Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karotenoid termasuk kedalam β-carotene, lycopene, canthaxantrin, dan
appocartenal. Yang menyediakan pigmen warna yang berkisar dari kuning ke
merah, β-carotene sangat penting karena tidak hanya digunakan sebagai perwarna,
tetapi juga sebagai sumber vit A. namun sayangnya , kristal dari β-carotene murni
tidak mudah larut dalam air. sebaliknya mereka mudah teroksidasi dan, akibatnya,
tidak dapat digunakan dalam industri minimum tanpa pemrosesan lebih lanjut.
Dan tujuan dari kasus ini adalah unuk mengembangkan produk karoten
yang mengeliminasi masalah ini dan merupakan cocok untuk industri minuman.
Banyak pertimbangan dalam skenario pengembangan produk dalam studi kasus
ini di dasarkan pada artikel desain konseptual oleh Leuenberger (2007) dan paten
terkait yang diterbitkan pada tahun 1990.

1.2 Project Charter


Dalam kasus ini dibentuklah sebuah project charter untuk membantu team
desain mengembangkan produk yang diinginkan tepat waktu dan dengan biaya
yang diharapkan adapun tipe dari elemen yg khas yaitu tujuan spesifik,cakupan
proyek, kiriman dan garis waktu Karena β-carotene tidak larut dalam air dan
memiliki kelarutan sangat terbatas pada lemak , penggunaannya terbatas pada
pewarnaan lemak, seperti mentega dan margarin.kemudian, pada tahun 1970
sebuah formulasi Water Dispersible β-carotene dipaten kan (U.S.Patent
3,655,406) yang sesuai untuk mewarnai produk farmasi, produk makanan, dan
kosmetik seperti lipstik. Namun formulasi ini tidak memenuhi persyaratan industri
minuman pada pertengahan tahun 1990, yang mencari formulasi stabil yang lebih
mudah terdispersi dalam air, memiliki bioavailabilitas yang sangat baik. dan
memberikan penawaran intens pada konsentrasi rendah. Singkatnya, lipofilik
padat karoten perlu diubah menjadi dari yang dapat digunakan untuk sistem
berbasis air seperti minuman. formulasi stabil dibutuhkan untuk mencapai umur
simpan yang lebih lama. Selain itu, bio-availibility menyiratkan ukuran partikel
yang cukup kecil untuk masuk ke sel, pada konsentrasi yang cukup tinggi ,
msalnya bertindak sebagai antioksidan untuk melindungi sel jalur fotosintesis,
seperti yang dinyatakan, tujuan ini mungkin sebagai respons terhadap tren pasar di
industri minuman kesehatan di pertengahan tahun 1990.
Perusahaan mungkin akan berusaha untuk menghasil kan formula β-
carotene siap pakai yang memiliki kemampuan pewarnaan yang diinginkan serta
efek kesehatan positif. mungkin peluang pasarnya telah mengidentifikasi pasar
yang berkembang pesat, dan sebuah tim desain berkumpul untuk mengumpulkan
kebutuhan pelanggan dan menciptakan konsep produk baru, dalam waktu 3 bulan,
untuk prototyping dan pengujian laboratorium.
Mengenai lingkup proyek, penekanannya mungkin ditempatkan pada
penentuan kebutuhan pelanggan yang lebih eksplisit untuk meningkatkan
stabilitas dan bio-availibility, serta bentuk yang di sukai untuk delivery produk.
Dan perubahan minimal dalam fasilitas manufacturing yang digunakan untuk
formulasi konvensional mungki diperlukan untuk memproduksi formulasi β-
carotene yang baru.

Tabel 1.1 Possible Project Charter for Water-Dispersible β-carotene Formulation


for the Beverage Industry
Project Name Water-Dispersible β-carotene Formulation for the
Beverage Industry
Project Champions Business Manager of the Health-Drink Market
Project Leader Mary Jane Smith
Specific Goals A product concept for a β-carotene formula for health-
drink application with improved stability, bio-
availibility, and coloration, in a product form that is
easily dispersible in water.
Project Scope In-scope:
 Determination of acceptable customer
requirements for water-dispersible
 Improved stability and bio-availibillity
 Minimal changes in the current manufacturing
capabilities
 Improved delivery form with longer shelf life
Out-of-scope
 Major manufacturing changes
 Determination of technical feasibility
 Market opportinity assessments
Deliverables  Voice of the customer
 Product concept
Time Line Product concept developed within 3 months

1.3 Innovation Map


Setelah menyelesaikan project charter, tim desain akan ditanyai mengeni
teknologi bahan dan teknologi proses yang akan digunakan untuk membuat beta
karoten yang digunakan dalam aplikasi industri minuman di pertengahan 1990-an.
Seperti yang diketahui bahwa minuman yang mengandung β-carotene,
seperti jus wortel dan campuran jus yang mengandung jus wortel, memiliki daya
simpan yang rendah karena mengalami degradasi warna dan rasa dari waktu ke
waktu. Hal ini disebabkan karena β-carotene rentan terhadap discolor dan
mengalami oksidasi oleh radiasi, sebagaimana diketahui bahwa β-carotene
bersifat fotosensitif dan reaktif dengan oksigen. Pada tahun 1992, Ohtaka dan
Sudo (US Patent 5.153.012) melaporkan bahwa penambahan vitamin antioksidatif
seperti vitamin C, B2, dan E, dapat mengurangi loss of β-carotene, bahkan pada
temperatu ambien. Pada paten mereka, menunjukkan bahwa loss of β-carotene
pada suhu kamar selama 6 bulan kurang dari 10%, sedangkan loss of β-carotene
pada suhu 10C diabaikan pada waktu yang sama. Hal ini ditunjukan pada gambar
1.1
Gambar 1.1 Persentase loss of β-carotene selama penyimpanan (U.S. Patent
5,153,012)

Kemudian pada tahun 1996, Heckert dkk. (U.S. Patent 5,516,535)


menemukan bahwa penambahan kalsium, sebaiknya kalsium organik kompleks
(seperti calcium citrate malate, Ca6 (C6H5O7)2 (C4H5O5)3. 6H2O – mol . wt. =
1,123.1) menaikkan bio-availability dari β-carotene. Mereka melaporkan bahwa
campuran β-carotene dan kalsium, yang dikemas dalam dekstrin, meningkatkan
level vitamin A sampai setinggi 35 IU (International Unit, dimana 1 IU Vitamin
A = 0.6 µg β-carotene) dalam hati hewan percobaan. Agen enkapsulasi lainnya,
seperti pati dan gelatin, juga digunakan, meskipun yang terakhir ditemukan
memiliki efek buruk pada interaksi β-carotene kalsium.
Pada pertengahan 1990-an, tampak jelas bahwa dry formulation atau emulsi
koloid sedang dipertimbangkan untuk product delivery. Yang belakangan ini
diketahui bahwa -Carotene sulit untuk terlarut dalam fasa organik, yang akan
membentuk koloid dengan air. Untuk hal ini, Lauenberger (2007) mendiskusikan
2 metode produksi nano-size -Carotene terdispersi, yang disebut dengan
emulsion powders: spray drying dan pembentukan beadlets. Penting untuk
diketahui bahwa tipe emulsion powder adalah bagian dari -Carotene yang
terdispersi dalam air, yang akan membentuk sebuah koloid dengan gelatin yang
terdistribusi dalam partikel pulverized carrier material. Yang belakangan ini
diketahui tidak larut dalam air dengan permukaan lipophilic (gelatin-loving).
Proses spray-drying terdiri dari 2 langkah: (1) Preparation -Carotene-water
dispersion atau emulsi, dan (2) Removal water dengan spray drying. Ini
memberikan nano-partikel -Carotene dengan bio-availability yang tinggi.
Dispersi atau emulsi dapat diproduksi dengan proses yang berbeda, contohnya:
 -Carotene terlarut dalam water-immiscible solvent, yang diikuti dengan
emulsifikasi dalam air dan removal of the solvent yan tersisa dari dispersi -
Carotene nano-partikel dalam air.
 Penggunaan water-immiscible dengan partikel -Carotene terdispersi (dalam
larutan air).
 Larutan supersaturated -Carotene dalam minyak dan teremulsi dalam air
menggunakan supercritical gas.

Dalam proses pembentukan beadlet, dispersi -Carotene yang sama


digunakan, tetapi langkah spray drying diganti dengan proses pembentukan
beadlet. Dispersi atau emulsi disemprotkan ke dalam fluidized starch bed, dengan
nano-droplet (100-500 nm) covered oleh lapisan starch. Hasil beadlet ditunjukkan
secara skematik dalam Gambar 1.2. Lalu, beadlet dikeringkan sampai mencapai
kelembaban yang diinginkan.
Nano-partikel -Carotene dalam Gambar 1.2 menunjukkan terbungkus
dalam matrix karbohidrat, assorbil palmitat, dan gelatin, untuk melindungi dari
oksidasi dan photodegradasi. Dalam lapisan luar, kulit pati memiliki
dispersibilitas air yang tinggi. Ukuran beadlet sekitar 0,4 mm adalah lebih besar
dari pada partikel yang diproduksi dari spray drying. Pada paten 1999, Cox et al.
(U.S. Patent 6,007,856) menemukan bahwa beadlet yang dibentuk menggunakan
oil-in-water dispersion -Carotene terproteksi (stabil) dari oksidasi. Beadlet ini
memiliki dispersibilitas air yang tinggi, intensitas warna yang tinggi bahkan pada
konsentrasi yang rendah, dan bio-availibility yang tinggi.
Gambar 1.2 Skema beadlet -Carotene (Lauenberger, 2007)

Untuk material dan proses/manufacturing, seperti yang dijelaskan pada


Section 1.3, bahwa peta inovasi memberikan petunjuk untuk proses teknologi dan
pengembangan produk. Peta inovasi pada Gambar 1.3 telah sebelumnya di bangun
oleh tim desain pada pertengahan 1990s. Seperti yang terlihat, ini mengandung 5
element dari bawah sampai atas peta, yaitu:
1. Material Technology: aditif antioksidatif (vitamin), kalsium organik kompleks.
2. Process/Manufacturing Technology: spray drying, proses pembentukan
beadlet.
3. Technical Differentiation (Technical-Value Proposition): formulasi stabil,
formulasi kering.
4. Products: koloid untuk keperluan farmasi,kosmetik, dll; partikel solid untuk
industri minuman.
5. Customer Value Proposition: long shelf life, high bio-availability
Gambar 1.3 Innovation map untuk water-dispersible -Carotene

Dimulai di sebelah kiri, Ohtaka dan Sudo (U.S. Patent 5,153,012) pada 1992
dan Heckert et al. (U.S. Patent 5,516,535) pada 1996 mengembangkan -Carotene
stabil dalam produk koloid, memuaskan kebutuhan pelanggan untuk long shelf
life. Pembentukan termasuk penambahan antioksidatif vitamin, seperti Vitamin C,
B2, dan e, mengurangi degradasi -Carotene bahkan pada temperatur ambient.
Yang terakhir yaitu menambah bio-availability -Carotene dengan penambahan
kalsium, khususnya kalsium organik kompleks. Lalu, 2 proses/manufacturing
mengandung spray drying dan proses pembentukan beadlet dapat memproduksi
produk solid dengan long shelf life dan bio-availability yang tinggi yang
digunakan pada industri minuman.
BAB II
CONCEPT STAGE

2.1 Market and Competitive Analyses

2.2 Customer Requirements

2.3 Critical-to-Quality (CTQ) Variables-Product Requirements


Syarat NUD dapat menentukan kualitas dari variabel CTQ yang akan
ditinjau. Penentuan CTQ sangat berpengaruh pada hasil akhir produk, pengaruh
tersebut adalah pada daya jual produk yang ditentukan terhadap ketahanan produk
dalam mempertahankan kehilangan ß-karoten yang rendah pada suhu kamar dan
bahan aktif yang terlindungi (vitamin A). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Technical NUD Requirements for Water-Dispersible -Carotene


Formulations
Product Requirement Technical Requirement Target
Vitamin A level in liver
Protected active Protected active
higher than 30
ingredients ingredients
International Units (IU)
Less than 10% loss of
Low -Carotene loss at Low -Carotene loss at active -Carotene stored
storage temperatures storage temperatures at room temperature over
6-month period
IU of Vitamin A = 0,6 µg of -Carotene

2.4 Product Concepts


Identifikasi dan seleksi dari solusi konsep yang ada adalah nilai akhir dari
pengembangan suatu produk baru, terutama ketika terdapat alternatif terhadap
produk yang sama tetapi memiliki beberapa kekurangan. Tim pengembangan
bertanggung jawab atas munculnya formulasi yang terbarukan. Pemilihan konsep
yang terbaik dapat diseleksi menggunakan pugh matrix. Pada proses pugh matrix,
kita dapat menyeleksi dan menyaring konsep yang ada agar sesuai dengan tujuan
akhir dari pengembangan produk.

Tabel 3.4 Pugh Matrix Seleksi Konsep


Formula A
Technical Reference Formula B Formula C
Target Ohtaka,
Requirements Formula Heckert et al. Cox
Sudo
Protected
Vit A level in liver
active 0 + +
higher than 30 IU
ingredients
Less than 10% loss
Low - U.S. Patent
of -Carotene
Carotene loss 3,655,406
stored at room + + +
at storage Heinrich
temperatures over
temperatures
6-month period
Easy to
Uniform 0 0 +
disperse

2.5 Superior Product Concept


Pada tahap konsep SGPDP, pemilihan konsep produk unggulan didasarkan
teutama pada NUD. Dari Tabel 3.4, penilaian dilakukan terhadap 3 konsep
formula yang diajukan oleh Ohtaka (Formula A), Heckert et al (Formula B), dan
Cox (Formula C). Penilaian terhadap konsep dilakukan berdasarkan penilaian
kualitatif yang terdiri dari inferior (-), superior (+) dan sama atau equal (0). Dari
penseleksian menggunakan pugh matrix, diperoleh konsep Cox (Formula C)
memiliki nilai yang sangat baik terhadap target yang diinginkan oleh tim
pengembangan produk. Hal ini menyebabkan formula C dipilih sebagai formula
yang akan digunakan dalam tahapan pengembangan produk.
2.6 Competitive (Patent) Analysis
2.7 Other Important Considerations

2.8 Business Case-Profitability Analysis


DAFTAR PUSTAKA

LAUENBERGER, B.H., “Conceptual Design of Carotenoid Product Forms,”


Chapter 11 in B. ULRICH, W. MEIER, and G. WAGNER, Eds., Product
Design and Engineering, Vol. 2, Wiley, 2007.

PUGH, S., Creating Innovative Products Using Total Design, Addison-Wesley-


Longman, 1996.

U.S. Patent 3,655,406, HEINRICH, K.R., Carotenoid Compositions (1972).

U.S. Patent 5,153,012, OHTAKA, H., and R. SUDO, Process for preparing
Beverages Containing Beta-Carotene (1992).

U.S. Patent 5,516,535, HECKERT, D.C., H. MEHANSHO, G.R. HUDEPOHL,


and S. CROSBY, Beverage Compositions Having Enhanced Beta-Carotene
Bioavailibility (1996).

U.S. Patent 6,007,856, Cox, D.J., D.R. KEARNEY, S.T. KIRKSEY, and M.J.
TAYLOR, Oil-in-Water Dispersions of Beta-Carotene and Other
Carotenoids Stable Against Oxidation Prepared From Water-Dispersible
Beadlets Having High Concentrations of Carotenoid (1999).

Anda mungkin juga menyukai