Keluargaku adalah keluarga yang hidup di perantauan jadi saat aku masih SD
aku telah berganti sekolah hingga 3 kali yang pada akhirnya kami memutuskan untuk
menetap di Kota Tarakan. Aku dan saudara-saudaraku juga memiliki tempat
kelahiran yang berbeda-beda akibat dari sering berpindah tempat tinggal.
Pendidikan petamaku adalah SD karena aku tidak TK. Saat SD sebenarnya aku
tidak benar-benar SD Tetapi hanya ikut-ikut sekolah saja karna aku suka belajar dan
kebetulan saat itu sekolahku bersebelahan dengan rumahku. Namun, saat
penerimaan rapor aku mendapat rangking 3 yang membuat guruku wali kelasku
menyarankan aku untuk terus lanjut sekolah hingga saat ini. Karena suatu alsan kami
harus berpindah – pindah tempat tinggal yang membuatku juga harus pindah –
pindah sekolah. Kuakui hal in sulit pada awalnya karena harus berkenalan lagi
dengan teman – teman baru tapi mungkin ini sudah perjalanan hidupku sehingga aku
juga menikmatinya dan hal in juga membuatku banyak teman. Saat SD aku pernah
diberi uang saku 1000 rupiah tapi jaman dulu uang segitu bisa dapat nasi kuning dan
juga cemilan lainnya. Berbeda dengan saat ini yang anak SD saja uang sakunya bisa
sampai 10.000 contohnya yah adikku ini. Saat aku memasuki SD kelas 4 aku pindah di
Kota Tarakan dan menjadi murid di SDN 037 Selumit Kota Tarakan.
Pada tahun 2009 saya lulus SD dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
selanjutnya. Saya masuk di SMPN 8 Tarakan yang terletak di juata harapan. Saat SMP
saya dapat dikatakan anak yang sangat pendiam berbeda dengan SD dulu. Saya
seperti kurang pergaulan dan minim berbicara. Saya selalu berada di rangking 2 yang
membuat saya menjadi salah satu anak pintar di kelas. Saat smp saya bersahabat
dengan 1 orang yaitu teman sebangku saya namanya isni. Perjalanan pendidikan saya
memasuki tahap yang berbeda saat saya SMP. Di tahap ini saya mendapatkan hal-hal
yang baru dan diajarkan tentang bagaimana cara untuk bersosialisasi di masyarakat.
Jujur saat itu saya pernah mengalami kesulitan untuk bersosialisasi namun karena
dukungan serta nasihat dari guru saya namanya Ibu Parsiatun saya jadi mulai
membuka diri saya kepada teman-teman saya saat saya telah memasuki kelas 3 SMP.
Di jenjang ini saya mengikuti kegiatan eskul tari. Saya sering mengikuti lomba tari
tingkat SMP di Kota Tarakan. Saya juga pernah menari seorang diri saat event sekolah
dikarenakan pasangan tari saya kabur saat hari H. Jujur saja saat itu saya mau
menangis karena saya malu menari sendiri di tengah lapangan, tapi karena saat itu
guru saya Ibu Parsiatun datang menyemangati sehingga saya tetap menari. Hingga
saat ini Ibu Parsiatun adalah sosok yang sangat berharga di perjalanan pendidikan
saya.
Setelah tamat SMP, Saya masuk SMAN 2 Tarakan pada tahun 2012. Saya
sempat linglung saat Pra Ospek karena tidak banyak yang saya kenal tetapi saya
beruntung karena saya bertemu dengan sahabat saya waktu SD dulu di SMA ini dan
kebetulan kami satu kelas yaitu kelas X6. Pendidikan SMA saya di warnai dengan hal
– hal yang sangat menyenangkan seperti kata orang SMA adalah pusatnya keindahan
pendidikan. Saat Kelas 2 SMA saya masuk di jurusan IPA kelas XI IPA 3. Pertama
masuk kelas saya kaget karena anak – anak nya diam semua, saat itu saya berpikir
apakah mungkin mereka anak-anak yang sangat pintar. Tetapi hal itu terbantahkan
setelah satu minggu, kelas saya adalah kelas teribut dan juga kelas yang dihindari
guru. Saat kelas 3 kami tidak lagi melakukan roling untuk kelas sehingga kami tetap
menjadi teman sekelas saat kelas XII. Kebersamaan kami sangat erat sehingga masa-
masa SMA saya adalah masa yang sangat membahagiakan.