Anda di halaman 1dari 6

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada mata maka ditegakkan

diagnosa bahwa pasien menderita keratitis numularis. Dari anamnesis diketahui

pasien datang ke RSUD Ulin Banjarmasin dengan keluhan mata kanan merah 2

bulan SMRS. Pasien mengeluh mata kanannya merah, serta rasa tidak enak seperti

ada yang mengganjal pada mata kanannya. Keluhan muncul mendadak dan terus

menerus hingga sekarang. Makin lama pasien merasa nyeri pada mata kirinya dan

mata sering berair. Pasien sempat berobat di puskesmas dan diberi obat tetes mata,

namun keluhan tidak membaik. Setelah 1 bulan, muncul keluhan sekarang yang

lebih berat dan merasa silau sehingga pasien harus memicingkan mata setiap

berada di tempat terang. Pasien sulit untuk membuka mata kirinya. Kemudian

datang memeriksakan dirinya ke poliklinik Mata RSUD Ulin.

Keluhan nyeri dapat terjadi karena adanya akhiran saraf pada permukaan

kornea menyebabkan rasa nyeri, yang diteruskan ke iris akibatnya adanya

fenomena refleks sehingga menyebabkan pembuluh darah iris dilatasi disertai

spasme dari iris. Hal ini menyebabkan rasa nyeri menjadi lebih hebat terutama

bila penderita terkena rangsangan cahaya, akibatnya penderita takut kena sinar

(fotofobia) dan berusaha menutup mata dengan palpebra (bleparospasme).

Rangsangan nyeri juga menyebabkan refleks keluarnya air mata berlebihan

(epiphora). Mata tampak merah karena terjadi hiperemi silier pada konjungtiva.3

7
8

Dari pemeriksaan yang dilakukan didapatkan tajam penglihatan yang

normal pada kedua mata yaitu 5/5. Hal ini terjadi karena infiltrat atau lesi berada

di kornea pasien sudah diobati sebelumnya sehingga infiltrate tersebut tidak

terlalu banyak dan infiltrate tersebut tidak terletak sentral yang dapat

menyebabkan mata menjadi kabur. Pada pemeriksaan dengan slit lamp tampak

adanya infiltrat pada kornea berwarna putih keabuan dengan batas tidak

jelas.Keratitis numularis disebut juga keratitis sawahica atau keratitis punctata

tropica. Keratitis numularis diduga diakibatkan oleh virus. Diduga virus yang

masuk ke dalam epitel kornea melalui luka setelah trauma. Replikasi virus pada

sel epitel diikuti penyebaran toksin pada stroma kornea sehingga menimbulkan

kekeruhan atau infiltrat berbentuk bulat seperti mata uang. Pada kornea terdapat

infiltrat bulat-bulat subepitelial dan di tengahnya lebih jernih, seperti halo.2,3,4

Gambar 3.1 Keratitis Numularis

Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tak

dapat segera datang, seperti pada jaringan lain yang terdapat banyak vaskularisasi.

Maka badan kornea dan sel-sel lain yang terdapat di dalam stroma kornea akan

segera bekerja sebagai makrofag. Kemudian akan disusul dengan dilatasi dari
9

pembuluh darah yang terdapat di limbus dan tampak sebagai injeksi perikornea.

Sesudah itu terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuklier, sel plasma, leukosit PMN,

yang mengakibatkan timbulnya infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna

kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan permukaan tidak licin. Bila

peradangan hanya dipermukaan saja, dengan pengobatan yang baik dapat sembuh

tanpa jaringan parut. Pada peradangan yang dalam, penyembuhan akan berakhir

dengan pembentukan jaringan parut yang dapat berupa nebula, makula, atau

leukoma.2

Pada penderita tidak dilakukan tes flouresence. Untuk melihat adanya defek

pada epitel kornea dapat dilakukan uji fluoresence. Caranya, kertas fluoresence

dibasahi terlebih dahulu dengan garam fisiologis kemudian diletakkan pada

saccus konjungtiva inferior setelah terlebih dahulu penderita diberi anestesi lokal.

Penderita diminta menutup matanya selama 20 detik, kemudian kertas diangkat.

Defek kornea akan terlihat berwarna hijau dan disebut sebagai uji fluoresence

positif. Dengan tes ini dapat diketahui letak infiltrat, apabila infiltrat terdapat pada

epitel kornea maka hasil tes flouresence positif, apabila infiltrat berada di

subepitel maka tes flouresence negatif atau tidak berwarna.1

Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah hindari cahaya, Hervis salep

mata 3x1 OS, dan Polynel tetes mata 3x1 tetes/hari. Polynel mengandung

neomycin sulfate setara dengan neomycin base 3,5 mg, dan fluoromethason 1 mg,

sedangkan Hervis mengandung Acyclovir Fluoromethasoneadalahobat yang

termasuk golongan kortikosteroid sintetik. Dalam bentuk fluoromethasone

acetate, obat ini bias digunakan untuk mengobati radang yang responsive terhadap
10

steroid pada palpebral dan konjungtiva bulbi, kornea, dan segmen anterior mata.

Neomycin adalah antibiotic golongan aminoglikosida yang digunakan untuk

mengobati infeksi-infeksi yang disebabkan terutama oleh Gram negative.

Neomycin bekerja dengan cara mengikat secara reversible terhadap subunit 30s

dari ribosom bakteri sehingga menghambat sintesa protein yang pada akhirnya

menghambat pertumbuhan bakteri itu.5

Tujuan penatalaksanaan keratitis adalah mengeradikasi penyebab keratitis,

menekan reaksi peradangan sehingga tidak memperberat destruksi pada kornea,

mempercepat penyembuhan defek epitel, mengatasi komplikasi, serta

memperbaiki ketajaman penglihatan. Ada beberapa hal yang perlu dinilai dalam

mengevaluasi keadaan klinis keratitis meliputi: rasa sakit, fotofobia, lakrimasi,

rasa mengganjal, ukuran ulkus dan luasnya infiltrat.5,6

Penatalaksanaan pada ketratitis pada prinsipnya adalah diberikan sesuai

dengan etiologi. Untuk virus dapat diberikan idoxuridine, trifluridinatau acyclovir.

Untuk bakteri gram positif pilihan pertama adalah cafazolin, penisilin G atau

vancomisin dan bakteri gram negative dapat diberikan tobramisin, gentamisin atau

polimixin B. Pemberian antibiotic juga diindikasikan jika terdapat secret

mukopurulen, menunjukkan adanya infeksi campuran dengan bakteri. Untuk

jamur pilihan terapi yaitu: natamisin, amfoterisi nataufluconazol. Selain itu obat

yang dapat membantu epitelisasi dapat diberikan. Namun selain terapi

berdasarkan etiologi, pada keratitis ini sebaiknya juga diberikan terapi

simptomatisnya agar dapat memberikan rasa nyaman dan mengatasi keluhan-

keluhan pasien. Pasien dapa tdiberi air mata buatan, sikloplegik dan
11

kortikosteroid. Pemberian air matabuatan yang mengandung metilselulosa dan

gelatin yang dipakai sebagai pelumas oftalmik, meningkatkan viskositas, dan

memperpanjang waktu kontak kornea dengan lingkungan luar. Pemberian tetes

kortikosteroid pada keratitis ini bertujuan untuk mempercepat penyembuhan dan

mencegah terbentuknya jaringan parut pada kornea, dan juga menghilangkan

keluhan subjektif seperti fotobia namun pada umumnya pada pemberian steroid

dapat menyebabkan kekambuhan karena steroid juga dapat memperpanjang

infeksi dari virus jika memang etiologi dari keratitis tersebut adalah virus.5,7

Namun pemberian kortikosteroid topikal pada keratitis ini harus terus

diawasi dan terkontrol karena pemakaian kortikosteroid untuk waktu lama dapat

memperpanjang perjalanan penyakit hingga bertahun-tahun dan berakibat

timbulnya katarak dan glaucoma terinduksi steroid, menambah kemungkinan

infeksi jamur, menambah berat radang akibat infeksi bakteri juga steroid ini dapat

menyembunyikan gejala penyakit lain. Penggunaan kortikosteroid pada keratitis

menurut beberapa jurnal dapat dipertimbangkan untuk diganti dengan NSAID.

Dari penelitian-penelitian tersebut telah menunjukan bahwa NSAID dapat

mengurangi keluhan subjektif pasien dan juga mengatasi peradangannya seperti

halnya kortikostroid namun lebih aman dari steroid itu sendiri karena tidak akan

menyebabkan katarak atau pun glaukoma yang terinduksi steroid.5,7

Terapi single-drug dengan menggunakan fluoroquinolone

(misalnyaciprofloksasin, ofloksasin) menunjukkan efektiftivitas yang sama seperti

terapi kombinasi. Tetapi beberapa patogen (misalnya Streptococcus, anaerob)

dilaporkan mempunyai kerentanan bervariasi terhadap golongan fluoroquinolone


12

dan prevalensi resistensi terhadap golongan fluoroquinolones tampaknya semakin

meningkat. Gatifloksasin dan moksifloksasin (generasi keempa tfluoroquinolone)

telah dilaporkan memiliki cakupan yang lebih baik terhadap bakteri gram-positif

dari fluoroquinolone generasi sebelumnya pada uji in-vitro. Namun,

fluoroquinolone generasi keempat belum disetujui FDA untuk pengobatan

keratitis bakteri.2

Terapi kombinasi antibiotika digunakan dalam kasus infeksi berat dan mata

yang tidak responsive terhadap pengobatan. Pengobatan dengan lebih dari satu

agen mungkin diperlukan untuk kasus-kasus penyebab mikobakteri non-

tuberkulos. Antibiotik sistemik jarang dibutuhkan, tetapi dapat diipertimbangkan

padakasus-kasus yang parah di mana proses infeksi telah meluas kejaringan

sekitarnya (misalnya, sklera) atau ketika adanya ancaman perforasi dari kornea.

Terapi sistemik juga diperlukan dalamkasus-kasus keratitis gonokokal.2

Edukasi perlu dilakukan dengan tujuan pasien memahami bahwa penyakit

ini dapat berlangsung kronik dan juga dapat kambuh kembali. Pasien dilarang

untuk mengucek matanya karena dapat memperberat lesi yang telah ada.

Pasienjuga dianjurkan menggunakan pelindung mata (kaca mata hitam) untuk

melindungi dari exposure dari luar seperti debu dan sinar ultraviolet.8

Prognosis akhirnya baik karena dapat sembuh tanpa jaringan parut atau

vaskularisasi. Bila tidak ditangani penyakit ini dapat berlangsung 1-3 tahun.8

Anda mungkin juga menyukai