Anda di halaman 1dari 14

4

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu terapan yang menjelaskan interaksi antara manusia
dengan tempat kerjanya. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan serta keterbatasan
manusia untuk merancang suatu sistem kerja yang baru maupun merancang
perbaikan suatu sistem kerja yang telah ada. Ergonomi yang merupakan ilmu
perancangan berbasis manusia (Human Centerd Design). Ergonomi antara lain
memeriksa kemampuan fisik para pekerja, lingkungan tempat kerja, tugas yang
dilengkapi dan mengaplikasikan informasi ini dengan desain model alat,
perlengkapan, metode-metode kerja yang dibutuhkan tugas menyeluruh dengan
aman. Ergonomi dirasakan menjadi semakin penting hingga saat ini, hal tersebut
disebabkan:
a. Manusia sebagai sumber daya utama dalam sebuah sistem.
b. Adanya regulasi nasional maupun internasional mengenai sistem kerja
dimana manusia terlibat di dalamnya.
c. Para pekerja adalah human being.
Kondisi berikut menunjukkan beberapa tanda-tanda suatu sistem kerja yang tidak
ergonomik:
a. Hasil kerja (kualitas dan kuantitas) yang tidak memuaskan.
b. Sering terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang hampir berupa kecelakaan.
c. Pekerja sering melakukan kesalahan (human error).
d. Pekerja mengeluhkan adanya nyeri atau sakit pada leher, bahu, punggung,
atau pinggang.
e. Alat kerja atau mesin yang tidak sesuai dengan karakteristik fisik pekerja.
f. Pekerja terlalu cepat lelah dan butuh istirahat yang panjang.
g. Postur kerja yang buruk, misalnya sering membungkuk, menjangkau, atau
jongkok.
h. Lingkungan kerja yang tidak teratur, bising, pengap, atau redup.
i. Pekerja mengeluhkan beban kerja (fisik dan mental) yang berlebihan.
j. Komitmen kerja yang rendah.
5

k. Rendahnya partisipasi pekerja dalam sistem sumbang saran atau hilangnya


sikap kepedulian terhadap pekerjaan bahkan keapatisan.
Dengan ergonomi, sistem-sistem kerja dalam semua lini departemen
dirancang sedemikian rupa memperhatikan variasi pekerja dalam hal kemampuan
dan keterbatasan (fisik, psikis, dan sosio-teknis) dengan pendekatan human-centered
design (HCD). Konsep evaluasi dan perancangan ergonomi adalah dengan
memastikan bahwa tuntutan beban kerja haruslah dibawah kemampuan rata-rata
pekerja (task demand < work capacity). Dengan inilah diperoleh rancangan sistem
kerja yang produktif, aman, sehat, dan juga nyaman bagi pekerja.
Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja,
tetapi harus melalui tahapan-tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan diuji
pengaruhnya terhadap kemampuan manusia. Faktor yang mempengaruhi lingkungan
kerja antara lain:
a. Temperatur
Tubuh manusia dapat menyesuaikan diri dengan temperatur luar, namun
tubuh manusia masih dapat menyesuaikan diri dengan temperatur luar tubuh ini tidak
melebihi dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari kondisi
nomal tubuh. Temperatur yang terlalu dingin akan mengakibatkan gairah kerja yang
menurun. Sedangakan temperatur yang terlalu panas akan cepat menimbulkan
kelelahan tubuh dan dalam bekerja cenderung menimbulkan banyak kesalahan.
Tichauer menyimpulkan bahwa tingkat produksi paling tinggi dicapai pada kondisi
temperatur antara 75-800F (24-270C).
b. Kelembaban
Yang dimaksud kelembaban disini adalah banyaknya air yang terkandung
dalam udara yang biasa dinyatakan dalam persen. Kelembaban berhubungan atau
dipengaruhi oleh temperatur udara, dan memang secara bersama-sama antara
temperatur, kelembaban, kecepatan gerak udara dan radiasi dari udara tersebut akan
dipengaruhi keadaan tubuh pada saat menerima atau melepaskan panas dari
tubuhnya. Makin panas dan makin lembab lingkungan, makin banyak oksigen
diperlukan untuk metabolisme, dan makin cepat peredaran darah sehingga makin
cepat pula denyut jantung. Keadaan ini sangat berbahaya bagi orang-orang tua atau
mereka yang lemah jantung.
6

c. Sirkulasi udara
Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat dalam arti cukup
mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang bisa mengganggu kesehatan, harus
diciptakan sirkulasi udara yang baik sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara
yang segar dan bersih, yang biasanya dilakukan melalui ventilasi.
d. Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat objek
secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan yang teralalu suram
akan mengakibatkan mata pekerja makin cepat lelah karena mata akan berusaha
untuk bisa melihat, dan dapat menyebabkan kerusakan pada mata.
e. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita.
Tidak dikehendaki karena dalam jangka yang panjang bunyi-bunyian tersebut akan
mengganggu ketenangan dalam bekerja, merusak pendengaran, dan dapat
menimbulkan kesalahan komunikasi.
f. Geteran mekanis
Getaran mekanis adalah getaran yang ditimbulkan oleh getaran alat-alat
mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ketubuh kita dan menimbulkan
akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Secara umum getaran makanis
ini dapat mengganggu tubuh dalam hal mempengaruhi konsentrasi bekerja,
mempercepat datangnya kelelahan, dan menyebabkan timbulnya beberapa penyakit,
diantaranya karena gangguan terhadap mata, syaraf, peredaran darah, otot, dan
tulang.
g. Bau-Bauan
Bau-bauan disekitar tempat kerja dianggap sebagai pencemaran, apalagi kalau
bau-bauan tersebut mengganggu konsentrasi bekerja. Bau-bauan yang terjadi terus-
menerus akan mempengaruhi kepekaan penciuman.
h. Warna
Yang dimaksud disini adalah warna tembok ruangan tempat kerja. Disamping
berpengaruh terhadap kemampuan melihat objek warna juga berpengaruh secara
psikologis bagi para pekerja.
Masalah ergonomi sangat erat kaitannya dengan alat, aktivitas, serta produk
yang dihasilkan oleh manusia. Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi
7

umumnya disebabkan oleh adanya ketidak sesuaian antara pekerja dan lingkungan
kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja.
Pengenalan permasalahan ergonomi di tempat kerja perlu memper-
timbangkan beberapa aspek (bidang kajian ergonomi), yaitu :
1. Anatomi Dan Gerak
Terdapat 2 (dua) hal penting yang berhubungan, yakni :
a. Antropometri
Dimensi Antropometri dipengaruhi oleh :
1. Jenis kelamin
2. Perbedaan bangsa
3. Sifat/hal-hal yang diturunkan
4. Kebiasaan yang berbeda
b. Biomekanika Kerja
Misalnya dalam hal penerapan ilmu gaya antara lain sikap duduk/berdiri yang
tidak/kurang melelahkan karena posisi yang benar dan ukuran peralatan yang telah
diperhitungkan.
2. Fisiologi
Fisologi dibagi menjadi:
a. Fisiologi lingkungan kerja
1. Berhubungan dengan kenyamanan.
2. Pengamanan terhadap potential hazards, ruang gerak yang memadai.
b. Fisiologi kerja.
3. Psikologi
Rasa aman, nyaman dan sejahtera dalam bekerja yang didapatkan oleh tenaga
kerja. Hal ini dapat terjadi karena lingkungan kerja (cahaya, ventilasi, posisi kerja
dll.) tidak menimbulkan stres pada pekerja.
4. Rekayasa dan teknologi, antara lain:
a. Merupakan kiat-kiat untuk mendisain peralatan yang sesuai dengan
ukuran tubuh dan batasan-batasan pergerakan manusia.
b. Memindahkan seseorang dalam melakukan pekerjaannya sehingga lebih
efisien dan lebih produktif, untuk itu diperlukan disain mesin yang sesuai
dengan operatornya.
c. Memberi rasa aman terhadap pekerjaannya.
8

5. Penginderaan
Dalam hal ini terdapat masalah pada kemampuan kelima indra manusia
menangkap isyarat-isyarat yang datang dari luar.
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontrol
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik secara kurun waktu usia produktif maupun
setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,
ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan
sehingga tercipta kuallitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Jadi dengan demikian tujuan dari ergonomi adalah untuk menyesuaikan
suasana kerja dengan aktivitas manusia di lingkungannya. Intinya adalah untuk
mencari kesesuaian antara karakteristik pekerjaan dengan karakter manusianya, atau
ergonomi adalah analisis human factors yang berkaitan dengan anatomi, psikologis
dan fisiologis.
Dibawah ini akan diuraikan aplikasi-aplikasi dari ergonomi:
1. Posisi duduk/bekerja dengan duduk, ada beberapa persyaratan :
a. Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.
b. Tidak menimbulkan gangguan psikologis.
c. Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.
2. Posisi bekerja dengan berdiri :
Berdiri dengan posisi yang benar, dengan tulang punggung yang lurus dan
bobot badan terbagi rata pada kedua tungkai.
3. Proses bekerja
Ukuran yang benar akan memudahkan seseorang dalam melakukan
pekerjaannya, tetapi akibat postur tubuh yang berbeda, perlu pemecahan masalah
terutama di negara-negara berkembang yang menggunakan peralatan impor sehingga
perlu disesuaikan kembali, misalnya tempat kerja yang harus dilakukan dengan
9

berdiri sebaiknya ditambahi bangku panjang setinggi 10-25 cm agar orang dapat
bekerja sesuai dengan tinggi meja dan tidak melelahkan.
4. Penampilan tempat kerja
Mungkin akan menjadi baik dan lengkap bila disertai petunjuk-petunjuk
berupa gambar-gambar yang mudah diingat, mudah dilihat setiap saat.
5. Mengangkat beban
Terutama di negara berkembang mengangkat beban adalah pekerjaan yang
lazim dan sering dilakukan tanpa dipikirkan efek negatifnya, antara lain : kerusakan
tulang punggung, kelainan bentuk otot karena pekerjaan tertentu, prolapsus uteri,
sprolapsus ani ataupun hernia, dll. Penanggulangan permasalahan ergonomi di setiap
jenis pekerjaan dapat dilakukan setelah mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses
kerja dan posisi kerjanya.
Secara umum kriteria pengukuran aktivitas manusia dapat dibagi dalam 2
kelas utama, yaitu:
1. Kriteria fisiologis
Kriteria fisiologis merupakan kegiatan manusia biasanya yang ditentukan
berdasarkan pada kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Usaha untuk
menentukan besarnya tenaga yang setepat-tepatnya berdasarkan kriteria ini agak sulit
karena perubahan fisik dari keadaan normal menjadi keadaan fisik yang aktif akan
melibatkan beberapa fungsi fisiologis yang lain, dengan kata lain kita akan sulit
menentukan penyebab meningkatnya detak jantung, apakah akibat kerja, temperatur
ruangan atau rasa takut.
2. Kriteria operasional
Kriteria operasional melibatkan teknik-teknik untuk mengukur atau
menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota-anggota tubuh
pada saat melaksanakan gerakan-gerakannya.

2.2 Antropometri
Antropometri berasal dari kata antropo (manusia) dan metri (ukuran).
Antropometri yaitu studi yang berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang
akan digunakan sebagai pertimbangan ergonomis dalam memerlukan intraksi
manusia. Ukuran yang digunakan yaitu standar rata-rata/kurva normal
Data antropometri diaplikasikan secara luas antara lain dalam perancangan area
10

kerja, perancangan peralatan kerja, perancangan produk konsumtif, dan perancangan


lingkungan kerja fisik. Perancangan suatu produk harus memperhatikan beberapa
faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia yaitu umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, posisi tubuh.
Kini antropometri berperan penting dalam bidang perancangan industri,
perancangan pakaian, ergonomik, dan arsitektur. Dalam bidang-bidang tersebut, data
statistik tentang distribusi dimensi tubuh dari suatu populasi diperlukan untuk
menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam gaya kehidupan sehari-hari,
nutrisi, dan komposisi etnis dari masyarakat dapat membuat perubahan dalam
distribusi ukuran tubuh (misalnya dalam bentuk epidemik kegemukan), dan membuat
perlunya penyesuaian berkala dari koleksi data antropometrik.
Standar cara pengukuran posisi tubuh:
1. Pengukuran dimensi struktur tubuh (pengukuran dalam dalam berbagai posisi
standar dan tidak bergerak seperti berat, tinggi saat duduk/berdiri, ukuran
kepala, tinggi, panjang lutut saat berdiri/duduk, panjang lengan, dll
2. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (pengukuran saat melakukan gerakan
tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus dilakukan atau dengan
kata lain pengukuran dilakukan saat tubuh melakukan gerakan kerja dalam
posisi dinamis dan banyak diaplikasikan pada proses perancangan
fasilitas/ruang kerja).

Pengukuran antropometri statis dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan


diam/tidak bergerak. Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara
linear (lurus) dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasilnya dapat
representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap
individu.
Dalam antropometri dinamis, dimensi tubuh diukur dalam berbagai posisi
tubuh yang sedang bergerak. Untuk mengukur antropometri dinamis, terdapat tiga
kelas pengukuran yaitu:
1. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti kedaaan
mekanis dari suatu aktivitas, contohnya mempelajari performansi seseorang,
2. Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat bekerja dan,
3. Pengukuran variabilitas kerja.
11

Perancangan suatu pekerjaan ataupun produk hendaknya memperhatikan


prinsip-prinsip perancagan yang ada, yaitu:
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.
Disini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 (dua) sasaran produksi,
yaitu :
a. Bisa sesuai ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim
dalam arti terlalu besar atau kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya.
b. Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas
dari populasi yang ada).
2. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru sedikit sekali mereka yang
berbeda dalamukuran rata-rata. Berdasarkan dengan aplikasi data
antropometri yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun
fasilitas kerja, maka ada beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan
yaitu :
a. Anggota tubuh mana yang nantinya akan difungsikan untuk
mengoperasikan rancangan tersebut.
b. Menentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan
tersebut.
c. Menetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan
tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang
fleksibel (adjustable) atau ukuran rata-rata.
d. Pilih persentase populasi yang diikuti ; 90th, 95th, 99th ataukah nilai
persentil yang lain yang dikehendaki
e. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasi selanjutnya tetapkan
nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai. Aplikasikan
data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance) bila
diperlukan.
3. Prinsip perancangan produk yang bisa disesuaikan.
Beberapa bagian tertentu dari peralatan atau fasilitas dapat dirancang
sehingga alat dapat disesuaikan dengan individu pemakainya. Biasanya
mencakup persentil 5 wanita sampai persentil 95 pria dari karakteristik yang
relevan.
12

Permasalahan variasi dimensi antropometri seringkali menjadi faktor dalam


menghasilkan rancangan sistem kerja yang “fit” untuk pengguna. Dimensi tubuh
manusia itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang harus menjadi salah satu
pertimbangan dalam menentukan sampel data yang akan diambil. Faktor-faktor
tersebut adalah:
1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20
tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang
setelah 60 tahun.
2. Jenis kelamin
Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian
dada dan pinggul.
3. Rumpun dan Suku Bangsa
4. Sosioekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh.
5. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh
6. Kondisi waktu pengukuran.

Terdapat dua pilihan dalam merancang sistem kerja berdasarkan data


antrhopometri yaitu :
a. Sesuai dengan tubuh pekerja yang bersangkutan (perancangan individual)
yang terbaik secara ergonomi
b. Sesuai dengan populasi pemakai / pekerja

Tahapan perancangan sistem kerja menyangkut work space design dengan


memperhatikan faktor antropometri secara umum adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannya (establish
requirement)
2. Mendefinisikan dan mendiskripsikan populasi pemakai
3. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya
4. Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil).
5. Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan pemilihan
persentil yang akan dipakai
6. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai
7. Pengambilan data
13

8. Pengolahan data
 Uji kenormalan data
 Uji keseragaman data
 Uji kecukupan data
 Perhitungan persentil data (persentil kecil, rata-rata dan besar)
9. Visualisasi rancangan dengan memperhatikan:
 Posisi tubuh secara normal
 Kelonggaran (pakaian dan ruang)
 Variasi gerak
10. Analisis hasil rancangan.

Adapun tiga prinsip dalam penggunaan data antropometri adalah:


1. Perancangan fasilitas berdasarkan individu yang ekstrim
Prinsip ini digunakan agar fasilitas yang akan dirancang tersebut dapat
dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang yang akan memakainya.
Contohnya adalah pintu.
2. Perancangan fasilitas yang bisa disesuaikan
Prinsip ini digunakan agar fasilitas yang akan dirancang bisa dipakai dengan
mudah dan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya dan
menggunakannya.
3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata
Prinsip ini hanya digunakan apabila perancangan tidak mungkin dilaksanakan
berdasarkan harga ekstrim dan tidak layak jika menggunakan prinsip perancangan
fasilitas yang dapat disesuaikan. Contohnya adalah baju.
Data antropometri yang diperoleh melalui pengukuran memiliki banyak
variasi. Variasi yang ada akan lebih mudah diatasi apabila kita mampu merancang
produk yang dapat disesuaikan dengan suatu rentang ukuran tertentu. Untuk
penetapan data antropometri ini pemakaian distribusi normal dapat diformulasikan
berdasarkan harga rata-rata (mean, X ) dan simpangan baku (standard deviation,
 x ) dari data pengukuran. Dari nilai yang ada tersebut maka persentil dapat

ditetapkan sesuai dengan tabel dan gambar distribusi normal (lampiran). Maksud dari
persentil adalah suatu nilai yang menunjukkan persentasi tertentu dari orang yang
14

memiliki ukuran pada atau di bawah nilai tersebut. Dengan kata lain berada dalam
wilayah penerimaan.

2.3 Persentil
Persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari
sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai
tersebut. Misalnya : 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95
persentil. 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil.
Dalam bahasan anthropometri, 95 persentil menunjukkan tubuh berukuran
besar, sedangkan 5 persentil menunjukkan tubuh berukuran kecil. Jika diinginkan
dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi maka 2.5 dan 97.5 persentil adalah
batas ruang yang dapat dipakai. Pemakaian nilai-nilai persentil yang umum
diaplikasikan dalam perhitungan data anthropometri dapat dijelaskan seperti berikut
ini.
Tabel 2.1. Perhitungan Persentil
Persentil Perhitungan
1-st -2.325 σx
2.5-th -1.96 σx
5-th -1.645 σx
10-th -1.28 σx
50-th
90-th +1.28 σx
95-th +1.645 σx
97.5-th +1.96 σx
99-th +2.325 σx

2.4 Pedoman Pengukuran Data Antropometri


1. Posisi Duduk Samping

Tabel 2.2. Pengukuran posisi duduk samping


No Data yang diukur Cara pengukuran
1 Tinggi duduk tegak (tdt) Ukur jarak vertikal alas duduk sampai
ujung atas kepala. Subyek duduk tegak
dengan mata memandang lurus ke
depan dan membentuk sudut siku-siku
2 Tinggi bahu duduk (tbd) Ukur jarak vertikal dari permukaan alas
duduk sampai tulang bahu yang
menonjol pada saat subyek duduk
tegak.
3 Tinggi mata duduk Ukur jarak vertikal dari permukaan alas
(tmd) duduk sampai mata pada saat subjek
duduk tegak.
15

Tabel 2.2. Lanjutan pengukuran posisi duduk samping


No Data yang diukur Cara pengukuran
4 Tinggi siku duduk (tsd) Ukur jarak vertikal dari permukaan alas
duduk sampai ujung bawah siku kanan.
Subyek duduk tegak dengan lengan ke
atas vertikal di sisi badan dan lengan
bawah membentuk sudut siku-siku
dengan lengan bawah.
5 Tebal paha (tp) Subyek duduk tegak, ukur jarak dari
permukaan ke atas paha.
6 Tinggi popliteal (tpo) Ukur jarak vertikal dari lantai sampai
bagian bawah paha.
7 Pantat popliteal (ppo) Ukur jarak horisontal dari bagian
terluar pantat sampai lekukan lutut
sebelah dalam. Paha dan kaki bagian
bawah membentuk sudut siku-siku.
8 Pantat ke lutut (pkl) Ukur jarak horisontal dari bagian
terluar pantat sampai ke lutut. Paha dan
kaki bagian bawah membentuk sudut
siku-siku.

2. Posisi Berdiri
Tabel 2.3. Pengukuran posisi berdiri
No Data yang diukur Cara pengukuran
1 Tinggi siku berdiri (tsb) Ukur jarak vertikal dari lantai ke
titik pertemuan antara lengan atas
dan lengan bawah. Subyek berdiri
tegak dengan kedua tangan
tergantung secara wajar.
2 Panjang lengan bawah Subyek berdiri tegak tangan di
(plb) samping, ukur jarak dari siku
sampai pergelangan tangan.
3 Tinggi mata berdiri (tmb) Ukur jarak vertikal dari lantai
sampai ujung mata bagian dalam
(dekat pangkal hidung). Subyek
berdiri tegak dan memandang lurus
ke depan.
4 Tinggi badan tegak (tbt) Jarak vertikal telapak kaki sampai
ujung kepala yang paling atas,
sementara subyek berdiri tegak
mata memandang lurus ke depan
5 Tinggi bahu berdiri (tbb) Ukur jarak vertikal dari lantai
sampai bahu yang menonjol pada
saat subyek berdiri tegak
6 Tebal badan (tb) Ukur jarak dari dada sampai
punggung secara horisontal.
16

3. Posisi Berdiri Dengan Tangan Lurus Kedepan


Tabel 2.4. Pengukuran jangkauan tangan
No Data yang diukur Cara pengukuran
1 Jangkauan tangan (jt) Ukur jarak horisontal dari punggung sampai
ujung jari tengah. Subyek berdiri tegak
dengan betis, pantat, punggung merapat ke
dinding, tangan direntangkan ke depan.

4. Posisi Berdiri Dengan Tangan Lurus Kedepan


Tabel 2.5. Pengukruan lebar pinggul dan lebar bahu
No Data yang diukur Cara pengukuran
1 Lebar pinggul (lp) Subyek duduk tegak, ukur jarak horisontal
dari bagian terluar pinggul sisi kanan.
2 Lebar bahu (lb) Ukur jarak horisontal antara kedua lengan
atas, subyek duduk tegak dengan lengan atas
merapat ke badan dan lengan bawah
direntangkan ke depan.

5. Posisi Berdiri Dengan Kedua Tangan Direntangkan


Tabel 2.6. Pengukuran rentangan tangan
No Data yang diukur Cara pengukuran
1 Rentangan tangan Ukur jarak horisontal dari ujung jari
(rt) terpanjang tangan kiri ke ujung jari terpanjang
tangan kanan, subyek berdiri tegak dan kedua
tangan direntangkan horisontal ke samping
sejauh mungkin.

6. Antropometri Tangan
Tabel 2.7. Pengukuran antropometri tangan
No Data yang diukur Cara pengukuran
1 Panjang Tangan (Pt) Ukur jarak vertikal (tinggi) tangan dari
ujung jari tengah sampai pergelangan
tangan, ketika tangan dibentangkan
2 Panjang Telapak Tangan Ukur jarak vertikal telapak tangan dari
(Ptt) bagian pangkal jari hinggga pergelangan
tangan, ketika tangan dibentangkan
3 Panjang Ibu Jari (Pij) Ukur jarak vertikal dari ujung ibu jari
hingga pangkal ibu jari, ketika tangan
dibentangkan
4 Panjang Jari Telunjuk (Pjl) Ukur jarak vertikal dari ujung jari
telunjuk hingga pangkal jari telunjuk,
ketika tangan dibentangkan
5 Panjang Jari Tengah (Pjt) Ukur jarak vertikal dari ujung jari tengah
hingga pangkal jari tengah, ketika tangan
dibentangkan
17

Tabel 2.7. Lanjutan pengukuran antropometri tangan


No Data yang diukur Cara pengukuran
6 Panjang Jari Manis (Pjm) Ukur jarak vertikal dari ujung jari manis
hingga pangkal jari manis, ketika tangan
dibentangkan.
7 Panjang Jari Kelingking Ukur jarak vertikal dari ujung jari
(Pjk) kelingking hingga pangkal jari
kelingking, ketika tangan dibentangkan.
8 Lebar Ibu Jari (Lij) Ukur jarak horisontal pada bagian
sambungan antar ruas tulang ibu jari
9 Tebal Ibu Jari (Tij) Ukur tebal ibu jari pada sambungan antar
ruas tulang ibu jari.
10 Lebar Jari Telunjuk (Ljl) Ukur jarak horisontal pada bagian
sambungan antar ruas tulang jari telunjuk
kearah mendekati tubuh.
11 Tebal Jari Telunjuk (Tjl) Ukur tebal jari telunjuk pada sambungan
antar ruas tulang jari telunjuk kearah
mendekati tubuh.
12 Lebar Telapak Tangan Ukur jarak horisontal dari tepi dalam
Metacarpal (Ltm) telapak tangan hingga bagian tepi luar
telapak tangan (Metacarpal)
13 Lebar Telapak Tangan Ukur jarak horisontal dari tepi dalam
Sampai Ibu Jari (Ltb) telapak tangan hingga bagian tepi luar ibu
jari.
14 Tebal Telapak Tangan Ukur jarak vertikal dari punggung tangan
Metacarpal (Ttm) sampai dengan telapak tangan pada
metacarpal, ketika tangan direntangkan
15 Tebal Telapak Tangan Ukur jarak vertikal dari punggung tangan
Sampai Ibu Jari (Ttb) sampai bagian bawah ibu jari pada saat
tangan direntangkan.
16 Lebar Maksimum (Lbmax) Ukur jarak horisontal terjauh dari ibu jari
ke jari kelingking

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi KP
    Daftar Isi KP
    Dokumen4 halaman
    Daftar Isi KP
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen4 halaman
    Cover
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • PEMBATAS
    PEMBATAS
    Dokumen15 halaman
    PEMBATAS
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Daftar Hadir Sosialisasi Usaha Kerajinan Tangan Gampong Blang Panyang
    Daftar Hadir Sosialisasi Usaha Kerajinan Tangan Gampong Blang Panyang
    Dokumen1 halaman
    Daftar Hadir Sosialisasi Usaha Kerajinan Tangan Gampong Blang Panyang
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Surat Pernyataan Orisinalitas
    Surat Pernyataan Orisinalitas
    Dokumen1 halaman
    Surat Pernyataan Orisinalitas
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • BAB I New
    BAB I New
    Dokumen3 halaman
    BAB I New
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Recipient
    Recipient
    Dokumen1 halaman
    Recipient
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Pembatas
    Pembatas
    Dokumen18 halaman
    Pembatas
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Kelompok 5
    BAB IV Kelompok 5
    Dokumen6 halaman
    BAB IV Kelompok 5
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen2 halaman
    Bab Iii
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • BAB V Revisi 2
    BAB V Revisi 2
    Dokumen2 halaman
    BAB V Revisi 2
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen17 halaman
    Bab Ii
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen7 halaman
    Daftar Isi
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi 2
    Daftar Isi 2
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi 2
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • BAB V Keompok 5
    BAB V Keompok 5
    Dokumen1 halaman
    BAB V Keompok 5
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen5 halaman
    Daftar Isi
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR IS Kel 5
    DAFTAR IS Kel 5
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR IS Kel 5
    Arie Gonzales
    Belum ada peringkat