PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
CH CH
CH CH + HgCl2
Hg
Cl Cl Cl H
C=C HgCl2 + CH2=CHCl
H HgCl
3) Treatment effluent
Gas-gas yang meninggalkan zona reaksi diserap oleh soda kaustik
dan air untuk mengeleminasi kelebihan asam hidroksida. Kemudian
dikompres hingga 0,7 x 106 Pa abs dan didinginkan. Kebanyakan gas
mengembun pada tahap ini. Sisa air dipisahkan, dengan pengendapan.
Gas-gas yang terlarut dalam fraksi organik dibebaskan dengan stripping
pada temperatur sedang, untuk menghindari dekomposisi dari vinil
klorida.gas tersebut dimurnikan dengan destilasi pada temperatur rendah
yaitu antara 0,4 dan 0,5 x 106 Pa abs. Asetilen yang tidak bereaksi,yang
berupa bulk dalam gas recovery dimurnikan degan adsorpsi dan stripping,
kemudian di recycle ke reaktor, keseluruhan operasi berlangsung dengan
adanya inhibitor berpolimerimerisasi.
Gambar 2.1 Pembuatan Vinil Klorida Dengan Penambahan Asam Hidroklorida
Pada Asetilen
2.2.2 Produksi Vinil Korida Dengan Klorinasi dari Etilen dan Cracking
dari Etilen Diklorida yang Terbentuk.
Etilen sudah lama muncul sebagai bahan baku yang lebih murah dari pada
asetilen. Etilen diklorida diperoleh sebagai produk intermediet pada pembuatan
vinil klorida dan pada kasus klorinasi propilen, etilen diklorida diperoleh dari
reaksi eksotermis berikut :
Proses transformasi dapat berlangsung dalam fase cair atau fase gas. Pada
pemilihan katalis umumnya dipilih katalis yang berbasis metal klorida, seperti feri
klorida yang merupakan katalis ideal untuk fase liquid dan disupport dengan
kalsium klorida, atau rangkaian lead, untuk proses dalam fase uap.
A. Pembuatan Secara Industri
Dalam skema produksi pada sebagian besar unit, gas-gas yang
mengandung banyak klorin dan etilen dimasukkan ke dalam satu set reaktor yang
ditempatkan paralel, melewati sebuah medium yang mengandung feri klorida
dalam larutan etilen klorida. Penghilagan panas yang dihasilkan reaksi,
sebagaimana control temperatur bersama dengan disperse reaktan dalam bentuk
gas dicapai dengan sirkulasi gaya luar pada fraksi medium tersebut dan
dilewatkan melewati penukar panas.
Jika konversi berlangsung pada suhu sekitar 50 – 60oC (Gambar 2.2a), unit
beroperasi dengan sedikit kelebihan etilen (sekitar %molar persen). Produk
diambil dalam sebuah fase tercampur dan dikirim ke sebuah gas/liquid
separator yang beroperasi dalam sebuah gas inert (nitrogen) untuk
membatasi bahaya ledakan. Komposisi dari gas-gas recover diatur dengan
menambahkan etilen dan campuran dikirim ke finishing reactor, yang
produknya digunakan untuk diumpankan set reaktor mula-mula dengan
reaksi medium dan untuk menyiapkan larutan feri klorida. Berbagai
macam residu gas-gas yang diperoleh dibakar, pada saat etilen klorida
dimurnikan sampai 99,8%berat. Hal ini pertama dicapai dengan
menambahkan air yang dirancang untuk memfasilitasi proses separasi feri
klorida. Fase yang sangat encer didapat dengan pengendapan, yang dapat
dimurnikan dari sejumlah kecil etilen diklorida yang terdapat dalam
larutan tersebut dengan stripping dan recycling bersama dengan lapisan
bawah zat organik yang kaya akan etilen klorida. Fase ini dinetralkan
dengan ammonia dan dikeringkan dengan destilasi heteroazeotropic (15
tray), etilen diklorida di recover pada bagian atas setelah pengendapan
dilakukan misalnya menggunakan refluks, kemudian dilakukan separasi
heavy end (15 tray). Produk berat yang mengandung trikloroetana,
perkloroetana, kloro etilen, dan etilen klorida dapat dipisahkan dan
mungkin dimanfaatkan sebagi larutan dengan destilasi vakum (7 kPa
abs,20 tray).
Jika konversi berlansung pada suhu sekitar 85 - 90oC (Gambar 2.2b),
dengan kata lain pada temperatur mendekati boiling point dari etilen
diklorida, produk diambil dari reaksi medium dalam fase uap. Prosedur ini
menawarkan keuntungan karena dapat menghindari entrainment dari
katalis, mengizinkan penghilangan panas yang dihasilkan reaksi dengan
vaporisasi parsial, dan sederhana dalam skema instalasi. Bagaimanapun
terdapat sedikit kekurangan dengan yield yang rendah dari etilen diklorida
grade tinggi, dimana (5%berat) harus di purge pada waktu yang sama
dengan sistem katalis. Pada kasus ini, reaktor diatapi dengan kolom
packed refluks untuk mempertahankan fasa liquid yang penting, kemudian
secara simultan dipisahkan dan di recycle produk berat yang ada dalam
purge dimana aliran yang diambil (75 - 80% berat). Destilat yang
mengandung residu gas-gas dibakar dan yang tersisa berupa etilen
diklorida mentah distabilkan dengan destilasi, fraksi gas di recover dan
bagian atas ditambahkan pada light end.
Reaksi ini berlangsung pada tekanan atmosferik diatas 3000C, tetapi laju
reaksi menjadi signifikan antara suhu 400 dan 5500C. Secara keseluruhan, proses
industri beroperasi pada suhu antara 500 dan 5500C pada tekanan antara 2,5 dan
3,0 x 106 Pa abs tanpa katalis, dengan kemungkinan yang lebih tinggi setelah
melewati kompatibel konversi dengan deposit karbon yang masih dapat diterima
dalam tabung. Dengan kata lain, sekitar 50 sampai 60% pada kondisi ini
selektivitas molar memiliki kelebihan 95% dan kemungkinan mencapai 99%.
Sistem katalis yang tersedia (arang aktif, metal klorida) berguna untuk membantu
proses konversi pada temperatur rendah.
2.2.3 Produksi Gabungan Vinil Klorida dari Asetilen dan Etilen (Proses
Balanced)
Untuk menghindari produk samping berupa asam hidroklorida yang ada
dalam proses, dengan memulai dengan etilen sendiri, atau dihasilkan dari cracking
etilen diklorida,satu metode terdiri dari mengkombinasi nya dengan hidroklorinasi
asetilen. Kondisi ini bergantung pada reaktan yang tersedia, tiga tipe situasi yang
dapat dipertanggungjawabkan, ditunjukkan pada skema di bawah ini :
Ketersediaan dari jumlah equimolar etilen dan asetilen
Etilen
etilen klorinasi cracking
diklorida
asetilen hidroklorinasi
2. Klorinasi etilen
ketersediaan dari gas yang mengandung asetilen dan etilen dalam jumlah
equimolar
Etilen
diklorida
HCl
A. Proses Kureha
Pada versi original, proses ini beroperasi dengan napta yang di crack
dengan diinjeksikan ke dalam medium panas yang dicapai dengan pembakaran
napta yang sama dengan oksigen dan steam. Teknologi terbaru yang
dikembangkan didapat dengan kerjasama dengan union carbide dan chiyoda, yang
didesain untuk mengubah minyak mentah dalam reaktor yang dapat langsung
beroperasi menghasilkan produk istimewa dari etilen atau menghasilkan sebuah
campuran asetilen/etilen dalam rasio molar mendekati 1. Hal tersebut
memungkinkan untuk dimanfaatkan untuk memproduksi monomer vinil klorida
dalam proses Gambar 2.4 :
1) Cracking minyak mentah dengan superheated steam sampai 20000C
2) Treatment fraksi gas
3) Hidroklorinasi campuran asetilen/etilen dengan katalis merkuri klorida
pada support arang aktif, pada suhu 120 sampai 1700C.
4) Penambahan klorin pada residu etilen yang terkandung dalam
menghasilkan effluent dari absorpsi vinil klorida, dengan melewatkan
larutan feri klorida dalam etilen diklorida pada suhu antara 50 dan
700C dan tekanan antara 0,4 dan 0,5 x 106 Pa abs.
5) Cracking etilen diklorida yang telah mengalami pemanasan awal pada
suhu antara 450 dan 5500C dan tekanan 1,5 x 106 Pa abs yang diikuti
dengan quenching.
6) Pemurnian vinil klorida
7) Treatment gas-gas residu
Gambar 2.4 Pembuatan Vinil Klorida dari Minyak Mentah (Kureha Process)
2.2.4 Produksi Vinil Klorida dengan Oksiklorinasi
A. Kondisi Umum Konversi
Reaksi utama adalah sebagai berikut :
120000000
100000000 y = 3E+06x + 1E+08
80000000
60000000
40000000
20000000
0
0 1 2 3 4 5 6
Tahun
Berdasarkan grafik impor VCM menunjukkan bahwa kebutuhan VCM dari luar
negeri setiap tahun selalu mengalami perubahan.
70000000
60000000
50000000
Berat (Ton)
40000000
30000000
20000000
10000000
0
0 1 2 3 4 5 6
Tahun