135070209111009
Trauma kepala adalah istilah yang sangat luas, dimana kondisinya tergantung dari
area kepala yang mengalami injuri. Cedera kepala meliputi trauma kulit kepala,
tengkorak, dan otak (Smeltzer, 2010). Cedera kepala merupakan penyebab kematian
dan morbiditas pada anak-anak, akibat adanya faktor resiko yang signifikan terjadi
yang ditimbulkan akibat cedera kepala pada anak dapat berdamapak serius sepanjang
hidup nya sehingga mengganggu fungsi fisik, psikologis dan kognitif (Susan Scott
Ricci, 2009).
2. Etiologi
kendaraan bermotor, kecelakaan sepeda dan pejalan kaki, tempat rekreasi serta
kekerasan pada anak-anak.(Adams et al., 2010; Baren, Brennan, Brown, & Rothrock,
3. Pathofisiologi
Banyak faktor yang meningkatkan kerentanan anak terjadi trauma kepala dibandingkan
orang dewasa, kepala lebih besar dibandingkan ukuran tubuh, anak anak juga rentan
mengalami trauma kepala akibat faktor aktifitas psikososial tingginya aktifitas fisik,
tidak bias diam, perkembangan motorik yang belum lengkap, dan kurang nya
orang lain untuk merawat mereka menjadikan mereka sangat rentan terhadap
terjadinya trauma, anak-anak kurang dari 3 tahun memiliki aktifitas tulang belakang
yang aktif terutama di bagian leher diantara otot leher yang belum mature. Resiko
akselerasi deselerasi injuri. Goncangan Akselerasi tiba-tiba dari kepala pada anak
menjadi memar, perdarahan otak, pecahnya pembuluh darah arteri otak, tulang kepala
anak-anak yang masih lunak dapat meningkatkan resiko terjadi fraktur skull, dan
trauma penetrasi
Adalah kelainan patologi otak yang timbul segera akibat langsung dari trauma. Pada
b. hematoma epidural
c. hematoma subdural
d. hematoma intraserebral
e. over hidrasi
f. Sepsis/septik syok
g. Anemia
h. Shock
Proses fisiologis yang abnormal ini lebih memperberat kerusakan cidera otak dan
Gangguan autoregulasi
Asam laktat
Difusi O2 terhambat
4. Manifestasi klinis
Gejala yang muncul pada cedera kepala tergantung pada jumlah dan distribusi
Sering terjadi pada anak-anak kurang dari 2 tahun, Karen atulag tengkorak
yang belum matur. perdarahan hidung, telinga, dan bawah konjungtiva, area
ekimosis memar mungkn di atas mastoid( battle sign), adanya fraktur dasar
tengkorak dapat ditandai adanya kebocoran cairan serebro spinal dari telinga
dan hidung. Kebocoran cairan otak ini dapat menyebankan komplikasi yang
serius seperti meningitis jika ada bakteri yang masuk ke isi cranial melalui
b. Konkusi otak
Paling sering terjadi pada kondisi trauma kepala. Basanya akibat benturan
c. Memar otak
Akibat dari benturan kepala yang keras saat terja di kecelakaan, gejala yang
diantara tulang tengkorak dan duramater, perdarahan ini sulit berhenti dengan
sendirinya oleh karena itu kondisi ini sangat berbahaya. Dapat terjadi dalam
beberapa jam sampai 1 – 2 hari. Lokasi yang paling sering yaitu dilobus
duramater dan jaringan otak,. Terjadi Periode akut terjadi dalam 48 jam – 2
hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2 minggu atau beberapa
bulan.
Tanda dan gejala: Nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri, berfikir
a. penurunan kesadaran
b. deficit neurologi,
d. Kejang-kejang
f. Gangguan penglihatan
g. Gangguan sensorik
5. Pemeriksaan diagnostik
c. CT –scan kepala cara ini untuk mendeteksi gambaran luas sifat lokasi dan
otak.
d. MRI
e. Angiografi serebral di gunakan untuk menggambarkan adanya hematom
6. Tata laksana
Secara umum tata laksana pada cedera kepala adalah sebagai berikut:
a. Konservatif
mencegah terjadi kejang, dan perawatan injuri lain yang berkaitan dengan
trauma.
b. Bedrest total
c. Pemberian obat-obatan
observasi yang ketat. Namun jika pada compound skull fraktur maka
drainage (Taps) pada anak- anak yang usianya lebih tua. Monitoring ketat
besarnya klot yang terbentuk serta area otak yang mengalami perdarahan.
7.1. Pengkajian
Kaji dengan detil riwayat trauma seperti kondisi mental sesaat setelah terjadi trauma,
adakah pingsan atau kehilangan kesadaran, rewel, lethargi, perilaku yang tidak wajar,
Pemeriksaan awal berfokus pada ABCs ( airway, breathing, dan sirkulasi) merupakan
bagian dari manajemen gawat darurat. Semua anak yang mengalami cedera kepala
yaitu penurunan kesadaran, respon pupil, dan kondisi kejang. Pupil fixed dilatasi
atau fixed konstriksi atau tidak berespon terhadap cahaya adalah kondisi yang
7.2.1. Breathing
Kompresi pada batang otak akan mengakibatkan gangguan irama jantung, sehingga
terjadi perubahan pada pola napas, kedalaman, frekuensi maupun iramanya, bisa
berupa Cheyne Stokes atau Ataxia breathing. Napas berbunyi, stridor, ronkhi,
7.2.2. Blood:
Efek peningkatan tekanan intrakranial terhadap tekanan darah bervariasi. Tekanan
jantung yang akan mengakibatkan denyut nadi menjadi lambat, merupakan tanda
7.2.3. Brain
Bila perdarahan hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada
Gangguan nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi,
7.2.4. Bladder
Pada cidera kepala sering terjadi gangguan berupa retensi, inkontinensia uri,
7.2.5. Bowel
Terjadi penurunan fungsi pencernaan: bising usus lemah, mual, muntah (mungkin
7.2.6. Bone
Pasien cidera kepala sering datang dalam keadaan parese, paraplegi. Pada kondisi
yang lama dapat terjadi kontraktur karena imobilisasi dan dapat pula terjadi
rusak atau putusnya hubungan antara pusat saraf di otak dengan refleks pada spinal
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN:
8.3. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif.
Penurunan kerja silia, stasis cairan tubuh. Kekurangan nutrisi. Respon inflamasi
CSS).
8.5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi dan krisis situasional.
8.6. Defisit perawatan diri mandi, makan, berpakaian, eliminasi berhubungan dengan
Moorhouse, 2013)
Adams, J. G., Barsan, W. G., Biros, M. H., Danzl, D. F., Gausche-Hill, M., Ling, L. J.
(2010). Rosen’s emergency medicine Vol. 1. J. A. Marx, R. S. Hockberger, & R. M.
Walls (Eds.), concepts and clinical practice (pp. 2731).
Baren, J. M., Brennan, J. A., Brown, L., & Rothrock, S. G. (Eds.). (2008). Pediatric
emergency medicine. Philadelphia USA: Saunders, an imprint of Elsevier.
Doenges, M. E., Frances, M., & Moorhouse, A. C. M. (2013). Nursing diagnosis manual :
planning, individualizing, and documenting client care E. Hart (Ed.)