Anda di halaman 1dari 3

OOGENESIS

A. PENGERTIAN
Oogenesis adalah proses pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Oogenesis
dimulai dengan pembentukan bakal sel-sel telur yang disebut oogonia (tunggal: oogonium).
Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari
fetus perempuan.
Oogenesis terjadi di semua spesies dengan reproduksi seksual dan itu mencakup semua
tahap belum matang sel telur.
Reproduksi terjadi ketika sel telur dibuahi oleh gamet jantan atau sperma. Sperma juga
berisi setengah bahan genetik dari individu yang matang, sehingga embrio yang dibentuk oleh
fertilisasi akan berisi set lengkap materi genetic. Setengah dari sel telur dan setengah dari
sperma.
B. PROSES OOGENESIS
Oogenesis telah dimulai saat bayi perempuan masih did dalam kandungan, yaitu pada
saat bayi berusia sekitar 5 bulan dalam kandungan. Pada saat bayi perempuan berumur 6 bulan,
oosit primer akan membelah secara meiosis. Namun, meiosis tahap pertama pada oosit primer ini
tidak dilanjutkan sampai bayi perempuaan tumbuh menjadi anak perempuan yang mengalami
pubertas. Oosit primer tersebut berada dalam keadaan istirahat (dorman).
Pada saat bayi perempuan lahir, di dalam setiap ovariumnya mengandung sekitar 1 juta
oosit primer. Ketika mencapai pubertas, anak permepuan hanya memiliki sekitar 200.000 oosit
primer saja. Sedangkan oosit lainnya mengalami degenerasi selama pertumbuhannya.
Saat memasuki pubertas, anak perempuan akan mengalami perubahan hormon yang
menyebabkan oosit primer melanjutkan meiosis tahap pertama. Oosit yang mengalami meiosis I
akan menghasilkan dua sel yang tidak sama ukurannya. Sel oosit pertama merupakan oosit yang
berukuran normal (besar) yang disebut oosit sekunder, sedangkan sel yang berukuran lebih kecil
disebut badan polar pertama (polosit primer).
Selan jutnya, oosit sekunder meneruskan tahap meiosis II. Namun, pada tahap oosit
sekunder tidak langsung diselesaikan sampai tahap akhir, melainkan berhenti sampai terjadi
ovulasi. Jika tidak terjadi ovulasi, oosit sekunder akan mengalami degenerasi. Namun, jika ada
sperma yang masuk ke oviduk, meiosis II pada oosit sekunder akan dilanjutkan kembali.
Akhirnya, meiosis II pada oosit sekunder akan menghasilkan satu sel besar yang disebut ootid
dan satu sel kecil yang disebut badan polar kedua (polosit sekunder). Badan polar pertama
juga membelah menjadi dua badan polar kedua. Akkhirnya, ada tiga badan polar dan satu ootid
yang akan tumbuh menjadi ovum dari oogenesis setiap satu oogonium.
Oosit dalam oogonium berada di dalam suatu folikel telur. Folikel telur (folikel)
merupakan sel pembungkus penuh cairan yang mengelilingi ovum. Folikel berfungsi untuk
menyediakan sumber makanan bagi oosit. Folikel juga mengalami perubahan oosit primer
menjadi oosit sekunder hingga terjadi ovulasi. Folikel primer muncul pertama kali untuk
menyelubungi oosit primer. Selama tahap meiosis I pada oosit primer, folikel primer berkembang
menjadi folikel sekunder. Pada saat terbentuk oosit sekunder, folikel sekunder berkembang
menjadi folikel tersier. Pada masa ovulasi, folikel tersier berkembang menjadi Folikel De Graaf
(folikel matang). Setelah oosit sekunder lepas dari folikel, folikel akan berubah menjadi korpus
luteum. Jika tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum akan mengkerut menjadi korpus albikan.
C. Hormon - Hormon yang Berperan dalam Proses Oogenesis
Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa hormone yang dihasilkan aksi
dari hypothalamus, hipofisis, dan ovarium.
Hormon-hormon yang berperan dalam oogenesis diantaranya :
1. GnRH (gonadotropin releasing hormone)
Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan. GnRH menstimulasi hipofisis mensekresi
hormon FSH (folicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone).

2. LH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormone progesterone dan


meransang ovulasi.
3. FSH merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu
perkembangan folikel.
4. Estrogen, memacu perkembangan folikel. Hormon prolaktin merangsang produksi
susu.
5. HCG (Human Chorionic Gondaotropin)
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum.
D. STRUKTUR OVUM
Selayaknya spermatozoon, ovum juga didesain khusus untuk memuat muatan genetis berupa 23
kromosom, dan merupakan gamet dari wanita. Untuk melindungi muatan genetis tersebut, ovum
harus memiliki beberapa lapisan pelindung, antara lain:
1. Membran Vitellin
Membran Vitellin adalah lapisan transparan di bagian dalam ovum. Membran plasma dari
sel telur disebut membran vitelline, dan memiliki fungsi yang sama seperti pada sel lain,
terutama untuk mengontrol apa yang masuk dan keluar dari merek
2. Zona Pellusida
Zona Pellusida adalah lapisan pelidung ovum yang tebal dan terletak di bagian tengah.
Terdiri dari protein dan mengandung reseptor untuk spermatozoa. Zona pelusida, lebih dikenal
sebagai ‘jelly mantel’. Hal ini juga terlibat dalam pengikatan sperma selama pembuahan dan
mencegah lebih dari satu sperma memasuki sel telur.
3. Korona Radiata
Korona Radiata merupakan sel-sel granulosa yang melekat disisi luar oosit dan
merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal. Lapisan terluar ini terdiri dari beberapa baris
sel granulosa yang mrmbiarkan telur menempel setelah dikeluarkan dari folikel. Korona radiata
menyediakan sel telur dengan protein esensial dan bertindak seperti pembungkus gelembung,
melindunginya saat berjalan menuruni tuba falopi.

3) PERBEDAAN SPERMATOGENESIS DAN OOGENESIS


a. Spermatogenesis adalah produksi sel sperma laki-laki, sedangkan Oogenesis adalah
produksi ovum wanita.
b. Spermatogenesis dimulai di spermatosit primer, sedangkan Oogenesis dimulai dari Oosit
Primer.
c. Spermatogenesis menghasilkan empat spermatozoa fungsional dari spermatosit primer.
Sedangkan Oogenesis menghasilkan ovum tunggal dari 3 badan polar Oosit primer.
d. Pada Spermatogenesis, hasil sitokinesis dalam dua sel berukuran sama, sedangkan, pada
Oogenesis, menghasilkan dua sel yang sangat tidak setara.
e. Sel sperma tidak mengandung makanan, misalnya ovum (sel telur).
f. Sel-sel sperma jauh lebih kecil dari ovum (sel telur).
g. Sel-sel sperma yang motil, sedangkan pada ovum adalah immotile.
h. Spermatogenesis selesai sementara di testis. Sedangkan devisi pematangan sekunder
Oogenesis terjadi di luar Ovarium atau saluran telur.
i. Spermatogenesis dimulai di masa pubertas, sedangkan pada Oogenesis dimulai dari
sebelum kelahiran, pada tahap perkembangan embrio.
j. Spermatogenesis menghasilkan sel sperma pada satu waktu, sedangkan pada hasil
Oogenesis hanya satu ovum per bulan.
k. Spermatogenesis melibatkan fase pertumbuhan pendek, sedangkan Oogenesis
melibatkan fase yang panjang.
l. Spermatogenesis terjadi secara terus menerus setelah pubertas, sedangkan pada
Oogenesis terjadi dalam pola siklik.
m. Spermatogenesis dengan hasil akhir 4 spermatozoid, sedangkan oogenesis hanya
menghasilkan 1 ovum.

Anda mungkin juga menyukai