NIM : I4A011095
A. Kandidiasis kutis
Kandidiasis kutis adalah penyakit infeksi pada kulit yang disebabkan oleh
organisme genus Candida. Spesies yang paling sering menyebabkan penyakit ini
B. Epidemiologi
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik
laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai
saprofit.
Terdapat sekitar 200 genus Candida, yang paling patogen adalah Candida
Sel jamur Candida berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran 2-5,5 x 3-28,5
µm, bergantung pada umur koloni. Jamur ini memperbanyak diri dengan bertunas
(budding) yang disebut blastospora. Selain membentuk hifa sejati Candida juga
membentuk hifa semu (pseudohifa) yang merupakan rangkaian blastospora, yang juga
dapat tumbuh bercabang-cabang. Spesies Candida tumbuh dengan baik pada media
kultur di lingkungan aerob dengan pH 2,5-7,5 dan suhu 20-38°C dalam waktu 1-3
hari. Pada medium padat koloni Candida sedikit menimbul dari permukaan, berwarna
putih kekuningan, dengan permukaan halus, licin, atau berlipat-lipat dan berbau asam.
Ukuran koloni bergantung pada umur, pada tepi koloni dapat dilihat hifa semu
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadi atau tidaknya infeksi Candida
yaitu faktor pejamu (sawar mekanik, flora normal, fagositosis, imunitas selular dan
faktor predisposisi), faktor patogen (faktor aderen dan enzim), dan faktor lingkungan.
merupakan enzim utama dalam pertumbuhan jamur pada medium yang mengandung
stratum korneum. Proteinase aspartat ini akan mencerna nutrisi yang didapat C.
albicans serta merusak membran sel pejamu untuk memudahkan adesi dan invasi
dengan peningkatan kolonisasi dan insidens infeksi oleh Candida ini. Faktor endogen
endokrinopati (DM). Sedangkan faktor eksogen antara lain iklim panas dan
kelembaban, kebersihan kulit yang kurang/buruk, kebiasaan berendam kaki dalam air
yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur, trauma
D. Gambaran Klinis
sebagai berikut :
b. Daerah perianal
Lesi ditemukan di daerah lipatan kulit, yaitu aksila, lipat leher, infra mama,
lipat inguinal, intergluteal, umbilikus, lipatan kulit di daerah abdomen, dan
interdigital. Kelainan yang tampak berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah,
dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel dan pustul kecil
atau bula, yang bila pecah meninggalkan daerah erosif, dengan tepi yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer. Pada sela jari kaki sering terjadi pada sela jari 3 dan
4. Kelainan kulit terlihat sebagai area kulit eritematosa dengan erosi dan maserasi.
Lesi di daerah perianal ini menimbulkan pruritus ani. Infeksi Candida pada
kulit di sekitar anus yang banyak ditemukan pada bayi dikenal sebagai "kandidiasis
popok" atau "diaper rash". Hal ini sering terjadi oleh karena popok yang basah oleh
karena urin tidak segera diganti, sehingga menyebabkan iritasi dan maserasi kulit di
pustul yang mengenai perineum dengan predileksi pada lipatan inguinal. Skuama
putih dan pustul satelit sering terlihat pada tepi lesi.Pustul sangat superfisial sehingga
terkena, misalnya lipat payudara, intergluteal, umbilikus, aksila dan lipat inguinal
sering disertai glositis, stomatitis dan onikomikosis. Kelainan berupa lesi eksematoid,
dengan vesikel dan pustul milier generalisata.Penyakit ini sering terdapat pada bayi,
disebabkan karena ibunya menderita kandidiasis vaginalis dengan daya tahan tubuh
kuku proksimal. Jaringan sekitar lipat kuku membengkak, eritematosa, dan nyeri.
Pada paronikia kronik biasanya kuku akan terkena sehingga terjadi onikomikosis
kandida. Secara klinis kuku terlihat menebal, mengeras dan permukaannya tidak rata,
berwarna kecoklatan dan tidak rapuh. Pada kasus lanjut kuku dapat hancur / destruksi.
Lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan
dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2
cm. Lokasi tersering adalah pada wajah, tetapi juga ditemukan pada skalp, badan, dan
tungkai.
E. Diagnosis
klinis yang khas yaitu makula eritematosa, maserasi dikelilingi lesi satelit berupa
papul, vesikel, atau pustul yang kemudian pecah meninggalkan skuama kolaret dan
a. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Langsung
Pemeriksaan dari bahan kerokan kulit atau kuku, diperiksa dengan larutan KOH
10% atau 20%, akan didapatkan hifa semu (pseudohifa) dengan atau tanpa
blastospora.
2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam pada agar Sabouraud dekstrosa (ASD),
dalam suhu kamar atau lemari suhu 37°C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa
yeast like colony.
3. Slide culture
Dilakukan dari media yang positif candida, dengan menusukkan sampel ke media
cornmeal agar lalu dipotong 1,5 cm x 1,5 cm, kemudian letakkan di atas gelas objek,
kemudian ditutup dengan gelas penutup, disimpan 3 x 24 jam dalam suhu kamar dan
keadaan lembab.
F. Diagnosis Banding
Ada beberapa diagnosis banding kandidiasis kutis,antara lain kandidiasis kutis
G. Pengobatan
2. Topikal
a. Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan
c. Amfoterisin B,
3. Sistemik
a. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini
dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau
dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis
tunggal.
4. Khusus:
kering dengan penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol 2 kali
sehari. Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol oral 100 mg
2. Diaper disease : Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan
lembab. Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan bedak
bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang adekuat. Terapi
topikal yang efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B, mikonazol atau klotrimazol.
3. Paronikia : pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat
dicoba untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio antifungi
Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas. Termasuk
grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol mengubah cairan membran sel
dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya dalam penghambatan replikasi dan
hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada bakteri. Obat ini
pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang terlibat dalam sintesis