Akhir (TPA) baru tak kunjung terealisasi. Padahal, kondisi TPA Hake Babu saat ini sudah
overload. Sampah pun makin menggunung. Celakanya, tak ada solusi jitu nan cepat untuk
mengatasinya. Bahkan perencanaan pun belum dilakukan.
Kepala Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tarakan, Drs Aleksandra
mengatakan, sampai saat ini belum dilakukan perencanaan lantaran lahan belum siap. “Begitu
lahan sudah siap, baru kita buat perencanaannya. Insya Allah awal tahun depan (2016, Red.),”
ujarnya.
Lahan seluas 50 hektare yang berada di Juata Laut yang rencananya menjadi lokasi TPA baru
adalah milik Kelompok Masyarakat Adat Umbung Baloy. Pembebasan lahan sendiri kabarnya
masih terhalang anggaran. Di mana anggaran pembangunan TPA yang baru nanti akan
menggunakan dana hibah serta dari APBD Provinsi Kaltara.
Untuk menekan pencemaran dan semakin menggunungnya volume sampah di TPA Hake
Babu, pernah dilakukan penggalian lubang untuk menampung air hasil limbah sampah. Juga
terus dilakukan penimbunan rutin untuk mengurai bau yang keluar.
Tak sedikit warga yang mengeluhkan bau sampah menyengat dari TPA tersebut. Sara (40),
seorang ibu rumah tangga (IRT) mengeluhkan bau sampah yang kian parah. Setiap harinya
dirinya beserta keluarga dan warga di sekitar lokasi harus menghirup udara tidak sehat dari dari
TPA.
“Tiap hari lewat sana (TPA Hake Babu, Red.), baunya itu kaya udah nggak keciuman. Mungkin
karena sudah biasa ya. Tapi kalau habis hujan baru baunya nyengat banget ke hidung.
Seharusnya sudah dipindahkan ya sama pemerintah,” ujar perempuan berambut sebahu ini.
Sara berharap masalah sampah dan TPA ini dapat segera diselesaikan. Karena bukan hanya
menggangu pernapasan, namun juga lokasinya jadi tak kondusif bagi warga yang berdomisili
di sekitar TPA. Terlebih, di sekitar TPA juga ada tempat ibadah, sekolah, rumah sakit dan
tempat wisata.