LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ......... TAHUN 2018
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA
ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN
TAHUN ANGGARAN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan
nasional dalam rangka mewujudkan visi misi Presiden dan
implementasi Nawa Cita yang kelima yaitu meningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia.
Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, diselenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat, dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
mengamanatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu
sumber pembiayaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi,
diantaranya untuk meningkatkan pembangunan kesehatan,
sehingga Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang merata,
terjangkau dan berkualitas. Pasal 108 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 33 Tahun 2004 menyebutkan Dana Dekonsentrasi dan Dana
Tugas Pembantuan secara bertahap dialihkan menjadi Dana Alokasi
Khusus.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, pada Pasal 298 ayat (7) menyebutkan belanja DAK
diprioritaskan untuk mendanai kegiatan fisik dan dapat digunakan
untuk kegiatan nonfisik. Tahun 2017 Pemerintah mengalokasikan
anggaran DAK Bidang Kesehatan sebesar Rp. 23.220.987.883.000,-
terdiri dari DAK Fisik Reguler sebesar Rp. 16.603.787.883.000,-,
dan DAK Nonfisik sebesar Rp. 6.617.200.000.000,-. Dengan
meningkatnya anggaran DAK Bidang Kesehatan Tahun 2017 untuk
kegiatan fisik dan nonfisik, diharapkan dapat mendukung
pembangunan kesehatan di daerah yang sinergis dengan prioritas
nasional.
Pengalokasan DAK bidang Kesehatan ini, tidak untuk
mengambil alih tanggung jawab pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pembiayaan pembangunan kesehatan di daerah
sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Dalam konsep pembangunan nasional, Kementerian Kesehatan
bertanggung jawab melaksanakan Program Indonesia Sehat yang
bertujuan untuk; 1) meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam lingkungan hidup
yang sehat agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal melalui terciptanya perilaku hidup sehat sehingga
terwujudnya bangsa yang mandiri, maju dan sejahtera, 2)
terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat di bidang kesehatan
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya. Pelaksanaan program Indonesia Sehat ini memerlukan
kerangka regulasi dan kebijakan pembiayaan pembangunan
kesehatan yang komprehensif antar pemerintahan dan antar pelaku
pembangunan kesehatan.
Mempertimbangkan tanggung jawab pengelolaan DAK Bidang
Kesehatan berada di tangan Bupati/Walikota yang secara teknis
dilaksanakan oleh Kepala Dinas Kesehatan dan atau Direktur
-3-
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar,
pelayanan kesehatan rujukan, pelayanan kefarmasian dan
peningkatan kegiatan promotif preventif dalam rangka
mendukung Program Indonesia Sehat terutama untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan gizi masyarakat serta
meningkatkan pemeratan pelayanan kesehatan, melalui
pembangunan/perbaikan /peningkatan sarana prasarana dan
peralatan Puskesmas dan jaringannya, pemenuhan fasilitas
sarana prasarana dan peralatan di RS Rujukan
Nasional/Provinsi/Regional Kabupaten/Kota, mendukung
ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan serta penyediaan
sarana prasarana pelayananyang merata dan terjangkau di
pelayanan kesehatan di tingkat provinsi/kabupaten /kota
terutama bagi Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan
(DTPK) termasuk daerah transmigrasi.
Mendukung Daerah dalam penyediaan dana pembangunan
bidang kesehatan untuk mencapai target prioritas nasional
bidang kesehatan.
2. Tujuan Khusus:
a. Pemenuhan sarana prasarana dan alat yang sesuai standar
di RS Rujukan Nasional, Provinsi dan Regional
b. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal satu puskesmas
yang tersertifikasi akreditasi nasional sebanyak 700;
c. Jumlah Kab/Kota yang memiliki minimal satu RSUD yang
tersertifikasi akreditasi nasional sebanyak 287;
d. Jumlah Puskesmas yang memenuhi SPA standar sejumlah
1400 Puskesmas;
e. Jumlah RS Pratama yang dibangun sejumlah 23 RS;
f. Persentase puskesmas dengan ketersediaan obat dan
vaksin esensial sebesar 55 %
g. Persentase puskesmas yang melaksanakan pelayanan
kefarmasian sesuai standar sebesar 50 %
C. SASARAN
a. Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, beserta seluruh
UPT- nya termasuk Puskesmas Perbatasan Negara, Terpencil
dan Kepulauan;
b. RSUD Rujukan Regional/Provinsi/Nasional;
c. Rumah Sakit Daerah; dan
d. Rumah sakit kelas D pratama;
D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penggunaan DAK Bidang Kesehatan Tahun 2017
diarahkan untuk kegiatan:
1. DAK FISIK
a. DAK Fisik Afirmasi
E. KEBIJAKAN OPERASIONAL
DAK Bidang Kesehatan adalah dana yang dialokasikan dalam
APBN kepada daerah dengan tujuan untuk membantu mendanai
kegiatan yang merupakan urusan daerah sesuai dengan prioritas
nasional. Untuk bisa mengimplementasikan dengan baik, maka
diperlukan kebijakan operasional yang meliputi:
1. Kebijakan Operasional Umum
a. DAK Bidang Kesehatan bukan dana utama dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah,
sehingga daerah dituntut lebih kreatif serta inovatif dalam
memadukan semua potensi yang ada untuk pembangunan
-9-
A. PERENCANAAN
Kepala Daerah yang menerima DAK Tahun 2017 dan Kepala
SKPD yang melaksanakan perlu melakukan sinkronisasi antara
rencana kegiatan dengan dokumen perencanaan pusat dan daerah.
1. DAK Bidang Kesehatan digunakan untuk mencapai target
prioritas nasional sesuai RKP 2017 dan RKPD 2017.
2. Rencana penggunaan mulai bulan Januari sampai dengan
Desember 2017 yang dituangkan dalam rencana kegiatan yang
rinci setiap bulan.
3. Penggunaan DAK sinergis antar sumber daya yang tersedia.
B. PENGELOLAAN
1) Pengelolaan DAK Fisik Bidang Kesehatan
a. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengelola DAK
Fisik Reguler Subbidang Pelayanan Kesehatan Dasar dan
DAK Fisik Afirmasi untuk penyediaan sarana prasarana
dan peralatan kesehatan serta mengelola DAK Fisik
Penugasan untuk pembangunan Rumah Sakit Pratama.
b. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengelola DAK
Fisik Penugasan Pengadaan Alat Pengendali Mutu Vaksin
(coldchain) sesuai standar dan Pengadaan Sarana
Prasarana Schistosomiasis untuk Dinkes Kab. Sigi dan Kab
Poso.
c. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi mengelola DAK Fisik
Reguler Subbidang Pelayanan Kefarmasian untuk
penyediaan sarana prasarana pelayanan kefarmasian.
d. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengelola DAK
Fisik Reguler Subbidang Pelayanan Kefarmasian untuk
penyediaan obat dan BMHP serta sarana prasarana
pelayanan kefarmasian.
e. Direktur Rumah Sakit Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
- 13 -
D. PELAPORAN
1. Umum
a. Kepala SKPD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Direktur Rumah Sakit Provinsi/Kabupaten/Kota
melaporkan pelaksanaan kegiatan DAK Fisik dan Nonfisik
Bidang Kesehatan meliputi jenis kegiatan, lokasi kegiatan,
realisasi keuangan dan realisasi fisik kepada Dinas
Kesehatan Provinsi, paling lambat 7 hari setelah triwulan
selesai (Maret, Juni, September, Desember).
b. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan kompilasi laporan
pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di wilayah kerjanya,
kemudian hasil kompilasi meliputi jenis kegiatan, lokasi
kegiatan, realisasi keuangan dan realisasi fisik tersebut
dilaporkan kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris
Jenderal up. Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran,
paling lambat 14 hari setelah triwulan selesai (Maret, Juni,
September, Desember).
c. Kepatuhan daerah dalam menyampaikan laporan
triwulanan dapat dijadikan pertimbangan dalam
pengalokasian DAK tahun berikutnya sesuai peraturan
perundang-undangan
2. Jenis Pelaporan
Laporan dari kegiatan pemantauan teknis pelaksanaan DAK
Bidang Kesehatan terdiri:
a. Laporan triwulan yang memuat jenis kegiatan, lokasi
kegiatan, realisasi keuangan, realisasi fisik dan
permasalahan dalam pelaksanaan DAK, yang disampaikan
selambat-lambatnya 7 hari setelah akhir triwulan berakhir.
b. Laporan penyerapan DAK disampaikan kepada Menteri
Keuangan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran
Trasfer ke Daerah yang berlaku.
c. Disamping laporan triwulanan, untuk DAK Nonfisik BOK
dan Jampersal diwajibkan untuk membuat laporan rutin
bulanan capaian program (sesuai indikator Renstra 2015-
2019 dan RKP Tahun 2017), dengan menggunakan format,
mekanisme dan ketentuan yang sudah ditetapkan.
d. Laporan Tahunan DAK yang memuat hasil kinerja satu
tahun meliputi: realisasi keuangan, realisasi fisik, capaian
program, disampaikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
kepada Menteri Kesehatan (cq Sekretaris Jenderal) pada
minggu ketiga bulan Januari tahun berikutnya.
Sistematika laporan dalam formulir terlampir.
3. Kepala Daerah menyampaikan laporan triwulan yang memuat
pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran DAK kepada:
a. Menteri Kesehatan
b. Menteri Dalam Negeri
- 17 -
c. Menteri Keuangan
4. Alur Pelaporan
a. Pelaksanaan di Puskesmas
Kepala Puskesmas menyampaikan laporan rutin bulanan
capaian program kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setiap tanggal 5 bulan berikutnya.
b. Pelaksanaan di Kabupaten/Kota
1) Kepala SKPD menyampaikan laporan triwulan kepada
Sekretaris Daerah dan selanjutnya Sekretaris Daerah
melakukan kompilasi laporan SKPD. Bupati/Walikota
menyampaikan kompilasi laporan SKPD kepada
Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Teknis (Menteri Kesehatan).
2) Kepala SKPD (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Rumah Sakit Kabupaten/Kota) menyampaikan
laporan triwulan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan
selanjutnya Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan
kompilasi laporan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan
di kabupaten/kota kepada Menteri Kesehatan melalui
Sekretaris Jenderal up. Kepala Biro Perencanaan dan
Anggaran.
3) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menyampaikan laporan rutin bulanan capaian
program kepada Dinas Kesehatan Provinsi, setiap
tanggal 10 bulan berikutnya.
c. Pelaksanaan di Provinsi
1) Kepala SKPD menyampaikan laporan triwulan kepada
Sekretaris Daerah dan selanjutnya Sekretaris Daerah
melakukan kompilasi laporan SKPD. Gubernur
menyampaikan kompilasi laporan SKPD kepada
Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Teknis (Menteri Kesehatan).
2) Kepala SKPD (Dinas Kesehatan Provinsi dan Rumah
Sakit Provinsi) menyampaikan laporan triwulan
kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan selanjutnya
Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan kompilasi
laporan pelaksanaan DAK Bidang Kesehatan di
provinsi kepada Menteri Kesehatan melalui Sekretaris
Jenderal up. Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran.
3) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi menyampaikan
laporan rutin bulanan capaian program kepada
Kementerian Kesehatan, setiap tanggal 15 bulan
berikutnya.
MENTERI
SKPD SEKDA BUPATI/ KEUANGAN
KAB/KOTA WALIKOTA
MENTERI
DALAM
NEGERI
DINAS
KESEHATAN MENTERI
PROVINSI KESEHATAN
Ket :
: laporan langsung
SEB
: laporan langsung
- 19 -
BAB III
DANA ALOKASI KHUSUS FISIK BIDANG KESEHATAN
b. Berdasarkan Lokasi
a. Pemerintah Daerah telah melakukan kajian masalah kesehatan,
kebutuhan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah, bangunan dan lingkungan daerah setempat.
b. Mudah diakses masyarakat dan memiliki transportasi umum.
c. Dapat mencakup rujukan paling sedikit 3 ( tiga ) fasilitas
kesehatan tingkat pertama.
c. Berdasarkan Lahan
a. Kepemilikan lahan oleh pemerintah daerah dengan dibuktikan
sertifikat atau bukti proses sertifikat kepemilikan lahan di Badan
Pertanahan Nasioanl (BPN) dan Pembebasan dari hak tanah adat
(Budaya Lokal)
b. Kondisi lahan bebas dari pencemaran, banjir, rawan longsor dan
tidak berdekatan atau tidak berdampingan dengan tempat
bongkar muat barang, fasilitas umum, fasilitas pendidikan,
daerah industry dan area limbah pabrik.
c. Luas lahan minimal 1 (satu) ha untuk Rumah Sakit Pratama 10
TT dan 3 (tiga) ha untuk Rumah Sakit Pratama 50 TT, sesuai
dengan usulan di e-Planning Ditjen Yankes tahun 2017.
d. Administrasi
a. Kabupaten/ Kota yang mengusulkan di e-Planning 2017,
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan
dan memenuhi kriteria wilayah yang telah ditentukan
b. Surat Pernyataan bermaterai dari Bupati/Walikota yang meliputi:
1. Menyediakan lahan dengan kondisi dan luas yang
dipersyaratkan.
2. Menyediakan Sumber Daya Manusia bidang kesehatan dan
non kesehatan untuk operasional Rumah Sakit Pratama.
3. Bersedia menganggarkan Biaya Operasional RUmah Sakit
Pratama dari APBD.
4. Bersedia mengalokasi anggaran dari APBD untuk elengkapi
kebutuhan peralatan yang tidak teranggarkan dari APBN.
5. Bersedia memenuhi sarana prasarana lainnya berupa rumah
dinas dokter dan tenaga kesehatan lainnya, listrik, air bersih
dan komunikasi.
c. Sertifikat kepemilikan lahan oleh pemerintah daerah atau bukti
proses pengurusan sertifikat lahan di Badan Pertanahan
Nasional (BPN).
- 23 -
2. Persyaratan Teknis
a. Bangunan dan Peralatan Kesehatan Mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 24 tahun 2014
b. Pengadaan Bangunan dan Peralatan Kesehatan merupakan
satu kesatuan fungsi untuk pelayanan Rumah Sakit Pratama,
mekanisme pengadaan mengacu pada peraturan pemerintah
mengenai pengadaan barang jasa dan untuk peralatan
kesehatan diutamakan menggunakan e-Katalog.
c. Peralatan pendukung operasional Rumah Sakit lainnya yaitu:
A Meubeuler
1 Meja Untuk Pelayanan Kesehatan
2 Kursi Untuk Pelayanan Kesehatan
3 Lemari Untuk Pelayanan Kesehatan
4 Kursi Tunggu
B Pengolahan Limbah Rumah Sakit
1 IPAL/Limbah Cair
M2 2 Limbah Padat (Incinerator)
C Genset 50kVA-100kVA
2. Pengadaan coldchain
Persyaratan Umum
1) Persyaratan Umum
Kebutuhan terhadap Alat Pengendali Mutu Vaksin yaitu
vaccine refrigerator dan vaccine carrier diharapkan
mempertimbangkan hal sebagai berikut:
1. Diperuntukan untuk puskesmas yang belum memiliki
vaccine refrigerator standar (PQS WHO), atau memiliki
namun dalam keadaan rusak, atau memiliki namun
kapasitas penyimpanan kurang.
2. Vaccine refrigerator berfungsi sebagai sarana penyimpanan
vaksin agar kualitas dan potensi vaksin tetap baik.
3. Vaccine carrier berfungsi sebagai alat untuk mengirim
vaksin dari puskesmas ke posyandu atau masyarakat agar
dalam perjalanan vaksin tetap dapat terjaga suhunya
sehingga tetap berkualitas dan poten.
2) Persyaratan Teknis
a. Dalam mengadakan vaccine refrigerator, perlu diperhatikan
ketersediaan sumber energi setempat.
i. Jika sumber energi listrik selalu tersedia 24 jam, maka
vaccine refrigerator harus bersumber energi listrik.
ii. Jika sumber energi listrik hanya tersedia ± 12 jam,
maka vaccine refrigerator harus bersumber energi listrik
dan alternatif (kerosine atau gas).
iii. Jika sumber energi listrik hanya tersedia < 6 jam atau
tidak ada listrik sama sekali, maka vaccine refrigerator
harus bersumber daya surya (solar cell).
iv. Dalam keadaan mati listrik, vaccine refrigerator harus
mampu menjaga suhu vaksin dalam beberapa jam.
b. Alat pemantau mutu vaksin (cold chain) harus mengacu pada
Peraturan Menteri Kesehatan No. 12 tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Imunisasi.
1. Persyaratan Umum
a. Berdasarkan Wilayah
Merupakan wilayah yang menjadi prioritas Kementerian
Kesehatan meliputi daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan,
terpencil serta daerah prioritas lainnya, yang memenuhi
minimal salah satu criteria daerah seperti tersebut dibawah ini
:
d. 122 Kabupaten Tertinggal
e. Daerah otonomi baru ( pemekaran Kab/Kota) yang belum
memiliki Rumah Sakit Daerah
f. Daerah yang telah memiliki RS tetapi sulit dijangkau akibat
kondisi geografis
b. Berdasarkan Lokasi
a. Pemerintah Daerah telah melakukan kajian masalah kesehatan,
kebutuhan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan rencana
tata ruang wilayah, bangunan dan lingkungan daerah setempat.
b. Mudah diakses masyarakat dan memiliki transportasi umum.
c. Dapat mencakup rujukan paling sedikit 3 ( tiga ) fasilitas
kesehatan tingkat pertama.
c. Berdasarkan Lahan
a. Kepemilikan lahan oleh pemerintah daerah dengan dibuktikan
sertifikat atau bukti proses sertifikat kepemilikan lahan di Badan
Pertanahan Nasioanl (BPN) dan Pembebasan dari hak tanah adat
(Budaya Lokal)
b. Kondisi lahan bebas dari pencemaran, banjir, rawan longsor dan
tidak berdekatan atau tidak berdampingan dengan tempat
bongkar muat barang, fasilitas umum, fasilitas pendidikan,
daerah industry dan area limbah pabrik.
c. Luas lahan minimal 1 (satu) ha untuk Rumah Sakit Pratama 10
TT dan 3 (tiga) ha untuk Rumah Sakit Pratama 50 TT, sesuai
dengan usulan di e-Planning Ditjen Yankes tahun 2017.
d. Administrasi
a. Kabupaten/ Kota yang mengusulkan di e-Planning 2017,
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan
dan memenuhi kriteria wilayah yang telah ditentukan
b. Surat Pernyataan bermaterai dari Bupati/Walikota yang meliputi:
1. Menyediakan lahan dengan kondisi dan luas yang
dipersyaratkan.
2. Menyediakan Sumber Daya Manusia bidang kesehatan dan
non kesehatan untuk operasional Rumah Sakit Pratama.
3. Bersedia menganggarkan Biaya Operasional RUmah Sakit
Pratama dari APBD.
4. Bersedia mengalokasi anggaran dari APBD untuk elengkapi
kebutuhan peralatan yang tidak teranggarkan dari APBN.
5. Bersedia memenuhi sarana prasarana lainnya berupa rumah
dinas dokter dan tenaga kesehatan lainnya, listrik, air bersih
dan komunikasi.
c. Sertifikat kepemilikan lahan oleh pemerintah daerah atau bukti
proses pengurusan sertifikat lahan di Badan Pertanahan
Nasional (BPN).
e. Foto-foto denah rencana lahan lokasi pembangunan RS Pratama
beserta batas-batas sepadan lahan tersebut.
f. Surat analisa harga bangunan dengan luas bangunan 2000 m2
untuk 50 TT dari Dinas Pekerjaan Umum Daerah setempat atau
Kementerian Pekerjaan Umum.
3. Persyaratan Teknis
d. Bangunan dan Peralatan Kesehatan Mengacu pada Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 24 tahun 2014
e. Pengadaan Bangunan dan Peralatan Kesehatan merupakan
satu kesatuan fungsi untuk pelayanan Rumah Sakit Pratama,
- 27 -
5. Pembangunan Puskesmas
a. Pembangunan Baru Puskesmas
Pembangunan baru Puskesmas meliputi: pendirian baru
Puskesmas dan relokasi bangunan Puskesmas.
1) Persyaratan Umum
Adanya telaahan yang memuat penjelasan dan analisa
kebutuhan Puskesmas dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota,
yang diketahui oleh Dinas Kesehatan Provinsi, antara lain:
- 31 -
b. Generator Set
Fungsi Generator Set adalah untuk memberikan suplai daya listrik
pengganti/alternatif untuk alat-alat yang membutuhkan listrik
sebagai sumber powernya, saat listrik PLN padam.
1) Persyaratan Umum
a) Puskesmas tersebut belum mempunyai genset atau sudah
mempunyai genset tetapi tidak dapat berfungsi.
b) Menyediakan lahan dan rumah genset guna menempatkan
genset tersebut.
c) Pengadaan kebutuhan genset dilakukan berdasrkan
analisa kebutuhan dengan mempertimbangkan operasional
serta pemeliharaan.
d) Garansi purna jual minimal 1 (satu) tahun.
e) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian
dan pemeliharaan genset bagi petugas Puskesmas.
f) Penyedia jasa wajib memberikan Standar Operasional
Prosedur (SOP) dan Standar Minimal Pemeliharaan (SMP)
dalam bahasa Indonesia.
g) Penyedia jasa atau Puskesmas wajib mengurus ijin-ijin
apabila diperlukan.
2) Persyaratan Khusus
a) Apabila memilih ganset non silent type maka Puskesmas
harus menyediakan rumah atau bangunan untuk genset
dilengkapi dengan peredam suara dan ventilasi.
b) Apabila memilih genset silent type maka Puskesmas harus
memastikan keamanan dari gangguan pencurian.
c) Genset hanya menyuplai kebutuhan listrik di
lingkungan/komplek Puskesmas dan dilarang
dimanfaatkan oleh lingkungan di luar Puskesmas.
d) Kapasitas genset untuk Puskesmas minimal 60 persen dari
kebutuhan listrik Puskesmas.
e) Dalam pengajuan kebutuhan genset, Puskesmas harus
membuat RAB dan TOR disertai dengan gambar existing
peletakan genset di Puskesmas dengan konsultasi dengan
teknis.
f) Membuat surat pernyataan kesanggupan membiayai
pelaksanaan operasional dan pemeliharaan yang
ditandatangani oleh Kepala Puskesmas dan diketahui oleh
Bupati/Walikota.
c. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (termasuk dari energi
terbaharukan yang lain)
Pembangkit listrik tenaga mikrohidro merupakan energi alternatif
setelah PLN/Generator Set (Genset) untuk Puskesmas yan berada
di daerah yang sulit mendapatkan bahan bakar tetapi mempunyai
aliran sungai yang dapat dimanfaatkan untuk hal tersebut.
1) Persyaratan Umum
a) Puskesmas tersebut belum mempunyai energi alternatif
lain seperti Genset atau sudah mempunyai pembangkit
listrik tenaga mikrohidro tetapi tidak berfungsi.
b) Pengadaan pembangkit listrik tenaga mikrohidro dilakukan
berdasarkan analisa kebutuhan dengan
mempertimbangkan kondisi daerah Puskesmas tersebut,
dan dengan mempertimbangkan operasional dan
pemeliharaan.
c) Garansi purna jual minimal 1 (satu) tahun.
d) Penyedia jasa wajib melakukan pelatihan pengoperasian
dan pemeliharaan pembangkit listrik tenaga mikrohidro bagi
petugas Puskesmas.
e) Penyedia jasa wajib memberikan Standar Operasional
Prosedur (SOP) dan Standar Minimal Pemeliharaan (SMP)
dalam bahasa Indonesia.
f) Penyedia jasa atau Puskesmas wajib mengurus izin-izin
apabila diperlukan.
2) Persyaratan Khusus
- 45 -
B. Persyaratan Teknis
(a) Pengadaan perangkat komputer di Puskesmas terdiri dari :
PC Server (1 unit)
PC Client (5 unit)
Wireless Router (1 unit)
UPS Server (1 unit)
UPS Client (5 unit)
Rack Server (1 unit)
Instalasi (1 paket)
- 49 -
a. Syarat Umum
Jika Lokasi PSC 119 ditempatkan pada lahan kosong yang akan
didirikan bangunan untuk PSC 119 maka dipersyaratkan lahan
tersebut tidak bermasalah dinyatakan dengan surat kepala daerah
setempat
b. Persyaratan Teknis
c) Jaringan Internet
d) Meubeller
2) Prioritas 2
a. CSSD
b. Peralatan IPSRS
c. Peralatan Pelayanan Unggulan
d. Peralatan Laundry
e. Peralatan Kitchen
f. Peralatan Kalibrasi (Minimal RS. Kls B)
A. Kriteria Umum:
1. Pengusulan Peralatan harus disesuaikan dengan ketersediaan
SDM terutama tenaga medis.
2. Rumah Sakit harus memenuhi standar alat kesehatan prioritas
1 terlebih dahulu sebelum mengambil prioritas 2.
3. Tersedianya bangunan yang standar untuk penempatan alat
kesehatan.
4. Gedung dan Peralatan Rawat Inap untuk kelas I, Kelas II dan
Kelas III, diutamakan kelas III dengan pemenuhan minimal 30
% dari jumlah tempat tidur yang tersedia di rumah sakit.
5. Gedung dan peralatan Intensive Care minimal harus dipenuhi 5
% dari jumlah tempat tidur yang tersedia di rumah sakit.
6. Pengembangan pelayanan unggulan harus di tetapkan dengan
surat keputusan direktur rumah sakit.
B. Acuan
1. Sarana dan Prasarana Kesehatan
a. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Gawat
Darurat yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Saranan Kesehatan Tahun 2012.
b. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Operasi
yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
c. Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Ruang Perawatan
Intensive yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Pelayanan
Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Tahun 2012.
d. Pedoman Teknis Prasarana Rumah Sakit Sistm Instalasi
Gas Medik dan Vakum Medik yang dikeluarkan oleh
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan Tahun 2012.
- 57 -
3 Perlengkapan penyimpanan
darah:
Blood bank refrigerator 1 buah
karantina uk 100L
Blood bank refrigerator darah 1 buah
siap pakai ukuran 100 L
Peti pendingin darah/cool 1 buah
box untuk mobile unit (25 –
50 kantong)
Peti pendingin darah/cool 2 buah
box untuk ruangan (2 – 5
kantong)
Termometer kontrol 2 buah
4 Perlengkapan Laboratorium
Pra Transfusi
4.1 Peralatan:
Serological centrifuge untuk 1 buah
tube 12 x 75 mm
Medical refrigerator 1 buah
Mikroskop 1 buah
Tabung reaksi kaca yang Secukupnya
dilapisi silikon atau sekali
pakai ukuran 12x75 mm dan
rak tabungnya
Blood grouping plate Secukupnya
Pipet Pasteur uk 1 ml secukupnya
Adjustable micropipet uk 5 - secukupnya
No Jenis Kelengkapan Jumlah
50 ul
Labu semprot 1 buah
Timer 2 buah
Wadah bilas pipet Pasteur 2 buah
Gunting 2 buah
Kaca objek Secukupnya
Ember kecil untuk limbah 2 buah
cair
Wadah limbah infeksius Secukupnya
Wadah limbah non infeksius Secukupnya
4.3 Reagensia:
Antisera A, B, D IgM Secukupnya
monoklonal @10 ml
Bovine Albumin 22% @ 10 Secukupnya
ml
Anti Human Globulin @ 10 Secukupnya
ml
Anti D IgG @ 10 ml Secukupnya
Test Sel Standar A, B, O Secukupnya
(Dibuat sendiri)
NaCl 0,9 % Secukupnya
Reagen sel panel untuk Secukupnya
skrining allo antibodi donor
5 Pengolahan Komponen
Darah
5.1 Peralatan :
Hand Sealer 1 buah
Electric Sealer 1 buah
Timbangan darah 1 buah
Balance 1 buah
Refrigerated Centrifuge 1 buah
Plasma Extractor 1 buah
- 63 -
6 Peralatan Laboratorium
Pemeriksaan Uji Saring
IMLTD (Infeksi Menular
Lewat Transfusi Darah
6 Peralatan Penunjang:
Mobil donor darah (dengan 4 1 buah
kursi donor)
7 Peralatan Pengembangan
UTD
Peralatan pengambilan
darah
7.1. Haemoscale electric (dgn 2 buah (di gedung UTD)
No Jenis Kelengkapan Jumlah
mixer function) 2 buah (Mobile Unit)
2. Persyaratan Teknis
a. Bangunan dan prasarana
No Jenis Kelengkapan Luas/Keterangan
1 Gedung Permanen
2 Ventilasi 1/3 x luas lantai
Suhu 20 -24° C
3 Penerangan (lampu) 5 watt/m2
4 Air mengalir, bersih 50 L/pekerja/hari
5 Daya listrik 1300 W
Jaminan supply listrik 24
jam dengan alat back up
(Generator)
No Jenis Kelengkapan Luas/Keterangan
6 Tata ruang
a. Ruang Administrasi Luas = 20 m2
Loket permintaan
Loket penerimaan
dan
pendistribusian
darah
Ruang petugas
(ruang kepala,
ruang staff)
b. Ruang Laboratorium Luas = 20 m2
Laboratorium
Penyimpanan
7 Fasilitas Pembuangan
Limbah
a. Tempat Sesuai ketentuan peraturan
penampungan/pengo perundang-undangan
lahan sederhana tentang kesehatan
limbah cair/padat lingkungan di Rumah Sakit.
b. Sistem pembuangan
limbah
b. Peralatan BDRS
No Jenis Peralatan Jumlah Minimal
1 Peralatan Utama dan Bahan Habis
Pakai
a. Penyimpanan
1) Blood Bank 100-280 liter 1 buah
(tergantung kebutuhan)
2) Medical refrigerator 1 buah
3) Platelet agitator dengan 1 buah
inkubator
b. Pemeriksaan pra transfusi
1) Golongan darah ABO dan
Rhesus pada resipien dan
donor (metode pemeriksaan
cell typing dan serum
typing).
Metode pemeriksaan
golongan darah:
a) Blood grouping plate atauSesuai
kebutuhan
b) Tabung reaksi ukuran Sesuai
12x75mm kebutuhan
- 67 -
operasional lainnya.
b. Microwave
1) Dilakukan pada temperature 100oC (seratus derajat
celsius) dengan waktu tinggal sekurang-kurangnya 30 (tiga
puluh) menit.
2) Harus mampu membunuh spora dalam uji validasi yang
dilakukan terhadap spora Bacillus stearothermophilus pada
konsentrasi 1x101 (satu kali sepuluh pangkat satu) spora
per milli liter yang ditempatkan dalam vial atau lembaran
spora (spore strips).
3) Peralatan microwave dilarang digunakan untuk disinfeksi
limbah bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan, atau sisa
kemasan, limbah patologis dan jaringan anatomi; limbah
radioaktif; limbah farmasi; limbah material sitotoksik
(genotoksik); dan limbah logam.
c. Enkapsulasi
1) Proses enkasulasi pada prinsipnya melakukan solidifikasi
terhadap limbah untuk menghindari terjadinya pelindian
terhadap limbah dan menghilangkan risiko limbah diakses
oleh organisme pemulung (scavengers).
2) Enkapsulasi dilakukan dengan cara memasukkan limbah
sebanyak 2/3 dari volume wadah dan selanjutnya
ditambahkan material immobilisasi sampai penuh sebelum
wadahnya ditutup dan dikungkung. Material immobilisasi
dapat berupa gabus plastik, pasir bituminus, dan/atau
semen.
3) Wadah yang digunakan dapat berupa High Density
Polyethylene (HDPE) atau drum logam. Limbah yang
dilakukan enkapsulasi dapat berupa limbah benda tajam,
limbah farmasi dan/atau limbah bahan kimia sebelum
akhirnya hasil enkapsulasi tersebut ditimbun di landfill.
d. Inertisasi
1) Inertisasi merupakan proses solidifikasi limbah
menggunakan semen dan material lainnya sebelum limbah
ditimbun di landfill.
2) Inertisasi dapat dilakukan terhadap limbah farmasi
dan/atau limbah bahan kimia dimana limbah tersebut
dikeluarkan dari wadahnya untuk selanjunya dilakukan
- 75 -
e. Needle Pit
1) Needle pit digunakan untuk menampung limbah jarum
yang terpisah dengan spuitnya dengan menggunakan
needle cutter.
2) Dapat dibuat dari bahan buis beton atau pipa PVC
diameter minimal 6 inchies dengan tinggi maksimal 2
meter.
3) Pit harus kedap air, baik bagian dasar maupun
dindingnya.
4) Tertutup pada bagian atasnya.
5) Tersedia lubang untuk memasukkan jarum ke dalam pit
tersebut.
6) Dapat dikubur sebagian ke dalam tanah.
2. Acuan
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
c. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
e. Keputusan Bapedal Nomor 3 Tahun 1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun.
f. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13
Tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak
Bergerak.
g. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58
Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Rumah Sakit.
h. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1428/Menkes/SK/XII/2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Puskesmas.
i. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1190/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat
Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga.
j. Instruksi Menteri Lingkungan Hidup Nomor 1 Tahun 2013
tentang Persyaratan dan kewajiban dalam ijin Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
1. Gergaji potong
2. Gergaji belch
3. Gergaji triplek
6. Serut biasa
7. Serut skoneng
8. Bor listrik
9. Bor tangan
11. Pahat
12. Kapak
13. Obeng
- 77 -
14. Obeng
16. Martil
18. Siku-siku
24. Kape
30. Ragum
1. Pemotong kaca
2. Gurinda kaca
3. Martil
4. Kakak tua
5. Obeng +
6. Obeng -
7. Pemegang kaca
8. Bor listrik
11. Siku-siku
12. Sigmat
1. Cangkul
2. Sekop
3. Linggis
4. Blencong
5. Sendok semen
6. Water pas
7. Lot
9. Pahat beton
13. Martil
16. Kape
19. Ember
3. Kompresor
6. Mata bor
9. Ragum
13. Obeng +
14. Obeng -
16. Sigmat
11. Siku-siku
33. Kunci L
34. Traker
39. Drip
2. Gergaji besi
4. Klem pipa
7. Ragum
9. Obeng (+)
10. Obeng(-)
1. Electro Plating
5. Tang kombinasi
6. Ragum
7. Martil besi
8. Martil Karet
9. Sigmat
2. Spry gun
3. Tanga aluminium
4. Kape dempul
5. Kape plammur
6. Obeng (+)
7. Obeng (-)
1. AVO meter
2. Megger
5. Kunci pas
8. Kunci L
9. Kunci shock
- 4 s/d 16 mm
- 16 s/d 50 mm
22. Obeng L
27. Sigmat
28. Meja kerja
1. Sigmat
2. Obeng Jam
3. Kikir Halus
4. Gurinda Listrijk
5. Kunci L (inch)
6. Kunci L (mm)
9. Kunci Inggris
24. Oven
2. Signal genrator
3. DC Power supply
4. Voltage regulator
5. AVO meter
6. Ground tester
7. Solder 15 Watt
8. Solder 20 Watt
9. Solder 30 Watt
12. Obeng +
13. Obeng -
16. Obeng L
41. Oven
2. mAs Meter
3. Time Counter
5. Storage Oscilloscope
7. Obeng trimmer
8. Obeng L
9. Obeng +
10. Obeng -
33. Pinsetlurus
1. Compressor air
2. Vacuum Suction
3. Manometer
- 89 -
4. Welding press
5. Pemotong pipa
1. Ventilator tester
3. ESU analyzer
4. Dathermy analyzer
5. Defibrillator analyzer
6. ECG Simulator
8. Strobolight/Tachometer
9. mAs meter
23. Dosimeter
25. PH meter
1. Parang
2. Golok
3. Gunting rumput
4. Mesin gergaji
6. Cangkul
7. Skop
8. Skop garpu
9. Tangga alumunium
12. Incenerator
17. Helm
No Alat Kalibrasi
2 ECG Simulator
3 Digital Calipper
5 Incubator Analyzer
7 Tachometer
10 Luxmeter
11 Foetal Simulator
12 Radiometer
13 Tachometer
14 Thermometer
16 Luxmeter
Acuan
1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.
2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang
Ketenaganukliran.
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
- 93 -
b. Persyaratan Teknis
1) Penyediaan obat terutama Obat Generik dan BMHP di
Kabupaten/Kota dilakukan setelah melalui
penelaahan terhadap tingkat kesakitan (morbidity),
tingkat kematian (mortality) akibat penyakit serta
metode konsumsi untuk mengetahui jenis Obat dan
BMHP yang paling dibutuhkan.
2) Penyediaan Obat dan BMHP diutamakan untuk
pelayanan kesehatan dasar.
3) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyusun rencana
kebutuhan Obat dan BMHP sesuai Daftar Obat
Essensial Nasional (DOEN), Formularium Nasional
(Fornas) dan Kompendium Alat Kesehatan yang
ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/Walikota.
4) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota membuat Surat
Pernyataan Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan yang
ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan diketahui oleh Bupati/Walikota
serta Surat Pernyataan Penyediaan Obat dan BMHP
yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
5) Pemilihan jenis obat dan vaksin mengacu pada Daftar
Obat Essensial Nasional (DOEN), Formularium
Nasional (Fornas) sedangkan BMHP mengacu pada
Daftar Alat Kesehatan Non Elektromedik pada
Kompendium Alat Kesehatan serta pedoman teknis
yang ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan Menteri
Kesehatan. Dalam hal obat dan BMHP yang
dibutuhkan tidak tercantum dalam acuan tersebut di
atas, dapat digunakan obat dan BMHP lain (termasuk
obat tradisional, obat herbal terstandar dan
fitofarmaka) secara terbatas sesuai indikasi medis dan
pelayanan kesehatan dengan persetujuan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
6) Proses penyediaan Obat dan BMHP dilaksanakan
dengan mengacu pada peraturan pengadaan
barang/jasa pemerintah yang berlaku melalui
mekanisme e-purchasing.
7) Proses penyediaan Obat dan BMHP yang belum
termuat dalam e-catalogue dapat dilaksanakan dengan
mengacu pada peraturan tentang pengadaan
barang/jasa pemerintah, serta aturan perubahan dan
aturan turunannya yang berlaku.
8) Penggunaan DAK diluar penyediaan obat dan BMHP,
yaitu untuk pembangunan
baru/perluasan/rehabilitasi serta pengadaan sarana
pendukung IFK, harus menyiapkan data-data sebagai
berikut:
a) Rincian Rencana Penggunaan DAK Subbidang
Pelayanan Kefarmasian TA 2017.
b) Term of Reference (TOR) dan Rincian Anggaran
Biaya (RAB) Pembangunan baru/Rehabilitasi
- 95 -
b. Persyaratan Teknis
1) Pembangunan Baru IFK
a) Luas lahan dan bangunan disesuaikan dengan
kebutuhan daerah, berupa volume obat dan
BMHP yang akan disediakan (minimal memiliki
ruang penerimaan, ruang karantina, ruang
penyimpanan, ruang pengemasan, ruang
penyerahan, ruang obat kadaluarsa dan ruang
Kepala IFK).
b) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
membuat dan menandatangani usulan
pembangunan dengan melampirkan master plan,
gambar/block plan, unit cost (per m²) dan RAB.
Unit cost masing-masing daerah ditetapkan oleh
Dinas Pekerjaan Umum setempat oleh dan
diketahui oleh Bupati/Walikota setempat.
c) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
membuat dan menandatangani Surat Pernyataan
Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan yang
- 97 -
2) Rehabilitasi/Perluasan IFK
a) Rehabilitasi/Perluasan bangunan IFK
disesuaikan dengan kebutuhan Kabupaten/Kota
berupa luas serta volume obat dan BMHP yang
harus disediakan.
b) Kepala Dinas Kabupaten/Kota membuat dan
menandatangani usulan rehabilitasi/perluasan
IFK dengan melampirkan master plan,
gambar/block plan, unit cost (per m²) dan RAB.
Unit cost masing-masing daerah ditetapkan oleh
Dinas Pekerjaan Umum Pemerintah Daerah
setempat serta diketahui oleh Bupati/Walikota.
c) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
membuat dan menandatangani Surat Pernyataan
Kesanggupan Pelaksanaan Pekerjaan dan
diketahui oleh Bupati/Walikota dan Surat
Pernyataan Rehabilitasi/Perluasan IFK.
d) Kepala Dinas Kabupaten/Kota menyiapkan data
profil foto kondisi terakhir bangunan IFK.
e) Proses pengadaan rehabilitasi dan perluasan
bangunan harus mengacu kepada peraturan
perundang-undangan serta aturan perubahan
dan aturan turunannya yang berlaku.
f) Denah dan rencana rehabilitasi tata
ruang/bangunan IFK agar memperhatikan fungsi
sebagai sarana penyimpanan obat publik dan
BMHP serta mengacu pada Standar Sarana Dan
Prasarana Di Instalasi Farmasi Provinsi dan
Kabupaten/Kota dan/atau pedoman teknis yang
ditetapkan melalui Peraturan/Keputusan Menteri
Kesehatan.
3) Penyediaan Sarana Pendukung IFK
a) Sarana pendukung IFK hanya digunakan untuk:
(1) Sarana penyimpanan: Sarana penyimpanan
vaksin (suhu -15oC s/d -25oC dan +2 oC s/d
+8oC) sesuai dengan kebutuhan; Refrigerator;
Generator set; AC split; Alat pengangkut
pallet; Exhaust fan; Palet; Tangga; Rak obat
dan BMHP; Lemari Narkotika dan
Psikotropika; Trolley; Alat pengukur suhu
dan kelembaban.
(2) Sarana Pengamanan: Alarm Kebakaran;
CCTV; Tabung Pemadam Kebakaran Alat
Pemadam Api Ringan (APAR); Pagar; Teralis.
(3) Sarana Pengolah Data: Komputer (PC);
Laptop; Printer; Uninteruptable Power Supply
(UPS).
(4) Sarana Telekomunikasi: Mesin Faksimili;
Perangkat konektivitas jaringan internet.
(5) Sarana Penunjang: Meja kerja; Kursi kerja;
Lemari arsip; Solar Cell/Panel Surya.
2) Rehabilitasi/perluasan IFP
Rehabilitasi/perluasan diperuntukan bagi IFP yang:
a) Mengalami kerusakan berat dan spesifikasinya
telah ditentukan oleh instansi berwenang (Dinas
PU setempat).
b) Memiliki luas penyimpanan tidak mencukupi
untuk menyimpan obat dan BMHP yang dikelola
(sesuai kebutuhan daerah), sehingga dapat
dilakukan perluasan.
c) Belum memenuhi standar untuk menyimpan obat
dan BMHP.
d) Lahan dan bangunan IFP sudah merupakan asset
Pemerintah Daerah.
b. Persyaratan Teknis
1) Pembangunan Baru IFP
a. Luas lahan dan bangunan disesuaikan dengan
kebutuhan daerah berupa volume obat dan BMHP
yang akan disediakan (minimal ruang
penerimaan, ruang karantina, ruang
penyimpanan, ruang pengemasan, ruang
penyerahan, ruang obat kadaluarsa dan ruang
Kepala IFP).
b) Kepemilikan lahan oleh pemerintah daerah
dibuktikan dengan sertifikat atau bukti proses
sertifikat kepemilikan lahan di BPN dan
Pembebasan dari hak tanah adat.
c) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi membuat dan
menandatanganin rencana pembangunan IFP
yang terdiri dari master plan, gambar/block plan,
unit cost (per m²) dan RAB diketahui oleh
Gubernur. Unit cost masing-masing daerah
- 101 -
1. Pendahuluan
BOK merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
mendukung operasional Puskesmas untuk mendukung pencapaian program
kesehatan prioritas nasional, khususnya kegiatan promotif preventif sebagai
bagian dari upaya kesehatan masyarakat. Saat ini BOK telah memasuki tahun
ketujuh. BOK diharapkan dapat mendekatkan petugas kesehatan kepada
masyarakat dan memberdayakan masyarakat, melalui mobilisasi kader
kesehatan untuk berperan aktif dalam pembangunan kesehatan.
Pada tahun 2016, dana BOK yang semula dana APBN Kementerian Kesehatan
yang disalurkan melalui mekanisme Tugas Pembantuan dialihkan ke DAK
Nonfisik. Penyalurannya melalui mekanisme transfer dari pusat ke daerah dan
pengelolaannya menggunakan mekanisme pengelolaan keuangan daerah
(APBD). Selain itu, pemanfaatan BOK juga harus memperhatikan tata kelola
keuangan yang efektif, efisien, transparan, akuntabel. Perubahan mekanisme
pengelolaan anggaran ini memerlukan tata laksana dan tindak lanjut
penyesuaian yang akan diatur selanjutnya melalui regulasi Kementerian Dalam
Negeri dan Kementerian Keuangan.
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan untuk upaya
kesehatan promotif dan preventif di wilayah kerja Puskesmas
b. Tujuan Khusus
1) Menyelenggarakan upaya kesehatan promotif dan preventif
utamanya pelayanan di luar gedung Puskesmas;
2) Menyelenggarakan fungsi manajemen Puskesmas untuk
mendukung kinerja;
3) Menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat;
4) Menyelenggarakan kerja sama lintas sektoral dalam mendukung
program kesehatan.
3. Sasaran
a. Puskesmas dan jaringannya; dan
b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
4. Kebijakan Operasional
a. BOK merupakan dana bantuan untuk pelaksanaan program kesehatan
nasional di daerah dan bukan merupakan dana utama untuk pelaksanaan
program kesehatan di daerah;
b. Dana BOK diarahkan untuk meningkatkan kinerja Puskesmas melalui
upaya kesehatan promotif dan preventif dalam mendukung pelayanan
kesehatan di luar gedung dengan didukung manajemen Puskesmas yang
baik;
c. Pemanfaatan dana BOK utamanya untuk mendukung biaya operasional
bagi petugas kesehatan dan kader dalam menjangkau masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas, sehingga terbentuk masyarakat berperilaku
hidup bersih dan sehat agar terwujudnya keluarga dan masyarakat yang
sehat;
d. Pemanfaatan dana BOK bersinergi dengan sumber dana lain meliputi
APBD, kapitasi JKN, dana desa, dan lainnya, dengan menghindari
duplikasi dan tetap mengedepankan akuntabilitas dan transparansi.
5. Ruang Lingkup Kegiatan BOK
Ruang lingkup kegiatan BOK, meliputi:
a. Upaya Kesehatan Promotif dan Preventif
b. Dukungan Manajemen di Puskesmas
c. Dukungan Manajemen SKPD Kabupaten/Kota/satuan kerja BLUD.
6. Pengalokasian BOK
BOK yang diterima kabupaten/kota didistribusikan kepada setiap Puskesmas
yang ada di wilayah kabupaten/kota tersebut. Dasar perhitungan alokasi per
Puskesmas memperhatikan beberapa hal yang terkait dengan beban kerja,
antara lain: luas wilayah kerja Puskesmas; jumlah penduduk yang menjadi
tanggung jawab Puskesmas; jumlah UKBM, jumlah sekolah; dana kapitasi
JKN yang diterima; jumlah tenaga pelaksana UKM.
7. Pemanfaatan BOK
Pemanfaatan BOK untuk Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan
Pengembangan minimal 60% dari alokasi BOK yang diterima puskesmas.
Pemanfaatan BOK selanjutnya untuk dukungan manajemen, termasuk
penyediaan bahan habis pakai, reagen, tes cepat, dan honor pengelola
keuangan, honor tim teknis, serta honor tenaga promosi kesehatan.
a. Disamping itu pada tahun 2016 dana BOK dapat untuk membayar kontrak
Tenaga Promosi Kesehatan yang bertujuan mempercepat pencapaian keluarga
sehat. Adapun ketentuan dalam melakukan kontrak tersebut harus memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Pendidikan: minimal D3 Kesehatan, diutamakan dengan pendidikan
promosi kesehatan atau sudah mengikuti pelatihan tentang promosi
kesehatan;
2. Pengalaman kerja: mempunyai pengalaman di bidang pemberdayaan
masyarakat minimal 2 tahun.
Upaya
No Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan
Kesehatan
Pelaksanaan Program
Perencanaan Pencegahan
4
Persalinan dan Komplikasi
(P4K)
Upaya
No Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan
Kesehatan
Kunjungan
2
rumah/pendampingan
Pemberian PMT
4
Penyuluhan/PMT Pemulihan
Pemberian PMT
6
Penyuluhan/PMT Pemulihan
Pembinaan kesehatan di
6 Panti/LKSA/Karang
taruna/remaja di tempat ibadah/
Upaya
No Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan
Kesehatan
imunisasi, strategi
komunikasi, pelaksanaan
imunisasi, pencatatan dan
pelaporan dan lain-lain sesuai
kebutuhan di lapangan
4 KIE
Media KIE sederhana:
pencetakan leaflet, poster, flyer,
spanduk, banner
5 Pemberdayaan masyarakat
Forum komunikasi imunisasi
dan masyarakat peduli imunisasi
6 Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi rutin baik
imunisasi dasar maupun
imunisasi Baduta di pos-pos
pelayanan imunisasi, termasuk
kunjungan rumah/ sweeping/
Drop Out Follow-Up jika
diperlukan.
Upaya
No Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan
Kesehatan
pelaksanaan imunisasi,
pencatatan dan pelaporan dan
lain-lain sesuai kebutuhan di
lapangan
4 KIE
Media KIE: pencetakan leaflet,
poster, flyer, spanduk, banner
5 Pemberdayaan masyarakat
Forum komunikasi imunisasi
dan masyarakat peduli imunisasi
6 Pelayanan Imunisasi
Pelayanan Imunisasi di Pos
Pelayanan Imunisasi dan atau
kunjungan rumah (sweeping)
Upaya
No Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan
Kesehatan
Penggerakan
5 keluarga/masyarakat untuk
mendukung program kesehatan
Pembinaan/pendampingan
6 masyarakat, kelompok
masyarakat
Penggalangan dukungan
7 masyarakat, lintas sektor, dunia
usaha
6 Pendampingan
Upaya
No Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan
Kesehatan
8 Pendataan sasaran
2 Penanggulangan KLB
4 Mapping masalah
Upaya
No Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan
Kesehatan
7 Pendataan sasaran
3 1 Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan
Penyakit Tular Vektor dan
Epidemiologi
Zoonotik
3 Pemberantasan larva
(larvasidasi)
4 Pengendalian vektor
(fogging/IRS)
5 Modifikasi Lingkungan
3 Sosialisasi/penyuluhan kepada
masyarakat termasuk Sosialiasi
Upaya
No Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan
Kesehatan
Pemberian Obat Pencegahan
Massal/ POPM Filariasis/
Cacingan/ Schistosomiasis
2 Penanggulangan KLB
4 Mapping masalah
Upaya
No Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan
Kesehatan
2 Kunjungan rumah
3 Pendampingan
Upaya
No Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan
Kesehatan
Upaya
No Jenis Pelayanan Jenis Kegiatan
Kesehatan
4 Pelayanan
Kesehatan Lainnya
termasuk lokal
spesifik
RINCIAN KEGIATAN PEMANFAATAN BOK UNTUK DUKUNGAN
MANAJEMEN DI PUSKESMAS
1 Penyusunan perencanaan
Puskesmas/penyusunan POA
3 Evaluasi/penilaian Kinerja
1 Pembelian ATK
Penyediaan bahan habis
3
pakai
2 Fotocopi/penggandaan
1 Konsultasi ke kabupaten/kota
Konsultasi, pembinaan
5
teknis 2 Pembinaan teknis ke jaringan, jejaring,
UKBM, Institusi
1 Penggandaan laporan
6 Sistem informasi
2 Pengiriman laporan
1 Honor petugas
Kontrak tenaga promosi
7
kesehatan
2 Jasa lain sesuai peraturan
- 127 -
4 Konsultasi
2 Pembinaan Teknis
2 Pembinaan Teknis
3 Konsultasi
B. AKREDITASI PUSKESMAS
1. Akreditasi Puskesmas meliputi kegiatan:
a. Pendampingan Akreditasi Puskesmas
Pendampingan akreditasi Puskesmas dilaksanakan oleh Tim Pendamping
Akreditasi Puskesmas/FKTP yang dibentuk oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan anggota yang berasal dari jajaran fungsional atau
struktural Dinkes dan/atau pihak ketiga yang ditetapkan dengan SK Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Komponen pendampingan Akreditasi
Puskesmas yang dibiayai melalui DAK Non Fisik Tahun 2016, yaitu:
Lokasi
No Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Kegiatan
Lokasi
No Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Kegiatan
di Puskesmas - Honor tim
pendamping (@
2 jam/hari)
Belanja perjadin
biasa:
- Transport tim
pendamping
- Penginapan
pendamping
(tentatif)
4. Pendampingan Puskesmas Dilaksanakan 3-5 Belanja bahan:
penyusunan yang kali @ 2 hari, - Konsumsi
dokumen diusulkan jumlah peserta
rapat
akreditasi menyesuaikan
Belanja jasa
profesi:
- Honor tim
pendamping (@
2 jam/hari)
Belanja perjadin
biasa:
- Transport tim
pendamping
- Penginapan
pendamping
(tentatif)
5. Pendampingan Puskesmas Dilaksanakan 4 Belanja bahan
implementasi yang kali, @ 2 hari, - Konsumsi
dokumen diusulkan dalam 3-4 bulan,
rapat
akreditasi jumlah peserta
menyesuaikan Belanja jasa
profesi:
- Honor tim
pendamping (@
2 jam/hari)
Belanja perjadin
biasa:
- Transport tim
pendamping
- Penginapan
pendamping
(tentatif)
6. Pre assessment Puskesmas Dilaksanakan 1 Belanja bahan:
survei yang kali @ 2 hari, - Konsumsi
akreditasi diusulkan jumlah peserta
rapat
akreditasi menyesuaikan
-12-
Lokasi
No Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Kegiatan
Belanja jasa
profesi:
- Honor tim
pendamping (@
2 jam/hari)
Belanja perjadin
biasa:
- Transport tim
pendamping
- Penginapan
pendamping
(tentatif)
Lokasi
No Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Kegiatan
Lokasi
No Kegiatan Rincian Komponen Belanja
Kegiatan
oleh Dinas - Transport
Kesehatan surveior
termasuk : - Penginanapan
- Biaya transport surveior
surveyor (dari
tempat asal
surveyor,
selama survei
dan pulang
kembali ke
tempat asal)
- Biaya
penginapan
- Uang harian
- Honor
2. Persyaratan Umum
Kabupaten/Kota yang berhak mendapatkan dana DAK non Fisik tahun 2016 untuk
kegiatan akreditasi Puskesmas harus memenuhi persyaratan umum sebagai berikut:
d. Mengusulkan kegiatan DAK Non Fisik Tahun 2016, dibuktikan dengan
surat usulan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota
e. Direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk mendapatkan
alokasi DAK Non Fisik yang dibuktikan dengan surat rekomendasi
Dinkes Provinsi yang ditandatangi oleh Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi
f. Adanya Roadmap pelaksanaan akreditasi Puskesmas tahun 2015 –
2019
g. Adanya surat pernyataan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
tentang pemanfaatan DAK sesuai dengan peruntukan yang tercantum
dalam Juknis.
3. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh Kabupaten/Kota untuk mendapatkan
alokasi DAK Non Fisik Tahun 2016, sebagai berikut:
a. Menu Pendampingan Akreditasi Puskesmas
1) Adanya telaahan yang memuat penjelasan, pemetaan dan analisa
Puskesmas yang akan di akreditasi dalam jangka waktu lima tahun ke
depan.
2) Diutamakan pada Puskesmas yang telah diusulkan untuk akreditasi tahun
2016 ke Pemerintah Pusat.
3) Adanya tim pendamping akreditasi Puskesmas sesuai kriteria yang
tercantum di Permenkes Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi
-14-
Puskesmas, Klinik, dan Tempat Praktik Mandiri dokter dan dokter gigi,
dibuktikan dengan SK Kadinkes. Diutamakan bagi Kabupaten/Kota yang
sudah memiliki Tenaga Pendamping bersertifikat Pendamping Akreditasi
FKTP
4) Adanya pola perencanaan pendampingan (jadwal dan PoA) akreditasi
pada Puskesmas yang diusulkan untuk di akreditasi.
b. Menu Survey Akreditasi Puskesmas
1) Adanya surat pernyataan dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
tentang Puskesmas yang akan diusulkan survey pada tahun 2016 dan
tidak akan mengusulkan kembali pada tahun 2017 bila tidak terlaksana.
2) Adanya pola perencanaan survey akreditasi (jadwal pelaksanaan) pada
Puskesmas yang diusulkan untuk di akreditasi.
Lokasi Komponen
No Kegiatan Rincian
Kegiatan Belanja
Lokasi Komponen
No Kegiatan Rincian
Kegiatan Belanja
Narasumber
2. Workshop RSUD yang - Materi Belanja bahan:
Persiapan diusulkan dilaksanakan
- ATK &
Akreditasi akan selama 2 hari
Fotocopi
Terkait melaksanak - Untuk RS daerah
- Konsumsi
Bantuan an yang sulit
Hidup akreditasi rapat
transportasi dapat
Dasar Belanja jasa
menggunakan
(BHD) profesi:
anggaran perjadin
selama 4 hari (2 - Honor
hari materi & 1 Narasumber
hari kedatangan (Narasumber
(4 orang @5
dan 1 hari
jam)
kepulangan).
- Peserta dari Belanja perjadin
RSUD yang akan biasa:
melaksanakan - Transport
akreditasi Narasumber
- Penginapan
Narasumber
3. Workshop RSUD yang - Materi Belanja bahan:
Persiapan diusulkan dilaksanakan
- ATK &
Akreditasi akan selama 2 hari
Fotocopi
Terkait melaksanak - Untuk RS daerah
- Konsumsi
Standar an yang sulit
Keselamata akreditasi rapat
transportasi dapat
n Pasien Belanja jasa
menggunakan
(SKP) profesi:
anggaran perjadin
selama 4 hari (2 - Honor
hari materi & 1 Narasumber
hari kedatangan (4 orang @5
jam)
dan 1 hari
kepulangan). Belanja perjadin
- Peserta dari biasa:
RSUD yang akan - Transport
melaksanakan Narasumber
akreditasi - Penginapan
Narasumber
4. Workshop RSUD yang - Materi Belanja bahan:
Persiapan diusulkan dilaksanakan
- ATK &
Akreditasi akan selama 2 hari
Fotocopi
Terkait melaksanak - Untuk RS daerah
- Konsumsi
Standar an yang sulit
Manajemen akreditasi rapat
transportasi dapat
Pengelolaan Belanja jasa
menggunakan
Obat profesi:
(MPO) anggaran perjadin
- Honor
-17-
Lokasi Komponen
No Kegiatan Rincian
Kegiatan Belanja
selama 4 hari (2 Narasumber
hari materi & 1 (4 orang @5
hari kedatangan jam)
dan 1 hari Belanja perjadin
kepulangan). biasa:
- Peserta dari - Transport
RSUD yang akan Narasumber
melaksanakan - Penginapan
akreditasi Narasumber
5. Workshop RSUD yang - Materi Belanja bahan:
Persiapan diusulkan dilaksanakan
- ATK &
Akreditasi akan selama 2 hari
Fotocopi
Terkait melaksanak - Untuk RS daerah
- Konsumsi
Kesehatan an yang sulit
dan akreditasi rapat
transportasi dapat
Keselamata Belanja jasa
menggunakan
n Kerja profesi:
(K3) anggaran perjadin
selama 4 hari (2 - Honor
hari materi & 1 Narasumber
hari kedatangan (4 orang @5
jam)
dan 1 hari
kepulangan). Belanja perjadin
- Peserta dari biasa:
RSUD yang akan - Transport
melaksanakan Narasumber
akreditasi - Penginapan
Narasumber
Komponen
No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian
Belanja
Komponen
No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian
Belanja
- Pelaksanaan - Transport
materi secara Narasumber
simultan oleh 4 - Penginapan
orang Narasumber
Narasumber
2. Survei RSUD yang - Pelaksanaan Belanja bahan:
Simulasi diusulkan akan Survei Simulasi - ATK &
Akreditasi melaksanakan selama 3 hari
Fotocopi
akreditasi penilaian.
- Konsumsi
- Untuk RS daerah
rapat
yang sulit (disesuaikan
transportasi dapat jumlah
menggunakan peserta dan
anggaran NS)
perjadin selama 5
Belanja jasa
hari (3 hari profesi:
penilaian & 1
- Honor
hari kedatangan
Narasumber
dan 1 hari
(4 orang @6
kepulangan). jam x Rp
- Peserta dari 900.000,-)
RSUD yang akan
melaksanakan Belanja perjadin
biasa:
akreditasi
- Pelaksanaan - Transport
penilaian secara Narasumber
- Penginapan
simultan oleh 4
Narasumber
orang
Narasumber
Komponen
No Kegiatan Lokasi Kegiatan Rincian
Belanja
RSUD yang akan Narasumber
melaksanakan - Penginapan
akreditasi Narasumber
- Pelaksanaan
penilaian secara
simultan oleh 4
orang
Narasumber
3. Persyaratan Umum
a. Rumah sakit milik pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan
kotamadya.
b. Rumah sakit memiliki izin operasional dan teregistrasi di Kementerian
Kesehatan RI
c. Rumah sakit dikepalai oleh seorang tenaga medis sesuai dengan UU
Noor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Persyaratan Khusus
a. Belum terakreditasi versi 2012.
b. Merupakan rumah sakit rujukan provinsi, regional dan menjadi target
indikator pemerintah kabupaten/kota.
c. Membuat pernyataan komitmen melaksanakan akreditasi pada tahun
berjalan dari pemilik rumah sakit dan pimpinan rumah sakit.
d. Membuat surat pernyataan pelaporan progress persiapan akreditasi
secara berkala 3 bulan sekali melalui Dinas Kesehatan Provinsi.
e. Melampirkan rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi untuk
melaksanakan akreditasi pada tahun berjalan.
5. Pelaporan
Pelaksanaan kegiatan agar membuat laporan secara terinci yang ditujukan kepada:
a. Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan
b. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan c.q.
Direktur Bina Upaya Kesehatan Ruju
D. JAMINAN PERSALINAN
1. Pendahuluan
Saat ini, kurang lebih 40% ibu bersalin, belum terlayani di fasilitas kesehatan disebabkan
oleh kendala akses (kondisi geografis yang sulit), ekonomi dan sosial. Dana JAMPERSAL
tahun 2016 ini digunakan untuk mendekatkan akses ibu yang akan bersalin, ibu nifas dan
bayi baru lahir ke fasilitas pelayanan kesehatan melalui penyediaan Rumah Tunggu
Kelahiran.
-21-
2. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Meningkatkan akses pelayanan kesehatan bagi Ibu hamil, bersalin dan
nifas serta bayi baru lahir.
2. Tujuan Khusus :
a. Meningkatkan jumlah persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan;
b. Menurunkan kasus komplikasi pada ibu bersalin dan nifas serta bayi baru lahir.
3. Sasaran
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
2. Puskesmas.
4. Kebijakan Operasional
1. Dana JAMPERSAL merupakan Dana Alokasi Khusus Non Fisik yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mencakup
semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka mendekatkan akses
pelayanan KIA;
-22-
Biaya operasional untuk Ibu hamil yang akan bersalin serta bayi baru dilahirkan, ibu
nifas, tenaga kesehatan dan pendamping (suami/keluarga/kader kesehatan), meliputi :
a. Biaya transportasi atau pembelian bahan bakar kendaraan, untuk pergi pulang
dari rumah ke Puskesmas yang mampu melakukan pertolongan persalinan atau
Rumah Sakit);
b. Biaya transportasi atau pembelian bahan bakar kendaraan untuk pergi pulang
dari rumah ke Rumah Tunggu Kelahiran (RTK);
c. Biaya transportasi atau pembelian bahan bakar kendaraan untuk pergi pulang
dari rumah tunggu kelahiran ke fasilitas kesehatan.
Ibu hamil yang berdomisili di daerah dengan akses sulit, untuk sementara tinggal di
Rumah Tunggu Kelahiran hingga masa nifasnya (beserta bayi yang dilahirkannya),
agar dekat dengan Puskesmas yang mampu melakukan pertolongan persalinan atau
Rumah Sakit Umum Daerah/Pusat.
3. Dukungan manajemen
Dana Jampersal dapat dimanfaatkan untuk dukungan manajemen di kabupaten/kota
guna mendukung terselenggaranya tata kelola dan upaya kesehatan untuk ibu hamil,
bersalin, nifas dan bayi baru lahir, dengan besaran maksimal 6 % dari pagu Jampersal
yang diterima Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
BAB VIII
PENUTUP
Petunjuk Teknis ini dibuat untuk dijadikan acuan penggunaan DAK Bidang
Kesehatan TA 2016 dan dimungkinkan untuk dapat digunakan sebagai acuan
DAK Bidang Kesehatan pada tahun selanjutnya yang diarahkan untuk
kegiatan yang dapat meningkatkan daya jangkau dan kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat di Provinsi/Kabupaten/Kota terutama daerah dengan
derajat kesehatan yang belum optimal sehingga warga masyarakat di seluruh
wilayah Indonesia dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu.
Kegiatan-kegiatan yang bisa didanai dari DAK Bidang Kesehatan 2016 ini
sebagaimana diuraikan di atas sifatnya adalah pilihan. Kepala Daerah bisa
memilih satu atau lebih kegiatan sesuai prioritas daerah. Pemilihan kegiatan
DAK Bidang kesehatan seharusnya merupakan bagian program jangka
menengah sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan Rencana
Strategis Daerah.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
NILA
FARID MOELOEK
-26-
BAB V
PENUTUP
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,