Anda di halaman 1dari 75

Laporan Kerja Praktik 2016

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tinjauan umum

Seperti pada umumnya dalam melaksanakan suatu pekerjaan konstruksi,

khususnya konstruksi gedung tentunya tidak terlepas dari berbagai tahapan-

tahapan item pekerjaan untuk menunjang agar pekerjaan tetap lancar sesuai

rencana. Dengan adanya tahapan pekerjaan, maka pekerjaan menjadi terarah,

pekerjaan dapat di selesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan pada

time schedule.

4.2 Pondasi pile cap

Pada pekerjaan apron dan Sarpras Lanud Tarakan pekerjaan pondasi yang

digunakan adalah jenis pondasi Pile Cap Pile cap berFungsi untuk menerima

beban dari kolom yang kemudian akan terus disebarkan ke tiang pancang dimana

masing-masing pile menerima 1/N dari beban oleh kolom dan harus ≤ daya

dukung yang diijinkan (Y ton) (N= jumlah kelompok pile). Jadi beban maksimum

yang bisa diterima oleh pile cap dari suatu kolom adalah sebesar N x (Y ton).

Pile cap ini bertujuan agar lokasi kolom benar-benar berada dititik pusat

pondasi sehingga tidak menyebabkan eksentrisitas yang dapat menyebabkan

beban tambahan pada pondasi. Selain itu, seperti halnya kepala kolom, pile cap

juga berfungsi untuk menahan gaya geser dari pembebanan yang ada. Bentuk dari

pile cap juga bervariasi dengan bentuk segitiga dan persegi panjang. Jumlah

kolom yang diikat pada tiap pile cap pun berbeda tergantung kebutuhan atas

Fakultas Teknik IV-1


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

beban yang akan diterimanya. Terdapat pile cap dengan pondasi tunggal, ada yang

mengikat 5 buah pondasi yang diikat menjadi satu Pekerjaan Galian Tanah

4.3 Pekerjaan lapis pondasi

Pekerjaan Lapis pondasi adalah pekerjaan yang dilakukan setelah

pekerjaan pondasi . Pekerjaan ini antara lain Soil Cement, Base Coarse B

kemudian Base Coarse A . Pekerjaan ini dimulai dengan penghamparan dan

kemudian dilakukan pemadatan sesuai spek yang sudah direncanakan . Dalam

proyek ini ketebalan Soil Cement sekitar 20 cm, Base Coarse B 35 cm dan Base

Coarse A 25 cm

4.4 Struktur beton bertulang

Beton bertulang adalah suatu bahan konstruksi yang dihasilkan dari

kombinasi antara beton dengan baja sebagai tulangan. Beton merupakan hasil

pencampuran antara semen, air, dan bahan agregat (pasir, kerikil). Kualitas beton

sangat tergantung kepada kualitas bahan penyusunnya.

Beton bertulang bersifat sama dengan sifat bahan penyusunnya yaitu

beton dan baja. Yang dimana, beton memiliki sifat utama yaitu kuat terhadap

beban tekan, akan tetapi beton lemah terhadap beban tarik. Sedangkan bahan

lainnya, yaitu baja memiliki kekuatan yang besar, baik dalam menahan beban

tarik maupun tekan. Akan tetapi, mengingat harga dari baja yang mahal, maka

untuk menghindari penggunaan baja yang besar serta mendapatkan nilai ekonomis

dengan kualitas yang baik, akhirnya dilakukanlah kombinasi (komposit) antar

keduanya sehingga bahan beton dihitung sebagai penahan beban tekan, sedangkan

baja sebagai penahan beban tarik.

Fakultas Teknik IV-2


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Pada masa sekarang ini, disaat proses pembangunan meningkat pesat,

adanya beton bertulang ini dirasa semakin penting. Banyak aspek pembangunan

yang membutuhkan beton bertulang sebagai struktur pembentuknya, seperti pada

bangunan gedung bertingkat, bangunan jembatan, jembatan bertingkat (jembatan

layang), bendungan, dan bahkan jalan raya.

4.4.1 Hal-hal yang berpengaruh terhadap mutu beton.

Mutu beton sangat dipengaruhi oleh kualitas kuat tekan beton. Sehingga

pada umumnya untuk mengetahui seberapa besar mutu beton dilapangan, hal

yang diukur adalah kuat tekan

Dari beton itu sendiri. Sedangkan kualitas kuat tekan beton bergantung

kepada: faktor air semen, usia beton, sifat agregat, jenis dan jumlah semen.

Berikut ini dijelaskan bagaimana pengaruh dari bahan-bahan diatas:

1) Pengaruh fas terhadap kuat tekan beton, pengaruh dari fas terhadap

kuat tekan beton adalah semakin besar nilai fas, maka semakin rendah

kuat tekan beton yang dihasilkan. Dan berlaku sebaliknya, semakin

kecil nilai fas, maka semakin besar kuat tekan beton.

2) Pengaruh umur terhadap kuat tekan beton, kuat tekan beton ini akan

bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton tersebut. Tetapi

kuat tekan beton ditetapkan pada usia 28 hari. Hal tersebut karena

perubahan kuat tekan beton setelah usia tersebut tidak terlalu

signifikan lagi.

3) Pengaruh jumlah dan jenis semen terhadap kuat tekan beton. Jumlah

kandungan semen yang digunakan pada adukan akan berpengaruh

Fakultas Teknik IV-3


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

terhadap kuat tekan beton, dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Pada fas yang sama, jika jumlah semen yang terlalu sedikit atau

terlalu berlebihan, maka akan diperoleh kuat tekan betonnya

rendah. Pada jumlah semen terlalu sedikit, berarti jumlah air juga

sedikit, sehingga adukan beton sulit dipadatkan dan akibatnya kuat

tekan beton rendah. Demikian pula pada jumlah semen berlebihan,

berarti jumlah air juga berlebihan, sehingga beton mengandung

banyak pori dan akibatnya kuat tekan betonnya menjadi rendah.

b. Pada nilai slump sama, beton dengan kandungan semen lebih

banyak mempunyai kuat tekan lebih tinggi. Hal ini karena pada

niali slump sama, jumlah air juga hampir sama, sehingga

penambahan semen berarti pengurangan nilai fas, yang berakibat

penambahan kuat tekan beton.

Jenis semen juga berpengaruh terhadap kuat tekan beton.

Dari beberapa percobaan terhadap 5 jenis semen apada adukan

beton, ternyata kelima jenis semen tersebut mempunyai kuat tekan

yang berbeda (Tjokrodimuljo: 1996)

4. Pengaruh sifat agregat terhadap kuat tekan beton, sebetulnya

pengaruh sifat agregat terhadap kuat tekan beton tidak terlalu besar,

karena umumnya kekuatan agregat lebih tinggi daripada pastanya.

Tetapi jika dikehendaki beton dengan kuat tekan yang tinggi, maka

diperlukan agregat yang kuat/ tidak lebih rendah dari pastanya. Sifat

agregat yang paling berpengaruh adalah kekasaran permukaan dan

ukuran butir maksimumnya. (Ali Asroni: 2010)

Fakultas Teknik IV-4


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

4.4.2 Pengertian kolom

Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya

menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang

paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil (SK SNI T-15-1991-03). Sebagai

bagian dari suatu kerangka bangunan, kolom menempati posisi penting dalam

sistem struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada

runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan dengannya atau merupakan

batas runtuh total keseluruhan struktur bangunan.

Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktur yang

memikul beban vertikal dan horizontal. Beban vertikal adalah beban yang

diterima dari balok dan kolom di atasnya sedangkan beban horizontal adalah

beban akibat beban angin dan gempa. Kolom pada umumnya digunakan dalam

bentuk persegi dan bulat. Pada proyek pembangunan ini menggunakan satu

macam bentuk kolom, yaitu persegi.

4.4.2.1 Jenis kolom.

Struktur kolom beton bertulang yang paling dijumpai adalah kolom beton

bertulang yang terdiri dari tulangan longitudinal dengan penguatan lateral yang

berupa tulangan sengkang. Menurut Wang (1986) ada beberapa jenis kolom yaitu:

1. Kolom dengan sengkang ikat (Tied Colomn)Bentuk dari kolom ini

biasanya berupa persegi panjang ataupun bujur sangkar yang terdiri dari

tulangan longitudinal dan diikat dengan sengkang persegi atau bujur

sangkar.

2. Kolom dengan sengkang spiral (Spiral Colomn)

Fakultas Teknik IV-5


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Kolom dengan sengkang spiral lebih sering digunakan pada kolom dengan

bentuk lingkaran ataupun segi-n. Kolom ini memiliki nilai daktilitas yang

tinggi sehingga sangat tepat digunakan pada wilayah rawan gempa.

3. Kolom komposit (Composite Colomn)

Kolom komposit merupakan kolom yang terbuat dari baja struktur yang

dibungkus dengan beton. Kolom ini banyak digunakan pada bangunan

pabrik atau bangunan-bangunan lain yang memerlukan ruangan yang

tinggi.

Jenis kolom yang akan dibahas pada penulisan ini adalah jenis kolom

pertama, yaitu kolom dengan sengkang ikat (Tied Colomn).

4.4.3 Pengertian Sloof

Setelah tahapan pekerjaan pondasi, biasanya kita lanjutkan pekerjaan

sloof. mungkin kita jarang melihat bentuk sloof saat bangunan sudah berdiri ,

dikarenakan sloof berada tepat diatas pondasi. Pada kesempatan kali ini saya

ingin berbagi Pengertian dan Fungsi dari sloof. Mari kita bahas bersama.

Pengertian Sloof Sloof adalah struktur bangunan yang terletak di atas pondasi

bangunan. Jenis Konstruksi Beton Bertulang ini biasanya dibuat pada bangunan

Rumah atau Gedung, dan posisinya biasanya pada Lantai 1 atau Orang-orang

biasa menyebutnya Lantai Dasar. Inilah sebab nya mengapa kita jarang melihat

bentuk sloof saat bangunan sudah “Berdiri” tegak. walau bentuk sloof tidak

terlihat tapi fungsi sloof sangat dibutuhkan dalam suatu bangunan.

4.4.3.1 Jenis Jenis Sloof

Namun berdasarkan konstruksinya, ada beberapa macam sloof sebagai


berikut :

Fakultas Teknik IV-6


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

1. Konstruksi Sloof dari Beton Bertulang. Konstruksi sloof ini bisa

digunakan di atas pondasi batu kali apabila pondasi tersebut

dimaksudkan untuk rumah atau gedung (bangunan) tidak bertingkat

dengan perlengkapan kolom praktis pada jarak dinding kurang lebih 3

m. Untuk ukuran lebar / tinggi sloof beton bertulang adalah >15 / 20

cm. Konstruksi sloof dari beton bertulang juga bisa dimanfaatkan

sebagai balok pengikat pada pondasi tiang.

2. Konstruksi Sloof dari Batu Bata. Rolag dibuat dari susunan batu bata

yang dipasang dengan cara melintang dan yang diikat dengan adukan

pasangan (1 bagian portland semen : 4 bagian pasir). Konstruksi rolag

ini tidak memenuhi syarat untuk membagi beban.

3. Konstruksi Sloof dari Kayu. konstruksi rumah panggung dengan

pondasi tiang kayu (misalnya di atas pondasi setempat), sloof dapat

dibentuk sebagai balok pengapit. Jika sloof dari kayu ini terletak di atas

pondasi lajur dari batu atau beton, maka dipilih balok tunggal.

4.4.3.2 Fungsi Sloof

Sloof ini berfungsi untuk memikul Beban dinding, sehingga dinding

tersebut “BERDIRI” pada beton yang kuat, sehingga tidak terjadi penurunan dan

pergerakan yang bisa mengakibatkan dinding rumah menjadi Retak atau Pecah.

Adapun fungsi sloof lainnya adalah sebagai berikut :

1. Sebagai pengikat kolom.

2. Meratakan gaya beban dinding ke pondasi.

Fakultas Teknik IV-7


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

3. Menahan gaya beban dinding.

4. Sebagai balok penahan gaya reaksi tanah yang disalurkan dari pondasi

lajur.

4.5 Pengertian plat lantai beton

Persyaratan pelat lantai yang dibuat dengan beton bertulang tercantum

dalam buku SNI I beton 1991 yang meliputi ukuran ketebalan minimal pelat untuk

lantai adalah 12 cm dan pelat untuk atap yaitu 7 cm. Pelat beton harus diisi

tulangan baja lunak atau baja sedang yang ditumpuk silang dengan diameter

minimum 8 mm. Pelat lantai yang mempunyai ketebalan lebih dari 25 cm wajib

disokong tulangan baja rangkap di atas dan bawah.

Perhatikan jarak ideal tulangan pokok berkisar antara 2,5-20 cm atau 2 kali

tebal pelat. Untuk melindunginya dari korosi, tulangan-tulangan baja tersebut juga

harus terbungkus beton dengan ketebalan minimal 1 cm. Beton terbuat dari

campuran semen, pasir, kerikil, air, dan admixture dengan perbandingan tertentu.

Dalam Proyek Apron Sarpras Lanud Tarakan ini ketebalan Lantai beton

yang digunakan adalah 25 cm .

4.6 Pengertian baja

Konstruksi rangka baja adalah suatu konstruksi yang dibuat dari susunan

batang-batang baja yang membentuk kumpulan segitiga, dimana setriap

pertemuan beberapa batang disambung pada alat pertemuan/simpul dengan

menggunakan alat penyambung (bout,paku keeling dan las lumer).

Fakultas Teknik IV-8


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

4.6.1 Penggunaan Konstruksi Rangka Baja

Penggunaan konstruksi rangka baja untuk b\angunan sangat luas sekali,

antara lain:

 Kuda-kuda ( kap spant )

 Ikatan angina

 Jembatan rangka

 Tiang transmisi ( untuk jaringan listrik tegangan tinggi )

 Menara air

4.6.2 Bentuk-bentuk Baja dalam Perdagangan

Bahan baja yang dipergunakan untuk bangunan berupa bahan batangan

dan plat.Penampang dari bahan baja biasanya disebut profil. Macam-macam profil

yang terdapat di pasaran antara lain :

1) Profil baja tunggal

 Baja siku-siku sama kaki

 Baja siku-siku tidak sama kaki (baja T)

 Baja siku-siku tidak sama kaki (baja L)

 Baja I

 Baja canal

 Baja WF

2) Profil gabungan

 Dua baja L sama kaki

 Dua baja L tidak sama kaki

Fakultas Teknik IV-9


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

 Dua baja I

4.6.3 Sifat-sifat Baja

Sifat yang dimiliki baja yaitu kekakuannya dalam berbagai macam

keadaan pembebanan atau muatan, terutama tergantung pada:

a) Cara peleburannya

b) Jenis dan banyaknya logam campuran

c) Proses yang digunakan dalam pembuatan

4.6.4 Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Konstruksi Baja

Dibandingkan dengan konstruksi lain seperti beton atau kayu pemakaian

baja sebagai bahan konstruksi mempunyai keuntungan dan kerugian, yaitu:

Keuntungan :

 Bila dibandingkan dengan beton baja lebih ringan

 Baja lebih mudah untuk dibongkar atau dipindahkan

 Konstruksi baja dapat dipergunakan lagi

 Pemasangannya relative mudah

 Baja sudah mempunyai ukuran dan mutu tertentu dari pabrik

Kerugian :

 Bila konstyruksinya tervbaikar maka kekuatannya berkurang

 Baja dapat terkena karat sehingga membutuhkan perawatan

 Memerlukan biaya yang cukup besar dalam pengangkutan

 Dalam pengerjaannya diperlukan tenaga ahli dalam hal knstruksi baja

4.6.5 Jenis-jenis Alat Penyambung Baja

Fakultas Teknik IV-10


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Alat penyambung baja dapat berupa:

o Baut

Pemakaian bout diperluakn bila:

a) Tidak cukup tempat untuk pekerjaan paku keeling

b) Jumlah plat yang disambung >5d (diameter bout )

c) Konstruksi yang dapat dibongkar pasang

d) Paku keeling

Sambungan paku digunakan pada konstruksi yang tetap, jumlah tebal plat

tidak boleh >6d ( diameter paku keeling )

o Las

Menurut bentuknya las ada 2 macam yaitu las tumpul dan las sudut

Las dilakukan agar struktur baja yang ingin disambung akan terekan kuat dan

kokoh namun sambungan seperti ini rentan patah

4.7 Uraian pekerjaan

Adapun tahapan-tahapan pekerjaan yang akan dibahas dalam bab ini

sesuai dengan batasan masalah dan sesuai dengan apa yang penulis amati secara

langsung selama kuliah kerja praktek. Tahapan – tahapan pada pekerjaan

Pembangunan Apron Dan Sarpras Lanud Kota Tarakan .

 Pondasi

- Pekerjaan Galian Tanah pondasi

- Perakitan Tulangan Pile Cap

- Pekerjaan Bekisting

- Pengecoran

Fakultas Teknik IV-11


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

 Pekerjaan Lapis Pondasi

- Pekerjaan Soil Cement ,Cement 12 % Soil 88%

- Pekerjaan Base Coarse Apron dan Shelter

- Base Coarse A 25 cm

- Base Coarse B 35 cm

 Kolom

- Perakitan tulangan kolom

- Pembuatan Lantai Kerja

- Pekerjaan bekisting

- Pengecoran

 Sloof

- Perakitan tulangan Sloof

- Pembuatan Lantai Kerja

- Pekerjaan bekisting

- Pengecoran

- Pembongkaran bekisting

 Lantai Beton

- Perakitan Tulangan

- Perakitan Dowel

- Pembuatan Lantai Kerja

- Pekerjaan Bekisting

- Pengecoran

 Baja

- Perakitan Kolom Portal Utama Baja

Fakultas Teknik IV-12


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

- Perakitan Tie Beam Baja

- Perakitan Kuda-kuda Baja

- Over stage

- Gording

4.8 Pekerjaan pondasi

Gambar 4.1 Detail Pondasi

Dalam perencanaan pembangunan Apron dan Sarpras Lanud Tarakan,

pekerjaan Pondasi, Beton K-275, dimensi 200 x 200 cm, t = 45 cm terhitung

dengan harga satuan m³ (meter kubik).

4.8.1 Kuantitas

a. Volume

Berdasarkan perencanaan

Volume pekerjaan Pondasi = 14.52 m3

Berdasarkan perhitungan volume pekerjaan (back up data)

Volume pekerjaan pondasi = ( 2 x 2 x 0.45 ) x 8

Fakultas Teknik IV-13


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

= 14.4 m3 beton k-275

Dari perbandingan volume rencana dengan realisasi pekerjaan maka dapat

disimpulkan bahwa pekerjaan tersebut mengalami kelebihan volume pekerjaan.

 Analisis Perhitungan pembesian Pile Cap

Perhitungan Tulangan Pile Cap

- Tulangan Pokok D16

Mencari BJ = 0,006165 x D2

= 0,006165 x 162

= 1,58

Jumlah Pile Cap = 8 Buah

Bobot Tulangan D16 = 1,58

Jumlah Tulangan D16 = (( 2 – 0,06 ) : 0,15)

= 12,93

Panjang Tulangan = 1.94 m

Berat tulangan D16 = 1,94 x 12,93 x 1,58

= 39,63

Total berat tulangan = 39,63 x 8

= 317,064 kg

Jumlah Tulangan D16 = 317,064 : 1,58 : 12

= 16,722 ≈> 17 Lonjor/Batang

Berdasarkan hasil Perhitungan diatas diketahui volume pekerjaan Pile Cap

untuk tulangan D16 dibutuhkan besi sejumlah 17 Lonjor/Batang

Fakultas Teknik IV-14


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

- Tulangan D12

Mencari BJ = 0,006165 x D2

= 0,006165 x 122

= 0,888

Jumlah Pile Cap = 8 Buah

Bobot Tulangan D12 = 0,888

Jumlah Tulangan D12 = (( 2 – 0,06 ) : 0,15)

= 12,93

Panjang Tulangan = 1.94 m

Berat tulangan D12 = 1,94 x 12,93 x 0,888

= 22,274

Total berat tulangan = 22,274 x 8

= 178,198 kg

Jumlah Tulangan D12 = 178,198 : 0,888 : 12

= 16,722 ≈ 17 Lonjor/Batang

Berdasarkan hasil Perhitungan diatas diketahui volume pekerjaan Pile Cap

untuk tulangan D16 dibutuhkan besi sejumlah 17 Lonjor/Batang

 Analisis Perhitungan Volume Bekisting pile Cap

Perhitungan Bekisting Pile Cap

1. Lebar = 2m

2. Panjang = 2m

3. Tinggi = 0,45 m

4. Jumlah Pile Cap = 8 Buah

Fakultas Teknik IV-15


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

5. Volume = Keliling x Tinggi x Jumlah

= ( 2 + 2 + 2 + 2 ) x 0,45 x 8

= 28,8 m2

Berdasarkan dari perhitungan diatas diketahui volume pekerjaan bekisting

Pile Cap Sejumlah 28,8 m2

 Analisis Perhitungan Volume Pile Cap

Perhitungan Cor Pile Cap

1. Lebar = 2m

2. Panjang = 2m

3. Tinggi = 0,45 m

4. Jumlah Pile Cap = 8 Buah

5. Volume = 2 x 2 x 0,45 x 8

= 14,4 m3

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diketahui volume pekerjaan cor pile

cap sejumlah 14,4 m3 .

Untuk mengetahui kebutuhan semen, pasir, kerikil dan air komposisi Beton Mutu

K-275 ( f’c = 24,0 Mpa )

Konversi K-275 setara dengan = (275/10) x 0,83 = 22,825 Mpa

 Semen 406 x 14,4 = 5846,4 Kg

 Pasir 684 x 14,4 = 9849,6 Kg

 Kerikil 1026 x 14,4 = 14774 Kg

 Air 215 x 14,4 = 3096 Kg

Jadi untuk volume beton pile cap 14,4 m3 dibutuhkan :

Fakultas Teknik IV-16


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

 Semen 5846,4 : 50 = 116,92 sak ≈ 117 sak

 Pasir 9849,6 : 1400 = 7,035 ≈ 7 m3

 Kerikil 14774 : 1800 = 8,208 ≈ 9 m3

 Air 3096 : 1000 = 3,096 ≈ 3 m3

 Analisa Lantai Kerja

Perhitungan Lantai Kerja

Luas Pondasi = 4 m2

Jumlah = 8

Tebal Lantai Kerja = 0.075 m

Volume = 4 x 0.075 x 8

= 2,4 m3

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diketahui volume pekerjaan lantai

kerja sejumlah 2,4 m3

 Kebutuhan Mini Pile 25x25 untuk pondasi

Perhitungan Mini Pile

Jumlah Pondasi = 8 buah

Jumlah Mini Pile = 5 Buah

Kebutuhan Mini Pile = 8x5

= 40 Buah/batang

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diketahui volume pekerjaan lantai

kerja sejumlah 40 batang

b. Tenaga kerja

Berdasarkan analisa pekerjaan Pondasi Apron dan Sarpras Lanud

Fakultas Teknik IV-17


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

- Pekerjaan beton k-275

Pekerja = 1,650 x 14,4

= 23,76 Oh

Tukang = 0,275 x 14,4

= 3,96 Oh

Kepala tukang = 0,028 x 14,4

= 0,404 Oh

Mandor = 0.083 x 14,4

= 1,195 Oh

- Pekerjaan bekisting

Pekerja = 0,520 x 28,8

= 14,976 Oh

Tukang = 0,260 x 28,8

= 7,488 Oh

Kepala tukang = 0,026 x 28,8

= 0,748 Oh

Mandor = 0,026 x 28,8

= 0,748 Oh

- Pekerjaan pembesian

Pekerja = 0,070 x (494,84 : 10 )

= 3,463 Oh

Tukang = 0,070 x (494,84 :10 )

= 3,463 Oh

Kepala tukang = 0,007 x (494,84 : 10 )

Fakultas Teknik IV-18


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

= 0,346 Oh

Mandor = 0,004 x (494,84 : 10 )

= 0,197 Oh

c. Peralatan

Dalam pekerjaan pondasi pada pembagunan gedung mekanikal Bandar

udara juwata tarakan, menggunakan adukan beton berupa ready mixed concrete

degan peralaran umum serta kelengkapannya pada pengecoran

4.8.2 Metode Pelaksanaan

a. Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan persiapan yaitu menentukan as pile cap dengan menggunakan

theodolite dan waterpass berdasarkan shop drawing yang dilanjutkan dengan

pemasangan patok as pile cap

b. Penggalian

Tanah digali sesuai dengan ukuran dan kedalaman/elevasi yang telah

direncanakan sesuai gambar rencana. Di dalam gambar elevasi galian untuk

kedalaman pondasi adalah 0.6 m dan 7,5 cm untuk lantai kerja.

Gambar 4.2 Pengerjaan Penggalian Pondasi pile cap 200x200 cm

Fakultas Teknik IV-19


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

c. Pemasangan Bekisting

Metode pemasangan bekisting yang digunakan adalah metode tradisional,

dimana bekisting pile cap menggunakan Tripleks. Multipleks dipaku pada balok

kayu yang telah ditanam pada tanah, dan diatur sedemikian rupa sampai menjadi

bentuk yang sesuai dengan gambar. Setelah pemasangan rangkaian bekisting

selesai dilaksanakan maka pada sisi-sisi samping rangkaian bekisting tersebut

diurug tanah hingga padat untuk memperkuat bekisting tersebut

d. Pengurugan dan Pemasangan Lantai Kerja

Pembuatan lantai kerja dilakukan setelah tanah galian selesai diurug

dengan pasir. Pengurugan dengan pasir setebal 100 mm kemudian dipadatkan dan

diratakan. Pemasangan lantai kerja dilakukan dengan tebal minimal 7,5 cm diatas

urugan pasir. Pembuatan lantai kerja ini dilakukan dengan membuat adukan

sendiri dari pasir dan Portland cement.

e. Penulangan Pile Cap

Pemasangan besi tulangan yang langsung dirangkai di atas lantai kerja

sesuai dengan ukuran dan jumlah yang telah direncanakan. Diameter besi

tulangan yang dipasang untuk pile cap adalah D16, dan D12 . Pekerjaan

pembesian ini juga meliputi tulangan utama atas dan bawah, tulangan samping,

tulangan stek pondasi, pemasangan kaki ayam, pemasangan beton decking, dan

pemasangan stek pile cap sebagai penghubung menuju kolom.

Fakultas Teknik IV-20


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Gambar 4.3 Pengerjaan Pembesian Pondasi besi Ulir D16 dan D12

f. Pengecoran Pile Cap

Sebelum pengecoran terlebih dahulu dilakukan pembersihan dari debu

ataupun kotoran seperti tanah, sisa kawat, maupun plastik pada area yang akan

dicor menggunakan compressor. Pengecoran untuk pile cap dilakukan sedalam

0.6 meter dengan mutu beton K-275 . Dan Dipadatkan dengan mrnggunakan

Vibrator

Gambar 4.4 Pengerjaan pengecoran pile cap 200x200 cm beton K -275


dan pemadatan dengan alat vibrator

Fakultas Teknik IV-21


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

4.8.3 Kualitas

Agar kualitas beton yang digunakan dapat di control degan baik sesuai

spesifikasi dan standar yang ada, maka selama proses pengecoran perlu di lakukan

uji slump dan pengambilang sample benda uji sesuai degan SKSNI. Mutu beton

diuji dengan kubus artinya mempunyai kuat setara degan mutu beton k-275 pada

NI-2 , yaitu kuat tekan hancur karakteristik sebesar 275 kg/cm2 pada benda uji

kubus degan sisi 150 mm, saat umur beton 28 hari.

Tulangan baja BJTP-30 artinya baja tulangan polos dengan batas elastis

atau tegangan leleh sebesar 300 MPa untuk tulangan kecil dengan diameter lebih

kecil dari 13 mm BJTS-40, artinya baja tulangan ulir (deformed) dengan batas

elastis atau tegangan leleh sebesar 400 Mpa

4.8.4 Waktu

a. Rencana Kemajuan Pekerjaan

Pada Time Schedule pekerjaan kolomdengan bobot 2,76% termasuk dalam

rekap Pekerjaan struktur Beton bertulang dengan bobot 2,76% yang dilaksanakan

dalam bulan 8 (delapan) minggu ke 3 (tiga) hingga bulan 10 (sepuluh) minggu ke

2 (dua) dengan waktu rencana lebih kurang 8 (delapan) minggu.

b. Realisasi Kemajuan Pekerjaan

Pada pekerjaan Cor kalau dilaksanakan dalam waktu 2 (dua) minggu, yang

dilaksanakan dalam bulan 10 (sepuluh) minggu ke 2 (dua) hingga bulan 10

(sepuluh) minggu ke 4 (empat). Dari perbandingan waktu rencana dengan

realisasi pekerjaan maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan tersebut mengalami

keterlambatan selama 2 (satu) minggu pelaksanaan, yang dipengaruhi oleh

Fakultas Teknik IV-22


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

terlambatnya item pekerjaan sebelumnya.

4.9 Pekerjaan soil cement ,cement 12 % soil 88%

Dalam Rencana pembangunan Apron dan Sarpras Lanud Tarakan,

pekerjaan Base Coarse terhitung dengan harga satuan m³ (meter kubik).

4.9.1 Kuantitas

a. Volume

Panjang = 100 m

Lebar = 52,5 m

Tebal = 0,20 m

Volume Drainase = 129,6 m3

Volume = (Panjang x Lebar x Tebal) – Volume

Drainase

= (100 x 52,5 x 0,20) – 129,6

= 920,4 m3

b. Material

Berdasarkan analisa pekerjaan Kolom

Cement 12% = (12 x 920,4 ) : 100

= 110,448 m3 : 0,024 = 4602 sak

Tanah 88% = (88 x 920,4) : 100

= 809,952 m3

Fakultas Teknik IV-23


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

4.9.2 Metode pelaksanaan Soil Cement

1. Penyiapan tanah dasar ( ratakan dan padatkan )

2. Drop material tanah

3. Hampar material tanah tersebut dengan motor grader

4. Padatkan dengan vibro roller, tebal padat 20 Cm

5. Tanah yang telah dipadatkan garuk dengan pulvi mixer

6. Ratakan dengan motor grader

7. Drop dan hampar semua semen

8. Diaduk dengan pulvi mixer

9. Ratakan dengan motor grader

10. Siramkan Powermix PSC-63 yang telah dicampur dengan air ( 1,50 kg :

20 ltr air ) ke atas permukaan hamparan 7,5 m2 (5,0 m2/Kg) untuk tebal

hamparan 20 Cm.

11. Ratakan dengan motor grader dan bentuk super elevasi ( kemiringan )

jalan sekitar 2 %

12. Padatkan dengan vibro roller

13. Padatkan dengan pneumatic tire roller sambil disiram dengan air

secukupnya

14. Jalan ditutup selama 72 jam ( tiga ) hari baru dibuka untuk dilewati

kendaraan

4.9.3 Kualitas

Pencampuran material dan larutan CBM Soil Stabilizer harus bercampur

secara merata sehingga dapat mengikat butiran tanah dan meningkatkan

Fakultas Teknik IV-24


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

penguatan dan pemadatan struktur tanah yang telah dicampur dengan semen.

Perbandingan yang dipakai adalah 1 kg CBM Soil Stabilizer yang telah dilarutkan

disiram untuk 1 M3 material (tanah yang telah tercampur semen).

4.10 Pekerjaan base coarse apron dan shelter

Dalam Rencana pembangunan Apron dan Sarpras Lanud Tarakan,

pekerjaan Base Coarse terhitung dengan harga satuan m³ (meter kubik).

a. Volume Base Coarse A

 Apron dan Shelther

Panjang = 100 m

Lebar = 52,5 m

Tebal = 0,25 m

Volume Drainase = 129,6 m3

Volume = (Panjang x Lebar x Tebal) – Volume

Drainase

= (100 x 52,5 x 0,25) – 129,6

= 1182,9 m3

b. Volume Base Coarse B

 Apron dan Shelther

Panjang = 100 m

Lebar = 52,5 m

Tebal = 0,35 m

Volume Drainase = 129,6 m3

Volume = (Panjang x Lebar x Tebal) – Volume

Fakultas Teknik IV-25


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Drainase

= (100 x 52,5 x 0,35) – 129,6

= 1707,9 m3

c. Material

Berdasarkan analisa pekerjaan Base Coarse

Agregat A = 1182,9 m3 x 1800

= 2129220 kg

Agregat B = 1707,9 x 1800

= 3074220 kg m3

4.10.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Agregat Lapis Pondasi A dan B.

A. Penghamparan Material Agregat Lapis Pondasi

Penghamparan material adalah suatu proses meratakan agregat lapis

pondasi setelah proses angkut menggunakan dump truk dari base camp.

Penghamparan material agregat tidak boleh di lakukan apabila cuaca tidak

mendukung seperti pada waktu hujan karena kadar air terlalu tinggi. Pemadatan

harus dilakukan hanya bila kadar air dari bahan berada dalam rentang 3 % di

bawah kadar air optimum sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air

optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan kering maksimum

(modified) yang ditentukan olehspesifikasi SNI. Alat untuk menghamparkan

material agregat lapis pondasi menggunakan Motor Grader. Setelah material

sudah rata sesuai elevasi dan ketebalan yang di tentukan proses selanjutnya yaitu

di padatkan menggunakan alat pemadat vibratory roller.

Fakultas Teknik IV-26


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Gambar 4.5 Pemadatan dan Penghamparan

B. Proses Pelaksanaan Pemadatan Material Agregat Lapis Pondasi

Pemadatan adalah suatu peristiwa bertambahnya berat volume kering

oleh beban dinamis, akibat beban dinamis butir-butir agregat seperti krikil dan

pasir merapat satu sama lain yang saling mengunci sebagai akibat berkurangnya

rongga udara. Tujuan pemadatan dapat tercapai dengan pemilihan bahan agregat,

cara pemadatan, pemilihan mesin pemadat, dan jumlah lintasan atau passing yang

sesuai. Pada pekerjaan pemadatan lapis pondasi agregat di pakai alat

pemadat vibratory roller merk Hamm dengan berat 20 ton. Yang perlu di

perhatikan dalam pekerjaan pemadatan yaitu penghamparan yang agak berlubang

atau kurang rata perlu di tambahkan agregat material secara manual agar

mendapat hasil yang padat dan merata.

Proses pekerjaan pemadatan di lapangan yang pertama kali setelah

material di hamparkan secara merata yaitu di padatkan dengan compactor setelah

Fakultas Teknik IV-27


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

agak merata kemudian di siram air secara merata dengan menggunakan water tank

dengan kapasitas 5000 liter. Setelah air merata di permukaan agregat yang sudah

di padatkan kemudian agregat lapis pondasi di padatkan lagi dengan vibratory

roller sampi merata dan padat. Fungsi penyiraman ini untuk pemadatan, karena

dengan adanya penyiraman air ini rongga-rongga antara agregat akan terpadatkan

dengan sendirinya dan saling mengunci sehingga tidak ada rongga udara di

dalamnya.

C. Uji CBR

CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi suatu bahan terhadap

bahan standard dengan kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama cara umum.

Bila perkerasan tidak mempunyai kekuatan secukupnya secara keseluruhan, maka

jalan tersebut akan mengalami penurunan dan pergeseran, baik pada perkerasan

jalan maupun pada tanah dasar. Akibatnya jalan tersebut akan bergelombang besar

dan berlobang-lobang, sampai pada akhirnya rusak sama sekali. Sedangkan kalau

perkerasan jalan tidak mempunyai lapisan yang kuat, maka permukaan jalan

mengalami kerusakan yaitu berupa lobang-lobang kecil dan pada akhirnya akan

bertambah banyak dan bertambah besar sampai perkerasan menjadi rusak secara

keseluruhan. Jadi untuk menilai kekuatan dasar atau bahan lain yang hendak

dipakai untuk menentukan tebal lapisan perkerasan dipergunakan percobaan

CBR. Nilai CBR ini digunakan untuk menilai kekuatan yang juga dipakai sebagai

dasar untuk penentuan tebal lapisan dari suatu perkerasan.

Kekuatan tanah dasar tentu banyak tergantung pada kadar airnya. Makin

tinggi kadar airnya, makin kecil kekuatan CBR dari tanah tersebut. Walaupun

demikian, hal itu tidak berarti bahwa sebaiknya tanah dasar di padatkan dengan

Fakultas Teknik IV-28


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

kadar air rendah untuk mendapatkan nilai CBR yang tinggi, karena kadar air tidak

konstan pada nilai rendah itu. Setelah pembuatan jalan, maka air akan dapat

meresap kedalam tanah dasar sehingga kekuatan CBR turun sampai kadar air

mencapai nilai yang constant. Kadar air yang constant inilah yang disebut kadar

air keseimbangan. Batas-batas kadar air dan berat isi kering dapat ditentukan dari

hasil percobaan laboratorium, yaitu percobaan pemadatan dan menggunakan Field

cbr test set (cbr lapangan)

Berikut metode pelaksanaan CBR :

 Persiapan Tempat

1. Tanah digali sampai lapisan yang dikehendaki dan diratakan (luas galian kira-

kira 60 cm x 60 cm) – harus level dan tidak ada kemiringan (cek dengan

waterpass). bersihkan semua bahan yang lepas untuk tempat pengujian pada

badan jalan di bawah perkerasan. Untuk tempat yang belum ada perkerasan

cukup dibersihkan dari akar rumput dan bahan organik lain (biasanya sampai

kedalaman 50 cm).

2. Dipastikan bahwa permukaan : rata dan padat

3. Dipastikan bahwa di permukaan yang akan diuji (sub grade, sub base, base

course, dsb) tidak ada butiran lepas (bersihkan semua debu, pasir, kerikil yang

lepas/berserakan)

4. Untuk tanah dasar yang belum ada perkerasan dan pemadatan, cukup

dibersihkan akar rumput dan bahan organik lain (biasanya sampai kedalaman

50 cm).

5. Selama pemasangan alat-alat, permukaan tanah atau permukaan yang sudah

dibersihkan harus dijaga supaya kelembabannya tidak berubah dari kondisi

Fakultas Teknik IV-29


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

awal, jika perlu ditutup dengan plastik apabila cuaca sangat panas

6. Mulailah pemeriksaan ini secepat mungkin sesudah persiapan tempat.

7. Apabila dibutuhkan, diperiksa pula kadar air dan berat isi bahan setempat.

 Pemasangan Alat

1. Tempatkan truk/alat berat lainnya, sedemikan rupa sehingga posisi

penempatan dongkrak CBR mekanis harus tepat diatas lubang pemeriksaan.

2. As roda belakang diatur sejajar dengan muka jalan yang diperiksa.

3. Truk/alat berat didongkrak supaya berat sendirinya tidak ditahan lagi oleh per

kendaraan (jika tertahan per maka pembacaan akan tidak tepat karena

terpengaruh pengenduran gaya per kendaraan)

4. Dongkrak CBR mekanis dan peralatan lain dirangkai, supaya piston penetrasi

berada 1 atau 2 cm dari permukaan yang akan diperiksa.

5. Cincin penguji (proving ring) diatur sehingga torak dalam keadaan vertikal.

6. Pastikan semua peralatan uji dalan kondisi stabil, vertikal, sentris (segaris dan

tidak melenting/melendut) dan kokoh serta tepat pada posisi yang disyaratkan.

7. Keping beban/plat baja setebal 25 cm (10”) diletakkan sentris dibawah torak

penetrasi sehingga torak penetrasi tepat masuk kedalam lubang keping beban

tersebut.

8. Arloji/dial pengukur penetrasi dipasang pada piston penetrasi, sedemikian

rupa sehingga jarum pada dial penetrasi menempel pada keping beban/plat

baja

9. Setelah itu lakukan pembacaan waktu dan penetrasi

Fakultas Teknik IV-30


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

 Pembacaan Waktu dan Penetrasi

1. Torak penetrasi diturunkan sehingga piston penetrasi memberikan beban

permulaan sebesar 5 Kg (10 Lbs) – jika diperlukan, dapat gunakan beban-

beban tambahan.

2. Arloji cincin penguji (proving ring) dan arloji penunjuk penetrasi (dial

penetrasi) diatur sehingga menunjuk pada angka nol.

3. Pembebanan ditambah dengan teratur, agar kecepatan penetrasinya mendekati

kecepatan tetap 1,25 mm (0,05”) per menit – penambahan pembebanan ini

yang sering terlupa atau tidak terlaksana dengan baik konsistensi kecepatan

penetrasi per menitnya.

4. Gunakan hasil tegangan yang terkoreksi untuk analisa hitungan berikutnya

5. Ambil nilai tegangan pada penetrasi : 0,1 inchi/2,54 mm dan 0,2 inchi/5,08 m

Gambar 4.6 Test CBR

Fakultas Teknik IV-31


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

4.10.3 Kualitas

Gradasi agregat adalah pembagian ukuran butiran yang dinyatakan dalam

persen dari berat total dan ditentukan dengan penyaringan bahan menggunakan

ayakan nomor terkecil hingga terbesar lalu ditimbang, agar diperoleh konstruksi

campuran yang bermutu tinggi.

4.11 Pekerjaan Kolom


3 D 19

Detail
Gambar

3 D 16
70
3 D 19
Kolom
Pedestal
40

Dimensi 40 x 70 cm

Tulangan Atas 3 D 19

Tulangan Tengah 4D 16

Tulangan Bawah 3 D 19

Sengkang D10 - 15

Gambar 4.7 Detail Gambar Kolom Pedestal

Dalam Rencana pembangunan Apron dan Sarpras Lanud Tarakan,

pekerjaan Kolom Pedestal,K-275, dimensi 40 x 70 cm, t = 2,05 m terhitung

dengan harga satuan m³ (meter kubik).

4.11.1 Kuantitas

a. Volume

Berdasarkan perencanaan

Volume pekerjaan kolom = 3,44 m3

Berdasarkan perhitungan volume pekerjaan (back up data)

Fakultas Teknik IV-32


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Volume pekerjaan kolom = (0,40 x 0,70 x 1,55) x 8

= 3,47 m3 beton k-275

Dariperbandingan volume rencana dengan realisasi pekerjaan maka dapat

disimpulkan bahwa pekerjaan tersebut tidak mengalami kelebihan volume

pekerjaan.

 Analisia Perhitungan Volume Kolom

Perhitungan pembesian Kolom

- Tulangan Pokok D19

Mencari BJ = 0,006165 x D2

= 0,006165 x 192

= 2,225 kg/m

Jumlah Kolom = 8 Buah

Tinggi Kolom = 1,55 m

Bobot Tulangan D19 = 2,225

Jumlah Tulangan D19 = 6 batang

Berat tulangan D19 = 1,55 x 6 x 2,225

= 9,3 x 2,225 kg

= 20,697 kg

Total berat tulangan = 20,697 x 8

= 165,58 kg

Jumlah Tulangan D19 = 165,58 : 2,225 : 12

= 6,201 ≈ 7 Lonjor/Batang

Fakultas Teknik IV-33


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

- Tulangan Geser D16

Mencari BJ = 0,006165 x D2

= 0,006165 x 122

= 1,58 kg/

Jumlah Kolom = 8 Buah

Tinggi Kolom = 1,55 m

Bobot Tulangan D16 = 1,58 kg/m

Jumlah Tulangan D16 = 4

Berat tulangan D16 = 1,55 x 4 x 1,58

= 9,796 kg

Total berat tulangan = 9,796 x 8

= 78,368 kg

Jumlah Tulangan D16 = 78,368 : 1,58 : 12

= 4,13 ≈ 5 Lonjor/Batang

- Tulangan Sengkang Ɵ10

Mencari BJ = 0,006165 x Ɵ2

= 0,006165 x 102

= 0,6165 kg/m

1. Tinggi Kolom = 1,55 m

2. Jumlah Kolom =8

3. Jarak Sengkang = 0,15 m

4. Jumlah sengkang = (1,55 x 8) : 0,15

= 82,66 Buah

Fakultas Teknik IV-34


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

5. Panjang Sengkang = 0,34 + 0,34 + 0,64 + 0,64 + 0,05 +

0,05

= 2,06 m

6. Bobot Tulangan Ɵ10 = 0,6165 kg/m

7. Total Berat Sengkang = 82,66 x 2,06 x 0,6165

= 104,98 kg

8. Jumlah Tulangan Ɵ10 = 104,98 : 0,6165 : 12

= 14,191 ≈ 15 Lonjor/Batang

Berdasarkan hasil Perhitungan diatas diketahui volume pekerjaan Kolom

untuk tulangan D19 dibutuhkan besi sejumlah 7 Lonjor/Batang, Tulangan geser

D16 dibutuhkan sejumlah 5 Lonjor/batang dan tulangan sengkang Ɵ10

dibutuhkan besi sejumlah 15 Lonjor/Batang

 Analisis Perhitungan Volume Bekisting Kolom

Perhitungan Bekisting Kolom

1. Lebar = 2m

2. Panjang = 2m

3. Tinggi = 0,45 m

4. Jumlah Pile Cap = 8 Buah

5. Volume = Keliling x Tinggi x Jumlah

= ( 2 + 2 + 2 + 2 ) x 0,45 x 8

= 28,8 m2

Berdasarkan dari perhitungan diatas diketahui volume pekerjaan bekisting

Pile Cap Sejumlah 28,8 m2

Fakultas Teknik IV-35


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

 Analisia Perhitungan Volume Kolom

Perhitungan Cor Kolom

1. Lebar = 0,4 m

2. Panjang = 0,7 m

3. Tinggi = 1,55 m

4. Jumlah Kolom = 8 Buah

5. Volume = 0,4 x 0,7 x 1,55 x 8

= 3,472 m3

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diketahui volume pekerjaan cor

kolom sejumlah 3,472 m3

Untuk mengetahui kebutuhan semen, pasir, kerikil dan air komposisi Beton Mutu

K-275 ( f’c = 24,0 Mpa )

Konversi K-275 setara dengan = (275/10) x 0,83 = 22,825 Mpa

 Semen 406 x 3,472 = 1409,632 Kg

 Pasir 684 x 3,472 = 2374,848 Kg

 Kerikil 1026 x 3,472 = 3562,272 Kg

 Air 215 x 3,47 2 = 746,48 Kg

Jadi untuk volume beton pile cap 14,4 m3 dibutuhkan :

 Semen 1409,632 : 50 = 28,19 sak ≈ 28 sak

 Pasir 2374,848 : 1400 = 1,69632 ≈ 2 m3

 Kerikil 3562,272 : 1800 = 1,979 ≈ 2 m3

 Air 746,48 : 1000 = 0,746 ≈ 1 m3

Fakultas Teknik IV-36


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

b. Tenaga kerja

Berdasarkan analisa pekerjaan Apron dan Sarpras

- Pekerjaan beton k-275

Pekerja = 1,650 x 3,47

= 5,72 Oh

Tukang = 0,275 x 3,47

= 0,954 Oh

Kepala tukang = 0,028 x 3,47

= 0,097 Oh

Mandor = 0.083 x 3,47

= 0,288 Oh

- Pekerjaan bekisting

Pekerja = 0,660 x 27,28

= 18,0048 Oh

Tukang = 0,330 x 27,28

= 9,002 Oh

Kepala tukang = 0,033 x 27,28

= 0,900 Oh

Mandor = 0,003 x 27,28

= 0,081 Oh

- Pekerjaan pembesian

Pekerja = 0,070 x (315,488 : 10 )

= 2,2 Oh

Tukang = 0,070 x (315,488 : 10 )

Fakultas Teknik IV-37


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

= 2,2 Oh

Kepala tukang = 0,007 x (315,488 : 10 )

= 0,22 Oh

Mandor = 0,004 x (315,488 : 10 )

= 0,126 Oh

c. Peralatan

Dalam pekerjaan kolom pada pembagunan gedung mekanikal Bandar

udara juwata tarakan, menggunakan adukan beton berupa ready mixed concrete

degan peralaran umum serta kelengkapannya pada pengecoran dan Vibrator

sebagai pemadatnya

4.11.2 Metode pelaksaanaan

4.11.2.1 Penentuan As Kolom

Titik–titik as kolom diperoleh dari hasil pekerjaan pengukuran dan

pematokan, yaitu marking berupa titik-titik atau garis yang digunakan

sebagaidasar penentuan letak kolom. Cara penentuan as-as kolom pada lantai

Ground adalah dengan menggunakan alat teodolith, yaitu dengan menentukan

letak asawal dan kemudian dibuat as-as yang lain dengan mengikuti jarak yang

telahdisyaratkan dalam perencanaan awal. Letak as-as ini harus selalu

dikontrolkarena ada kemungkinan satu dan lain hal, as-as tersebut berubah dari

yangtelah dibuat. Garis bantu berupa marking lurus pada plat lantai

membantudalam penentuan as kolom ini. Marking ini menggunakan benang

yangbertinta hitam sehingga saat disentuhkan ke plat akan membentuk

garishitam.

Fakultas Teknik IV-38


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

4.11.2.2 Perakitan Tulangan Kolom

Penulangan kolom dilaksanakan sebelum bekisting kolom dipasang.

Adapun tahap pelaksanaannya adalah :

a. Tulangan dengan ukuran sesuai gambar kerja (shop drawing)

didatangkan oleh pihak logistik ke lokasi proyek sesuai

dengankebutuhan pelaksanaan di lapangan. Panjang tulangan

darisupplier adalah 12 m

b. Pemotongan tulangan dilakukan dengan bar cutter dan

pembengkokan tulangan dilakukan dengan mengunakan barbender.

c. Pembengkokan tulangan dilakukan sesuai dengan ketentuan

pendetailan tulangan. Untuk sengkang dengan pembengkokan

pengait dengan sudut 135ο, panjang tulangan yang diperlukanm

madalah sepanjang keliling tulangan ditambah dengan panjang

pengait sebesar 6 kali diameter tulangan. Sementara untukm

pengait di ujung tulangan yang dibengkokan dengan sudut

90οpanjang pengait yang dibutuhkan adalah 12 kali diameter

tulangan.

d. Pemotongan tulangan utama dilakukan sepanjang tinggi

kolomperlantai bangunan ditambah dengan panjang penyaluran

tulangan untuk keperluan penyambungan tulangan. Panjang

penyaluran kolom minimal sebesar 50 kali diameter tulanganterbesar

yang disambung. Penyempitan bagian bawah tulangan sepanjang

panjang penyaluran dilakukan untuk memudahkan penyambungan

tulangan kolom tiap lantai.

Fakultas Teknik IV-39


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

e. Pengikatan tulangan sengkang dengan tulangan utama kolom

dilakukan dengan menggunakan kawat bendrat

Gambar 4.8 Pembesian sengkang kolom

4.11.2.3 Pemasangan tulangan kolom

Tulangan utama kolom yang dipergunakan pada proyek ini bervariasi,

sesuai dengan gambar rencana dari konsultan perencana. Diantaranya Tahapan

pekerjaan pembesian kolom antara lain :

1) Pemasangan tulangan diawali dengan mendirikan susunan scaffolding

mengelilingi kolom rencana. Susunan scaffolding ini untuk

tempatpara pekerja merakit tulangan

2) Setelah susunan scaffolding berdiri, dilanjutkan dengan memasang

tulangan utama dengan menyambungkan terhadap tulangan utama

dibawahnya. Kemudian masukkan tulangan sengkang dari bagian

atas tulangan utama yang telah tersusun sebelumnya. Kaitkan

antaratulangan sengkang dengan tulangan utama menggunakan

kawat bendrat. Apabila diperlukan dibuat penguat sementara untuk

Fakultas Teknik IV-40


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

menjaga verticality kolom

3) Pada bagian luar penulangan kolom diberi beton decking untuk selimut

beton.

4.11.2.4 Pemasangan bekisting kolom

Setelah tulangan kolom dipasang dan bekisting telah selesai dikerjakan di

los kerja, maka langkah selanjutnya yaitu pemasangan bekisting. Satu set

bekisting untuk kolom tinggi 1,22 m. Urutan pemasangan bekisting kolom adalah

sebagai berikut :

1) Pembersihan plywood dan mengolesinya dengan minyak pelumas.

2) Tempatkan bekisting kolom pada posisi kolom yang akan dicor

3) Apabila setiap panel telah berada posisi yang benar, maka

dilakukan pengencangan tie nut yang berada pada corner tie holder.

4) Setelah bekisting kolom berada pada posisi yang benar, dilakukan

pemasangan adjustable push pull props pada base plate di kedua

sisikolom.

5). Memasang pipa support Untuk menjaga vertikaliti dari kolom. Untuk

mendapatkan kolom struktur yang sempurna, bekisting tidak boleh

miring ataupun goyang saat pengecoran Oleh karena itu pemasangan

pipa support dinilai sangat penting.

6). Check posisi vertikal bekisting terhadap as kolom sehingga tidak

terjadi kemiringan bekiting kolom. Pemasangan unting-unting pada

kedua sisi bekisting berfungsi untuk mengecek posisi vertikal

bekisting.

Fakultas Teknik IV-41


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Gambar 4.9 Pemasangan bekisting kolom pedestal

4.11.2.5 Pengecoran Kolom

Pengecoran kolom dilakukan dengan mengunakan bucket dengan

bantuan truck mixer.

Urutan pengecoran kolom adalah sebagai berikut :

1) Bucket dan pipa tremi disiapkan dengan terlebih dahulu

membersihkannya agar mempermudah pelaksanaan pengecoran.

2) Beton dituang ke dalam bucket dimana tutup bucket harus dalam

keadaan tertutup agar beton tidak tumpah selama proses

pengakutanbeton dari tempat penuangan beton ke lokasi pengecoran.

3) Pemindahan bucket yang berisi beton dari lokasi penuangan beton

kelokasi pengecoran dengan menggunakan tenaga manusia dengan

menggunakan gerobak

4) Penuangan beton harus dilakukan dengan ketentuan berikut ini: Beton

harus dituang sedekat-dekatnya dengan tujuan akhir untuk mencegah

terjadinya pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan di

Fakultas Teknik IV-42


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

dalam cetakan

5) Pemadatan tiap layer dengan menggunakan concreate vibrator.

Pemadatan dilakukan untuk mengeluarkan gelembung-gelembung

udara yang terjebak didalam adukan semen yang timbul pada

saatpenuangan beton. Penggetaran beton harus dilakukan dengan baik

agarmengasilkan mutu beton yang sesuai dengan yang

diinginkan.Kesalahan dalam penggetaran beton akan mengakibatkan

penururanmutu beton. Penggeteran beton perlu dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. Alat penggetar sedapat mungkin dimasukkan ke dalam

adukanbeton dengan posisi vertikal, tetapi dalam keadaaan

khusus boleh miring sampai dengan 45 derajat. Penggetaran

dengan sudut yang lebih besar akan menyebabkan pemisahan

agregat.

b. Harus dijaga agar alat penggetar tidak mengenai bekisting

atau bagian beton yang mulai mengeras, maka posisi vibrator

dibatasi maksimum 5 cm dari bekisting.

c. Sedapat mungkin vibrator tidak mengenai tulangan kolom.

d. Penggetaran dihentikan apabila adukan beton mulai

kelihatan mengkilap di sekitar alat penggetar dan pada

umumnya dicapai setelah maksimum 30 detik

e. Jangan melakukan terus menerus karena akan mempengaruhi

mutu beton tersebut

Fakultas Teknik IV-43


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Gambar 4.10 Pengecoran kolom pedestal

4.11.3 Kualitas

Agar kualitas beton yang digunakan dapat di control degan baik sesuai

spesifikasi dan standar yang ada, maka selama proses pengecoran perlu di lakukan

uji slump dan pengambilang sample benda uji sesuai degan SKSNI. Mutu beton

miniml degan kuat tekan kubus mempunyai kuat setara degan mutu beton k-275

pada NI-2 , yaitu kuat tekan hancur karakteristik sebesar 275 kg/cm2 pada benda

uji kubus degan sisi 150 mm, saat umur beton 28 hari.

Sifat yang paling penting dari suatu agregat adalah kekuatan hancur dan

ketahanan terhadap benturan. Dua hal ini dapat mempengaruhi ikatan dengan

pasta semen, porositas, serta keretakan beton.

Tulangan baja BJTP-30 artinya baja tulangan polos dengan batas elastis

atau tegangan leleh sebesar 300 MPa untuk tulangan kecil dengan diameter lebih

kecil dari 13 mm BJTS-40, artinya baja tulangan ulir (deformed) dengan batas

elastis atau tegangan leleh sebesar 400 MPa

Fakultas Teknik IV-44


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

4.11.5 Waktu

a. Rencana Kemajuan Pekerjaan

Pada Time Schedule pekerjaan kolomdengan bobot 2,76% termasuk dalam

rekap Pekerjaan struktur Beton bertulang dengan bobot 2,76% yang dilaksanakan

dalam bulan 8 (delapan) minggu ke 3 (tiga) hingga bulan 10 (sepuluh) minggu ke

2 (dua) dengan waktu rencana lebih kurang 8 (delapan) minggu.

b. Realisasi Kemajuan Pekerjaan

Pada pekerjaan Cor kalau dilaksanakan dalam waktu 2 (dua) minggu,

yang dilaksanakan dalam bulan 10 (sepuluh) minggu ke 2 (dua) hingga bulan 10

(sepuluh) minggu ke 4 (empat). Perbandingan waktu rencana dengan realisasi

pekerjaan dapat disimpulkan bahwa pekerjaan tersebut mengalami keterlambatan

4.12 Pekerjaan sloof

3 D 16
Detail
Gambar
40

3 D 16

Sloof
30

Dimensi 30 x 40 cm

Tulangan Atas 3 D 16

Tulangan Tengah

Tulangan Bawah 3 D 16

Sengkang D10 - 15

Gambar 4.11 Detail Sloof 30/40 cm

Dalam Perencanaan pembangunan Apron dan Sarpras Lanud Tarakan,

pekerjaan Sloof/Tie Beam ,K-275, dimensi 30 x 40 cm, panjang = 220 m

terhitung dengan harga satuan m³ (meter kubik).

Fakultas Teknik IV-45


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

4.12.1 Kuantitas

a. Volume

Berdasarkan dari perencanaan

Volume pekerjaan sloof = 26,40 m3

Berdasarkan perhitungan volume pekerjaan (back up data)

Volume pekerjaan sloof = (0,30 x 0,40 x 220)

= 26,40 m3 beton k-275

Dari perbandingan volume rencana dengan realisasi pekerjaan maka dapat

disimpulkan bahwa pekerjaan tersebut tidak mengalami kelebihan volume

pekerjaan.

 Analisis Perhitungan Volume Sloof

Perhitungan pembesian Sloof

- Tulangan Pokok D16

Mencari BJ = 0,006165 x D2

= 0,006165 x 162

= 1,58 kg/m

Panjang sloof = 220 m

Bobot Tulangan D16 = 1,58 kg/m

Jumlah Tulangan D16 = 6 batang

Berat tulangan D16 = 220 x x 1,58

= 347,6 kg

Total berat tulangan = 347,6 x 6

= 2085,6 kg

Fakultas Teknik IV-46


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Jumlah Tulangan D19 = 2085,6 : 1,58 : 12

= 110 Lonjor/Batang

- Tulangan Sengkang Ɵ10

Mencari BJ = 0,006165 x Ɵ2

= 0,006165 x 102

= 0,6165 kg/m

1. Panjang Sloof = 220 m

2. Jarak Sengkang = 0,15 m

3. Jumlah sengkang = 220 : 0,15

= 1466,66 Buah

4. Panjang Sengkang = 0,34 + 0,34 + 0,24 + 0,24 + 0,05 +

0,05

= 1,26 m

5. Bobot Tulangan Ɵ10 = 0,6165 kg/m

6. Total Berat Sengkang = 1466,66 x 1,26 x 0,6165

= 1139,29 kg

7. Jumlah Tulangan Ɵ10 = 1139,29 : 0,6165 : 12

= 154 Lonjor/Batang

Berdasarkan hasil Perhitungan diatas diketahui volume pekerjaan Sloof

untuk tulangan pokok D16 dibutuhkan besi sejumlah 110 Lonjor/Batang, dan

tulangan sengkang Ɵ10 dibutuhkan besi sejumlah 154 Lonjor/Batang

 Analisis Perhitungan Volume Bekisting Sloof

Perhitungan Bekisting Sloof

Fakultas Teknik IV-47


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

1. Lebar = 0,3 m

2. Tinggi = 0,4 m

3. Panjang = 220 m

4. Volume = ( Tinggi x Panjang ) x 2

= 0,4 x 220 x 2

= 176 m2

Berdasarkan dari perhitungan diatas diketahui volume pekerjaan bekisting

Sloof Sejumlah 176 m2

 Analisia Perhitungan Volume Sloof

Perhitungan Cor Sloof

1. Lebar = 0,3 m

2. Panjang = 220 m

3. Tinggi = 0,4 m

4. Volume = 0,4 x 0,3 x 220

= 26,40 m3

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diketahui volume pekerjaan cor sloof

sejumlah 26,40 m3

Untuk mengetahui kebutuhan semen, pasir, kerikil dan air komposisi Beton Mutu

K-275 ( f’c = 24,0 Mpa )

Konversi K-275 setara dengan = (275/10) x 0,83 = 22,825 Mpa

- Semen 406 x 26,40 = 10718,4 Kg

- Pasir 684 x 26,40 = 18057,6 Kg

- Kerikil 1026 x 26,40 = 27086,4 Kg

Fakultas Teknik IV-48


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

- Air 215 x 26,40 = 5676 Kg

Jadi untuk volume beton pile cap 26,40 m3 dibutuhkan :

- Semen 10718,4 : 50 = 214,368 sak ≈ 215 sak

- Pasir 18057,6 : 1400 = 12,898 ≈ 13 m3

- Kerikil 27086,4 : 1800 = 15.048 ≈ 15 m3

- Air 5676 : 1000 = 5,676 ≈ 6 m3

 Analisa Perhitungan Lantai Kerja

Panjang Sloof = 220 m

Tebal Lantai Kerja = 0,075 m

Lebar = 0,35 m

Volume = 220 x 0,075 x 0,30

= 4,95 m3

b. Tenaga kerja

Berdasarkan analisa pekerjaan sloof

- Pekerjaan beton k-275

Pekerja = 1,650 x 26,40

= 43,56 Oh

Tukang = 0,275 x 26,40

= 7,26 Oh

Kepala tukang = 0,028 x 26,40

= 0,739 Oh

Mandor = 0.083 x 26,40

= 2,192 Oh

Fakultas Teknik IV-49


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

- Pekerjaan bekisting

Pekerja = 0,520 x 176

= 91,52 Oh

Tukang = 0,260 x 176

= 45,76 Oh

Kepala tukang = 0,026 x 176

= 4,57 Oh

Mandor = 0,026 x 176

= 4,57 Oh

- Pekerjaan pembesian

Pekerja = 0,070 x (3228,714 : 10 )

= 22.6 Oh

Tukang = 0,070 x (3228,714 : 10 )

= 22,6 Oh

Kepala tukang = 0,007 x (3228,714 : 10 )

= 2,26 Oh

Mandor = 0,004 x (3228,714 :10 )

= 1,291 Oh

c. Peralatan

Dalam pekerjaan sloof pada pembangunan Apron dan Sarpras Lanud

tarakan, menggunakan adukan beton berupa ready mixed concrete degan peralatan

umum serta kelengkapannya pada pengecoran dan Vibrator sebagai pemadatnya

Serta alat alat pengangkut umum seperti gerobak .

Fakultas Teknik IV-50


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

4.12.2 Metode pelaksanaan

4.12.2.1 Perakitan pembesian sloof

Pembesian sloof di lakukan sebelum pemasangan bekisting sloof.

Adapun tahap pelaksanaannya adalah :

a. Tulangan dengan ukuran sesuai gambar kerja (shop drawing)

didatangkan oleh pihak logistik ke lokasi proyek sesuai dengan

kebutuhan pelaksanaan di lapangan. Panjang tulangan dari supplier

adalah 12 m

b. Pemotongan tulangan dilakukan dengan bar cutter dan pembengkokan

tulangan dilakukan dengan mengunakan barbender.

c. Pembengkokan tulangan dilakukan sesuai dengan ketentuan

pendetailan tulangan. Untuk sengkang dengan pembengkokan pengait

dengan sudut 1350 , panjang tulangan yang diperlukan adalah

sepanjang keliling tulangan ditambah dengan panjang pengait

sebesar 6 kali diameter tulangan. Sementara untuk pengait di ujung

tulangan yang dibengkokan dengan sudut 90 οpanjang pengait yang

dibutuhkan adalah 12 kali diameter tulangan.

d. Pengikatan tulangan sengkang dengan tulangan utama sloof

dilakukan dengan menggunakan kawat bendrat

4.12.2.2 Pemasangan bekisting sloof

Urutan pemasangan bekisting sloof adalah sebagai berikut :

1) Pembersihan plywood dan mengolesinya dengan minyak pelumas.

2) Tempatkan bekisting sloof pada posisi sloof yang akan dicor dengan

tepat.

Fakultas Teknik IV-51


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

3) Apabila setiap panel telah berada posisi yang benar, maka

dilakukan pengencangan tie nut yang berada pada corner tie holder.

4) Setelah bekisting sloof berada pada posisi yang benar, dilakukan

pemasangan adjustable push pull props pada base plate di kedua sisi

sloof

5.) Kemudian pastikan setiap bekisting yang dipasang sesuai dengan

posisinya dan pastikan juga kayu penahan nya kuat dan terpasang kuat

Gambar 4.12 Pemasangan bekisting sloof

4.12.2.3 Pengecoran sloof

Pengecoran sloof dilakukan dengan mengunakan bucket dengan

bantuan tenaga manusia untuk mengisi campuran beton di tempat pengecoran

sloof

Urutan pengecoran sloof adalah sebagai berikut :

a. Mendatangkan Beton Ready mix

b. Bucket disiapkan dengan terlebih dahulu membersihkannya agar

Fakultas Teknik IV-52


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

mempermudah pelaksanaan pengecoran.

c. Beton dituang ke dalam bucket dimana tutup bucket harus dalam

keadaan tertutup agar beton tidak tumpah selama proses pengakutan

beton dari tempat penuangan beton ke lokasi pengecoran.

d. Pemindahan bucket yang berisi beton dari lokasi penuangan beton kelokasi

pengecoran dengan menggunakan tenaga manusia dengan cara di isi di

ember dan di tuangkan di tempat pengecoran sloof

e. Penuangan beton harus dilakukan dengan ketentuan berikut ini: Beton

harus dituang sedekat-dekatnya dengan tujuan akhir untukmencegah

terjadinya pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan di dalam

f. Pemadatan tiap layer dengan menggunakan concreate vibrator.

Pemadatan dilakukan untuk mengeluarkan gelembung-gelembung udara

yang terjebak didalam adukan semen yang timbul pada saat

penuangan beton. Penggetaran beton harus dilakukan dengan baik

agarmengasilkan mutu beton yang sesuai dengan yang

diinginkan.Kesalahan dalam penggetaran beton akan mengakibatkan

penururan mutu beton.

g. 5 Jam setelah pengecoran selesai beton diberi pelembab/digenangi air

dengan memberikan karung goni diatas pelat beton agar terhindar dari susut

beton yang terlalu cepat akibat sinar matahari yang mengakibatkan

terjadinya retak pada pelat.

h. Bekisting balok dan pelat dapat dilepas setelah umur beton telah mencapai

21 hari dan dalam membongkar bekisting diharapkan berhati-hatiuntuk

menghindari terjadi patah pada balok.

Fakultas Teknik IV-53


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Gambar 4.13 Pengecoran sloof

4.12.3 Kualitas

Agar kualitas beton yang digunakan dapat di control degan baik sesuai

spesifikasi dan standar yang ada, maka selama proses pengecoran perlu di lakukan

uji slump dan pengambilang sample benda uji sesuai degan SKSNI. Mutu beton

miniml degan kuat tekan kubus mempunyai kuat setara degan mutu beton k-275

pada NI-2 , yaitu kuat tekan hancur karakteristik sebesar 275 kg/cm2 pada benda

uji kubus degan sisi 150 mm, saat umur beton 28 hari.

Tulangan baja BJTP-30 artinya baja tulangan polos dengan batas elastis

atau tegangan leleh sebesar 300 MPa untuk tulangan kecil dengan diameter lebih

kecil dari 13 mm BJTS-40, artinya baja tulangan ulir (deformed) dengan batas

elastis atau tegangan leleh sebesar 400 MPa

4.12.4 Waktu

a. Rencana Kemajuan Pekerjaan

Pada Time Schedule pekerjaan kolomdengan bobot 2,76% termasuk dalam

rekap Pekerjaan struktur Beton bertulang dengan bobot 2,76% yang dilaksanakan

Fakultas Teknik IV-54


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

dalam bulan 8 (delapan) minggu ke 3 (tiga) hingga bulan 10 (sepuluh) minggu ke

2 (dua) dengan waktu rencana lebih kurang 8 (delapan) minggu.

b. Realisasi Kemajuan Pekerjaan

Pada pekerjaan Cor kalau dilaksanakan dalam waktu 2 (dua) minggu, yang

dilaksanakan dalam bulan 10 (sepuluh) minggu ke 2 (dua) hingga bulan 10

(sepuluh) minggu ke 4 (empat). Dari perbandingan waktu rencana dengan

realisasi pekerjaan maka dapat disimpulkan bahwa pekerjaan tersebut mengalami

keterlambatan selama 2 (satu) minggu pelaksanaan, yang dipengaruhi oleh

terlambatnya item pekerjaan sebelumnya.

4.13 Pekerjaan Lantai Beton

100 m

25 m

APRON
52,5 m

25 m

SHELTER

20 m
2,5 m

80 m

Gambar 4.14 Denah Apron dan Shelter

Dalam perencanaan pembangunan Apron dan Sarpras Lanud Tarakan,

pekerjaan Lantai Beton Apron dan Shelter ,K-350, ukuran 52,5 x 100 m, tebal =

0.25 m terhitung dengan harga satuan m³ (meter kubik).

Fakultas Teknik IV-55


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

4.13.1 Kuantitas

a. Volume Beton

Berdasarkan perencanaan :

Volume pekerjaan Apron dan Shelter = 768,74 + 384,36 m3

= 1153,1 m3

Berdasarkan perhitungan volume pekerjaan (back up data)

Volume pekerjaan Apron = ( 52,5m x 20m ) + ( 25m x

80m ) x 0,25 m

= 762,5 m3 beton K-350

Volume pekerjaan Shelter = (80m x 27,5m x 0,25)

- 129,6

= 420,4 m3 beton K-350

Volume Apron dan Shelter = 762,5 + 420,4

= 1182,9 m3

Dari perbandingan volume rencana dengan realisasi pekerjaan maka dapat

disimpulkan bahwa pekerjaan tersebut mengalami kelebihan volume pekerjaan.

 Analisa Pembesian Dowel bar Ɵ36

Lebar Apron dan Shelter = 52,5 m

Panjang Apron dan Shelter = 100 m

Panjang Dowel = 45 cm

Jarak antar Dowel = 50 cm

Berat Besi Dowel Ɵ36 = 7,99 kg/m

Jumlah Dowel Ɵ36, L=45 = ( 100 : 0,5 ) x ( 50 : 5 )

= 2000 batang

Fakultas Teknik IV-56


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Panjang Keseluruhan Dowel = 2000 x 0,45 m

= 900 m

Total berat Dowel = 900 x 7,99

= 7191 kg

Jumlah besi dowel = 900 : 12 m

= 75 batang/lonjor

 Analisa Pembesian Tie bar D16

Lebar Apron dan Shelter = 52,5 m

Panjang Apron dan Shelter = 100 m

Panjang Tie Bar = 70 cm

Jarak antar Tie Bar = 60 cm

Berat Besi Tie Bar D16 = 1,578 kg/m

Jumlah Tie Bar D16, L=45 = ( 100 : 0,6 ) x ( 50 : 5 )

= 1666,66 batang

Panjang Keseluruhan Tie bar = 1666,66 x 0,70 m

= 1166,66 m

Total berat Tie bar = 1166,66 x 1,578

= 1840,99 kg

Jumlah besi Tie bar = 1166,66 : 12 m

= 97 batang/lonjor

 Analisa bekisting Lantai Beton

Panjang = 100 m

Lebar = 52,5 m

Tinggi = 0,25m

Fakultas Teknik IV-57


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Luas bekisting = Keliling x Tinggi

= ( 100 + 100 + 52,5 + 52,5 ) x 0,25

= 76,25 m2

Total bekisting = 76,25 m2

Jadi Lantai Beton membutuhkan bekisting 76,25 m2

 Analisa Lantai kerja

Panjang = 100 m

Lebar = 52,5 m

Tebal = 0.05 m

Volume = 100 x 52,5 x 0.05

= 262,5 m3

 Analisia Perhitungan Volume Lantai Beton

Perhitungan Cor Lantai Beton

1. Lebar = 52,5 m

2. Panjang = 100 m

3. Tinggi = 0,25 m

4. Volume Drainase = 129,6 m3

5. Volume = ( 52,5 x 100 x 0,25 ) – 129,6 m3

= 1182,9 m3

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diketahui volume pekerjaan cor sloof

sejumlah 1182,9 m3

Fakultas Teknik IV-58


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Untuk mengetahui kebutuhan semen, pasir, kerikil dan air komposisi Beton Mutu

K-350 ( f’c = 31,2 Mpa )

Konversi K-350 setara dengan = (350/10) x 0,83 = 22,825 Mpa

- Semen 448 x 1182,9 = 529939,2 Kg

- Pasir 667 x 1182,9 = 788994,9 Kg

- Kerikil 1000 x 1182,9 = 1182900 Kg

- Air 215 x 1182,9 = 254323,5 Kg

Jadi untuk volume beton pile cap 1182,9 m3 dibutuhkan :

- Semen 529939,2 : 50 = 105987,84 sak ≈ 105988 sak

- Pasir 788994,9 : 1400 = 563,567 ≈ 564 m3

- Kerikil 1182900 : 1800 = 657,166 ≈ 658 m3

- Air 254323,5 : 1000 = 254,323 ≈ 255 m3

b. Tenaga Kerja

Berdasarkan analisa pekerjaan sloof

- Pekerjaan beton k-350

Pekerja = 2,100 x 1145,75

= 2406,075 Oh : 210

= 11,45 oh

Tukang = 0,350 x 1145,75

= 401,012 Oh : 210

= 1,909

Kepala tukang = 0,035 x 1145,75

= 40,101 Oh : 210

Fakultas Teknik IV-59


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

= 0,19

Mandor = 0,105 x 1145,75

= 120,303 Oh : 210

= 0,572

- Pekerjaan bekisting

Pekerja = 0,660 x 76,25

= 50,325 Oh

Tukang = 0,330 x 76,25

= 25,162 Oh

Kepala tukang = 0,033 x 76,25

= 2,516 Oh

Mandor = 0,003 x 76,25

= 0,228 Oh

- Pekerjaan pembesian

Pekerja = 0,007 x 3228,714

= 22,6 Oh

Tukang = 0,007 x 3228,714

= 22,6 Oh

Kepala tukang = 0,0007 x 3228,714

= 2,26 Oh

Mandor = 0,0004 x 3228,714

= 1,291 Oh

Fakultas Teknik IV-60


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

4.13.2 Metode Pelaksanan

4.13.2.1 Perakitan pembesian Lantai Beton

Pembesian Lantai Beton di lakukan sebelum pemasangan bekisting

sloof. Adapun tahap pelaksanaannya adalah :

a. Tulangan Dowel dan Tie Bar dengan ukuran sesuai gambar

kerja (shop drawing) didatangkan oleh pihak logistik ke

lokasi proyek sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan di

lapangan. Panjang tulangan dari supplier adalah 12 m

b. Pemotongan tulangan dilakukan dengan bar cutter

danpembengkokan tulangan dilakukan dengan mengunakan

barbender, untuk Dowel Ɵ36, L = 45 cm dan Tie Bar D16,

L=70 cm.

4.13.2.2 Pemasangan bekisting Lantai Beton

Urutan pemasangan bekisting Lantai Beton adalah sebagai berikut :

1) Pembersihan plywood dan mengolesinya dengan minyak pelumas.

2) Tempatkan bekisting Lantai Beton pada posisi Lantai Beton yang

akan dicor dengan tepat.

3) Apabila setiap panel telah berada posisi yang benar, maka

dilakukan pengencangan tie nut yang berada pada corner tie holder.

4) Setelah bekisting Lantai Beton berada pada posisi yang benar,

dilakukan pemasangan adjustable push pull props pada base plate

5) Pastikan semua bekisting terpasang kuat dan tidak berongga agar

semen tidak keluar saat pengecoran dilakukan

4.13.2.3 Pengecoran Lantai Beton

Fakultas Teknik IV-61


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Pengecoran Lantai Beton dilakukan dengan mengunakan alat Corete

Pump dengan bantuan tenaga manusia untuk mengisi campuran beton di tempat

pengecoran Lantai Beton . Berikut tata cara pengecorannya

a. Mendatangkan Beton Ready mix

b. Concrete pump disiapkan untuk mempermudah pengecoran

c. Beton dituang dengan menggunakan selang dari concrete pump ke

tempat pengecoran

d. Penuangan beton harus dilakukan dengan ketentuan berikut ini: Beton

harus dituang sedekat-dekatnya dengan tujuan akhir

untukmencegah terjadinya pemisahan bahan-bahan akibat

pemindahan adukan di dalam . Padatkan dengan Vibrator concrete

Gambar 4.15 Pengerjaan Pengecoran Lantai Beton

e. Pelepasan bekisting Lantai Beton

Pelepasan Bekisting dilakukan setelah beton mengeras sekitar 28

hari setelah masa pengecoran dilaksanakan

Fakultas Teknik IV-62


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Gambar 4.16 Pelepasan bekisting

4.13.2.4 Uji Slump

Uji Slump adalah suatu uji empiris/metode yang digunakan untuk

menentukan konsistensi/kekakuan (dapat dikerjakan atau tidak) dari campuran

beton segar (fresh concrete) untuk menentukan tingkat workability nya.

a. Bahan :

Beton Segar (fresh concrete) yang diambil secara acak agar dapat mewakili beton

secara keseluruhan.

b. Peralatan :

1. Kerucut terpenggal (kerucut yang bagian runcingnya hilang) sebagai cetakan

slump. Diameter bawah 30 cm, diameter atas 10 cm, tinggi 30 cm.

2. Batang logam bulat dengan panjang ± 50 cm diameter 10-16 mm.

3. Pelat Logam rata dan kedap air sebagai alas.

4. Sendok adukan.

5. Pita Ukur.

c. Tahapan Uji Slump :

1. Basahi cetakan kerucut dan plat dengan kain basah.

Fakultas Teknik IV-63


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

2. Letakkan cetakan di atas plat.

3. Isi 1/3 cetakan dengan beton segar, padatkan dengan batang logam sebanyak

merata dengan menusukkannya. Lapisan ini penusukan bagian tepi dilakukan

dengan besi dimiringkan sesuai dengan dinding cetakan. Pastikan besi

menyentuh dasar. Lakukan 25-30 x tusukan.

4. Isi 1/3 bagian berikutnya (menjadi terisi 2/3) dengan hal yang sama sebanyak

25-30 x tusukan. Pastikan besi menyentuh lapisan pertama.

5. Isi 1/3 akhir seperti tahapan nomor 4.

6. Setelah selesai dipadatkan, ratakan permukaan benda uji, tunggu kira-kira 1/2

menit. Sambil menunggu bersihkan kelebihan beton di luar cetakan dan di

plat.

7. Cetakan diangkat perlahan TEGAK LURUS ke atas.

8. Ukur nilai slump dengan membalikkan kerucut di sebelahnya menggunakan

perbedaan tinggi rata-rata dari benda uji.

9. Toleransi nilai slump dari beton segar ± 2 cm .

4.14 Pekerjaan Baja

Dalam perencanaan pembangunan Apron dan Sarpras Lanud Tarakan,

pekerjaan Baja Apron dan Shelter , menggunakan baja berbagai tipe dan ukuran,

pekerjaan ini terhitung dalam satuan KiloGram ( kg)

Berdasarkan Type dan fungsinya digunakan baja WF dan Canal :

 Baja WF 588 x 300 x 12 x 20

- Kolom Utama

- Tie Beam antar Kolom

 Baja WF 350 x 175 x 7 x 11

Fakultas Teknik IV-64


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

- Kuda Kuda Baja

 Baja WF 200 x 100 x 5,5 x 8 x 11

- Over Stek

 Baja Canal 150 x 65 x 20 x 2,3

- Gording

4.14.1 Kuantitas

a) Volume

 Baja WF 588 x 300 x 12 x 20

- Kolom Utama

Tinggi = 7,802

Jumlah = 8 Batang

Berat Jenis = 51,11 kg/m

Total Berat = Tinggi x Jumlah x Berat Jenis

= 7,802 x 8 x 511,11

= 3190,082 kg

- Tie Beam antar Kolom

Panjang = 20 m

Jumlah = 8 batang

Berat Jenis = 51,11 kg/m

Total Berat = Panjang x Jumlah x Berat Jenis

= 20 x 8 x 51,11

Fakultas Teknik IV-65


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

= 8177,6 kg

 Baja WF 350 x 175 x 7 x 11

- Kuda Kuda Baja

Panjang = 14,7 m

Jumlah = 24 batang

Berat Jenis = 49,56 kg/m

Total Berat = Panjang x Jumlah x Berat Jenis

= 14,7 x 24 x 49,56

= 17484,77 kg

 Baja WF 200 x 100 x 5,5 x 8 x 11

- Over Stek

Panjang = 1,317 m

Jumlah = 26 Batang

Berat Jenis = 21,32 kg /m

Total Berat = Panjang x Jumlah x Berat Jenis

= 1,317 x 26 x 21,32

= 730,03 kg

 Baja Canal 150 x 65 x 20 x 2,3

- Gording

Panjang =5m

Jumlah = 288 Batang

Fakultas Teknik IV-66


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Berat Jenis = 5,5 kg/m

Total Berat = 5 x 288 x 5,5

= 7920 kg

a. Material

 Baja WF 588 x 300 x 12 x 20

- Kolom Utama

Berat Jenis = 51,11 kg/m

Total Berat = Tinggi x Jumlah x Berat Jenis

= 7,802 x 8 x 51,11

= 3190,082 kg

Kebutuhan Baja = 3190,082 : 51,11 : 12 m

= 5,201 ≈ 6 Batang/ Lonjor

- Tie Beam antar Kolom

Berat Jenis = 51,11 kg/m

Total Berat = Panjang x Jumlah x Berat Jenis

= 20 x 8 x 51,11

= 8177,6 kg

Kebutuhan Baja = 8177,6 : 51,11 : 12

=13 batang/lonjor

 Baja WF 350 x 175 x 7 x 11

- Kuda Kuda Baja

Berat Jenis = 49,56 kg/m

Total Berat = Panjang x Jumlah x Berat Jenis

Fakultas Teknik IV-67


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

= 14,7 x 24 x 49,56

= 17484,77 kg

Kebutuhan Baja = 17484,77 : 49,56 : 12

= 29,40 ≈ 30 batang/lonjor

 Baja WF 200 x 100 x 5,5 x 8 x 11

- Over Stek

Berat Jenis = 21,32 kg /m

Total Berat = Panjang x Jumlah x Berat Jenis

= 1,317 x 26 x 21,32

= 730,03 kg

Kebutuhan baja = 730,03 : 21,32 :12

= 2,853 ≈ 3 batang/lonjor

 Baja Canal 150 x 65 x 20 x 2,3

- Gording

Berat Jenis = 5,5 kg/m

Total Berat = 5 x 288 x 5,5

= 7920 kg

Kebutuhan Baja = 7920 : 5,5 : 6

= 240 batang

b. Tenaga Kerja

- Pemasangan Kolom Baja

Total Berat = 3190,082 kg

Pekerja = 0,060 x 3190,082

Fakultas Teknik IV-68


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

= 191,40 oh

Tukang Las = 0,060 x 3190,082

= 191,40 oh

Kepala Tukang = 0,006 x 3190,082

= 19,140 oh

Mandor = 0,003 x 3190,082

= 9,570 oh

- Pemasangan Tie Beam antar Kolom

Total Berat = 8177,6 kg

Pekerja = 0,060 x 8177,6

= 490,65 oh

Tukang Las = 0,060 x 8177,6

= 490,65 oh

Kepala Tukang = 0,006 x 8177,6

= 49,65 oh

Mandor = 0,003 x 8177,6

= 24,53 oh

- Pemasangan Kuda Kuda Baja

Total Berat = 17484,77 kg

Pekerja = 0,060 x 17484,77

= 1049 oh

Tukang Las = 0,060 x 17484,77

= 1049 oh

Kepala Tukang = 0,006 x 17484,77

Fakultas Teknik IV-69


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

= 104,90 oh

Mandor = 0,003 x 17484,77

= 52 oh

- Pemasangan Kolom Baja

Total Berat = 3190,082 kg

Pekerja = 0,060 x 3190,082

= 191,40 oh

Tukang Las = 0,060 x 3190,082

= 191,40 oh

Kepala Tukang = 0,006 x 3190,082

= 19,140 oh

Mandor = 0,003 x 3190,082

= 9,570 oh

- Pemasangan Over Stek

Total Berat = 730,03 kg

Pekerja = 0,060 x 730,03

= 43,80 oh

Tukang Las = 0,060 x 730,03

= 43,80 oh

Kepala Tukang = 0,006 x 730,03

= 4,380 oh

Mandor = 0,003 x 730,03

= 2,19 oh

- Pemasangan Gording

Fakultas Teknik IV-70


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

Total Berat = 7920 kg

Pekerja = 0,060 x 7920

= 475,2 oh

Tukang Las = 0,060 x 7920

= 475,2 oh

Kepala Tukang = 0,006 x 7920

= 47,52 oh

Mandor = 0,003 x 7920

= 23,79 oh

4.14.2 Metode Pelaksanaan

a. Pola Pengukuran

Pola (maal) pengukuran dan peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan

untuk menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan di pada saat Pabrikasi.

Semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunakan pita-pita baja

b. Pelurusan

Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada pelat, maka semua pelat harus

diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa kelurusannya, harus bebas

dari puntiran dan bila perlu harus diperbaiki sehingga bila pelat-pelat disusun

akan terlihat rapat keseluruhannya.

c. Pemotongan

Pekerjaan baja dapat dipotong dengan menggunakan gunting, menggergaji

atau dengan las pemotong. Permukaan yang diperoleh dari hasil pemotongan

Fakultas Teknik IV-71


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

harus siku terhadap bidang yang dipotong, tepat dan rata menurut ukuran yang

diperlukan.

Gambar 4.17 Pemotongan plat baja

d. Pekerjaan Mesin Perkakas dan Geirinda

Apabila pelat digunting, digergaji atau dipotong dengan las pemotong,

maka pada pemotongan diperkenankan terbuangnya metal sebanyak-banyaknya 3

mm pada pelat setebal 6 mm dan pada pelat yang tebalnya lebih besar dari 12 mm.

e. Pekerjaan Las

- Pekerjaan las dikerjakan oleh Tukang Las dibawah Pengawasan

Langsung pelaksana struktur dengan pekerjaan Las.

- Detail-detail khusus menyangkut cara persiapan penyambungan, cara

pengelasan, jenis dan ukuran serta kekuatan arus Iistrik

- Ukuran elektroda, arus tegangan listrik dan kecepatan busur listrik yang

digunakan, harus seperti yang dinyatakan oleh pabrik Las listrik dengan

kawat baja jenis RD.

Fakultas Teknik IV-72


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

- Pelat-pelat baja yang akan di Las harus bebas dari kotoran-kotoran besi,

minyak, cat, karet atau lapisan lain yang dapat mempengaruhi mutu

Las.

Gambar 4.18 Pengelasan plat baja

f. Mengebor

Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila

memungkinkan, maka semua pelat, potongan-potongan dan sebagainya harus

dijepit bersama-sama untuk membuat lubang dan dibor menembus seluruh tebal

sekaligus.

g. Memberi code pada jenis-jenis potongan

- Semua lubang harus dibor untuk seluruh tebal dari material. Bila

memungkinkan, maka semua pelat, potongan-potongan dan sebagainya

harus dijepit bersama-sama untuk membuat lubang dan dibor menembus

seluruh tebal sekaligus. Bila menggunakan baut pada salah satu lubang

maka lubang ini dibor lebih kecil dan kemudian baru diperbesar untuk

Fakultas Teknik IV-73


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

mencapai ukuran sebenarnya.

- Cara lain ialah bahwa batang-batang dapat dilubangi tersendiri dengan

menggunakan mal. Setelah mengebor, seluruh kotoran besi harus

disingkirkan dan pelat-pelat dan sebagainya dapat dilepas bila perlu.

- Diameter lubang untuk baut, kecuali baut pas adalah 1,50 mm lebih besar

dari pada diameter yang tertera pada gambar rencana. Diameter lubang-

lubang untuk baut pas harus dalam toleransi yang diberikan.

i. Pengecatan

Pengecatan baja dilakukan setelah semua proses pengerjaan baja selesai .

Pekerjaan ini sebagai finishing dari pekerjaan baja . Pengecatan dilakukan dengan

menggunakan cat dasar Zinchromate dan Cat finishing yang sesuai dengan

rencana pengecatan agar kualitas dan kewetan bahan yang di cat menjadi lebih

baik .

Gambar 4.19 Pengecatan Baja

4.14.3 Kualitas

Tinjauan dari segi kekuatan, kekakuan dan daktilitas sangat cocok dipakai

Fakultas Teknik IV-74


Universitas Borneo Tarakan
Laporan Kerja Praktik 2016

mengevaluasi struktur yang diberi pembebanan. Tetapi perlu diingat bahwa selain

kondisi tadi akan ada pengaruh lingkungan yang mempengaruhi kelangsungan

hidup struktur bangunannya. Jadi pada suatu kondisi tertentu, suatu bangunan

bahkan dapat mengalami kerusakan meskipun tanpa diberikan beban sekalipun

(belum berfungsi). Jadi ketahanan bahan material konstruksi terhadap lingkungan

sekitarnya adalah penting untuk diketahui agar dapat diantisipasi baik.

Kelebihan material baja dibandingkan material beton atau kayu adalah

karena buatan pabrik, yang tentunya mempunyai kontrol mutu yang baik. Oleh

karena itu dapat dipahami bahwa kualitas material baja yang dihasilkannya relatif

homogen dan konsisten dibanding material lain, yang berarti juga lebih dapat

diandalkan mutunya.

Fakultas Teknik IV-75


Universitas Borneo Tarakan

Anda mungkin juga menyukai