Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN PERS DI INDONESIA

Di susun Oleh:
Nama : Isnu Fendi Saputra
No Absen : 16
Kelas : XII TKJ 1

SMK NEGERI 1 PRACIMANTORO


TAHUN PELAJARAN 2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga tugas PKn ini dapat kami selesaikan
dengan baik. Penyusun juga mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan,
baik materi maupun penyajian serta penulisan yang tidak sesuai. Untuk itu saya memohon maaf
yang sebesar-besarnya, dan saya juga mengharapkan kritik dan juga sarannya kepada semua
pihak demi kesempurnaan penulisan makalah ini dan perbaikan-perbaikan dimasa yang akan
datang. Terima kasih.

Pracimantoro, 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
A. HAKIKAT PERS ......................................................................... 2
1. Pengertian Pers ......................................................................... 2
2. Ciri – Ciri Pers .......................................................................... 2
3. Fungsi Pers ............................................................................... 3
4. Peran pers ................................................................................. 5
5. Prinsip-prinsip pers .................................................................. 5
B. PERKEMBANGAN PERS DI INDONESIA .............................. 6
1. Pers di Era Kolonial (1744 sampai awal abad 19) ................... 6
2. Pers di masa pergerakan (1908 - 1942)..................................... 6
3. Pers di masa Penjajahan Jepang (1942 - 1945) ........................ 7
4. Pers di masa revolusi fisik (1945 - 1949) ................................ 8
5. Pers dimasa Orde Lama (1957 – 1965) .................................... 9
6. Pers di masa Orde Baru ............................................................ 10
7. Pers di masa pasca Reformasi ................................................. 12
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 14
A. Kesimpulan ................................................................................. 14
B. Saran ........................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Istilah pers tidak asing terdengar di telinga kita semua, berbicara tentang
pers berarti akan menyangkut aktivitas jurnalistik. Terkadang istilah pers,
jurnalistik, dan komunikasi massa menjadi tercampur baur dan saling tertukar
pengertiannya. Apabila pers merupakan salah satu bentuk komunikasi mass,
maka jurnalistik merupakan kegiatan untuk mengisinya. Beberapa ahli politik
berpendapat bahwa pers merupakan kekuatan keempat dalam sebuah negara
setelah legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pendapat tersebut sekiranya tidak
berlebihan karena kenyataannyapersdapat menciptakan/membentuk opini
masyarakat luas, sehingga mampu menggerakkan kekuatan yang sangat
besar.
Dalam era demokratisasi ini,pers telah merasakan kebebasan sehingga
peranan dan fungsipersdapat dirasakan dan dinikmati masyarakat. Pada masa
reformasi ini, kebebasanperstelah di buka lebar-lebar.Pers mendapatkan
kebebasan untuk melakukan kritik social terhadap pemerintah.Pers bebas
untuk bergerak dalam melakukan pemberitaan. Meskipun bebas, tetapi pers
tetap bertanggung jawab dalam pemberitaannya. Pemerintah pun tetap
melakukan control terhadap kebebasan pers dalam kehidupan sehari-hari.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah pengertian, fungsi dan peranan pers?
2. Bagaimanakah perkembangan pers di Indonesia ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian, fungsi dan peranan pers.
2. Untuk mengetahui perkembangan pers di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. HAKIKAT PERS

1. Pengertian Pers
a. Pengertian pers secara umum
kata pers berasal dari bahasa belanda, yang dalam bahasa inggris berarti
perss. Pers dalam bahasa latin, pressareyang berarti tekan atau cetak. Secara
harfiah pers berarti cetak dan secara ilmiah berarti penyiaran yang dilakuan
secara tercetak.
Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yaitu pers
dalam pengertiaan luas dan pers dalam pengertian sempit. Dalam arti luas pers
meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk media massa elektronik, radio
siaran, dan telivisi siaran. Adapun pers dalam pengrertian sempit hanya terbatas
pada media cetak, yaitu surat kabar majalah dan bulletin. Pengertian pers
menurut ilmu komunikasi yaitu usaha percetakan atau penrbitan, usaha
pengumpulan dan penyiaran berita, penyiaran berita melalui surat kabar,
majalah, radio, dan telivisi, orang-orang yang bergerak dalam penyiaran berita,
serta media penyiaran berita, yaitu surat kabar, majalah, radio, dan telivisi
b. Pengertian menurut para ahli
1) Menurut L. Taufik, seorang ahli jurnalistik, pers adalah usaha-usaha dari
alat komunikas massa untuk memenuhi kebutuhan anggota-anggota
masyarakat terhadap penerangan, hiburan, keinginan, mengetahui
peristiwa-peristiwa, atau berita-berita yang telah atau akan terjadi disekitar
mereka khususnya dan didunia umumnya
2) Menurut Weiner, seorang ahli jurnalistik, pers memiliki tiga arti. Pertama,
wartawan media cetak. Kedua, publisitas atau peliputan. Ketiga, mesin
cetak-naik cetak

2. Ciri – Ciri Pers

2
a. Periodesitas, artinya pers terbit secara teratur dan periodic. Periodesitas
mengedepankan irama terbit, jadwal terbit, dan konsistensi atau keajekan.
b.Publisitas, artinya pers ditujukan atau disebarkan kepada khalayak dengan
sasaran yang sangat heterogen, baik dari segi geografis maupun psikografis.
c. Akutualitas, artinya informasi apapun yang disuguhkan media pers harus
mengandung unsur kebaruan, menunjuk pada peristiwa yang benar-benar baru
atau sedang terjadi.
d.Universilitas, artinya memandang pers dari sumbernya dan keanekaragaman
materi isinya.
e. Objektivitas, merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh
surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya.

3. Fungsi Pers
Fungsi pers menurut menurut undang-undang nomor 40 tahun 1999
tentang pers antara lain sebagai media informasi, media pendidikan, media hiburan,
dan media control social. Pers nasional dapat berfungsi pula sebagai lembaga
ekonomi komersial.
Pada pasal 4 undang-undang nomor 40 tahun 1999 disebutkan hak-hak
pers sebagai berikut:
a. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi Negara.
b. Pers nasional tidak dikenakan sensor, pemberedalan, dan pelarangan penyiaran.
c. Pers nasioanal mempunyai hak mencari, menyampaikan ‘gagasan, dan
informasi kepada masyarakat.

Pada pasal 5 undang-unadang nomor 40 tahun 1999 tentang pers


dijelaskan bahwa kewajiban pers adalah memberitakan peristiwa dan opini
dengan menghormati:
a. Norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat.
b. Asas praduga tidak bersalah, pers wajib melayani hak jawab dan hak koreksi.

Secara umum, fungsi pers meliputi hal-hal berikut:


a. Fungsi menyiarkan infomasi ( to infrom )
Menyiarkan informasi merupakan fungsi pers yang utama. Indicator penyiaran
informasi adalah adanya informasi dari sumber informasi melalui media keoada
konsumen atau penikmat informasi

3
b. Fungsi mendidik ( to educate )\
Proses pendidikan atau mendidik bukan sebatas pada transfer ilmu atau
menyalurkan ilmu, melainkan mencakup proses mengajarakan dan
menanamkan nilai-nilai. Sebagai sarana pendidikan massa, surat kabar dan
majalah memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga
khalayak pembaca bertambah pengetahuannya.
c. Fungsi menghibur ( to intertain )
Menghibur berarti memberikan atau menyuguhkan sesuatu yang
menyenangkan bersifat ringan dan menyegarkan untuk menghilangkan
kejenuhan. Tidak jarang berupa berita yang mengandung minat insane (human
interest) dan tajuk rencana.
d. Fungsi memengaruhi ( to influence )
Fungsi memengaruhi menyebabkan pers memegang peranan penting dalam
kehidupan masyarakat, yaitu sebagai fungsi control sosial. Fungsi control sosial
pers mempunyai banyak tujuan seperti beikut:
1) Menjaga agar undang-undang yang telah dibuat oleh wakil-wakil
rakyat dijalankan sebaik-baiknya oleh semua pihak
2) Melindungi hak-hak asasi manusia
3) Melindungi kepentingan-kepentingan masyarakat
4) Menjaga agar jalannya pemerintahan sesuai dengan undang-undang
dasar dan undang-undang
5) Mewujudkan agar perencanaan Negara, baik perencanaan politik,
ekonomi, sosial, maupun budaya.

Dalam fungsi control sosial pers, terkandung makna demokratis


yang didalamnya terdapat unsur- unsur sebagai berikut:
1) Sosial participation, yaitu keikutsertaan rakyat dalam pemerintah
2) Sosial responsibility, yaitu pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat
3) Sosial support, yaitu dukungan rajyat terhadap pemerintah
4) Sosial control, yaitu control masyarakat terhadap tindakan-tindakan
pemerintah
e. Fungsi menghubungkan atau menjembatani ( to mediate )\
Di Indonesia kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat. Akan tetapi dengan
rakyat yang snagat banyak tadaklah mungkin satu per satu rakyat mendatangi

4
gedung perwakilan untuk menyampaikan asprasinya. Dalam hal ini pers
mempunyai fungsi sebagai penghubung atau jembatan antara masyarkat dan
pemerintah atau sebaliknya. Komunikasi yang tidak dapat tersalurkan melalui
jalur kelembagaan yang ada dapat disalurkan mealui pers.

4. Peran pers
Pada pasal 6 undang-undang nomor 40 tahun 1999 disebutkan peran pers
meliputi hal-hal berikut:
 Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui. Hal ini dilakukan melalui
transfer informasi dalm bebagai bidang (ekonomi, poltik, sosial dan budaya)
 Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi. Berkaitan dengan penyampaian
aspirasi rakyat guna mewujudkan pemerintahan dari rakyat sesuai dengan
Negara demokrasi yang mngedepankan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat
 Mendorong terwujudnya supremasi hokum dan hak asasi manusia (HAM). Hal
ini berkaitan dengan kebebasan mengemukakan pendapat dan persamaan
dihaapan hokum atau menjunjung tinggi hokum
 Menghormati kebhinekaan. Kebhinekaan mengundang pengertiaan walaupun
berbeda tetapi tetap satu jua. Dalam hal ini pers mengadepankan persatuan
dengan menyampaikan informasi yang memperlihatkan norma agama,
kesusilaan yang hidup dalam masyarakat, dan asas praduga yang tak bersalah
 Pers menitikberatkan kepada prinsip objektivitas dalam menyampaikan
informasi kepada khalayak banyak.
 Melalukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum. Pers dalam hal ini memerankan fungsi
sebagai jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan pemerintah atau
sebaliknya
 Memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Peran pers dalam mewujudkan
keadilan dan kebenaran adalah dengan cara menyampaikan kebenaran kepada
publaik berwujud berita atau informasi dan mengajak masyarakat berfikir kritis
dalam menanggapi masalah-masalah yang terjadi di Indonesia

5. Prinsip-prinsip pers

5
a. Idialisme artinya cita-cita, obsesi, atau sesuatu yang terus dikejar untuk
dijangkau dengan segala daya dan cara yang dibenarkan menurut etika dan
norma profesi yang berlaku serta diakui masyarakat dan Negara
b. Komersialisme artinya pers harus mempunyai mempunyai kekuatan untuk
mencapai cita-cita dan keseimbangan dalam mempertahankan nilai-nilai
profesi yang diyakininya
c. Profesionalisme artinya paham yang menilai tinggi keahlian professional
khususnya atau kemampuan pribadi pada umumnya, sebagai alat utama untuk
mencapai keberhasilan.

B. PERKEMBANGAN PERS DI INDONESIA

1. Pers di Era Kolonial (1744 sampai awal abad 19)


Era kolonial memiliki batasan hingga akhir abad 19. Pada mulanya
pemerintahan kolonial Belanda menerbitkan surat kabar berbahsa belanda yaitu
Memories.
Dalam era ini dapat diketahui bahwa Bataviasche Nuvelles en politique
Raisonnementen yang terbit pada Agustus 1744 di Batavia (Jakarta)
merupakan surat kabar pertama di Indonesia. Namun pada Juni 1776 surat
kabar ini dibredel. Sampai pertengahan abad 19, setidaknya ada 30 surat kabar
yang dterbitkan dalam bahasa Belanda, 27 surat kabar berbahasa Indonesia,
satu surat kabar berbahasa Jawa yaitu surat kabar Bromartani di Surakarta
(1855) dan surat kabar berbahasa Melayu yaitu Soerat Kabar Bahasa Meajoe di
Surabaya (1856) dan di Jakarta (1858).

2. Pers di masa pergerakan (1908 - 1942)


Setelah muncul pergerakan modern Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908,
surat kabar yang dikeluarkan orang Indonesia lebih berfungsi sebagai alat
perjuangan. Masa pergerakan ditandai dengan adanya :
 Munculnya wadah persatuan wartawan Indische Journalisten Bond
(1919)
 Munculnya Perkoempoelan Kaoem Indonesia (1931)
 Munculnya Persatuan Djoernalis Indonesia (1933)

6
 Berdirinya kantor berita ANTARA

Pers saat itu merupakan “terompet” dari organisasi pergerakan orang


Indonesia. Pers menjadi pendorong bangsa Indonesia dalam perjuangan
memperbaiki nasib dan kedudukan bangsa. Contoh harian yang terbit pada
masa pergerakan, antara lain:
 Harian Sedio Tomo sebagai kelanjutan harian Budi Utomo terbit di
Yogyakarta didirikan bulan Juni 1920.
 Harian Darmo Kondo terbit di Solo dipimpin Sudarya Cokrosisworo.
 Harian Utusan Hindia terbit di Surabaya dipimpin HOS Cokroaminoto.
 Harian Fadjar Asia terbit di Jakarta dipimpin Haji Agus Salim.
 Majalah mingguan Pikiran Rakyat terbit di Bandung dipimpin Ir.
Soekarno.
 Majalah berkala Daulah Rakyat dipimpin Mocb. Hatta dan Sutan Syahrir.
Hingga menjelang berakhirnya masa kekuasaan kolonial, terdapat 33
suratkabar dan majalah berbahasa Indonesia dengan tiras keseluruhan sekitar
47.000 eksemplar.
Dalam era ini juga tercatat bahwa 27 surat kabar kaum nasionalis
dibreidel pemerintah pada tahun 1936 karena adanya ordonansi pers untuk
membatasi kebangkitan gerakan nasionalis.

3. Pers di masa Penjajahan Jepang (1942 - 1945)


Era ini berlangsung dari 1942 hingga 1945, yakni selama penjajahan
Jepang. Selam periode ini situasi politik Indonesia mengalami perubahan
yang radikal.
Dalam era ini juga pers Indonesia belajar tentang kemapuan media
massa sebagi alat mobilisasi massa untuk tujuan tertentu. Pada era ini pers
Indonesia mengalami kemajuan dalam hal teknis namun juga mulai
diberlakukannya izin penerbitan pers.
Dalam masa ini surat kabar berbahasa Belanda diberangus dan
beberapa surat kabar baru diterbitkan meskipun dikontrol ketata oleh
Jepang. Selain itu Jepang juga mendirikan Jawa Shinbun Kai dan cabang

7
kantor berita Domei dengan menggabungkan dua kantor berita yang ada di
Indonesia yakni Aneta dan Antara. Selama masa ini, terbit beberapa media
(harian), yaitu:
 Asia Raya di Jakarta
 Sinar Baru di Semarang
 Suara Asia di Surabaya
 Tjahaya di Bandung
Pers nasional masa pendudukan Jepang mengalami penderitaan dan
pengekangan lebih dari zaman Belanda, Namun begitu, hal ini justru
memberikan banyak keuntungan bagi pers Indonesia, diantaranya adalah
Pengalaman karyawan pers Indonesia bertambah, Adanya pengajaran bagi
rakyat agar berpikir kritis terhadap berita yang disajikan oleh sumber resmi
Jepang, serta meluasnya penggunaan bahasa Indonesia.

4. Pers di masa revolusi fisik (1945 - 1949)


Periode ini antara tahun 1945 sampai 1949 saat itu bangsa Indonesia
berjuang mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih tanggal 17
Agustus 1945. Belanda ingin kembali menduduki sehingga terjadi perang
mempertahankan kemerdekaan. Saat itu pers terbagi menjadi dua golongan
yaitu:
 Pers yang diterbitkan dan diusahakan oleh tentara Sekutu dan Belanda
yang dinamakan Pers Nica (Belanda).
 Pers yang terbit dan diusahakan oleh orang Indonesia atau disebut Pers
Republik.
Kedua golongan pers ini sangat berlawanan. Pers Republik yang
disuarakan kaum Republik berisi semangat mempertahankan kemerdekaan
dan menentang usaha pendudukan sekutu. Pers Nica berusaha
mempengaruhi rakyat agar menerima kembali Belanda. Contoh koran
Republik yang muncul antara lain: harian Merdeka, Sumber, Pemandangan,
Kedaulatan Rakyat, Nasional, dan Pedoman. Pers Nica antara lain: Warta
Indonesia di Jakarta, Persatuan di Bandung, Suluh Rakyat di Semarang,

8
Pelita Rakyat di Surabaya, dan Mustika di Medan. Pada masa ini Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) dan Serikat.

Pengusaha Surat Kabar (SPS) lahir, kedua organisasi ini


mempunyai kedudukan penting dalam sejarah pers Indonesia.
Untuk menangani pers, pemerintah mcmbentuk Dewan Pers tanggal 17 Maret
1959. Dewan terdiri dari orang-orang persuratkabaran, cendekiawan, dan
pejabat pemerintah, dengan tugas:

Penggantian undang-undang pers kolonial.


a. Pemberian dasar sosial-ekonomis yang lebih kuat kepada pers Indonesia
(artinya fasilitas kredit dan mungkin juga bantuan pemerintah)
b. Peningkatan mutu jurnalisme Indonesia.
c. Pengaturan yang memadai tentang kedudukan sosial dan hukum bagi
wartawan Indonesia (tingkat hidup dan tingkat gaji, perlindungan hukum,
etika jurnalistik, dll).

5. Pers dimasa Orde Lama (1957 – 1965)


Perkembanagan pers masa orde lama sebagai berikut :
 Pada tahun 1950-1956 dianut system pers liberal
 Pada tahun 1956-1960 dianut system pers otoriter dalam demokrasi
terpimpin dibawah kekuasaan Pemimpin Besar Revolusi Bung Karno.
Terdapat empat surat kabar yang dioplah tertinngi sebagai berikut:
a) Harian Rakyat (organ PKI)
b) Pedoman (organ PSI)
c) Suluh Indonesia (organ PNI)
d) Abadi (organ Masyumi)
 Dekret Presiden pada tanggal 5 Juli 1959
 Departemen mengeluarkan aturan tentang norma-norma pokok
pengusahaan pers tanggal 26 maret 1965
 Dalam ulang tahun ke-19 PWI

9
Lebih kurang 10 hari setelah Dekrit Presiden RI menyatakan kembali ke
UUD 1945, tindakan tekanan pers terus berlangsung, yaitu pembredelan
terhadap kantor berita PIA dan surat kabar Republik, Pedoman, Berita
Indonesia, dan Sin Po dilakukan oleh penguasa perang Jakarta. Hal ini
tercermin dari pidato Menteri Muda Penerangan Maladi dalam menyambut
HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke-14, antara lain: “Hak kebebasan
individu disesuaikan dengan hak kolektif seluruh bangsa dalam melaksanakan
kedaulatan rakyat.
Hak berpikir, menyatakan pendapat, dan memperoleh penghasilan
sebagaimana dijamin UUD 1945 harus ada batasnya: keamanan negara,
kepentingan bangsa, moral dan kepribadian Indonesia, serta tanggung jawab
kepada Tuhan Yang Maha Esa”.
Awal tahun 1960 penekanan kebebasan pers diawali dengan peringatan
Menteri Muda Maladi bahwa “langkah-langkah tegas akan dilakukan
terhadap surat kabar, majalah-majalah, dan kantor-kantor berita yang tidak
menaati peraturan yang diperlukan dalam usaha menerbitkan pers nasional”.
Masih tahun 1960 penguasa perang mulai mengenakan sanksi-sanksi
perizinan terhadap pers.
Tahun 1964 kondisi kebebasan pers makin buruk: digambarkan oleh E.C.
Smith dengan mengutip dari Army Handbook bahwa Kementerian
Penerangan dan badan-badannya mengontrol semua kegiatan pers. Perubahan
ada hampir tidak lebih sekedar perubahan sumber wewenang, karena sensor
tetap ketat dan dilakukan secara sepihak.

6. Pers di masa Orde Baru


Era ini terjadi pada akhir tahun 1980 an dimana situasi politik mulai
berubah. Faktor yang melatarblekangi perubahan ini antara lain adalah
kaenyataan bahwa Soeharto akan mencapai usia 70 tahun dalam 1991
sehingga muncul perkiraan bahwa perubahan di rezim orde baru hanya soal
waktu. Namun tak ada yang berubah dalam kebijakan pers karean lembaga
SIUPP yang mengontrol pers dengan ketat tidak dihapus.

10
Pers dimata negara memiliki peranan sebagai pendorong kesatuan
nasional dan pembangunan sambil menrapkan system perijinan.
Pemerintah juga tidak menjamin dengn tegas kebebasan pers di Indoensia,
hal ini terbukti dengan kontrol ketat pemerintah dengan mendirikan dewan
pers dan PWI, selain itu pemerintah juga ikut campur tangan dalam
keredaksian.
Dalam pemerintahan Orde Baru ini setidaknya ada tiga macam cara
yang digunakan wartawan untuk menghindari peringatan dan atau
pembredeilan dari pemrintah, yakni eufimisme, jurnalisme rekaman dan
jurnalisme amplop.
Teknik eufeumisme adalah teknik mengungkapkan fakta secara
tersirat bukan tersurat. Penggunaan kata-kata ini adalah upaya
meringankan akibat politik dari suatu pemberitaan.. Fakta dalam sebuah
berita berbahaya senantiasa ditup oleh pers dengan ungkapan yang sopan.
Jurnalisme rekaman adalah budaya wartawan untuk mentranskrip setepat
tepatnya apa yang dikatakan sumber berita dan tidak mengertikannya
sendiri. Budaya ini tentu saja membuat wartwan Indonesia semakin malas.
Jurnalisme amplop adalah budaya pemberian amplop bagi wartawan oleh
sumber berita. Meskipun pemberian ini dikecam dan berusah dihindari
namun pada prakteknya tetap saja terjadi.
Pada masa orde baru ini juga diketemukan adanya monopoli media massa
oleh keluraga para pejabat. Hal ini tentu saja membuat sudut pandang
pemberitaan yang hampir sama dan sangat berhati-hati karena takut
menyinggung pemilik saham.
Pada awal tahun 1990-an pemerintah mulai bersikap terbuka,
begitupun dengan pers meskipun tetap harus bersikap hati-hati.
Keterbukaan ini merupakan pengaruh dari perubahan situasi politik di
Indonesia dan juga tuntutan pembaca kelas menengah yang jumlahnya
semkain banyak di Indonesia.
Pada 21 Juni 1994 pemerintah Indonesia membredel tiga mingguan
terkemuka yaitu Tempo, Ediotr dan Detik. Ada tiga teori tentang
pembreidelan tersebut yakni teori permusuhan Habibie-Tempo, dalam

11
kasus ini Tempo memberitakan rencana produksi pesawat terbang dan
pembelian bekas kapal perang yang mengkritik habibie, teori intrik politik
yang berspekulasi bahwa ketiga penerbitan itu bekerjasam dengan Benni
Moerani dan pengikutnya di ABRI untuk menjatuhkan dan menyingkirkan
Habibie dan teori Intimiasi yang berspekulasi bahwa kepemimpinan
nasional ingin memperlambat laju perubahan masayrakat dan media yang
semkain bergerak menuju kebebasan yang lebih lebar. Pembreidelan ini
mengakibatkan terjadinya protes dan demo di kalangan wartawan
Indonesia.
Sebagai penyelesaian kasus pembreidelan ini menteri penerangan
mengelurakan dua izin penrbitan baru untuk menmpung wartawan yang
kehilangan pekerjaannya yakni mingguan Gtra untuk ex-Tempo dan Tiras
untuk wartawan eks Editor.
Pasca pembreidelan inilah yang merupakan titik balik kondisi per
Indonesia karena wartawan-wartawannya mulai cenderung memberontak
pada pemerintah meskipun dengan cara yang berbeda-beda. Meski
demikian SIUPP tetap merupakan ganjalan terbesar dalam kehidupan pers
Indonesia saat itu.

7. Pers di masa pasca Reformasi


Pada tanggal 21 Mei 1998 orde baru tumbang dan mulailah era
reformasi. Tuntutan reformasi bergema ke semua sektor kehidupan,
termasuk sektor kehidupan pers. Selama rezim orde lama dan ditambah
dengan 32 tahun di bawah rezim orde baru, pers Indonesia tidak berdaya
karena senantiasa ada di bawah bayang-bayang ancaman pencabutah surat
izin terbit.
Sejak masa reformasi tahun 1998, pers nasional kembali menikmati
kebebasan pers. Hal ini sejalan dengan alam reformasi, keterbukaan, dan
demokrasi yang diperjuangkan rakyat Indonesia. Akibatnya, awal reformasi
banyak bermunculan penerbitan pers atau koran, majalah, atau tabloid baru.
Di Era reformasi pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Nomor 40

12
Tahun 1999 tentang pers. Hal ini disambut gembira dikalangan pers, karena
tercatat beberapa kemajuan penting dibanding dengan undang-undang
sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Pokok-
Pokok Pers (UUPP).
Dalam Undang-Undang ini, dengan tegas dijamin adanya
kemerdekaan pers sebagai hak asasi warga negara (pasal 4). Itulah sebabnya
mengapa tidak lagi disinggung perlu tidaknya surat ijin terbit, yaitu terhadap
pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan, dan pelarangan
penyiaran sebagaimana tercantum dalam pasal 4 ayat 2.
Pada masa reformasi, Undang-Undang tentang pers No. 40 1999,
maka pers nasional melaksanakan peranan sebagai berikut:
 Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan
informasi.
 Menegakkan nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya
supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta menghormati
kebhinekaan.
 Mengembangkan pendapat umum berdasar informasi yang tepat,
akurat, dan benar.
 Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kepentingan umum.
 Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum,
wartawan mempunyai hak tolak. Tujuannya agar wartawan dapat
melindungi sumber informasi, dengan cara menolak menyebutkan identitas
sumber informasi. Hal ini digunakan jika wartawan dimintai keterangan
pejabat penyidik atau dimintai menjadi saksi di pengadilan.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat kita ambil kesimpulkan bahwa
Perkembangan Pers di Indonesia tak dapat dipungkiri, pers sangat
berpengaruh terhadap bangsa ini, mulai dari kemerdekaan, pengakuan
kedaulatan, sampai kini msa reformasi, semuanya dipengaruhi ole pers. maka
tak heran jika dunia Pers memegang peranan penting dalam perjalanan
bangsa ini.
Perkembangan Pers di indonesia pun bisa dibilang sebagai salah satu
perkembangan pers paling kompleks, kenapa? karena perkembangan Pers di
Indonesia terbagi menjadi beberapa periode, dimana setiap periodenya
mewakili satu masa atau era.
Dan seorang wartawan bebas memilih menentukan dan mengerjakan
tugasnya tetapi harus ada kesadaran bahwa ada aturan rambu-rambu yang
harus diperhatikan dalam kinerjanya.

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini tentulah masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca untuk perbaikan penulisan kami di masa yang akan
datang.

14
DAFTAR PUSTAKA

“pers dan tantangan profesinalisme dalam www.manajamenqolbu.com


Adji , oemar seno. 1990. Perkembangan pers Indonesia
Budiyanto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA Kelas XII. Erlangga
: Jakarta.
BukuPendidikanKewarganegaraan SMA kelas XII
Dewi Lestari.blogspot.com Kebebasan Pers dan Dampak Penyalahgunaannya
http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/26/kebebasan-pers-indonesia-dan-rambu-
rambu-jurnalistik
http://klikbelajar.com/pelajaran-sekolah/perkembangan-pers-di-Indonesia/.
Http://KODE ETIK JURNALISTIK « Fuadmje's Blog.htm
Http://MATERI PKN SMK KLAS XII.htm
http://mbahkarno.blogspot.com/2011/11/perkembangan-pers-di-indonesia.html
Http://TeoriPers _ pendibarcelonistas.htm
http://www.google.com
Http:/SchoolpediaContohSoalMateri Pers.htm
Kompassiana Sharing. Connecting.
Suprapto, dkk. 2005. Kewarganegaraan Untuk SMA Kelas 3. Bumi Aksara:
Jakarta.
Suprihatini, Amin, Yudi Suparyanto, dan Khilya Fa’izia. 2012. Pendidikan
Kewarganegaraan untuk SMA/MA kelas XII. Klaten: Intan Pariwara
Wikipedia Kebebasan Pers di Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai