PENDAHULUAN
1
masehi, Filsuf Yunani kuno Theophrastos menjelaskan bahwa cuka bereaksi
dengan logam – logam membentuk zat warna, misalnya timbale putih ( timbal
karbonat ) dan verdigris, yaitu suatu zat hijau campuran dari garam – garam
tembaga dan mengandung tembaga III asetat.
Atom hydrogen (H) pada gugus karboksil (-COOH) dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion (H+), sehingga
memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan
nilai pKa = 4,8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO-). Sebuah larutan
1,0M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah)
memiliki pH sekitar 2,4.
B. Dasar Volumetri
Volumetri atau titrimetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan
volume larutan pereaksi (larutan penitrat/titran/larutan baku) yang direaksikan
dengan larutan contoh atau sampel yang ditentukan kadarnya (titrit). Salah
satu dari empat golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah
reaksipenetralasn atau asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri dan alkalimetri
ini melibatkan titrasi basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal
dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri) dan
titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah
(asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion
hydrogen dan ion hidroksida untuk mementuk air merupakan akibat reaksi –
reasksi tersebut (Basset, J., 1994)
C. Larutan Standar
Larutan yang mengandung reagensia dengan bobot yang diketahui
dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan disebut larutan standar.
Sedangkan larutan standar primer adalah suatu larutan yang konsentrasinya
dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan
2
volume yan terjadi. Suatu zat standar primer harus memenuhi syarat seperti di
bawah ini :
1. Zat harus mudah diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan
(sebaiknya pada suhu 110oC – 120oC)
2. Zat harus mempunyai ekuivalen yang tinggi, sehingga kesalahan
penimbangan dapat diabaikan
3. Zat harus mudah larut pada kondisi – kondisi dalam mana ia digunakan
4. Zat harus dapat diuji terhadap zat – zat pengotor dengan uji – uji kualitatif
atau uji – uji lain yang kepekaannya diketahui (jumlah total zat – zat
pengotor, umumnya tak boleh melebihi 0,01 – 0,02%)
5. Reaksi dengan larutan standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap.
Sesatan titrasi dapat diabaikan atau mudah ditetapkan dengan cermat
dengan eksperimen
6. Zat harus tak berubah dalam udara selama penimbangan; kondisi – kondisi
seperti ini mengisyaratkan bahwa zat tak boleh hidroskopik, tak pula
dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi oleh karbondioksida. Standar ini
harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama penyimpanan.
Terdapat bermacam – macam larutan standar, antara lain sebagai berikut :
1. Standar Primer Asam
KHC8H4O4 (kalium hydrogen phatalat)
C8H8COOH (asam benzoate)
NH4SO3H (asam sulfamat)
H2C2O4 . 2H2O (asam oksalat)
2. Standar Primer Basa
NaCO3 (Natrium Karbonat)
Na2B4O7 . 10H2O (boraks)
D. Titik Ekuivalen
3
Titik Ekuivalen adalah titik akhir titrasi, yaitu dimana suatu titrasi
akan dihentikan karena telah mencapai suatu kesetaraan. Untuk mengetahui
kapan suatu titrasi dikatakan setara ialah bila pada larutan titrit telah terjadi
perubahan warna. Hal ini disebabkan karena penambahan indicator sebagai
larutan petunjuk.
E. Indikator PP (Phenolptalein)
Indikator PP adalah asam sulfat dwiprotik yang tak berwarna. Mula –
mula zat ini berdisosiasi menjadi suatu bentuk tak berwarna dan kemudian
dengan kehilangan proton ke dua, menjadi ion dengan system konjugasi maka
timbul warna merah. Dalam titrasi asam lemah, pemilihan indicator lebih
terbatas. Untuk suatu asam dengan pKa 5 kira – kira pKa asam asetat, pH
akan lebih tinggi daripada 7 pada titik kesetaraan dan perubahan pH relative
kecil. Pheloptalein berubah warna kira – kira pada titik kesetaaan itu dan
merupakan suatu indicator yang cocok.
Maka sebagai aturan umum, orang sebaiknya memilih suatu indicator
yang berubah warna kira – kira pada pH kesetaraan untuk titik titrasi. Untuk
asam lemah, pH kesetaraan di bawah 7, biasanya digunakan metil merah atau
metil jingga. Untuk asam kuat dan basa kuat biasanya dipilih metil merah,
bromtimol biru dan pheloptalein.
4
bahwa 1 gram setara asam atau basa adalah jumlah asam yang mengandung
ion H+ atau 1 gram ion OH-, dengan kata lain, 1 gram setara (gram ekuivalen)
asam atau basa yang kedudukannya n adalah 1/n gram mol zat terlarut.
Rumus umum yang digunakan dalam penentuan kadar asam asetat
adalah:
𝑓𝑝 𝑥 𝐵𝑀. 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 𝑥 𝑁. 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑉. 𝑁𝑎𝑂𝐻
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 1000
5
BAB II
METODOLOGI
6
1) Memipet 5 mL larutan cuka perdagangan dengan pipet ukur dan
memasukkannya menyulingkan hingga tanda batas ke dalam labu ukur 100
mL.
2) Memipet 10 mL larutan tersebut dengan menggunakan pipet volume, lalu
memasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan 3 tetes
indikator PP.
3) Menitrasi NaOH yang telah distandarisasi hingga terjadi perubahan warna
menjadi merah muda.
4) Melakukan secara duplo.
5) Selanjutnya menghitung kadar asam asetat dalam asam cuka.
7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
c) Penimbangan Densitas Sampel
NO Keterangan Hasil Penimbangan (g)
1 Piknometer Kosong 17,5217
2 Cuka Apel 27,2996
3 Cuka Indomaret 27,3159
4 Cuka 58 27,3101
3.3 PEMBAHASAN
Penentuan kadar asam asetat dalam cuka dapur yang beredar di pasaran dapat
dilakukan dengan menggunakan metode titrasi asam basa, dimana titrasi ini adalah
titrasi penetralan yang akan menghasilkan garam dan air. Pada penetapan ini larutan
standar yang digunakan adalah Natrium Hidroksida (NaOH) yang termasuk basa kuat
dan dan merupakan larutan standar sekunder. Sehingga perlu dilakukan standarisasi
terlebih dahulu terhadap larutan NaOH dengan menggunakan larutan standar primer
Asam Oksalat (H2C2O4) untuk mengetahui konsentrasi NaOH secara pasti. Standarisasi
9
dengan larutan Asam Oksalat (H2C2O4) pada konsentrasi 0,1 N sehingga, didapat
konsentrasi NaOH sebesar 0,0925 N. Hasil reaksi standarisasi adalah larutan yang
berubah warna dari bening menjadi ungu dengan reaksi sebagai berikut;
H2C2O4 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O
Penetapan kadar Asam Asetat dilakukan terhadap 3 sampel cuka yang beredar di
pasaran, yaitu Cuka Apel; Cuka Indomaret dan Cuka 58. Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan kadar Asam Asetat pada Cuka Apel sebesar 4,82 %; Cuka Indomaret
sebesar 24,19 % dan Cuka 58 sebesar 16,72 %. Hasil reaksi pada penetapan kadar Asam
Asetat pada cuka pasaran adalah larutan yang berubah dari warna bening menjadi ungu,
dengan reaksi antara NaOH dan Asam Asetat adalah sebagai berikut;
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Berdasarkan SNI NO. 01-3711-1995 kadar asam asetat yang memenuhi standar
adalah sebesar 4 % - 12,5 %. Dari hasil analisa yang dilakukan Cuka Apel yang
memenuhi SNI yang telah dipaparkan sebelumnya sedangkan Cuka Indomaret dan Cuka
58 memiliki kadar Asam Asetat yang melebihi SNI.
10
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut;
1. Penentuan konsentrasi NaOH dengan standar primer didapat konsentrasi sebesar
0,0925 N.
2. Hasil penentuan kadar asam asetat pada sampel Cuka Apel sebesar 4,82 %; Cuka
Indomaret sebesar 24,19 % dan Cuka 58 sebesar 16,72 %.
3. Kadar terbesar berada pada Cuka Indomaret dan terkecil pada Cuka Apel.
4. Kadar yang sesuai dengan teori yaitu 4 % - 12,5 % hanya sesuai pada Cuka Apel.
4.2 SARAN
11
DAFTAR PUSTAKA
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/iodimetri/analisis-
kuantitatif-secara-volumetri
Tim Laboratorium Kimia Dasar, 2010, “Penuntun Praktikum Dasar Proses Kimia”,
Samarinda : POLNES
12
LAMPIRAN
A. PERHITUNGAN
a. Konsentrasi NaOH dari haasil Standarisasi dengan H2C2O4 0,1 N
𝑉𝐼 + 𝑉𝐼𝐼
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
2
9,25 𝑚𝐿 + 9,25 𝑚𝐿
=
2
= 9,25 𝑚𝐿
𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑉 Asam Oksalat × 𝑁 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
10 𝑚𝐿 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 9,25 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
9,25 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 =
10 𝑚𝐿
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,0925 𝑁
b. Massa Sampel
1. Cuka Apel
𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖 − 𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌=
𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
27,2996 𝑔 − 17,5217 𝑔
=
10 𝑚𝐿
𝑔
= 0,97779
𝑚𝐿
𝑚= 𝜌 × 𝑉
𝑔
= 0,97779 × 10 𝑚𝐿
𝑚𝐿
= 9,7779 𝑔
2. Cuka Indomaret
𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖 − 𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌=
𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
27,3159 𝑔 − 17,5217 𝑔
=
10 𝑚𝐿
𝑔
= 0,97942
𝑚𝐿
13
𝑚= 𝜌 × 𝑉
𝑔
= 0,97942 × 10 𝑚𝐿
𝑚𝐿
= 9,7942 𝑔
3. Cuka 58
𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑖𝑠𝑖 − 𝑚 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝜌=
𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜
27,3101 𝑔 − 17,5217 𝑔
=
10 𝑚𝐿
𝑔
= 0,97884
𝑚𝐿
𝑚= 𝜌 × 𝑉
𝑔
= 0,97884 × 10 𝑚𝐿
𝑚𝐿
= 9,7884 𝑔
c. Kadar Asam Asetat pada setiap sampel
1. Cuka Apel
𝑓𝑝 × 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = × 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 1000
20 × 4,25 𝑚𝐿 × 0,0925 𝑁 × 60 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= × 100 %
9,7779 × 1000
471,75
= × 100 %
9777,9
= 4,82 %
2. Cuk Indomaret
𝑓𝑝 × 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = × 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 1000
20 × 21,35 𝑚𝐿 × 0,0925 𝑁 × 60 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= × 100 %
9,7942 × 1000
2369,85
= × 100 %
9794,2
= 24,19 %
14
3. Cuka 58
𝑓𝑝 × 𝑉𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝐵𝐸
% 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝐴𝑠𝑒𝑡𝑎𝑡 = × 100 %
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 1000
20 × 14,75 𝑚𝐿 × 0,0925 𝑁 × 60 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= × 100 %
9,7884 × 1000
1637,25
= × 100 %
9788,4
= 16,72 %
B. GAMBAR ALAT
STATIF &
1
KLEM
GELAS
BEAKER
2 BURET
CORONG
LABU
3
UKUR
15
PIPET UKUR
PIPET
4
VOLUME
PIPET
5
TETES
16