TUGAS AKHIR
Oleh:
Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Ahli Madya (Amd) pada
2
3
Oleh:
NIM 1714010
2020
3
4
NIM : 17614010
Jenjang : Diploma-III
Pirolisis
hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
Tugas Akhir/Skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan
4
5
NIM. 17614010
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
NIM : 17614010
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengesahkan,
Direktur Politeknik Negeri Samarinda,
NIM : 17614010
Dewan Penguji:
Ketua Sidang,
Penguji I,
6
7
Penguji II,
Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknik Kimia,
Ketua Program Studi Petro
& Oleo Kimia,
Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan kemudahan bagi penulis
sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan baik, sehingga
terhadap Kadar Abu Karbon Aktif dari Limbah Ban Motor dengan Metode
jenjang pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri
Samarinda. Laporan ini disusun berdasarkan data sekunder yang diperoleh penulis
7
8
kepada:
2. Bapak Dedy Irawan, S.T., M.T, selaku Ketua Juruasan Teknik Kimia
3. Ibu Sitti Sahraeni, S.T., M. Eng, selaku Ketua Program Studi Petro dan Oleo
Kimia dan Pembimbing Satu yang telah meberikan bimbingan, saran dan
4. Ibu Noorma Kurnyawaty, S.Si., M.Si selaku Pembimbing Dua yang telah
ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Analis/Teknisi serta Administrasi Jurusan Teknik
Kimia.
Akhir ini.
masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun sehingga dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat
menjadi lebih baik. Besar harapan penulis, laporan ini dapat bermanfaat bagi
8
9
Penulis
9
10
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................x
DAFTAR TABEL...........................................................................................................xi
ABSTRAK......................................................................................................................xii
ABSTRACT....................................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
2.5.2 Aktivasi............................................................................................11
10
11
DAFTAR RUJUKAN.....................................................................................................31
11
12
DAFTAR GAMBAR
12
13
DAFTAR TABEL
13
14
ABSTRAK
14
xv
ABSTRACT
xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
meningkat. Hal tersebut berdampak pada besarnya jumlah limbah ban yang
2019 diperoleh data bahwa rata-rata jumlah limbah ban yang dihasilkan ialah
(Sutarto, 2016). Maka limbah ban yang dihasilkan ialah sebesar 194,11 ton/tahun.
Limbah ban selama ini dapat diolah menjadi peralatan rumah tangga
seperti ember, pot bunga, meja, kursi, sandal (Prasetyo, 2016). Limbah ban yang
tidak diolah lebih lanjut dapat mencemari lingkungan. Dalam jumlah besar,
limbah ban tidak hanya memenuhi ruang pada tanah, pembuangan limbah ban ke
lingkungan dapat menyebabkan polusi lingkungan karena ban tidak terurai secara
biologis dalam tanah dan dapat menimbulkan penyakit (Juma et al., 2007).
black 31%, extender oil 1,9%, zinc oxide 1,9%, I 1,2 %, Sulfur 1,1%, accelerator
0,7% (Williams & Besler, 1995). Dari data komposisi tersebut zat yang
xvi
xvii
berpotensi untuk pembuatan produk yaitu Karbon aktif dari limbah ban adalah
62,1% dan carbon black 31,0%. Dimana styrene-butadiene rubber ini merupakan
polimer dari rantai karbon dengan monomer stirena dan butadiene. Pembuatan
karbon aktif dari limbah ban dilakukan dengan metode pirolisis. Pirolisis
merupakan peristiwa penguraian yang terjadi karena adanya panas. Oleh karena
itu, keberadaan O2 yang dapat memicu reaksi pembakaran harus dihindari (Lufina
et al., 2013).
Karbon aktif memiliki kegunaan yang telah dikenal secara luas seperti
sebagai bahan pemucat dan penghilang bau pada industri pangan, untuk
pemurnian bahan pada industri kimia, penyaring udara pada masker, serta
penjernih air pada proses pengolahan air minum (Sudradjat & Pari, 2011).
produced by KOH activation of tyre pyrolysis char oleh (Acosta et al., 2016)
dengan temperatur aktivasi 600 ˚C rasio (1:1, 2:1), temperatur aktivasi 700 ˚C
rasio (1:2, 1:1, 2:1), temperatur aktivasi 750 ˚C rasio (4:1, 5:1, 6:1), temperatur
aktivasi 800 ˚C rasio (1:1, 2:1) dengan temperatur karbonisasi pirolisis 570 ˚C.
Dari penelitian tersebut didapatkan hasil terbaik ialah pada temperatur aktivasi
750 ˚C dengan rasio 6:1 (terhadap massa karbon) dengan kadar abu 10,7%.. Pada
penelitian lainnya yaitu pembuatan karbon aktif dari hasil pirolisis ban bekas yang
xvii
xviii
aktivasi (700, 800, 900)˚C dan waktu aktivasi (30, 45, 60) menit. Dari penelitian
tesebut didapatkan hasil terbaik ialah pada temperatur aktivasi 900 ˚C dan waktu
aktivasi 60 menit dengan uji penyerapan iodin sebesar 975,77 mg/g, kadar abu 6
%, kadar air 5%, dan luas permukaan karbon aktif 230 m2/g.
Pada penelitian oleh (Acosta et al., 2016) terdapat kekurangan yaitu sisi
acuan standar produk, kadar abu dari setiap variasi belum memenuhi SNI 06-
3730-1995 kadar abu yaitu maksimal 10%. Sedangkan penelitian yang dilakukan
(Muji et al., 2018) telah memenuhi SNI 06-3730-1995 dari setiap parameter uji
yang dilakukan.tetapi bahan baku yang digunakan adalah karbon hasil pirolisis
(Acosta et al., 2016) dan (Muji et al., 2018) agar produk dapat memenuhi SNI 06-
sebagian komponen lain. Hal ini menyebabkan presentase abu yang meningkat
(Ikawati & Melati, 2010). Kadar abu sangat berpengaruh pada kualitas kadar abu
xviii
xix
karbonisasi terhadap kadar abu karbon aktif sebagai kajian literatur yang dapat
digunakan sebagai informasi untuk meperbaiki kualitas karbon aktif dari ban
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengurangi limbah ban yang selama
ini mencemari lingkungan karena ban tidak terurai secara biologis dalam tanah
dengan mengolahnya menjadi karbon aktif yang memiliki manfaat dan nilai
ekonomi lebih.
xix
xx
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah ban bekas adalah salah satu sumber daya yang paling bermasalah
karena sulit terurai dan berbentuk limbah padat. Ban bekas bersifat kuat dan tahan
lama. Oleh karenanya ban bekas menimbulkan ancaman bagi lingkungan dan
Sumber : https://bit.ly/3hIRKko
Ban mengandung unsur karbon yang tinggi. Zat yang berpotensi untuk
pembuatan produk yaitu Karbon aktif dari limbah ban adalah kandungan Karbon
yang terdapat pada Styrene-butadiene rubber (SBR) sebesar 62,1% dan Carbon
xx
xxi
black 31,0%. Dimana Styrene-butadiene rubber ini merupakan polimer dari rantai
karbon dengan monomer stirena dan butadiene (Williams & Besler, 1995).
Karbon aktif atau arang aktif adalah arang yang dimurnikan yaitu
konfigurasi atom karbonnya dibebaskan dari ikatan dengan unsur lain serta pori-
porinya dibersihkan dari unsur lain atau kotoran, sehingga permukaan karbon atau
atau pusat aktif ini yang menentukan efektifitas kegunaannya sebagai adsorben
atom karbon berbentuk pelat-pelat yang atom C-nya terikat dengan ikatan kovalen
pada sisi-sisi heksagonal. Pelat-pelat ini bergabung satu sama lain tersusun
membentuk konfigurasi kristalit. Namun demikian, susunan pelat ini acak dan
jaraknya tidak beraturan. Berat jenis karbon aktif berkisar antara 0,20-0,55 g/cm 3.
xxi
xxii
Ukuran partikel karbon aktif yang diperdagangkan adalah 230 mesh untuk karbon
aktif serbuk dan 30 mesh untuk karbon aktif granular, luas permukaan karbon
aktif antara 1000-2000 m2/g. Karbon aktif memiliki pori-pori mikro dan makro
yang jumlah, bentuk dan ukurannya bervariasi. Bentuk pori bias berupa silinder,
empat persegi panjang atau tidak beraturan dengan ukuran diameter antara 10-
Indonesia yaitu SII 0258-79 yang kemudian direvisi menjadi SNI 06-3730-1995
Prasyarat kualitas
Uraian
Butiran Serbuk
Bagian yang hilang pada pemanasan 950˚C, % Maks. 15 Maks. 25
Kadar air, % Maks. 4,5 Maks. 15
Kadar Abu, % Maks. 2,5 Maks. 10
Bagian tidak mengarang 0 0
Daya serap terhadap I2 , mg/g Min. 750 Min. 750
Karbon aktif murni, % Min. 80 Min. 65
Daya serap terhadap benzene, % Min. 25 -
Daya serap terhadap metilen biru, mg/g Min. 60 Min. 120
Berat jenis curah, g/ml 0,45 – 0,55 0,3 – 0,35
Lolos mesh 325, % - Min. 90
Jarak mesh, % 90 -
Kekerasan, % 80 -
Sumber:(Sudradjat & Pari, 2011)
xxii
xxiii
beralkohol.
kimia contohnya adalah dalam industri kimia asam sitrat, asam galat,
lain.
3. Pada proses pengolahan air minum dan air limbah industri, karbon
(intake) udara.
6. Digunakan sebagai obat yaitu penyerap gas dan cairan racun (toxic)
dalam perut pada kasus diare seperti pembuatan obat sakit perut norit.
xxiii
xxiv
lain.
Secara umum proses pembuatan karbon aktif terdiri dari beberapa tahap
yaitu:
dihilangkan dari karbon dan akan menghasilkan rangka karbon yang memiliki
sesuai untuk dijadikan karbon aktif, karbonisasi dilakukan pada temperatur lebih
dari 400 ˚C akan tetapi hal itu juga tergantung pada bahan dasar dan metode yang
digunakan pada aktivasi. Smisek dan Cerny, menjelaskan bahwa saat karbonisasi
terjadi beberapa tahap yang meliputi penghilangan air atau dehidrasi, perubahan
bahan organik menjadi unsur karbon dan dekomposisi tar sehingga pori-pori
karbon menjadi lebih besar. Produk dari hasil proses karbonisasi memiliki daya
adorpsi yang kecil. Hal ini disebabkan pada proses karbonisasi temperaturnya
rendah, sebagian dari tar yang dihasilkan berada dalam pori dan permukaan
xxiv
xxv
diaktifkan dengan cara mengeluarkan produk tar melalui pemanasan dalam suatu
aliran gas inert, atau melalui ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang sesuai
misalnya selenium oksida, atau melalui sebuah reaksi kimia. Karbon aktif dengan
daya adsorpsi yang besar, dapat dihasilkan oleh proses aktivasi bahan baku yang
2016).
artinya reaksi pemutusan rantai karbon terjadi secara acak dan menghasilkan
berbagai senyawa hidrokarbon yang lebih kecil serta dapat pula membentuk
yang terkandung dan zat-zat kimia didalamnya (Syah Budi Kusuma Adi, 2011).
Pirolisis dapat menghasilkan produk utama yang berupa arang (char), asap
cair (bio-oil) dan gas. Arang yang dihasilkan merupakan bahan bakar bernilai
kalor tinggi ataupun digunakan sebagai karbon aktif. Asap cair yang dihasilkan
dapat digunakan sebagai zat additive atau bahan pengawet makanan atau produk
tertentu. Sedangkan gas yang terbentuk dapat dibakar secara langsung. Gas dari
pirolisis dapat dibedakan menjadi gas yang tidak dapat dikondensasikan (CO,
xxv
xxvi
CO2, CH4, dll) dan gas yang dapat dikondensasikan (tar). Minyak akan terjadi
pada proses kondensasi dari gas yang terbentuk, disebut juga asap cair (Ridhuan
et al., 2019).
2.5.2 Aktivasi
sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan
berikut :
mengalami modifikasi jika disisipkan ion atau atom lain kedalam struktur
tersebut. Pada aktivasi maka ion atau atom yang disisipkan adalah
aktivator.
3. Aktivasi dapat berupa aktivasi fisik dimana digunakan gas-gas inert seperti
uap air (steam), CO2 dan N2. sedangkan pada aktivasi kimia, digunakan
xxvi
xxvii
Aktivasi karbon aktif dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni aktivasi secara
seperti garam kalsium klorida (CaCl2), magnesium klorida (MgCl2), seng klorida
klorida (NaCl). Selain garam mineral biasanya digunakan ialah berbagai asam dan
basa organik seperti asam sulfat (H2SO4), asam klorida (HCl), asam hipoklorit
bahan mineral sebagai pengaktif adalah waktu aktivasi yang relatif pendek,
karbon aktif yang dihasilkan lebih banyak dan daya adsorbsi terhadap suatu
xxvii
xxviii
800 – 1000 ˚C dan dialirkan gas pengoksidasi seperti uap air, oksigen, atau CO 2.
monoksida dan hidrogen untuk gas pengoksidasi berupa uap air. Senyawa-
senyawa produk samping pun akan terlepas pada proses ini sehingga akan
memperluas pori dan meningkatkan daya adsorpsi. Gasifikasi karbon dengan uap
air dan CO2 terjadi melalui reaksi bersifat endotermis berikut ini (Marsh, 2006
berikut ini.
xxviii
xxix
sama (Kurniati, 2008). Misalnya sekam padi dengan aktivator NaCl direndam
selama 24 jam (Majalah kulit, karet dan plastik, 2003), Sani (2011) melakukan
penelitian pembuatan karbon aktif dari tanah gambut dengan aktivator H2SO4
didapat waktu aktivasi yang optimum adalah 2,5 jam, Salamah (2008) melakukan
penelitian yaitu pembuatan karbon aktif dari kulit buah mahoni dengan aktivator
perendaman sekitar 12-24 jam (Sudrajat dan Salim, 1994 dalam Noverwan,2014).
3. Ukuran bahan. Makin kecil ukuran bahan makin cepat perataan keseluruh
umpan sehingga pirolisis berjalan sempurna. Pada pirolisis tempurung kelapa 2-3
xxix
xxx
KOH. Lain halnya dengan Sodium Hidroksida, KOH merupakan basa kuat dan
kimia. KOH juga biasanya diperuntukan untuk sabun yang lembut dan cair.
karbonat. Di dalam air, KOH berekasi sangat eksotermik, yang berarti terjadi
proses mengeluarkan panas yang signifikan. Bahkan pada temperatur tinggi, KOH
Sifat Fisika
Merupakan padatan
Berwarna Putih
Tidak berbau
Sumber:(Suprianofa, 2016)
xxx
xxxi
dapat dijadikan sebagai penentu mutu arang aktif yang dihasilkan. Metode analisis
karbon aktif selain dari air. Caranya dengan menimbang contoh sebanyak 20 gram
dan dipanaskan dalam tanur pada temperatur 800 – 900 °C selama 15 menit.
(a−b)
Kadar zat mudahmenguap ( % )= ×100 % (2.4)
a
Keterangan :
aktif setelah bahan baku berkarbon melalui tahapan karbonisasi dan aktivasi
kimia, baik terikat secara kimiawi maupun akibat pengaruh kondisi luar seperti
tersisa pada arang aktif setelah mealuli proses pengaktifan dengan zat aktivator.
Keberadaan air di dalam karbon berkaitan dengan sifat higroskopis dari arang
xxxi
xxxii
aktif, dimana umumnya arang aktif memiliki sifat afinitas yang besar terhadap air.
penyusutan bobot
Kadar air ( % )= × 100 % (2.5)
gram contoh
adsorbsi arang aktif. Angka iodin didefinisikan sebagai jumlah milligram iodin
yang diadsorbsi oleh satu gram arang aktif. Daya jerap arang aktif terhadap iodin
Penentuan angka iodin pada arang aktif menggunakan reaksi redoks dalam
V ×N
(10− ) ×12,69 × fp
mg N iod (2.6)
daya serap iod( )=
g W
Keterangan :
xxxii
xxxiii
Fp = faktor pengencer
terkandung di dalamnya yang tidak terbakar pada proses karbonisasi dan tidak
terpisah pada proses aktivasi. Kandungan abu sangat berpengaruh pada kualitas
penyumbatan pori-pori arang aktif sehingga luas permukaan arang aktif menjadi
xxxiii
xxxiv
mesh
jam
No.42
selama 3 jam
˚C selama 1 jam
xxxiv
xxxv
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan data sekunder yang diambil dari tiga sumber
kualitas karbon aktif dari limbah ban motor dengan metode pirolisis. Ketiga
adalah
xxxv
xxxvi
xxxvi
xxxvii
BAB IV
karbon aktif dari limbah ban telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu.
Hasil analisa dari peneliti-peneliti tersebut disajikan pada Sub Bab berikut ini.
yaitu 550 oC dan 800 oC selama 60 menit. Dengan rasio aktivator KOH terhadap
bahan baku (4:1). Hasil yang diperoleh disajikan pada Tabel 4.1 berikut:
Temperatur Kadar
Karbonisasi (oC) Abu (%)
550 5,2
800 4,2
Pada studi literatur Hofman & Pietrzak (2011) pada Tabel 4.1 dapat dilihat
xxxvii
xxxviii
sehingga karbon mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas
abu sebesar 4,2%. Nilai kadar abu memenuhi SNI 06 - 3730 – 1995.
xxxviii
xxxix
Hsisheng Teng, Yu-Chuan Lin dan Li-Yeh Hsu telah melakukan penelitian
divariasikan 600, 700, 800, 900oC selama 2 jam dengan rasio aktivator KOH 4:1.
Temperatur
Kadar Abu (%)
Karbonisasi (oC)
600 0,8327
700 0,6895
800 0,7147
900 0,7567
SNI 06 -3730-1995 10 (maks)
Pada studi literatur Teng dkk (2011) data kadar abu tersaji pada variasi
rasio aktivator sehingga dilakukan regresi linier antara luas permukaan dengan
abu. Sehinga diperoleh hubungan temperatur karbonisasi terhadap kadar abu yang
disajikan pada Tabel 4.2. Pada Tabel tersebut terlihat bahwa pada temperatur 700
o
C mengalami penurunan kadar abu. Hal tersebut disebabkan jika temperatur
xxxix
xl
yang mudah menguap, atau pengotor pada karbon. Sehingga proses penghilangan
kadar abu disebabkan karena pada temperatur yang lebih tinggi tidak hanya
sebagian karbon juga turut bereaksi dengan CO2 yang terperangkap dan
abu sebesar 0,6895 %. Nilai kadar abu memenuhi SNI 06 - 3730 – 1995.
melakukan penelitian karbon aktif menggunakan bahan baku limbah ban dengan
Temperatur karbonisasi yang divariasikan ialah 500, 600, 700, 800 oC dengan
xl
xli
Temperatur Kadar
Karbonisasi (oC) Abu (%)
500 2.97
600 2,63
700 2,78
800 2,80
10
SNI 06-3730-1995
(maks)
Pada studi literatur ketiga Choi dkk (2014) terlihat pada Tabel 4.3
kadar abu. Hal tersebut disebabkan jika temperatur karbonisasi meningkat maka
tersebut disebabkan karena pada temperatur karbonisasi yang lebih tinggi tidak
hanya zat volatil yang menguap, namun sebagian karbon turut bereaksi dengan
C + CO2 2CO
xli
xlii
sedangkan abu tidak ikut teroksidasi . Hal ini menyebabkan persentase abu
dari limbah ban motor dengan metode pirolisis yang dapat menghasilkan kadar
Pada penelitian oleh (Acosta et al., 2016) referensi utama pada Sub Bab
selama 100 menit dan memvariasikan temperatur aktivasi. Dari setiap variasi yang
dilakukan kadar abu belum memenuhi SNI 06 - 3730 - 1995 yaitu masih diatas
10%. Pada peneliti kedua oleh (Muji et al., 2018) memvariasikan temperatur
aktivasi. Setiap parameter uji yang dilakukan memenuhi SNI 06 - 3730 - 1995
tetapi bahan baku yang digunakan adalah karbon hasil pirolisis pengolahan dari
diperoleh pada penelitian ini. Sehingga dilakukan studi literatur dari tiga referensi
xlii
xliii
menghasilkan kadar abu yang diharapkan, telah dilakukan analisa data pada
beberapa jurnal yang relevan dengan penelitian literatur ini, dimana hasil analisa
sebagaimana yang terdapat pada Sub Bab 4.1, menggunakan proses inti yang
sama untuk membuat karbon aktif yaitu melalui proses karbonisasi dengan
Dari hasil analisa literatur yang terdapat pada Sub Bab 4.1 dapat di
interpretasikan bahwa karbon aktif yang memili kadar abu yang memiliki kadar
abu sesuai dengan SNI 06 - 3730 – 1995 dapat dibuat melalui proses karbonisasi
dengan metode pirolisis pada temperatur 700 oC. Pada analisa data tabel 4.1
bahwa nilai kadar abu terkecil berada pada temperatur karbonisasi 800 oC dimana
kadar abu yang dihasilkan adalah 4,2 %. Hasil analisa pada tabel 4.2 terlihat
bahwa nilai kadar abu terkecil dihasilkan pada temperatur karbonisasi 700 oC
dengan kadar abu 0,6895 %. Hasil pada tabel 4.3 terlihat bahwa kadar abu terkecil
terdapat pada temperatur karbonisasi 600 oC dengan kadar abu 2,63%. Sehingga
untuk mendapatkan kadar abu sesuai SNI 06 - 3730 – 1995 berada pada
xliii
xliv
Menurut Falaah & Cifriadi (2012), secara garis besar tahap proses pirolisis
berbahan baku limbah ban berdasarkan temperatur ialah pada temperatur sampai
dengan 170 oC terjadi proses pengeringan dan destilasi, 170 oC – 270 oC terjadi
1000 oC terjadi proses gasifikasi. Hasil padat dari proses pirolisis limbah ban yang
didapatkan pada temperatur 500 oC, 600 oC, 700 oC mudah terdegradasi menjadi
bubuk karbon hitam, sedangkan hasil padat pada temperatur 300 oC dan 400 oC
berbentuk karet yang lengket karena degradasi yang tidak sempurna (De et al.,
2001). Hasil cair dari proses pirolisis mencapai maksimum pada temperatur 550-
570 oC karena proses perengkahan yang kuat pada temperatur tersebut (González
et al., 2001).
xliv
xlv
BAB V
5.1 Simpulan
1. Semakin tinggi temperatur karbonisasi, maka nilai kadar abu karbon aktif
karbon aktif dari limbah ban motor dengan metode pirolisis yang
5.2 Saran
Untuk mendapatkan data nilai kadar abu karbon aktif yang lebih akurat,
xlv
xlvi
DAFTAR RUJUKAN
Acosta, R., Fierro, V., Martinez de Yuso, A., Nabarlatz, D., & Celzard, A. (2016).
Choi, G. G., Jung, S. H., Oh, S. J., & Kim, J. S. (2014). Total utilization of waste
tire rubber through pyrolysis to obtain oils and CO2 activation of pyrolysis
De, I., Rodriguez, M., Laresgoiti, M. F., Cabrero, M. A., Torres, A., Chomon, M.
Falaah, A. F., & Cifriadi, A. (2012). Pemanfaatan Limbah Ban Bekas Dengan
González, J. F., Encinar, J. M., Canito, J. L., & Rodríguez, J. J. (2001). Pyrolysis
Hofman, M., & Pietrzak, R. (2011). Adsorbents obtained from waste tires for
Ikawati, & Melati. (2010). Pembuatan Karbon Aktif Dari Kulit Singkong UKM
xlvi
xlvii
Juma, M., Koreňová, Z., Markoš, J., Jelemensky, L., & Bafrnec, M. (2007).
Lazulva, & Sari, W. W. (2013). Uji Kualitas Karbon Aktif Dari Kulit Ubi Kayu
(Manihot Escuenta Crantz). Photon: Jurnal Sain Dan Kesehatan, 3(2), 33–
37.
Lufina, I., Susilo, B., & Yulianingsih, R. (2013). Studi Pemanfaatan Minyak Karet
Muji, T., Setiawan, A., & Pamungkas, G. (2018). Pembuatan Karbon Aktif dari
Review : teknologi aktivasi fisika pada pembuatan karbon aktif dari limbah
Ridhuan, K., Irawan, D., & Inthifawzi, R. (2019). Proses Pembakaran Pirolisis
dengan Jenis Biomassa dan Karakteristik Asap Cair yang Dihasilkan. Turbo :
xlvii
xlviii
Setiawati, E., & Suroto, S. (2010). Pengaruh Bahan Aktivator Pada Pembuatan
Karbon Aktif Tempurung Kelapa. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 2(1),
21.
Shofa. (2012). Pembuatan Karbon Aktif Berbahan Baku Ampas Tebu Dengan
Sudradjat, R., & Pari, G. (2011). Arang Aktif: Teknologi Pengolahan dan Masa
Depannya.
Adsorben Zat Warna dari Limbah Cair Tenun Songket dengan Aktivator
Syah Budi Kusuma Adi, M. (2011). Reaksi Pirolisis Minyak Jarak Pagar
Teng, H., Lin, Y. C., & Hsu, L. Y. (2011). Production of activated carbons from
Lingkungan. Deepublish.
xlviii
xlix
xlix