Anda di halaman 1dari 8

Nama : Muhammad Mirza

NIM : I4A011095

A. Kandidiasis kutis

Kandidiasis kutis adalah penyakit infeksi pada kulit yang disebabkan oleh

organisme genus Candida. Spesies yang paling sering menyebabkan penyakit ini

adalah Candida albicans, Candida glabrata, Candida krusei, Candida parapsiloris,

dan Candida tropicalis.

B. Epidemiologi

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik

laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai

saprofit.

C. Etiologi dan Patogenesis

Terdapat sekitar 200 genus Candida, yang paling patogen adalah Candida

albicans, diikuti berurutan oleh Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida


parapsilosis, Candida krusei, dan Candida guillermondii.

Candida termasuk dalam famili Cryptococcaceae, klas Blastomyces, Fungi

Imperfecta. C.albicans merupakan ragi dimorfik yang merupakan penyebab utama

terjadinya kandidiasis mukokutan dan sistemik sekitar 38% sampai 94,4%

dibandingkan dengan spesies Candida lainnya.

Sel jamur Candida berbentuk bulat atau lonjong dengan ukuran 2-5,5 x 3-28,5

µm, bergantung pada umur koloni. Jamur ini memperbanyak diri dengan bertunas

(budding) yang disebut blastospora. Selain membentuk hifa sejati Candida juga

membentuk hifa semu (pseudohifa) yang merupakan rangkaian blastospora, yang juga

dapat tumbuh bercabang-cabang. Spesies Candida tumbuh dengan baik pada media

kultur di lingkungan aerob dengan pH 2,5-7,5 dan suhu 20-38°C dalam waktu 1-3

hari. Pada medium padat koloni Candida sedikit menimbul dari permukaan, berwarna
putih kekuningan, dengan permukaan halus, licin, atau berlipat-lipat dan berbau asam.

Ukuran koloni bergantung pada umur, pada tepi koloni dapat dilihat hifa semu

sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadi atau tidaknya infeksi Candida

yaitu faktor pejamu (sawar mekanik, flora normal, fagositosis, imunitas selular dan

faktor predisposisi), faktor patogen (faktor aderen dan enzim), dan faktor lingkungan.

Beberapa spesies Candida mampu untuk dimorfisme yaitu perubahan bentuk


blastospora menjadi hifa yang terjadi karena perubahan kondisi lingkungan seperti pH,
temperatur, atau nutrisi. Struktur antigen permukaan menjadi berbeda dan ini berperan
dalam patogenisitas dan virulensi Candida. Somerville dkk melaporkan bahwa
patogenesis infeksi C. albicans bukan hanya ditentukan oleh bentuk blastospora atau
bentuk pseudohifa saja, namun yang utama adalah kemampuan Candida untuk
melakukan perubahan bentuk morfologi dari blastospora menjadi pseudohifa. Pada
awalnya bentuk hifa dianggap sebagai bentuk patogen dan bentuk blastospora adalah
avirulen. Tetapi ternyata bentuk hifa memiliki peranan penting dalam stadium awal
infeksi Candida. Blastospora lebih berperan dalam proses penyebaran infeksi,
sedangkan bentuk hifa berperan penting dalam proses invasi ke dalam epitel dan
jaringan endotel pejamu.
Langkah awal yang penting dalam proses infeksi Candida adalah perlekatan
Candida pada sel epitel pejamu. Galur yang mampu melekat paling kuat pada sel
pejamu memiliki patogenisitas yang tinggi. Di antara spesies Candida yang dapat
menimbulkan infeksi, C. albicans memiliki kemampuan melekat paling kuat, disusul
oleh C. tropicalis dan C. parapsilosis. Beberapa gen berperan dalam proses
perlekatan itu telah berhasil diidentifikasi, antara lain golongan adhesion like
sequence (ALS) yang menyandi cell surface adhesion glycoprotein (x-agglutinin) dan
Hipal wall protein 1 ( HWP-1) yang menyandi protein Hwp I. Proses perlekatan
tersebut dipengaruhi adesin pada dinding sel C. albicans yang akan mengenali
protein-protein spesifik di permukaan sel pejamu dengan menghasilkan komponen
permukaan seperti manan, kitin, manoprotein, dan lektin.
C.albicans mensekresi berbagai enzim hidrolitik seperti proteinase aspartat,

lipase, dan fosfolipase yang berhubungan dengan virulensinya. Enzim hidrolitik

mendukung tingkat invasif dan proliferasi jamur dengan mendestruksi jaringan

pejamu. Proteinase aspartat atau proteinase keratolitik yang disekresi C. albicans

merupakan enzim utama dalam pertumbuhan jamur pada medium yang mengandung

stratum korneum. Proteinase aspartat ini akan mencerna nutrisi yang didapat C.

albicans serta merusak membran sel pejamu untuk memudahkan adesi dan invasi

Candida ke jaringan. Fosfolipase mendukung virulensi jamur dengan merusak dan

melisiskan sel pejamu.

Adanya faktor predisposisi tertentu, baik endogen maupun eksogen berhubungan

dengan peningkatan kolonisasi dan insidens infeksi oleh Candida ini. Faktor endogen

antara lain kehamilan, obesitas, debilitas, penyakit keganasan, HIV/AIDS dan

endokrinopati (DM). Sedangkan faktor eksogen antara lain iklim panas dan

kelembaban, kebersihan kulit yang kurang/buruk, kebiasaan berendam kaki dalam air

yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur, trauma

dan oklusi lokal.

D. Gambaran Klinis

Gambaran klinis kandidiasis kutis berdasarkan tempat yang terkena, dibagi

sebagai berikut :

Kandidiasis kutis lokalisata : a. Daerah intertriginosa

b. Daerah perianal

Onikomikosis kandida / paronikia kandida

Kandidiasis kutis generalisata

Kandidiasis kutis granulomatosa

a. 1. Kandidiasis kutis intertriginosa

Lesi ditemukan di daerah lipatan kulit, yaitu aksila, lipat leher, infra mama,
lipat inguinal, intergluteal, umbilikus, lipatan kulit di daerah abdomen, dan

interdigital. Kelainan yang tampak berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah,

dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel dan pustul kecil

atau bula, yang bila pecah meninggalkan daerah erosif, dengan tepi yang kasar dan

berkembang seperti lesi primer. Pada sela jari kaki sering terjadi pada sela jari 3 dan

4. Kelainan kulit terlihat sebagai area kulit eritematosa dengan erosi dan maserasi.

b. 2. Kandidiasis kutis perianal

Lesi di daerah perianal ini menimbulkan pruritus ani. Infeksi Candida pada

kulit di sekitar anus yang banyak ditemukan pada bayi dikenal sebagai "kandidiasis

popok" atau "diaper rash". Hal ini sering terjadi oleh karena popok yang basah oleh

karena urin tidak segera diganti, sehingga menyebabkan iritasi dan maserasi kulit di

sekitar genitalia dan anus.

Manifestasi klinis kandidiasis popok berupa plak eritematosa, papul, dan

pustul yang mengenai perineum dengan predileksi pada lipatan inguinal. Skuama

putih dan pustul satelit sering terlihat pada tepi lesi.Pustul sangat superfisial sehingga

mudah pecah. Pemakaian antibiotika dan kortikosteroid topikal dapat mempermudah

terjadinya infeksi Candida di daerah ini.

Kandidiasis kutis generalisata

Lesi terdapat pada glabrous skin. Biasanya di daerah intertriginosa ikut

terkena, misalnya lipat payudara, intergluteal, umbilikus, aksila dan lipat inguinal

sering disertai glositis, stomatitis dan onikomikosis. Kelainan berupa lesi eksematoid,

dengan vesikel dan pustul milier generalisata.Penyakit ini sering terdapat pada bayi,

disebabkan karena ibunya menderita kandidiasis vaginalis dengan daya tahan tubuh

bayi yang rendah..

Onikomikosis kandida / paronikia kandida

Onikomikosis kandida / paronikia kandida merupakan peradangan jaringan di


sekitar lipat kuku yang bersifat kronis, umumnya dimulai dari jaringan sekitar lipat

kuku proksimal. Jaringan sekitar lipat kuku membengkak, eritematosa, dan nyeri.

Pada paronikia kronik biasanya kuku akan terkena sehingga terjadi onikomikosis

kandida. Secara klinis kuku terlihat menebal, mengeras dan permukaannya tidak rata,

berwarna kecoklatan dan tidak rapuh. Pada kasus lanjut kuku dapat hancur / destruksi.

Kandidiasis kutis granulomatosa

Lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan

dan melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat menimbul seperti tanduk sepanjang 2

cm. Lokasi tersering adalah pada wajah, tetapi juga ditemukan pada skalp, badan, dan

tungkai.

E. Diagnosis

Diagnosis kandidiasis kutis umumnya dapat ditegakkan dengan adanya gejala

klinis yang khas yaitu makula eritematosa, maserasi dikelilingi lesi satelit berupa

papul, vesikel, atau pustul yang kemudian pecah meninggalkan skuama kolaret dan

ditunjang penemuan elemen jamur berupa pseudohifa dan/atau blastospora dalam

jumlah banyak pada pemeriksaan langsung menggunakan larutan kalium hidroksida

(KOH), kultur, slide culture dari kerokan kulit dan kuku.

a. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Langsung

Pemeriksaan dari bahan kerokan kulit atau kuku, diperiksa dengan larutan KOH

10% atau 20%, akan didapatkan hifa semu (pseudohifa) dengan atau tanpa

blastospora.

2. Pemeriksaan biakan
Bahan yang akan diperiksa ditanam pada agar Sabouraud dekstrosa (ASD),

dengan antibiotika (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Inkubasi

dalam suhu kamar atau lemari suhu 37°C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa
yeast like colony.

3. Slide culture

Dilakukan dari media yang positif candida, dengan menusukkan sampel ke media

cornmeal agar lalu dipotong 1,5 cm x 1,5 cm, kemudian letakkan di atas gelas objek,

kemudian ditutup dengan gelas penutup, disimpan 3 x 24 jam dalam suhu kamar dan

keadaan lembab.

F. Diagnosis Banding
Ada beberapa diagnosis banding kandidiasis kutis,antara lain kandidiasis kutis

lokalisata adalah eritrasma, dermatitis intertriginosa, dermatofitosis (tinea),


dermatosis seboroik, psoriasis, dan dermatitis kontak.

G. Pengobatan

Penatalaksanaan untuk kandidiasis antara lain : 1

1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi,

2. Topikal

Obat topical untuk kandidiasis meliputi:

a. Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan

sehari 2 kali selama 3 hari,

b. Nistatin: berupa krim, salap, emulsi,

c. Amfoterisin B,

d. Grup azol antara lain:

1) Mikonazol 2% berupa krim atau bedak

2) Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim

3) Tiokonazol, bufonazol, isokonazol

4) Siklopiroksolamin 1% larutan, krim

5) Antimikotik yang lain yang berspektrum luas.

3. Sistemik
a. Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi fokal dalam saluran cerna, obat ini

tidak diserap oleh usus.

b. Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik

c. Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikan kotrimazol 500 mg per vaginam

dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2 x 200 mg selama 5 hari atau

dengan itrakonazol 2 x 200 mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150 mg dosis

tunggal.

d. Itrakonazol bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk orang

dewasa 2 x 100 mg sehari selama 3 hari.

4. Khusus:

1. Kandidiasis intertriginosa : pengobatan ditujukan untuk menjaga kulit tetap

kering dengan penambahan bedak nistatin topikal, klotrimazol atau mikonazol 2 kali

sehari. Pasien dengan infeksi yang luas ditambahkan dengan flukonazol oral 100 mg

selama 1-2 minggu atau itrokonazol oral 100 mg 1-2 minggu.

2. Diaper disease : Mengurangi waktu area diaper terpapar kondisi panas dan

lembab. Pengeringan udara, sering mengganti diaper dan selalu menggunakan bedak

bayi atau pasta zinc oxide merupakan tindakan pencegahan yang adekuat. Terapi

topikal yang efektif yaitu dengan nistatin, amfoterisin B, mikonazol atau klotrimazol.

3. Paronikia : pengobatan dengan obat topikal biasanya tidak efektif tetapi dapat

dicoba untuk paronikia kandida yang kronis. Solusio kering atau solusio antifungi

dapat digunakan.Terapi oral yang dianjurkan dengan itrakonazol atau terbinafin.

Grup azole adalah obat antimikosis sintetik yang berspektrum luas. Termasuk

ketokonazol, mikonazol, flukonazol, itrakonazol dan ekonazol. Mekanisme kerja dari

grup azole adalah menghambat sintesis dari ergosterol mengubah cairan membran sel

dan mengubah kerja enzim membran. Hasilnya dalam penghambatan replikasi dan

penghambatan transformasi bentuk ragi ke bentuk hifa yang merupakan bentuk

invasive dan patogenik dari parasit.


Nistatin dan amfoterisin adalah polyene yang aktif melawan beberapa fungi tapi

hanya bekerja sedikit pada sel mamalia dan tidak bekerja pada bakteri. Obat ini

mengikat membrane sel dan menghalangi fungsi permeabilitas dan transport.

Terbinafine adalah alinamine yang merupakan fungisida jangkauan yang luas

pada kulit pathogen. Obat ini menghambat epoxidase yang terlibat dalam sintesis

ergosterol dari bagian dinding sel jamur.

Anda mungkin juga menyukai