Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP

HASIL BELAJAR IPA DITINJAU DARI MINAT TERHADAP LINGKUNGAN


PADA SISWA KELAS V SD SE-DESA SIBANGKAJA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh
Sumarni, Ni Ketut

ABSTRAK
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada pelajaran IPA ditinjau dari minat terhadap lingkungan pada
siswa SD. Penelitian ini merupakan eksperimen semu dengan menggunakan rancangan the
posttest-only control group desain yang melibatkan sampel sebanyak 60 orang siswa SD
kelas VI se-Desa Sibangkaja yang diambil secara random. Pengumpulan data menggunakan
dua tes, yaitu tes hasil belajar IPA dan tes minat terhadap lingkungan. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan analisis varian (anava) dan analisis covarian (anacova).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPA pada siswa yang mengikuti
model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang
mengikuti model pembelajaran konvensional. Perbedaan ini konsisten meskipun diadakan
pengendalian atas minat siswa terhadap lingkungan. Disarankan agar model pembelajaran
kooperatif tipe STAD digunakan dalam pembelajaran IPA di SD.

Kata Kunci: model pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil belajar IPA, minat terhadap
lingkungan

INFLUENCE OF STAD TYPE COOPERATIVE STUDYING MODEL TO THE


SCIENCE STUDYING RESULT EVALUATED FROM ENTHUSIASM TO
ENVIRONMENT ON FIFTH GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL
IN SIBANGKAJA VILLAGE YEAR 2010/2011

By
Sumarni, Ni Ketut

ABSTRACT
This research is aimed to know the STAD type cooperative learning in science
lesson evaluated from the enthusiasm to the environment on elementary school student.
This research is sham experiment using The Posttest-Only Control Group Design which
involving sample of 60 fifth grades of elementary school students in Sibangkaja village that
is randomly taken. The data intake used 2 tests, science learning test and enthusiasm to the
environment test. The acquired data was analyzed by using variance analysis (anava) and
covarian analysis (anacova).
Result of the research stated that the science studying result of students who
followed STAD type cooperative learning was higher than studying result of students who
followed conventional studying type. This difference was consistent though there was
control of students’ enthusiasm to the environment. It is suggested that STAD type
cooperative learning model used in science learning of elementary school.

Keyword: STAD type cooperative learning model, science learning result, enthusiasm to
the environment

I. PENDAHULUAN memberi peluang kepada siswa agar aktif


Pada abad 21 yang telah memasuki memikirkan, mencoba berbuat, dan
persaingan global, penguasaan ilmu menyelesaikan masalah dengan bersama-
pengetahuan dan teknologi juga harus sama, sehingga lebih dapat memahami
meningkat. Untuk menghadapi hal itu konsep-konsep yang sifatnya esensial
perlu peningkatan sumber daya manusia yang ada di lingkungan sekitar (Suparno,
agar mampu bersaing dengan dunia luar. 2005).
Hal yang pertama kali perlu mendapat Reformasi pendidikan tampaknya
perhatian adalah dalam dunia pendidikan, tidak cukup hanya mengubah atau
karena di sinilah tempat pertama untuk merevisi kurikulum begitu saja, tetapi
menentukan nasib bangsa pada kemudian mengubah kurikulum harus dimaknai
hari. Pendidikan sains yang merupakan sebagai upaya merubah pikiran.
bagian pendidikan formal juga ikut Reformasi pendidikan harus dimulai dari
memberi kontribusi dalam membangun bagaimana siswa belajar, dan bagaimana
sumber daya manusia yang berkualitas. guru mengajar, bukan semata-mata pada
Sadia (1998) memaparkan bahwa hasil belajar (Brook & Brook, 1993;
pendidikan sains merupakan salah satu Degeng, 1998). Mengajar bukan berfokus
aspek pendidikan yang menggunakan pada how to teach tetapi hendaknya lebih
sains (IPA) sebagai alat untuk mencapai berorientasi pada how to stimulate
tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan learning (Longworth,1999) dan learning
individu-individu yang literasi sains. how to learn (Longworth, 1999; Novak &
Pada pembelajaran IPA banyak Gowin, 1985). Belajar menurut
terdapat konsep esensial sebagai awal pandangan konstruktivistik adalah
pemecahan masalah yang sering dihadapi pengonstruksian pengetahuan dan
dalam hidup. Namun, di sekolah pemahaman melalui aktivitas secara
kenyataannya siswa lebih banyak diberi individual dan interaksi sosial (Brook &
informasi oleh guru sehingga cenderung Brook, 1993). Sebagai unsur yang paling
siswa menghapalkan informasi yang mendasar adalah konsruksi pemahaman
didapat, yang menjadikan pemahaman melalui proses yang sangat kompleks,
siswa menjadi dangkal. Oleh karena itu, walaupun ditunjang oleh perencanaan
pembelajaran harus dirancang untuk yang sederhana (Santyasa, 2004).
Beberapa penyebab pemahaman sejawat menjadi aspek utama
siswa terhadap konsep-konsep IPA pembelajaran kooperatif (Trianto, 2007).
rendah diuraikan pada paragraf berikut Falsafah yang mendasar model
ini. pembelajaran kooperatif dalam
Pertama, dalam proses pembelajaran guru pendidikan adalah falsafah homo homini
jarang menghubungkan konsep-konsep socius, bahwa manusia adalah makhluk
atau materi yang diajarkan dengan sosial (Lie, 2004). Pembelajaran
kehidupan yang dialami di dunia nyata. kooperatif diterapkan dalam kelas dengan
Kedua, pembelajaran di kelas hanya keterampilan akademik yang heterogen.
berorientasi pada target menuntaskan Siswa yang mempunyai keterampilan
materi dalam kurikulum. Ketiga, dalam akademik kurang akan dibantu oleh siswa
proses pembelajaran, perbedaan individu yang keterampilan akademiknya lebih
kurang mendapat perhatian yang serius. baik dalam suatu kelompok. Hal ini
Keempat, guru cenderung menggunakan diperkuat oleh pendapat Slavin (1995)
seting kelas konvensional. yang menyatakan bahwa pembelajaran
Berdasarkan teori perkembangan kooperatif berpengaruh positif terhadap
kognitif Piaget (2007:14-17), perbaikan hubungan antara kelompok dan
perkembangan kognitif sebagian besar kepercayaan diri siswa, sehingga tumbuh
ditentukan oleh manipulasi dan interaksi motivasi dalam diri siswa untuk mengulangi
kegiatan tersebut.
aktif anak dengan lingkungan.
Pembelajaran kooperatif
Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget
dikembangkan menjadi beberapa tipe,
yakin bahwa pengalaman-pengalaman
satu di antaranya adalah Student Teams
fisik dan manipulasi lingkungan penting
Achievement Division (STAD).
bagi terjadinya perubahan perkembangan.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD,
Sementara itu, interaksi sosial dengan
menggunakan kelompok-kelompok kecil
teman sebaya, khususnya berargumentasi
dengan jumlah anggota kelompok 4-5
dan berdiskusi, membantu memperjelas
orang siswa secara hiterogen. Slavin
pemikiran yang pada akhirnya memuat
(1995) menyatakan bahwa pada model
pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur,
pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa
1998).
ditempatkan dalam tim belajar
Pembelajaran kooperatif muncul
beranggotakan 4-5 orang yang merupakan
dari konsep bahwa siswa akan lebih
campuran menurut tingkat prestasi, jenis
mudah menemukan dan memahami
kelamin, dan suku. Guru menyajikan
konsep yang sulit jika mereka saling
pembelajaran dan siswa bekerja dalam
berdiskusi dengan temannya. Siswa
tim. Mereka memastikan bahwa seluruh
secara rutin bekerja dalam kelompok
anggota tim telah menguasai pelajaran
untuk saling membantu memecahkan
tersebut. Kemudian seluruh siswa
masalah-masalah yang kompleks. Jadi,
diberikan tes tentang materi tersebut.
hakikat sosial dan penggunaan kelompok
Pada saat tes ini mereka tidak konvensiona. Populasi penelitian ini
diperbolehkan saling membantu. adalah siswa kelas V SD se-desa
Keterlibatan lingkungan dalam Sibangkaja pada tahun pelajaran
pembelajaran IPA merupakan hal yang 2010/2011 yang berjumlah 100 orang.
penting. Kesadaran akan pentingnya Sampel penelitian diambil dengan
lingkungan dapat diawali dengan adanya menggunakan tehnik random sampling
motivasi pembelajaran IPA yang terhadap kelas dengan jumlah siswa
berorientasi pada lingkungan sekitar, sebanyak 60 orang.
sehingga diharapkan lingkungan alam Berkaitan dengan penelitian ini,
dapat terselamatkan. Sebagian besar data yang diperlukan adalah skor hasil
pembelajaran IPA terealisasi dalam belajar IPA yang dikumpulkan melalui
lingkungan sekitar. tes hasil belajar IPA dan minat terhadap
Berdasarkan latar belakang lingkungan yang dikumpulkan melalui
masalah tersebut, tujuan penelitian ini kuesioner minat yang menggunakan skala
adalah sebagai berikut. Pertama, menguji likert. Analisis data menggunakan
ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPA statistik anacova.
antara siswa yang mengikuti model Dalam penelitian ini dikaji tiga
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hipotesis. Pertama, terdapat perbedaan
siswa yang mengikuti model hasil belajar IPA antara siswa yang
pembelajaran konvensional. Kedua, mengikuti model pembelajaran kooperatif
menguji ada tidaknya perbedaan hasil tipe STAD dan siswa yang mengikuti
belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional.
model pembelajaran kooperatif tipe Kedua, terdapat perbedaan hasil belajar
STAD dan siswa yang mengikuti model IPA antara siswa yang mengikuti model
pembelajaran konvensional, setelah pembelajaran kooperatif tipe STAD dan
kovariabel minat terhadap lingkungan siswa yang mengikuti model
dikendalikan. Ketiga, menentukan besar pembelajaran konvensional, setelah
kontribusi minat terhadap lingkungan kovariabel minat terhadap lingkungan
pada hasil belajar IPA pada siswa SD dikendalikan. Ketiga, terdapat kontribusi
kelas V se-Desa Sibangkaja. yang positif dan signifikan antara minat
siswa terhadap lingkungan dan hasil
2. METODE PENELITIAN belajar IPA siswa kelas V SD se-Desa
Penelitian ini merupakan Sibangkaja.
eksperimen semu yang menggunakan dua
kelompok eksperimen. Kelompok 3. HASIL PENELITIAN DAN
pertama dikenai perlakuan dengan model PEMBAHASAN
pembelajaran kooperatif tipe STAD Hipotesis pertama, hasil uji
sedangkan kelompok kedua dikenai hipotesis pertama menyatakan bahwa
perlakuan dengan model pembelajaran secara keseluruhan hasil belajar IPA
siswa yang mengikuti model ini membuktikan bahwa model
pembelajaran koperatif tipe STAD tidak pembelajaran kooperatif tipe STAD
sama dengan hasil belajar IPA siswa yang ternyata salah satu model pembelajaran
mengikuti model pembelajaran yang lebih unggul daripada model
konvensional. pembelajaran konvensional. Pada model
Hipotesis kedua, hasil uji pembelajaran kooperatif tipe STAD
hipotesis kedua menyatakan bahwa pembelajaran difokuskan pada siswa,
dengan diadakan pengendalian terhadap sedangkan pada model pembelajaran
minat terhadap lingkungan, hasil belajar konvensional, siswa menjadi objek dalam
IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran.
pembelajaran koperatif tipe STAD tidak Setelah diadakan pengendalian
sama dengan hasil belajar IPA siswa yang pada variabel minat terhadap lingkungan,
mengikuti model pembelajaran ternyata analisis anacova menemukan F =
konvensional. 10,869. Ini berarti ada peningkatan
Hipotesis ketiga, hasil uji perbedaan hasil belajar IPA. Berarti,
hipotesis ketiga menyatakan bahwa minat terhadap lingkungan
terdapat kontribusi positif dan signifikan mempengaruhi juga hasil belajar IPA.
antara minat terhadap lingkungan pada Selanjutnya, dilihat hasil korelasinya,
hasil belajar IPA siswa yang mengikuti dapat dilaporkan bahwa hasil belajar IPA
model pembelajaran koperatif tipe STAD siswa yang mengikuti model
dan siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD
pembelajaran konvensional. sebesar 22%, hasil belajar IPA siswa yang
Berdasarkan hasil analisis data, mengikuti model pembelajaran
terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil konvensional sebesar 18% dan secara
belajar IPA antara siswa yang mengikuti bersama hasil belajar siswa yang
model pembelajaran koperatif tipe STAD mengikuti model pembelajaran kooperatif
dan siswa yang mengikuti model tipe STAD dan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Hal ini model pembelajaran konvensional sebesar
ditunjukkan dengan koefisien (F) sebesar 18%.
9,702 yang ternyata signifikan. Selanjutnya, kontribusi minat
Selanjutnya, berdasarkan perhitungan terhadap lingkungan pada hasil belajar
statistik, didapat bahwa hasil belajar IPA IPA pada siswa yang mengikuti model
siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional 18%, ini juga
pembelajaran koperatif tipe STAD termasuk cukup besar kalau kita
memiliki skor rata-rata sebesar 28,23 perhitungkan pengaruh lain dari hasil
lebih tinggi daripada hasil belajar IPA belajar yang cukup banyak selain minat.
siswa yang mengikuti model Demikian juga halnya kontribusinya
pembelajaran konvensional yang secara bersama-sama pada hasil belajar
memiliki skor rata-rata sebesar 23,67. Hal IPA siswa yang mengikuti kedua model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan niscaya hasil belajar IPA siswa menjadi
konvensional yang besarnya 18% juga lebih baik.
tergolong cukup tinggi. Model pembelajaran kooperatif
Dengan demikian, implikasinya tipe STAD merupakan salah satu model
bagi seorang pendidik, khususnya guru pembelajaran kooperatif. Model
SD yang mengajarkan mata pelajaran pembelajaran ini menekankan pada empat
IPA, semestinya memperhatikan minat unsur utama: (1) siswa bekerja dalam
siswa terhadap lingkungan, sebab dengan kelompok yang beranggotakan 4-5 orang
siswa berminat terhadap lingkungan, siswa, (2) siswa bekerjasama dengan
siswa tersebut juga akan berminat anggota kelompoknya untuk
terhadap pelajaran IPA. Oleh karena itu, menyelesaikan tugas, (3) setiap siswa
untuk memotivasi minat siswa terhadap dalam kelompok harus dapat menguasai
pelajaran IPA, terlebih dahulu guru materi dan tugas yang diberikan, (4)
sebaiknya membangkitkan atau siswa harus dapat bekerjasama secara
menumbuhkan minat siswa terhadap efektif dan memahami bagaimana bekerja
lingkungan. dalam kelompok .
Minat siswa dapat ditumbuhkan Pembelajaran dengan model
apabila siswa merasa tertarik, merasa kooperatif STAD dicirikan oleh struktur
membutuhkan sesuatu berhubungan tugas, tujuan, dan penghargaan
dengan hal-hal yang sering dihadapi oleh kooperatif. Dalam penerapan model
siswa. Di samping itu melalui proses STAD, dua atau lebih individu saling
pembelajaran dengan menerapkan model tergantung satu sama lain untuk mencapai
kooperatif tipe STAD yang mampu satu penghargaan bersama. Unsur-unsur
menciptakan suasana menyenangkan, dasar pembelajaran dengan model STAD
menarik, mengaktifkan siswa, melibatkan yaitu siswa dalam kelompoknya haruslah
siswa dalam belajar kelompok, siswa beranggapan bahwa mereka sehidup
merasa dihargai pendapatnya. Hal sepenanggungan bersama, siswa harus
tersebut akan dapat membangkitkan bertanggung jawab atas segala sesuatu
minat siswa terhadap lingkungan. Namun, dalam kelompoknya, dan siswa akan
sebaliknya, bila model pembelajaran yang diminta mempertanggungjawabkan secara
dipergunakan kurang memberi tantangan individual materi yang ditangani dalam
pada siswa, minat siswa terhadap kelompok kooperatif.
lingkungan pada mata pelajaran IPA juga Dalam pembelajaran kooperatif
akan kurang, sehingga hasil belajar yang tipe STAD ada lima langkah utama.
diperoleh juga kurang maksimal. Jadi,
1) Tahap penyajian
model pembelajaran kooperatif tipe
Tujuan utama dari tahap ini adalah
STAD mampu membangkitkan minat
menyajikan materi berdasarkan rencana
siswa terhadap lingkungan. Dengan
pelajaran yang telah disusun. Setiap
penerapan model pembelajaran tersebut
pembelajaran dengan model STAD, apalagi di desa yang rata-rata
selalu dimulai dengan penyajian kelas. pengetahuan awal yang dimilikinya
Sebelum penyajian materi, guru dapat sangat kurang, mengingat juga sumber
memulai dengan menjelaskan tujuan informasi yang sedikit dibandingkan
pembelajaran, memberikan motivasi siswa yang tinggal di daerah perkotaan.
untuk berkooperatif dan sebagainya. Di samping itu, model pembelajaran ini
memberi kesempatan kepada guru
2) Tahap kegiatan belajar kelompok memberikan informasi kepada siswa
Material yang digunakan adalah dua tentang materi yang dipelajarinya.
lembar tugas dan dua lembar kunci Dengan demikian dalam pembelajaran
jawaban untuk setiap kelompok. Siswa kooperatif tipe STAD, siswa bukan saja
bekerja di dalam kelompok yang terdiri ditempatkan sebagai objek melainkan
atas siswa-siswa yang heterogen (terdiri juga sebagai subjek yang secara aktif ikut
dari 5 orang dalam satu kelompok).
terlibat dalam proses pembelajaran.
3) Tahap menguji kinerja individu 4. PENUTUP
Untuk menguji kinerja individu, Penelitian ini membuktikan
digunakan tes/kuis. Setiap siswa wajib bahwa pembelajaran yang
mengerjakan tes/kuis. Pada tahap ini mempergunakan model pembelajaran
siswa tidak diperkenankan untuk saling kooperatif tipe STAD berpengaruh lebih
memberi tahu yang lain. baik terhadap hasil belajar IPA, baik
sebelum maupun sesudah diadakan
4) Tahap pengeskoran peningkatan pengendalian terhadap lingkungan.
individu Berdasarkan uraian di atas,
Pengeskoran peningkatan individu simpulan penelitian ini adalah bahwa
bertujuan untuk memberi kesempatan pembelajaran dengan model pembelajaran
bagi setiap siswa untuk menunjukan kooperatif tipe STAD dapat
gambaran kinerja pencapaian tujuan dari meningkatkan hasil belajar IPA.
hasil maksimal yang telah dilakukan Beberapa saran yang
setiap individu untuk kelompoknya. dikemukakan terkait dengan hasil
5) Tahap mengukur kinerja kelompok penelitian ini adalah sebagai berikut.
Langkah selanjutnya adalah pemberian Pertama, pembelajaran menggunakan
penghargaan (reward) kepada kelompok. model pembelajaran kooperatif tipe
Penghargaan kelompok didasarkan pada STAD perlu diperkenalkan kepada guru
poin perkembangan kelompok yang sebagai metode alternatif melalui
diperoleh. kegiatan-kegiatan seminar, pelatihan-
Dengan tahap-tahap yang pelatihan, ataupun dalam pertemuan
dilakukan, pembelajaran kooperatif tipe KKG, karena melalui pembelajaran ini
STAD sangat cocok diterapkan dalam proses pembelajaran lebih efektif dan
pembelajaran IPA di SD. Siswa SD, memungkinkan peserta didik akan lebih
aktif, kreatif, dan merasa senang dalam Ilmu Pendidikan Malang. Depdiknas
mencapai tujuan pembelajaran. Kedua, .2002.
kepada Kepala Sekolah, guru wali dan Lie, A. 2004. Cooperative Learning :
teman-teman guru yang mengajar IPA Mempraktekkan Cooperatif Learning
khususnya di SD, disarankan mencoba di ruang – ruang Kelas. Jakarta:
Grasindo.
menggunakan pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Longworth, N. 1999.Making Life Long
STAD dalam proses pembelajaran, karena Learning Work : Learning Cities For
a Learning Century. London: Kogan
pembelajaran ini telah terbukti dapat Page Limited.
meningkatkan hasil belajar IPA siswa
dibandingkan dengan menggunakan Nurkancana dan Sunartana. 1992. Evaluasi
Pendidikan. Surabaya: Usaha
model pembelajaran konvensional.
Nasional.
Ketiga, kepada lembaga khususnya
sekolah, disarankan mengadakan Sadia, I W. 1998. Revormasi Pendidikan
Sains (IPA) Menuju Masyarakat yang
semacam lomba tentang inovasi
Literasi Sains dan Teknologi.Orasi
pembelajaran dengan menggunakan Ilmiah. Disajikan dalam Sidang
pembelajaran yang dapat meningkatkan Terbuka Senat Sekolah Tinggi
prestasi belajar siswa. Keempat, para Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Negeri Singaraja, 18 Oktober 1998,
peminat perlu mengadakan penelitian
Singaraja.
sejenis dengan melibatkan sampel yang
lebih banyak, tingkat kelas lebih beragam Santyasa, I W.2004 . Pengaruh Model
Pembelajaran terhadap Remidiasi,
sehingga diharapkan hasil penelitiannya
Miskonsepsi, Pemahaman Konsep
lebih akurat sehingga hasilnya betul-betul dan Hasil Belajara Fisika pada Siswa
memberi informasi yang lebih rinci. SMU. Disertai(tidak diterbitkan).
Universitas Negeri Malang Program
DAFTAR PUSTAKA Pasca Sarjana Program Studi
Teknologi Pembelajaran.
Brooks, J.G. & Brooks, M.G.1993.In Search Slavin, R .E . 1995. Cooperative Learning.
Of Understanding: The Case For Second Edition.Boston: Allyn and
Constructivist Classrooms. Virginia: Bacon.
Association For Supervition and
Ciriculum Development. Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan
Perubahan Pendidikan Fisiska.
Degeng, I.N.S. 1998. Mencari Paradigma Jakarta Grasindo.
Baru Pemecahan Masalah Belajardari
Keteraturan Menuju Kesemrawutan. Trianto, 2007. Model Pembelajaran Terpadu
Pidato Pengukuhan Guru Besar ke- dalam Toeri dan Praktek. Surabaya:
46. Departement Pendidikan PrestasiPustaka Publisher.
Kebudayaan. Institut Keguruan dan

Anda mungkin juga menyukai