PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny. J. M
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kel Taas Link II Kelurahan Taas
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Minahasa /Indonesia
MRS : 18 september 2017
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir disertai nyeri perut bagian bawah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien merupakan rujukan dari RS Advent dengan diagnosis Mola hidatidosa.
Keluar darah sedikit-sedikit dari jalan lahir sejak 3 hari SMRS,
Demam (-)
Mual dan muntah (+) 4 hari SMRS
Perut membesar sejak 1 bulan SMRS
Nyeri perut (+) 3 hari SMRS
Buang air kecil dan buang air besar biasa
Riwayat trauma (-)
Keputihan (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, hati, kencing manis, darah tinggi
disangkal.
Tidak ada
Riwayat Haid
o Siklus teratur
o Menikah
Tidak ada
Riwayat ANC
Tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens
Berat badan : 57 kg
Kepala : Normocephali
Tenggorokan : T1/T1
Jantung : Suara jantung I-II normal, gallop (-), murmur (-), bising(-)
Pemeriksaan Obstetrik
Kontraksi : -
Pemeriksaan lain:
HCG : (+)
USG : VU terisi cukup, uterus antefleksi ukuran 17,8 cm x 8,33
x10,1 cm. Tampak gambaran vesikuler pada cavum uteri.
Kesan Mola hidatidosa
RESUME MASUK
RSUP Prof.Dr. Kandou. Keluhan utama pasien yakni nyeri perut bagian bawah
sejak 2 minggu lalu. 3 hari sebelum masuk Rs keluhan nyeri perut semakin
hebat disertai keluarnya perdarahan dari jalan lahir, riwayat mual muntah (+) 4
asimetris pada inspeksi, dan pada palpasi teraba massa setinggi 2 jari dibawah
cavum uteri.
DIAGNOSIS
Sikap:
- Konseling KB : kondom
- Cek lab, EKG, crossmatch
- Foto thorax
- Cek bhcg, fungsi tiroid, FT3, T4, TSH
FOLLOW UP
20 September 2017
S : Nyeri perut UAS
07.00 O : KU cukup, kesadaran CM
TD : 120/70 RR : 22x/mnt
N : 82x/mnt S : 36.6OC
Mata : conjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-
Abdomen : Teraba massa padat 2 jari dibawah pusat. His (-)
BJJ(-)
A : G1P0A0 27 tahun hamil 13-14 minggu dengan suspect mola
hidatinosa
P : Evakuasi jaringan mola
cek T3, T4, TSH, BHCG
IVFD nacl 0,9%
paracetamol 500mg
22 September 2017
S : Perut membesar(+),nyeri perut (-),pendarahan pervaginam (-)
06.00 O : KU cukup, kesadaran CM
TD : 110/70 RR : 20x/mnt
N : 95x/mnt S : 35.8OC
A : G1P0A0 27 tahun dengan mola hidatinosa
P : - Rencana evakuasi jaringan mola dengan kuret hisap
Menunggu jadwal op > hari selasa 26/9/2017 ( kuretase hisap )
sedia kanul besar suction
- Menunggu ekspensi foto thorax
- Kaltrofen 100 mg
- IUVD RL 20lp
- Cek hari ini fungsi tiroid , BHCG
- Crosssmatch untuk persiapan kuretase hisap
Laporan Operasi
PEMBAHASAN
Pada kasus ini diperoleh, seorang wanita berinisial TL G1P0A0 umur 27 tahun,
masuk rumah sakit dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir dan nyeri perut bawah.
Beberapa permasalahan yang akan didiskusikan pada kasus ini, antara lain diagnosis,
penanganan, komplikasi, dan prognosis.
A. Diagnosis
Pada penderita ini diagnosis Mola hidatidosa ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan ginekologi dan pemeriksaan
penunjang.
Pada kasus ini didapatkan seorang wanita G1P0A0 umur 27 tahun masuk
rumah sakit dengan keluhan keluar darah sedikit-sedikit dari jalan lahir, dan
nyeri perut bagian bawah yang dirasakan semakin hebat 3 hari sebelum masuk
Rumah Sakit.. Mola hidatidosa merupakan salah satu penyebab perdarahan
pervaginam selama pada masa-masa awal kehamilan yang terjadi pada 0,1%
wanita hamil. Perdarahan dapat terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh,
tetapi rata-rata terjadi pada trimester pertama. Sifat perdarahannya bisa
intermiten, sedikit-sedikit, atau langsung banyak.4-8 Hal ini sesuai dengan sifat
sel trofoblas yang mengadakan invasi kedalam pembuluh darah sehingga dapat
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah tersebut.5
Pada pasien ini terdapat riwayat terlambat haid. Menurut kepustakaan,
amenorea termasuk dalam gejala suatu Mola hidatidosa. Penderita juga
mengeluhkan selalu merasa mual dan muntah, hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa pada dasarnya Mola hidatidosa
merupakan suatu kehamilan, walaupun bentuknya patologis. Oleh karena itu,
pada bulan-bulan pertama, tanda-tandanya tidak berbeda dengan kehamilan
biasa, yaitu dimulai dengan amenorea, mual dan muntah. 4-10
Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat dengan
sifat perdarahan bisa intermiten selama beberapa minggu sampai bulan
sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Bila dijumpai keadaan
tersebut, dapat ditemukan kelainan berupa konjungtiva tampak anemis pada
pemeriksaan fisik.4,8,9 Pada pasien ini ditemukan konjungtiva anemis (-) dan
pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 13 gr/dL. Hal ini terjadi karena
perdarahan pada ibu ini terjadi sedikit-sedikit.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan fisik dan didapatkan uterus yang
membesar tidak sesuai usia kehamilan. Berdasarkan HPHT (6-6-2017)
kehamilan terhitung 13-14 minggu tetapi besar uterus setinggi 2 jari di bawah
pusat, sesuai dengan usia kehamilan 18-20 minggu. Pada palpasi tidak teraba
bagian-bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin. Pada auskultasi tidak
terdengar bunyi jantung janin. Berdasarkan kepustakaan, pada Mola hidatidosa
vili korialis mengalami degenerasi hidropik, berkembang dengan cepat mengisi
seluruh kavum uteri, akibatnya uterus ikut membesar dengan cepat, sehingga
ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan atau lamanya amenorea, selain
itu pada pemeriksaan fisik abdomen bagian-bagian janin, balotemen, dan
gerakan janin tidak teraba. Pada auskultasi bunyi jantung janin tidak terdengar.
Ini merupakan tanda-tanda klinis dari Mola hidatidosa.9,10
Pemeriksaan penunjang yang seharusnya dilakukan yaitu pemeriksaan
laboratorium dan radiologi. Dalam hal ini pemeriksaan laboratorium
menyangkut darah lengkap, fungsi organ, dan kadar hCG serum. Sejak
implantasi terjadi, hCG (human chorionic gonadotropin) merupakan hormon
peptida yang dihasilkan oleh sel sinsitiotrofoblas. Pada awal kehamilan,
konsentrasi hCG dalam serum meningkat pesat seiring dengan peningkatan
ukuran trofoblastik. Sedangkan, untuk radiologis USG masih menjadi salah
satu pilihan yang cukup baik untuk membantu ditegakannya diagnosis Mola
hidatidosa. Pada USG bisa didapatkan adanya kesan suatu Mola hidatidosa
dimana dapat terlihat berupa gambaran khas yaitu menyerupai badai salju atau
sarang tawon.4 Namun saat ini dengan kemajuan teknologi, hasil USG
memberikan gambaran vesicular pattern sound. Bila gelembung mola
mempunyai diameter yang lebih besar, gambarannya tampak seperti rangkaian
buah anggur (grape de raisins).3
Pada kasus ini, dari USG didapatkan kesan adanya suatu Mola
hidatidosa dimana dapat terlihat berupa gambaran khas vesikuler di cavum
uteri.
Dari pemeriksaan patologi anatomi, di dapatkan :
Makroskopik : Potongan-potongan jaringan kecil tidak teratur, kira-kira 10 cc,
putih, cokelat, Gelembung Mola (+)
Mikroskopik : Terdiri-dari vili-vili korialis yang mengalami degenerasi
hidropik, sel-sel trofoblas, dan bekuan darah.
Dari pemeriksaan PA jelas bahwa pasien ini mengalami Hamil Anggur, atau
Mola Hidatinosa, sebab dari sediaaan makroskopik, terlihat jelas adanya
gelembung mola. Dan secara mikroskopik menunjukkan adanya ketidak
sempurnaan dari perkembangan vili korialis yang menunjukkan berbagai ukuran
trofoblas yang tidak normal.
Klasifikasi PTG
Stadium Deskripsi
Stadium I Penyakit trofoblas Gestasional non
metastatic
Stadium II Penyakit trofoblas gestasional
metastastik
- Prognosis baik
Kadar hCG urin < 100.000
IU/24jam atau kadar hCG
serum < 40.000 IU/1
Gejala timbul selama < 4
bulan
Tidak terdapat metastasis
ke otak dan hepar
Kehamilan sebelumnya
bukan kehamilan aterm (
misalnya mola, ektopik,
atau abortus spontan)
- Prognosis Jelek
Kadar hCG urin > 100.000
IU/24 jam atau kadar hCG
serum > 40.000 IU/l
Gejala timbul selama > 4
bulan
Terdapat metastasis ke
otak atau hepar
Pernah mengalami
kegagalan kemoterapi
sebelumnya
Kehamilan sebelumnya
adalah kehamilan aterm
B. Penanganan
Mola hidatidosa termasuk dalam kelompok Penyakit Trofoblast
Gestasional yang memiliki kemungkinan paling kecil untuk mengancam jiwa,
namun pengawasan setelah penanganan menjadi amat penting mengingat
kemungkinannya untuk berkembang menjadi tumor trofoblas gestasional
(TTG). Penanganan utama dari Mola hidatidosa yaitu evakuasi jaringan yang
diikuti dengan pemantauan kadar β-hCG. Secara umum, penanganan pada
Mola hidatidosa terdiri dari empat tahap, yaitu:11,12
3. Pemberian sitostatika
Pemberian sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan
dengan metastase serta mengurangi koriokarsinoma di uterus sebanyak 3
kali. Savage dan Seckl menampilkan panduan untuk menyeleksi pasien-
pasien yang beresiko menjadi ganas dan sebaiknya mendapat kemoterapi
antara lain :14
a. Peningkatan kadar β-hCG 6 bulan setelah evakuasi
b. Tidak terdapat penurunan kadar β-hCG dalam tiga kali pemeriksaan
berturut-turut
c. Kadar β-hCG > 20.000 IU/L setelah 4 minggu pasca evakuasi
d. Peningkatan β-hCG dalam dua kali pemeriksaan berturut-turut
e. Terdapat metastasis ke paru-paru, vulva atau vagina
f. Perdarahan pervaginam atau perdarahan intraperitoneal atau saluran
cerna
g. Gambaran koriokarsinoma pada pemeriksaan histopatologi
h. Metastase ke otak, hati, saluran cerna atau paru-paru > 2 cm pada
gambaran foto thoraks
Gambar 4. Kurva regresi β-hCG normal dan abnormal pascaevakuasi Mola hidatidosa
komplit9
D. Prognosis
Setelah dilakukan evakuasi jaringan mola secara lengkap, sebagian
besar penderita Mola hidatidosa akan sehat kembali, kecuali 15-20% yang
mungkin akan mengalami keganasan (Tumor Trofoblas Gestasional). Resiko
untuk terjadinya kehamilan mola berulang sekitar 1% dan kehamilan mola yang
ketiga sekitar 33%. pasien harus patuh melakukan follow-up sekurang-
kurangnya 1 tahun, prognosis pada penderita ini adalah dubia. Kunci
keberhasilan penanganan Mola hidatidosa adalah diagnosis dini dan follow up
yang ketat. 1
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Seorang pasien G2P1A0 27 tahun datang dengan keluhan perdarahan dari jalan
lahir, dan nyeri perut bagian bawah yang semakin hebat 3 hari sebelum masuk
Rumah Sakit. Pada pemeriksaan fisik uterus membesar tidak sesuai usia
kehamilan dan tidak ditemukan tanda-tanda pasti kehamilan. Dari USG
didapatkan kesan Mola hidatidosa, yaitu gambaran vesikuler di cavum uteri.
Pada pemeriksaan fungsi tiroid ditemukan adanya abnormalitas kadar FT4,
FT3. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang dilakukan, pasien didiagnosa G2P1A0 27 tahun dengan Mola hidatidosa,
dan telah dilakukan penatalaksanaan yang tepat yaitu suction kuretase dengan
rencana follow up 1 tahun. Prognosis pasien ini, dubia.
B. Saran
Apabila ditemukan tanda-tanda mola yang beresiko ganas, dapat
dipertimbangkan pemberian sitostatika.
Dianjurkan pada penderita untuk tetap melakukan kontrol sampai selama 1
tahun untuk menghindari kemungkinan keganasan dan seharusnya jangan
dulu hamil selama dalam masa pengawasan.
Periksa sedini mungkin kehamilan anda.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cuninngham. F. G. dkk. 2006. “Mola hidatidosa” Penyakit Trofoblastik
Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Jakarta. Hal 930-8.
2. Syafii, Aprianti S, Hardjoeno. Kadar -hCG penderita Mola hidatidosa sebelum dan
sesudah kuretase. Ind J of Clinic Path and Med Lab; 1(1). 2006: h. 1-3.
3. Pangkahila Erwin, Pandelaki Karel. Hipertiroid pada kehamilan Mola hidatidosa. Jurnal
Biomedik; vol.1(2). 2009: h.124-130.
4. Savage P, Seckl M. Trophoblast Disease. Edmonds DK, Editor. Dalam :
Dewhurst’s Textbook of Obstetric & Gynaecology. Massachusetts : Blackwell
Publishing, 2007; 117-21.
5. Manuaba IBG. Keganasan pada alat genitalia wanita. Dalam : Setiawan. Ed. Ilmu
kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana. Jakarta : EGC, 1998 ;
419-24
6. Hanifa W, Abdul Bari S, Trijatmo R. Ilmu kandungan. Edisi keenam. 2008: h.262.
7. Cuninngham. F.G. dkk. “Mola hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional
Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006.
Hal 938.
8. Mansjoer A, dkk. Mola hidatidosa. Dalam: Kapita selekta kedokteran. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta. 2001: h.265-7.
9. Vardhan CS, Bhattacharyya TK, Kochar SPS, Sodhi B. Bleeding in early
pregnancy. MJAFI. 2007; vol 63. h. 64-66.
10. Cunningham GF, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Wenstrom KD, Gilstrap L.
Williams Obstetric. Ed 22. McGrawHill USA. 2007.
11. Lurain JR. Gestational trophoblastic disease I: epidemiology, pathology, clinical
presentation and diagnosis of gestational trophoblastic disease, and management of
hydatidiform mole. Dalam : American Journal of Obstetrics & Gynecology Vol.
203, Issue 6. Pittsburgh : 2010; 531-539.
12. Damongilala S, Tendean H, Loho M. Profil Mola hidatidosa di BLU RSUP Prof.
DR. R. D. Kandou Manado. Dalam: Journal e-clinic (eCl) Vol. 3, No 2. Manado:
2015; 683-86.
13. Cavaliere A, Ermito S, Dinatale A, Pedata R. Management of Molar Pregnancy.
Dalam : Journal of Prenatal Medicine, 2009; 3(1) : 15-17. Diunduh dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3279094/.
14. Garavaglia E, Gentile C, Cavoretto P, Spagnolo D, et al. Ultrasound imaging after
evacuation as an adjunct to β-hCG monitoring in posthydatidiform molar
gestational trophoblastic neoplasia. Dalam : American Journal of Obstetrics &
Gynecology Vol. 200, Issue 4. Pittsburgh : 2009; 17.e1-417.e.5.
15. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Gestational Trophoblastic Disease. Dalam : Williams Obstetric 23rd edition. New
York : The McGraw-Hill Companies, 2010; 257-265.
16. Berkowitz RS, Goldstein DP. Presentation and Management of Molar Pregnancy.
Berek JS, Editor. Dalam : Berek & Novak’s Gynecology. Edisi ke 14. Philadelphia:
Lippincott Wiliams & Wilkins, 2007; 249-276.
17. Lurain J. Gestational trophoblastic disease I: epidemiology, pathology, clinical
presentation and diagnosis of gestational trophoblastic disease. AmJ Obstet
Gynecol. 2010. 531-9
18. Chu CS. Gestational Trophoblastic Disease. Ppfeifer SM, Editor. Dalam : NMS
Obstetrics and Gynecology. Edisi ke 6. Philadelphia : Lippincott Wiliams &
Wilkins, 2008; 197-200.