,

dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan

kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti

pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat

2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang

cepat atau lebih lambat badan menurut umur digunakan sebagai salah

satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan

yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi

seseorang saat ini.

Kategori BB/U :

1. Kategori Gizi Buruk, jika Z-score < -3,0

2. Kategori Gizi Kurang, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0

11
3. Kategori Gizi Baik, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0

4. Kategori Gizi Lebih, jika Z-score >2,0

b) Berdasarkan indikator TB/U

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan

tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan

tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah

kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi

terhadap tingii badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.

Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini

menggambarkan status gizi masa lalu. Menurut Beaton dan Bengoa

(1973) indeks TB/U dapat memberikan status gizi masa lampau dan

status sosial ekonomi.

Kategori TB/U :

1. Kategori Sangat Pendek, jika Z-score < -3,0

2. Kategori Pendek, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0

3. Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0

c) Berdasarkan indikator BB/TB:

1. Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0

2. Kategori Kurus, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0

3. Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0

4. Kategori Gemuk, jika Z-score >2,0

12
Perhitungan angka prevalensi dilakukan sebagai berikut :

 Prevalensi gizi buruk = (Jumlah balita gizi buruk/jumlah seluruh

balita) x 100

 Prevalensi gizi kurang = (Jumlah balita gizi kurang/jumlah seluruh

balita) x100%

 Prevalensi gizi baik = (Jumlah balita gizi baik/jumlah seluruh balita)

x 100%

 Prevalensi gizilebih = (Jumlah balita gizi lebih/jumlah seluruh

balita) x 100%

d) IMT / U

Pengukuran status gizi dilakukan dengan metode antropometri

melalui perhitungan indeks IMT/U. IMT/U digunakan untuk anak yang

berumur 5-19 tahun, dengan menggunakan z score.

Kategori IMT/U :

1. Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0

2. Kategori Kurus, jika Z-score < - 2SD

3. Kategori Normal, jika Z-score -2SD sampai +1SD

4. Kategori Gemuk, jika Z-score > + 1SD

5. Kategori Obese I, jika Z-score >+2SD

6. Kategori Obese II jika, Z-score >+3SD

C. Survei Konsumsi

Pengukuran konsumsi makanan adalah salah satu metode pengukuran

status gizi secara tidak langsung dengan cara mengukur kualitas dan kuantitas

13
makanan yang dikonsumsi baik tingkat individu, rumah tangga dan

masyarakat.

Menurut Supariasa et al. (2001) mengatakan bahwa walaupun data survei

konsumsi makanan sering digunakan untuk mengukur status gizi secara tidak

langsung, namun hasilnya dapat digunakan sebagai bukti awal terjadinya

kekurangan gizi pada seseorang.Olehkarena itu metode ini sudah umum

digunakan oleh hampir semua negara termasuk penggunaannya di Indonesia.

Di Indonesia metode ini sudah banyak digunakan mulai tahun 1970an dan

sampai sekarang.Hal ini dapat terlihat pada penelitian Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementrian Kesehatan RI.

 Bayi

Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis

dan jumah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang

lalu. Dalam metode ini, responden, ibu atau pengasuh (bila anak masih

kecil) diminta untuk menceritakaan semua yang dimakan dan diminum

selama 24 jam yang lalu (kemarin).

Biasanya dimulai sejak ia bangun pagi kemarin sampai dia istirahat

tidur malam harinya atau dapat juga dimulai dari waktu saat dilakukan

wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh. Misalnya, petugas

datang pada pukul 07.00 ke rumah responden, maka konsumsi yang

ditanyakan adalah mulai pukul 07.00 (saat itu) dan mundur ke belakang

14
sampai pukul 07.00, pagi hari sebelumnya.Wawancara dilakukan oleh

petugas yang sudah terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur.

Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam

data yang diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif. Oleh karena itu,

untuk mendapatkan data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan

individu ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat URT (sendok,

gelas, piring, dan lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan

sehari-hari.

Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data

yang diperoleh kurang represntatif untuk menggambarkan kebiasaan

makanan individu. Oleh karena itu, recall 24 jam sebaiknya dilakukan

berulang-ulang dan harinya tidak berturut-turut.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam

tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat gizi lebih

optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian

individu (Sanjur, 1997).

 Balita

Asupan makanan adalah memberikan zat gizi untuk energi dan

perbaikan jaringan, dan ASI dapat memberikan semua kebutuhan gizi bagi

kehidupan 4 bulan pertama (Sacharin,1996).

Jika produksi ASI cukup, maka pertumbuhan bayi untuk 4 -5 bulan

pertama akan memuaskan, pada umur 5-6 bulan berat badan bayi akan

menjadi 2 kali lipat daripada berat badan lahir. Maka sampai umur 4-5

15
bulan tidak perlu memberi makanan tambahan pada bayi, kecuali sedikit

jus buah seperti tomat, jeruk, pisang, dan sebagainya (Pudjiadi,2000).

Bayi usia 0-6 bulan masih mendapatkan ASI eksklusif, metode

yang dapat digunakan adalah dengan menghitung frekuensi ASI dan

lamanya waktu menyusu.

D. Bayi

a. Air Susu Ibu (ASI)

1. Pengertian

Menurut WHO (2006), definisi ASI eksklusif adalah bahwa bayi

hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan

ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali

sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat. Pemberian ASI

secara eksklusif menurut DepKes (2003) adalah pemberian ASI saja

kepada bayi tanpa diberi makanan dan minuman lain sejak dari lahir

sampai usia 6 bulan, kecuali pemberian obat dan vitamin.

Pemberian ASI eksklusif pada bayi meliputi hal-hal

berikut :

 Setelah bayi dilahirkan segera diberikan ASI (dalam waktu ½ - 1

jam), memberikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari

pertama),

 Tidak memberikan makanan atau minuman (seperti air kelapa, air

tajin, air teh, madu, pisang ) kepada bayi sebelum diberikan ASI,

16
 ASI diberikan sesuai kemauan bayi tanpa perlu dibatasi waktu dan

frekuensinya ( pagi, siang dan malam hari ) dan memberikan ASI saja

sampai bayi berusia 6 bulan.

b. Manfaat pemberian asi eksklusif pada bayi

a. ASI sebagai makanan yang bergizi bagi bayi

 Komposisi ASI pada satu ibu akan berbeda dengan komposisi ASI

pada ibu yang lain, karena Disesuaikan dengan kebutuhan bayinya

sendiri

 Komposisi ASI berbeda-beda dari hari ke hari

 ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas

maupun kuantitasnya

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

 Bayi dapat membuat zat kekebalan tubuh sehingga mencapai kadar

protektif, yaitusaat usia 9 sampai 12 bulan

 ASI dapat menigkatkan kekebalan tubuh bayi yang baru lahir,

karena mengandungzat kekebalan tubuh yang dapat melindungi

bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi

 Bayi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan

dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif

c. ASI eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan

 Periode awal kehamilan s/d bayi berusia 12-18 bulan merupakan

periode pertumbuhan otak yang cepat Gizi yang diberikan

merupakan faktor terpenting dalam proses pertumbuahn otak

17
 ASI eksklusif dapat menjamin tercapainya pengembangan potensi

kecerdasan anak secara optimal

 Zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi, yang

terdapat dalam ASI namun sangat sedikit pada susu sapi, yaitu

taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega

3, omega 6)

d. ASI eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu

dan anak

c. Cara Menghitung Volume Asi

- Tahun pertama : 400-700 ml/24 jam

- Tahun kedua : 200-400 ml/24 jam

- Tahun ketiga : 200 ml/24 jam

Contoh kasus :

Anak perempuan umur 8 bulan, BB 8 kg, DBW (desirable body weight) 8

kg, PB 85 cm, asi yang diberikan hanya sore-malam hari dengan frekuensi

4 kali dengan lama waktu tiap kali pemberian ASI ±20 menit.

Perhitungan :

Taksiran volume ASI

kebutuhan tahun pertama 400-700 ml

contoh :pemberian ASI 12 kali sehari, maka

diambil kebutuhan 700 ml = 58,35 (1 kali pemberian)

12

18
 Kalori : 58,3 x 62 =36,14

100

Jadi, 36,14 x 12 kali pemberian = 433,75 kal/hari

 Protein : 58,3 x 1,5 = 0,87 g/hari

100

: 0,87 x 12 =10,49 kkal

 Lemak : 58,3 x 3,3 = 1,92 g/hari

100

: 1,92 x 12 = 23,08 kkal

 Karbohidrat : 58,3 x 7 = 4,08 g/hari

100

: 4,08 x 12 = 48,97 kkal

E. MP-ASI

1. Pengertian MP-ASI

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan

atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau

anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI

merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.Pengenalan

dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk

maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi.Pemberian MP-ASI

yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan

perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini, tetapi

sangat diperlukan hygienitas dalam pemberian MP-ASI tersebut. Sanitasi

19
dan hygienitas MP-ASI yang rendah memungkinkan terjadinya

kontaminasi mikroba yang dapat meningkatkan risiko atau infeksi lain

pada bayi. Selama kurun waktu 4-6 bulan pertama ASI masih mampu

memberikan kebutuhan gizi bayi, setelah 6 bulan produksi ASI menurun

sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dipenuhi dari ASI saja. Peranan

makanan tambahan menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

gizi bayi tersebut.

Makanan pendamping ASI dapat disiapkan secara khusus untuk

bayi atau makanannya sama dengan makanan keluarga, namun tekturnya

disesuaikan dengan usia bayi dan kemampuan bayi dalam menerima

makanan.

2. Tujuan Pemberian MP-ASI

Pada umur 0-6 bulan pertama dilahirkan, ASI merupakan makanan

yang terbaik bagi bayi, namun setelah usia tersebut bayi mulai

membutuhkan makanan tambahan selain ASI yang disebut makanan

pendamping ASI. Pemberian makanan pendamping ASI mempunyai

tujuan memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan bayi atau balita

guna pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikomotorik yang

optimal, selain itu untuk mendidik bayi supaya memiliki kebiasaan makan

yang baik.Tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik jika dalam

pemberian MP-ASI sesuai pertambahan umur, kualitas dan kuantitas

makanan baik serta jenis makanan yang beraneka ragam.

20
MP-ASI diberikan sebagai pelengkap ASI sangat membantu bayi

dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan

kebiasaan makan yang baik [13]. Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk

menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak

dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus, dengan demikian

makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan

nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI.

Pemberian MP-ASI pemulihan sangat dianjurkan untuk penderita

KEP, terlebih bayi berusia enam bulan ke atas dengan harapan MP-ASI ini

mampu memenuhi kebutuhan gizi dan mampu memperkecil kehilangan

zat gizi.

3. Persyaratan MP-ASI

Makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan sejak bayi berusia

6 bulan. Makanan ini diberikan karena kebutuhan bayi akan nutrien-

nutrien untuk pertumbuhan dan perkembangannya tidak dapat dipenuhi

lagi hanya dengan pemberian ASI. MP-ASI hendaknya bersifat padat gizi,

kandungan serat kasar dan bahan lain yang sukar dicerna seminimal

mungkin, sebab serat yang terlalu banyak jumlahnya akan mengganggu

proses pencernaan dan penyerapan zat-zat gizi.

Selain itu juga tidak boleh bersifat kamba, sebab akan cepat

memberi rasa kenyang pada bayi. MP-ASI jarang dibuat dari satu jenis

bahan pangan, tetapi merupakan suatu campuran dari beberapa bahan

pangan dengan perbandingan tertentu agar diperoleh suatu produk dengan

21
nilai gizi yang tinggi. Pencampuran bahan pangan hendaknya didasarkan

atas konsep komplementasi protein, sehingga masing-masing bahan akan

saling menutupi kekurangan asam-asam amino esensial, serta diperlukan

suplementasi vitamin, mineral serta energi dari minyak atau gula untuk

menambah kebutuhan gizi energy.

4. Resiko Pemberian MP-ASI Terlalu Dini

Pemberian MP-ASI harus memperhatikan Angka Kecukupan Gizi

(AKG) yang dianjurkan berdasarkan kelompok umur dan tekstur makanan

yang sesuai perkembangan usia balita. Terkadang ada ibu-ibu yang sudah

memberikannya pada usia dua atau tiga bulan, padahal di usia tersebut

kemampuan pencernaan bayi belum siap menerima makanan tambahan.

Akibatnya banyak bayi yang mengalami diare. Masalah gangguan

pertumbuhan pada usia dini yang terjadi di Indonesia diduga kuat

berhubungan dengan banyaknya bayi yang sudah diberi MP-ASI sejak

usia satu bulan, bahkan sebelumnya.

Pemberian MP-ASI terlalu dini juga akan mengurangi konsumsi

ASI, dan bila terlambat akan menyebabkan bayi kurang gizi. Sebenarnya

pencernaan bayi sudah mulai kuat sejak usia empat bulan. Bayi yang

mengonsumsi ASI, makanan tambahan dapat diberikan setelah usia enam

bulan. Selain cukup jumlah dan mutunya, pemberian MP-ASIjuga perlu

memperhatikan kebersihan makanan agar anak terhindar dari infeksi

bakteri yangmenyebabkan gangguan pecernaan.

22
Umur yang paling tepat untuk memperkenalkan MP-ASI adalah

enam bulan, padaumumnya kebutuhan nutrisi bayi yang kurang dari enam

bulan masih dapat dipenuhi oleh ASI.Tetapi, stelah berumur enam bulan

bayi umumnya membutuhkan energi dan zat giziyang lebih untuk tetap

bertumbuh lebih cepat sampai dua kali atau lebih dari itu, disamping itu

pada umur enam bulan saluran cerna bayi sudah dapat mencerna sebagian

makanan keluarga seperti tepung.

Menurut Utami bahwa bayi yang mendapat MP-ASI kurang dari

empat bulan akanmengalami risiko gizi kurang lima kali lebih besar

dibandingkan bayi yang mendapatkan MPASI pada umur empat-enam

bulan setelah dikontrol oleh asupan energi dan melakukan penelitian

kohort selama empat bulan melaporkan pemberian MP-ASI terlalu dini

(<empat bulan) berpegaruh pada gangguan pertambahan berat badan bayi,

meskipun tidak berpengaruh pada gangguan pertambahan panjang bayi.

Pemberian makanan tambahan terlalu dini kepada bayi sering ditemukan

dalam masyarakat seperti pemberian pisang, madu, air tajin, air gula, susu

formula dan makanan lain sebelum bayi berusia 6 bulan. Adapun resiko

pemberian makanan tambahan terlalu dini, yaitu:

1. Resiko Jangka Pendek

Resiko jangka pendek yang terjadi seperti mengurangi keinginan

bayi untuk menyusui sehingga frekuensi dan kekuatan bayi menyusui

berkurang dengan akibat produksi ASI berkurang. Selain itu pengenalan

serelia dan sayur-sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerpan zat

23
besi dan ASI, walaupun konsentrasi zat besi dalam ASI rendah, tetapi

lebih mudah diserap oleh tubuh bayi.Pemberian makanan dini seperti

pisang, nasi didaerah pedesaan di Indonesia sering menyebabkan

penyumbatan saluran cerna/diare serta meningkatnya resiko terkena

infeksi.

2. Resiko Jangka Panjang

Resiko jangka panjang dihubungkan dengan obesitas, kelebihan

dalam memberikan makanan adalah resiko utama dari pemberian

makanan yang terlalu dini pada bayi. Konsekuensi pada usia-usia

selanjutnya adalah kelebihan berat badan ataupun kebiasaan makan

yang tidak sehat.Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah (±

15 mg/100 ml), namun jika masukan dari diet bayi dapat meningkat

drastis jika makanan telah dikenalkan. Konsekuensi di kemudian hari

akan menyebabkan kebiasaan makan yang memudahkan terjadinya

gangguan hipertensi. Selain itu, belum matangnya system kekebalan

dari usus pada umur yang dini dapat menyebabkan alergi terhadap

makanan.

F. Pemberian Makanan Anak Umur 0-24 Bulan Yang Baik Dan Benar

Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan kemampuan

bayi menerima makanan, maka makanan bayi atau anak umur 0-24 bulan

dibagi menjadi 4 tahap yaitu :

24
1. Makanan bayi umur 0-6 bulan

- Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)

Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI

terutama pada 30 menit pertama setelah lahir. Pada periode ini ASI saja

sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, ASI adalah makanan terbaik

untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu, dengan menyusui

akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak

- Berikan kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental

dan berwarna kekuning-kuningan.Kolostrum mengandung zat-zat gizi

dan zat kekebalan yang tinggi.

- Berikan ASI dari kedua payudara

Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah

ke payudara lainnya, ASI diberikan 8-10 kali setiap hari

2. Makanan bayi umur 6-9 bulan

- Pemberian ASI diteruskan

- Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga

secara bertahap, karena merupakan makanan peralihan ke makanan

keluarga

- Berikan makanan selingan 1 kali sehari, seperti bubur kacang hijau, buah

dan lain-lain.

- Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan, seperti

lauk pauk dan sayuran secara berganti-gantian.

25
3. Makanan bayi umur 12-24 bulan

- Pemberian ASI diteruskan. Pada periode umur ini jumlah ASI sudah

berkurang, tetapi merupakan sumber zat gizi yang berkualitas tinggi.

- Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya 3 kkali

sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan.

Disamping itu tetap berikan makanan selingan 2 kali sehari.

- Variasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan

makanan. Misalnya nasi diganti dengan mie, bihun, roti, kentang dan

lain-lain. Hati ayam diganti dengan telur, tahu, tempe dan ikan. Bayam

diganti degan daun kangkung, wortel dan tomat. Bubur susu diganti

dengan bubur kacang ijo, bubur sum-sum, biskuit dan lainlain.

- Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba.

Kurangi frekuensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

- Pada prinsipnya makanan tambahan untuk bayi atau yang biasa dikenal

sebagai makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang kaya

zat gizi, mudah dicerna, mudah disajikan, mudah menyimpannya,

higienis dan harganya terjangkau. Makanan tambahan pada bayi dapat

berupa campuran dari beberapa bahan makanan dalam perbandingan

tertentu agar diperoleh suatu produk dengan nilai gizi yang tinggi.

26
G. Balita

1. Pengertian Balita

Anak balita adalah sebagai masa emas atau “golden ade” yaitu insan

manusia yang berusia 0-5 tahun (UU No. 20 Tahun 2003), meskipun

sebagian pakar menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8

tahun (Kurniadi, 2012).

2. Pola Asuh

Pola asuh gizi merupakan praktek dirumah tangga yang diwujudkan

dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber daya

lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sedangkan menurut Zeitlin (2000) yang dikutip oleh Prahesti (2001)

mengatakan bahwa salah satu aspek kunci dalam pola asuh gizi adalah

praktek penyusuan dan pemberian MP-ASI. Lebih lanjut praktek

penyusuan meliputi pemberian kolostrum, praktek pemberian

makanan/minuman prelaktal, menyusui secara eksklusif, dan praktek

penyapihan.

Menurut (LIPI, 2000), aspek kunci pola asuh gizi:

 Perawatan dan perlindungan bagi ibu untuk anaknya

Setiap orangtua berkewajiban untuk memberikan perawatan dan

perlindungan yang aman dan nyaman bagi anak. Masa lima tahun

pertama merupakan masa yang akan menentukan pembentukan fisik,

psikis, maupun kecerdasan otak sehingga masa ini anak mendapatkan

perawatan dan perlindungan yang intensif (Eveline & nanang D, 2010)

27
 Praktek menyusui dan pemberian MP-ASI

Menyusui adalah proses pemberian ASI kepada bayi. Pemberian

ASI berarti menumbuhkan kasih sayang antar ibu dan bayinya seperti

berbicara, mendekap dan mengelus bayi. pemberian ASI akan

mempengaruhi tumbuh kembang dan kecerdasan anak (Budi Sutomo &

Dwi Yanti A, 2010)

Makanan tambahan mulai diberikan pada bayi setelah bayi berusia

6 bulan, ASI pun harus tetap diberikan kepada bayi paling tidak sampai

usia 24 bulan. Makanan tambahan bagi bayi ini harus menjadi pelengkap

dan dapat memenuhi kebutuhan bayi. Jadi makanan tambahan bagi bayi

berguna untuk menutupi kekurangan zat gizi yang terkandung didalam

ASI (Waryana,2010).

 Pengasuhan psiko-sosial

Pengasuhan psiko-sosial di dasarkan pada hubungan timbal balik

antara ibu dan anak. Meningkatkan kedekatan ibu dan anak ditentukan

dengan frekuensi interaksi dan sikap selalu menebarkan senyum terhadap

anaknya (Soetjiningsih, 1998)

 Kebersihan diri dan sanitasi lingkungan

Perilaku kesehatan merupakan salah satu atau penyebab atau resiko

utama penyebab masalah gizi (LIPI, 2000) Lingkungan merupakan faktor

yang sangat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak. Lingkungan

juga berfungsi menyediakan kebutuhan dasar bagi tumbuh kembang

anak. peran orangtua dalam membantu proses pertumbuhan dan

28
perkembangan anak adalah dengan membentuk kebersihan diri dan

sanitasi lingkungan yang sehat. Lingkungan rumah bersanitasi buruk,

paparan sinar matahari yang minim, sirkulasi udara yang tidak lancar,

akan berdampak buruk bagi proses tumbuh kembang anak. Apalagi jika

lingkungan sangat kaya dengan kandungan zat-zat berbahaya (Eveline &

Nanang D, 2010).

29
BAB III

METODE KEGIATAN

A. Desain Kegiatan

Kegiatan ini menggunakan metode wawancara untuk mendapatkan

informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan

pada responden.

B. Variabel

Variabel dari kegiatan ini menggunakan variabel antara lain :

1. Karakteristik Responden : pekerjaan, pendapatan dan pendidikan

2. Status gizi bayi dan balita berdasarkan 3 indeks yaitu BB/U, PB/U dan

BB/PB

3. Asupan Bayi dan Balita

4. Pola Asuh Balita

5. Pengetahuan ASI Eksklusif

6. Pengetahuan MP-ASI

30
C. Definisi operasional

N Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala


o
1 Pendidikan ayah Pendidikan Wawancara Questioner 0=belum Nomi
dan ibu adalah sekolah nal
pendidikan 2=TK
terakhir atau 3=SD
yang telah 4=SMP
dilalui oleh ibu 5=SMA
dan ayah 6=SI
2 Pekerjaan Pekerjaan Wawancara Questioner 1=PNS Nomi
adalah suatu 1 =ABRI nal
usaha yang 2 =Petani
dilakukan oleh 3 =Buruh
ayah dan ibu 4 =Supir
untuk 5 =dagang
menghasilkan 6 =pegawai
materi swasta
7 =pensiunan
8 =wirausaha
10=tidak bekerja
11=belum
bekerja
3 BB/U BB/U lebih Antropomet Timbanga 0=buruk,< -3SD Nomi
menggambarkan ri n Berat 1=baik, jika - nal
status gizi Badan 2SD sampai
seseorang saat dgn 2 SD
ini. 2=kurang -3 SD
sampai dgn <
-2 SD
3=lebih > 2SD
4 TB/U Indeks TB/U Antropomet Microtoa 0=sangat pendek Nomi
menggambarkan ri ,< -3SD nal
status gizi masa 1=normal, jika -
lalu. 2SD sampai
dgn 2 SD
2=pendek -3 SD
sampai dgn <
-2 SD
3=Tinggi > 2SD
5 BB/TB Indeks BB/TB Antripometr Timbanga 0=sangat kurus Nomi
menggambarkan i n Berat ,< -3SD nal
status gizi masa badan 1=normal, jika -
lalu. 2SD sampai
Microtoa dgn 2 SD

31
2=kurus -3 SD
sampai dgn <
-2 SD
3=gemuk > 2SD
6 ASI ESKLUSIF Asi esklusif Wawancara Questioner 0=tidak ASI Nomi
adalah ekslusif jika nal
pemberian ASI memberikan
saja pada bayi MP-ASI
tanpa tambahan sebelum
apa pun sampai umur 5 bulan
usia 5 bulan 29 29 hari
hari. 1=ASI ekslusif
jika bayi tidak
mendapat
asupan makanan
apapun sebelum
usia 5 bulan 29
hari
7 Pengetahuan Pengetahuan ibu Wawancara Questioner 0=kurang jika - Nomi
ASI eksklusif tentang asi 60 nal
eksklusif. 1=baik >60
8 Pengetahuan Makanan Wawancara Questioner 0=kurang jika - Nomi
MP-ASI Pendamping Air 60 nal
Susu Ibu (MP- 1=baik >60
ASI) adalah
makanan atau
minuman yang
diberikan selain
ASI. Setelah
usia bayi men
9 Asupan energy Konsumsi Wawancara Questioner 0=kurang jika Nomi
energy dari <90% AKG nal
responden 1=baik, jika 90-
120% AKG
2=lebih jika
>120% AKG
1 Asupan Konsumsi Wawancara Questioner 0=kurang jika Nomi
0 karbohidrat karbohidrat dari <90% AKG nal
responden 1=baik, jika 90-
120% AKG
2=lebih jika
>120% AKG
1 Asupan lemak Konsumsi lemak Wawancara Questioner 0=kurang jika Nomi
1 dari responden <90% AKG nal
1=baik, jika 90-

32
120% AKG
2=lebih jika
>120% AKG
1 Asupan protein Konsumsi Wawancara Questioner 0=kurang jika Nomi
2 protein dari <90% AKG nal
responden 1=baik, jika 90-
120% AKG
2=lebih jika
>120% AKG
1 Pola asuh Pola asuh adalah Wawancara Questioner 0=kurang jika - Nomi
3 pola perilaku 60 nal
yang diterapkan 1=baik >60
oleh orang tua
pada anaknya.

D. Waktu dan Tempat kegiatan

Pelaksanaan program gizi akan dilaksanakan bulan November diwilayah

kerja Puskesmas Sidomulyo RT 19 Kota Bengkulu Tahun 2017.

E. Populasi dan sampel

1. Populasi

Bayi dan balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo RT 19

Kota Bengkulu Tahun 2017.

2. Sampel

Bayi dan Balita yang datang ke Puskesmas kerja Puskesmas Sidomulyo

RT 19 Kota Bengkulu Tahun 2017.

33
F. Tenik Kegiatan

1. Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer dikumpulkan dengan wawancara kepada ibu bayi dan

balita diwilaya kerja puskesmas Kuala Lempuing kota Bengkulu tahun

2017.dengan menggunakan quesioner meliputi (pendidikan ibu dan

ayah, pekerjaan ibu dan ayah, status gizi BB/U, PB/U, BB/PB, ASI

eksklusif, MP-ASI, dan pola asuh). Status gizi bayi dan balita dengan

menggunakan timbangan bayi, timbangan injak, alat panjang badan,

dan microtoise.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi wilayah/lokasi kegiatan,

keadaan umum tempat kegiatan serta makanan yang dimakan oleh Bayi

dan Balita.

2. Alat Pengumpulan Data

Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

1. Quesioner pengertahun ASI eksklusif, MP-ASI

2. Timbangan Injak

3. Microtoise

4. Alat panjang badan Bayi

5. Timbangan bayi baby scale

34
3. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data selesai,

dilakukan dengan maksud agar yang dikumpulkan memiliki sifat yang

jelas, adapun langkah dalam pengolahan data yaitu:

a. Editing (pemeriksaan data)

Kegiatan ini meliputi pemeriksaaan dan melengkapi serta

memperbaiki data yang telah diperoleh dari kegiatan seperti pendidikan

ibu dan ayah, pekerjaan ibu dan ayah, status gizi BB/U, PB/U, BB/PB,

ASI eksklusif, MP-ASI, dan pola asuh.

b. Coding (pengkodean data)

Coding adalah merubah data terbentuk huruf menjadi data bilangan

dengan memberikan kode-kode pada variabel kegiatan dengan tujuan

memudahkan pengolahan data.

c. Entry (memasukan data)

Data yang diperoleh seperti data identitas bayi, balita, ayah dan

ibu. pendidikan ibudan ayah, pekerjaan ibu dan ayah, status gizi BB/U,

PB/U, BB/PB, ASI eksklusif, MP-ASI, dan pola asuh di rekap menjadi

data mentah lalu di ketik dan diolah menggunakan aplikasi di komputer.

d. Cleaning (pembersihan data)

Sebelum melakukan analisis data, data mentah yang diperoleh

terlebih dahulu dilakukan pengecekan, pembersihan, jika ditemukan

kesalahan pada entri data. Data yang tidak lengkap dikeluarkan dari

35
master data. Data-data yang sudah didalam table diperiksa kembali dan

sudah bebas dari kesalahan-kesalahan (Notoatmodjo, 2012).

4. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap

variabel dalam analisis kegiatan. Analisis univariat ini mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel kegiatan. Pada umumnya dalam analisis ini

hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel,

(Notoatmodjo, 2010). Hasil analisis univariat akan dihasilkan dalam

bentuk tabel dan narasi. Variabel yang akan di lakukan analisis

univariat dalam kegiatan ini adalah variabel pendidikan ibu dan ayah,

pekerjaan ibu dan ayah, status gizi BB/U, PB/U, BB/PB, ASI eksklusif,

MP-ASI, dan pola asuh. Hasil analisis univariat ini akan diketahui

gambaran perencanaan program gizi pada bayi dan balita diwilayah x

tahun 2017.

36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum wilayah tempat kegiatan


Kegiatan ini dilaksanakan di RT 19 Kelurahan Sidomulyo pada
tanggal 4-8 Desember 2017. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui status
gizi anak dengan cara mengukur Tinggi badan, Berat Badan dan menghitung
asupan pada Bayi dan Balita. Pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan metode antropometri yakni BB dan Panjang Badan serta data
asupan makanan dari wawancara berdasarkan Food Recall 24 Jam. Alat yang
digunakan adalah Timbangan injak, microtoice, timbangan Bayi dan kuesioner
Bayi dan Balita.
Tahap pertama yang dilakukan pada awal kegiatan adalah membuat
proposal dasar yang dimulai dari Latar Belakang, Tujuan, Tinjauan Pustaka
serta Metodologi kegiatan. Setelah selesai membuat proposal dasar maka
selanjutnya adalah turun ke lapanan yaitu mencari data bayi dan balita.
Kegiatan ini dilakukan mulai tanggal 4-8 Desember 2017 dilakukan
didaerah RT 19 Kelurahan Sidomulyo . Populasi yang diambil dalam
penelitian ini adalah bayi dan Balita masing-masing orang 2 Balita dan 2 Bayi.
Sampel dalam kegiatan ini berjumlah 4 orang.
Pengambilan data terdiri dari data primer yaitu data dikumpulkan secara
langsung yang diperoleh dengan melakukan pengukuran antropometri dan
kuesinoner Bayi dan Balita, from Food Recall 24 jam. Data sekunder
diperoleh dari masyarakat RT 19 Kelurahan Sidomulyo Kota Bengkulu berupa
nama bayi dan balita.
Tahap pelaksanaan meliputi pengambilan data yang dilakukan selama
lebih kurang 1 minggu, data yang terkumpul kemudian direkapitulasi dicatat
dalam master tabel untuk selanjutnya dianalisis melalui uji statistik. Setelah
data di olah, selanjutnya adalah pembuatan laporan hasil penelitian dan
pembahasan penelitian yang telah dianalisis.

37
Data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis secara univariat untuk
menunjukkan distribusi masing-masing variabel.
B. Rencana intervensi
Berdasarkan masalah gizi yang terdapat di wilayah kerja puskesmas Kuala
Lempuing sejumlah 10 Desa maka disusun beberapa rencana intervensi gizi
diantaranya adalah :
1. Asi Eksklusif masih rendah dari target nasional yaitu 45%, maka kegiatan
yang akan dilakukan adalah :
a. Penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif
b. Promosi gizi tentang Asi Ekslusif dengan metode penyebaran leaflet di
wilayah kerja puskesmas Kuala Lempuing
c. Pembentukan kelompok kader
d. Pelatihan/penyegaran kader dalam pemberian Asi eksklusif
2. Asupan makanan zat gizi makro (Protein, Lemak, Karbohidrat) masih
rendah
3. Status gizi :
a. Gizi Kurang, rencananya adalah :
1) Pemberian PMT gizi pada bayi
2) Lomba Makanan sehat untuk bayi dan balita
b. Gizi Buruk
1) Dirujuk ke rumah sakit
c. Gizi Lebih
1) Penyuluhan dan edukasi gizi kepada orang tua bayi dan balita
2) Kegiatan olahraga untuk balita
4. Pengetahuan Ibu yang kurang tentang pola asuh pada bayi :
a. Penyuluhan dan edukasi gizi tentang pola asuh yang baik

38
C. Intervensi
Berdasarkan data yang didapat maka rencana intervensi nya adalah :
1. Pada bayi dan balita gizi kurang diberikan PMT (Pemberian Makanan
Tambahan)
2. Bayi dan balita diberikan makanan tambahan untuk balita dengan status gizi
kurang
3. Edukasi gizi pada ibu bayi dan balita tentang ASI dan MP-ASI
4. Penyuluhan tentang ASI Eksklusif (Hasil yang didapat sebesar 30% hal ini
menandakan bahwa ASI Eksklusif masih rendah jika dibandingkan dengan
cakupan persentase program pemerintah sebesar 40%)
D. Tabel Rekap

1. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin
Umur Laki-laki Perempuan
F % F %
Bayi 0-11 bulan

Balita 12-60

2. Bayi
a. Distribusi penduduk berdasarkan pendidikan ayah/ibu

Jenis kelamin
Pendidikan Laki Perempuan
F % F %
Belum sekolah
TK
SD
SMP
SMA
PT

39
b. Distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan ayah/ibu

Jenis kelamin
Pekerjaan Laki Perempuan
F % F %
PNS
ABRI
Petani
Buruh
Supir
Dadang
Pegawai swasta
Pensiunan
Wira usaha
Tidak bekerja
Belum bekerja
Total

c. Distribusi frekuensi bayi berdasarkan status gizi BB/U

Status Gizi BB/U Frekuensi Persentase


Kurang
Baik
Total

d. Distribusi frekuensi bayi berdasarkan status gizi TB/U

Status Gizi TB/U Frekuensi Persentase

Kurang
Baik
Total

40
e. Distribusi frekuensi bayi berdasarkan status gizi BB/PB

Status Gizi BB/TB Frekuensi Persentase

Kurang
Baik
Total

f. Distribusi frekuensi bayi berdasarkan pengetahuan ibu tentang ASI


Ekslusif

Pengetahuan ASI Ekslusif Frekuensi Persentase


Baik
Kurang
Total

g. Distribusi frekuensi bayi berdasarkan asupan Zat Gizi Makro ( Energi )

Asupan Energi Frekuesi Persentase


Lebih
Baik
Kurang
Total

h. Distribusi frekuensi bayi berdasarkan asupan Zat Gizi Makro ( KH )

Asupan Karbohidrat Frekuesi Persentase


Lebih
Baik
Kurang
Total

i. Distribusi frekuensi bayi berdasarkan asupan Zat Gizi Makro ( Lemak )

Asupan Lemak Frekuensi Persentase


Lebih
Baik
Kurang
Total

41
j. Distribusi frekuensi bayi berdasarkan asupan Zat Gizi Makro ( Protein )

Asupan Protein Frekuesi Persentase


Lebih
Baik
Kurang
Total

2. Balita
a. Distribusi frekuensi balita berdasarkan Pola Asuh

Pola asuh Ftekuensi Persentase


Baik
Kurang
Total

b. Distribusi frekuensi balita berdasarkan Status Gizi BB/U

Status Gizi Frekuensi %


Status gizi BB/U
Buruk
Kurang
Baik
Lebih
Status Gizi TB/U
Sangat pendek
Pendek
Normal
Status Gizi BB/TB
Buruk
Kurang
Baik
Lebih
TOTAL

42
c. Distribusi frekuensi balita berdasarkan Asupan Zat Gizi Makro

Asupan Frekuennsi %
Asupan Energi
Lebih
Baik
Kurang
Asupan Karbohidrat
Lebih
Baik
Kurang
Asupan Lemak
Lebih
Baik
Kurang
Asupan Protein
Lebih
Baik
Kurang
TOTAL

d. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu mengenai MP ASI

Pengetahuan MP ASI Frekuensi persentase


Baik
Kurang
Total

43
BAB V

PENUTUP

a. Kesimpulan

b. Saran

44

Anda mungkin juga menyukai