Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit trofoblas ialah penyakit yang mengenai sel-sel trofoblas


dimana terjadi suatu keabnormalan konsepsi plasenta yang disertai sedikit
atau bahkan tanpa perkembangan janin. Di dalam tubuh wanita sel trofoblas
hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar kehamilan sel-sel trofoblas
dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas
yang berasal dari kehamilan disebut sebagai Gestational Trophoblastic
Disease, sedangkan yang berasal dari teratoma disebut Non Gestational
Throphoblastic Disease.1
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika
Latin dibandingkan dengan negara-negera Barat, di negara-negara Barat
dilaporkan 1:2000 kehamilan. Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia
lebih tinggi sekitar 1: 120 kehamilan. 1Di Amerika Serikat dilaporkan insidensi
mola sebesar 1 pada 1000-1200 kehamilan. Mola hidatidosa terjadi pada 1-3
dalam setiap 1000 kehamilan. Sekitar 10% dari seluruh kasus akan cenderung
mengalami transformasi ke arah keganasan, yang disebut sebagai gestational
trophoblastic neoplasma.1
Di Asia, insiden molahidatinosa komplit tertinggi adalah di Indonesia
yaitu 1 dari 77 kehamilan dan 1 dari 57 persalinan.2 Faktor risiko
molahidatinosa adalah nutrisi, sosioekonomi (asupan karoten rendah, defisiensi
vitamin A), dan usia maternal.3
Molahidatinosa sendiri terdiri dari molahidatinosa komplit dan molahidatinosa
parsial, perbedaan antara keduanya adalah berdasarkan morfologi, gambaran
klinikopatologi, dan sitogenetik.4 Pada molahidatinosa komplit hasil kehamilan
tidak normal tanpa adanya embrio – janin, dengan pembengkakan hidropik vili
plasenta dan seringkali memiliki hiperplasia trofoblastik pada kedua lapisan.
Sedangkan pada molahidatinosa parsial, hasil kehamilan tidak normal dengan
adanya embrio – fetus yang cenderung mati pada kehamilan dini, dengan
pembentukan sisterna sentral pada plasenta akibat pembengkakan fokal vili
korialis, dan disertai hiperplasia trofoblastik fokal yang seringkali hanya
melibatkan sinsitiotrofoblas.5
terdapat pula jenis mola invasif, dimana jaringan mola melakukan
penetrasi jauh ke dalam miometrium, kadang-kadang melibatkan peritoneum,
para metrium disekitarnya, atau dinding vagina. Mola invasif memiliki
kecenderungan besar untuk metastase jauh yang merupakan ciri
koriokarsinoma, suatu tumor ganas yang terdiri dari lapisan-lapisan sel
sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas dengan perdarahan, nekrosis, dan invasi
pembuluh darah yang jelas. Metastasis seringkali terjadi pada tahap dini dan
hematogen karena afinitas sel-sel trofoblas terhadap pembulu darah.6
Derajat perubahan jaringan dan ada tidaknya elemen janin atau mudigah
digunakan untuk membagi kelainan ini sebagai komplit atau parsial. Janin
biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu
hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur.Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan mengeluarkan hormon
human chononic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar
daripada kehamilan biasa.6
BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Ny. J. M
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Kel Taas Link II Kelurahan Taas
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Minahasa /Indonesia
MRS : 18 september 2017

ANAMNESIS

Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir disertai nyeri perut bagian bawah
Riwayat Penyakit Sekarang:
 Pasien merupakan rujukan dari RS Advent dengan diagnosis Mola hidatidosa.
 Keluar darah sedikit-sedikit dari jalan lahir sejak 3 hari SMRS,
 Demam (-)
 Mual dan muntah (+) 4 hari SMRS
 Perut membesar sejak 1 bulan SMRS
 Nyeri perut (+) 3 hari SMRS
 Buang air kecil dan buang air besar biasa
 Riwayat trauma (-)
 Keputihan (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, hati, kencing manis, darah tinggi
disangkal.

Riwayat penyakit keluarga


Riwayat penyakit jantung, paru, ginjal, hati, kencing manis, darah tinggi
disangkal.

Riwayat pribadi dan sosial

Tidak ada

Riwayat Haid

o Menarche umur 14 tahun

o Siklus teratur

o Lamanya haid 3-4 hari

o Banyaknya haid 2-3 pembalut/hari

o Tanggal hari pertama haid terakhir 6 juni 2017

Riwayat Perkawinan dan Kehamilan Dahulu

o Menikah

o Riwayat abortus tidak ada

Riwayat Keluarga Berencana

Tidak ada
Riwayat ANC

Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK

Status Praesens

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 72 x/menit, regular, isi cukup

Pernapasan : 20 x/menit. regular

Suhu badan : 36,2 oC

Berat badan : 57 kg

Tinggi badan : 159 cm

Kepala : Normocephali

Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-)

Hidung : Sekret (-)


Gigi & Mulut : Semua gigi lengkap

Tenggorokan : T1/T1

Telinga : Serumen -/-

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax : Simetris, retraksi (-)

Jantung : Suara jantung I-II normal, gallop (-), murmur (-), bising(-)

Paru-paru : Suara pernapasan vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Gravida (+)

Genitalia eksterna : Perempuan normal, oedem (-), infeksi (-)

Ekstremitas : Edema (+) pada kedua ekstremitas bawah

Refleks : Refleks fisiologis (+), refleks patologis (-)

Pemeriksaan Obstetrik

Inspeksi : Perut tampak membuncit, asimetris

Palpasi : lemas, bagian-bagian janin (-), ballotement (-), TFU 2 jari


bawah pusat
His: -

Kontraksi : -

Auskultasi : BJJ (-)


Pemeriksaan Ginekologik

Inspeksi : fluksus (+), vulva tidak ada kelainan.


Inspekulo : fluksus (+), vulva / vagina tidak ada kelainan, livide (+),
portio licin, erosi (-), OUE tertutup.
Pemeriksaan dalam: fluksus (+), vulva/vagina tidak ada kelainan, portio licin,
nyeri goyang (-), erosi (-), OUE tertutup
Cut : 2 jari bawah pusat
A/P bilateral : lemas, nyeri (-), massa (-)
Cavum Douglasi : tidak menonjol
Rectal Toucher : TSA cekat, ampula kosong

Pemeriksaan lain:
HCG : (+)
USG : VU terisi cukup, uterus antefleksi ukuran 17,8 cm x 8,33
x10,1 cm. Tampak gambaran vesikuler pada cavum uteri.
Kesan Mola hidatidosa

Gambar 1. Gambaran USG pada mola hidatidosa


PEMERIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM (19 september 2017 jam 17.11 WITA)


Kimia klinik Hemostasis
PT

Ureum : 26 mg/Dl @Detik


Pasien : 12.0-16.0 detik
Creatinin : 0.6 mg/Dl kontrol : 11.0-15.0 detik

GDS : 76 mg/dL @INR


Pasien : 0.80-1.30 detik
Chlorida : 98.0 mEq/L kontrol : 1.00-1.50 detik

Kalium : 3.4 mEq/L APPT


Pasien : 27.0-39.0 detik
Natrium : 132 mEq/L kontrol : 25.0-33.0 detik

LABORATORIUM (19 september 2017 jam 17.11 WITA)


Darah Urinalisa
Makroskopis:
Warna : Kuning
Kekeruhan : keruh
Leukosit : 15420 /µL
Mikroskopis:
Eritrosit : 4.61 x 106/µL
Eritrosit : 8-10/LPB
Hemoglobin : 13.0 g/dL
Leukosit : 3-4/LPB
Hematokrit : 39.4 %
Epitel : 10-12/lpk
Trombosit : 301x103µL
Bakteri : Negatif
MCH : 28.3 pg
Jamur : Negatif
MCHC : 33.1 g/dL
Amoeba : Negatif
MCV : 85.5 fL
Kimia:
SGOT : 38 U/L
Berat Jenis : 1015
SGPT : 48 U/L
pH :7
Leukosit : 1+
Nitrit : negatif
Protein : 2+
Glukosa : negatif
Keton : 4+
Urobilinogen : 4+
Bilirubin : 1+
Darah/eritrosit : 5+

RESUME MASUK

Perempuan, 27 tahun rujukan dari RS Advent manado dengan diagnosis

G1P0A0 27 tahun hamil 13-14 minggu dengan Mola Hidatinosa, dirujuk ke

RSUP Prof.Dr. Kandou. Keluhan utama pasien yakni nyeri perut bagian bawah

sejak 2 minggu lalu. 3 hari sebelum masuk Rs keluhan nyeri perut semakin

hebat disertai keluarnya perdarahan dari jalan lahir, riwayat mual muntah (+) 4

hari sebelum masuk Rs. Pemeriksaan obstetrik didapatkan perut membesar

asimetris pada inspeksi, dan pada palpasi teraba massa setinggi 2 jari dibawah

pusat. BJJ tidak ditemukan denyut jantung janin.

Pemeriksaan USG pada pasien didapatkan tampak gambaran vesikel memenuhi

cavum uteri.
DIAGNOSIS

G1P0A0 27 tahun hamil 13-14 minggu dengan Mola Hidatinosa

Sikap:

- Evakuasi jaringan mola

- Konseling informed consent

- Konseling KB : kondom
- Cek lab, EKG, crossmatch
- Foto thorax
- Cek bhcg, fungsi tiroid, FT3, T4, TSH

FOLLOW UP

Ruangan IRDO : 18 september 2017

Ruangan IRINA D atas : 19 september 2017 – 22 september 2017


19 September 2017
S : Nyeri Perut (+)
16.30 O : KU cukup, kesadaran CM
TD : 120/70 R : 22x/mnt
N : 92x/mnt S : 36,6OC
Mata : conjungtiva anemis -/-
Abdomen : Teraba massa padat 2 jari dibawah pusat. His (-)
BJJ(-)
A : G1P0A0 27 tahun hamil 13-14 minggu dengan suspect mola
hidatinosa + elektrolit imbalance
P : Evakuasi jaringan mola
Cek bHCG, fungsi tiroid(FT3,T4,TSH)
x-foto thoraks
Konseling Informed consent
Cek lab, EKG, crossmatch
IVFD Nacl 0.9%

20 September 2017
S : Nyeri perut UAS
07.00 O : KU cukup, kesadaran CM
TD : 120/70 RR : 22x/mnt
N : 82x/mnt S : 36.6OC
Mata : conjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-
Abdomen : Teraba massa padat 2 jari dibawah pusat. His (-)
BJJ(-)
A : G1P0A0 27 tahun hamil 13-14 minggu dengan suspect mola
hidatinosa
P : Evakuasi jaringan mola
cek T3, T4, TSH, BHCG
IVFD nacl 0,9%
paracetamol 500mg

22 September 2017
S : Perut membesar(+),nyeri perut (-),pendarahan pervaginam (-)
06.00 O : KU cukup, kesadaran CM
TD : 110/70 RR : 20x/mnt
N : 95x/mnt S : 35.8OC
A : G1P0A0 27 tahun dengan mola hidatinosa
P : - Rencana evakuasi jaringan mola dengan kuret hisap
Menunggu jadwal op > hari selasa 26/9/2017 ( kuretase hisap )
sedia kanul besar suction
- Menunggu ekspensi foto thorax
- Kaltrofen 100 mg
- IUVD RL 20lp
- Cek hari ini fungsi tiroid , BHCG
- Crosssmatch untuk persiapan kuretase hisap

Hasil Pemeriksaan FT3, T4, TSH

22 September 2017 jam 11.25 WITA


Imunologi
TSH : 0.008 /µL
FT4 : 6.37 /µL
T3 : 5.96 nmol/L
T4 : 320.0 nmol/L
FT3 : 21.20 pmol/L
BHCG Kuantitatif : >10000

FOLLOW UP PEMERIKSAAN PENUNJANG (Setelah Suction Kuretase)

19 september 2017 jam 17.11 WITA 26 September 2017 13:48 WITA


Darah Darah

Leukosit : 15420 /µL Leukosit : 13220 /µL


Eritrosit : 4.61 x 106/µL Eritrosit : 4.53 x 106/µL
Hemoglobin : 13.0 g/dL Hemoglobin : 9.6 g/dL
Hematokrit : 39.4 % Hematokrit : 39.7 %
Trombosit : 301x103µL Trombosit : 304x103µL
MCH : 28.3 pg MCH : 28.1 pg
MCHC : 33.1 g/dL MCHC : 32.7 g/dL
MCV : 85.5 fL MCV : 82.5 fL
SGOT : 38 U/L SGOT : 37 U/L
SGPT : 48 U/L SGPT : 46 U/L

Laporan Operasi

1. Tanggal operasi : 26 september 2017


2. Jam operasi : 11.20 WITA
3. Lama operasi : 1 jam 5 menit
4. Jumlah perdarahan : 400 ml
5. Diagnosa Pra operasi : G1P0A0 27 tahun dengan Mola
Hidatinosa
6. Diagnosis post operasi : P0A0 27 tahun post kuretase hisap
7. Pengobatan : inj. Ceftriaxone 1 jam sebelum operasi
IVFD RL : metergin lamp > 20lp, injeksi ceftriaxone 2x1 gr, drips
metronidazole 2x500g, injeksi ketorolac 3x1 amp, kaltrofen ( bila nyeri),
8. Uraian pembedahan : pasien dibaringkan dalam posisi
litotomi dengan kaadaan spinal anastesi diawali dengan septic antiseptic
pada daerah abdomen, vulva, vagina dan sekitarnya. Faley kateter
dimasukkan untuk mencapai kandung kemih, speculum sims dipasang lalu
tenakulum menjepit porsio pada arah jam 11. Sonde dimasukkan untuk
mengetahui arah uterus, yaitu uterus antefleksi uu kurang lebih 14 cm.
kuretase hisap dilakukan, keluarlah jaringan mola kurang lebih 150cc,
jumlah perdarahan kira-kira 400ml. diambil untuk pemeriksaan patologi
anatomi. Selanjutnya dilakukan kuretase tajam, control perdarahan (-)
kuretase selesai.
BAB III

PEMBAHASAN

Pada kasus ini diperoleh, seorang wanita berinisial TL G1P0A0 umur 27 tahun,
masuk rumah sakit dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir dan nyeri perut bawah.
Beberapa permasalahan yang akan didiskusikan pada kasus ini, antara lain diagnosis,
penanganan, komplikasi, dan prognosis.

A. Diagnosis
Pada penderita ini diagnosis Mola hidatidosa ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan ginekologi dan pemeriksaan
penunjang.
Pada kasus ini didapatkan seorang wanita G1P0A0 umur 27 tahun masuk
rumah sakit dengan keluhan keluar darah sedikit-sedikit dari jalan lahir, dan
nyeri perut bagian bawah yang dirasakan semakin hebat 3 hari sebelum masuk
Rumah Sakit.. Mola hidatidosa merupakan salah satu penyebab perdarahan
pervaginam selama pada masa-masa awal kehamilan yang terjadi pada 0,1%
wanita hamil. Perdarahan dapat terjadi antara bulan pertama sampai ketujuh,
tetapi rata-rata terjadi pada trimester pertama. Sifat perdarahannya bisa
intermiten, sedikit-sedikit, atau langsung banyak.4-8 Hal ini sesuai dengan sifat
sel trofoblas yang mengadakan invasi kedalam pembuluh darah sehingga dapat
menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah tersebut.5
Pada pasien ini terdapat riwayat terlambat haid. Menurut kepustakaan,
amenorea termasuk dalam gejala suatu Mola hidatidosa. Penderita juga
mengeluhkan selalu merasa mual dan muntah, hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa pada dasarnya Mola hidatidosa
merupakan suatu kehamilan, walaupun bentuknya patologis. Oleh karena itu,
pada bulan-bulan pertama, tanda-tandanya tidak berbeda dengan kehamilan
biasa, yaitu dimulai dengan amenorea, mual dan muntah. 4-10
Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat dengan
sifat perdarahan bisa intermiten selama beberapa minggu sampai bulan
sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi. Bila dijumpai keadaan
tersebut, dapat ditemukan kelainan berupa konjungtiva tampak anemis pada
pemeriksaan fisik.4,8,9 Pada pasien ini ditemukan konjungtiva anemis (-) dan
pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 13 gr/dL. Hal ini terjadi karena
perdarahan pada ibu ini terjadi sedikit-sedikit.
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan fisik dan didapatkan uterus yang
membesar tidak sesuai usia kehamilan. Berdasarkan HPHT (6-6-2017)
kehamilan terhitung 13-14 minggu tetapi besar uterus setinggi 2 jari di bawah
pusat, sesuai dengan usia kehamilan 18-20 minggu. Pada palpasi tidak teraba
bagian-bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin. Pada auskultasi tidak
terdengar bunyi jantung janin. Berdasarkan kepustakaan, pada Mola hidatidosa
vili korialis mengalami degenerasi hidropik, berkembang dengan cepat mengisi
seluruh kavum uteri, akibatnya uterus ikut membesar dengan cepat, sehingga
ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan atau lamanya amenorea, selain
itu pada pemeriksaan fisik abdomen bagian-bagian janin, balotemen, dan
gerakan janin tidak teraba. Pada auskultasi bunyi jantung janin tidak terdengar.
Ini merupakan tanda-tanda klinis dari Mola hidatidosa.9,10
Pemeriksaan penunjang yang seharusnya dilakukan yaitu pemeriksaan
laboratorium dan radiologi. Dalam hal ini pemeriksaan laboratorium
menyangkut darah lengkap, fungsi organ, dan kadar hCG serum. Sejak
implantasi terjadi, hCG (human chorionic gonadotropin) merupakan hormon
peptida yang dihasilkan oleh sel sinsitiotrofoblas. Pada awal kehamilan,
konsentrasi hCG dalam serum meningkat pesat seiring dengan peningkatan
ukuran trofoblastik. Sedangkan, untuk radiologis USG masih menjadi salah
satu pilihan yang cukup baik untuk membantu ditegakannya diagnosis Mola
hidatidosa. Pada USG bisa didapatkan adanya kesan suatu Mola hidatidosa

dimana dapat terlihat berupa gambaran khas yaitu menyerupai badai salju atau
sarang tawon.4 Namun saat ini dengan kemajuan teknologi, hasil USG
memberikan gambaran vesicular pattern sound. Bila gelembung mola
mempunyai diameter yang lebih besar, gambarannya tampak seperti rangkaian
buah anggur (grape de raisins).3

Pada kasus ini, dari USG didapatkan kesan adanya suatu Mola
hidatidosa dimana dapat terlihat berupa gambaran khas vesikuler di cavum
uteri.
Dari pemeriksaan patologi anatomi, di dapatkan :
 Makroskopik : Potongan-potongan jaringan kecil tidak teratur, kira-kira 10 cc,
putih, cokelat, Gelembung Mola (+)
 Mikroskopik : Terdiri-dari vili-vili korialis yang mengalami degenerasi
hidropik, sel-sel trofoblas, dan bekuan darah.

Dari pemeriksaan PA jelas bahwa pasien ini mengalami Hamil Anggur, atau
Mola Hidatinosa, sebab dari sediaaan makroskopik, terlihat jelas adanya
gelembung mola. Dan secara mikroskopik menunjukkan adanya ketidak
sempurnaan dari perkembangan vili korialis yang menunjukkan berbagai ukuran
trofoblas yang tidak normal.
Klasifikasi PTG
Stadium Deskripsi
Stadium I Penyakit trofoblas Gestasional non
metastatic
Stadium II Penyakit trofoblas gestasional
metastastik
- Prognosis baik
 Kadar hCG urin < 100.000
IU/24jam atau kadar hCG
serum < 40.000 IU/1
 Gejala timbul selama < 4
bulan
 Tidak terdapat metastasis
ke otak dan hepar
 Kehamilan sebelumnya
bukan kehamilan aterm (
misalnya mola, ektopik,
atau abortus spontan)
- Prognosis Jelek
 Kadar hCG urin > 100.000
IU/24 jam atau kadar hCG
serum > 40.000 IU/l
 Gejala timbul selama > 4
bulan
 Terdapat metastasis ke
otak atau hepar
 Pernah mengalami
kegagalan kemoterapi
sebelumnya
 Kehamilan sebelumnya
adalah kehamilan aterm

Sesuai dengan klasifikasi PTG( Penyakit Trofoblas Gestasional ) pasien ini


masuk dalam stadium I, dimana tidak terdapat tanda-tanda metastasis ke organ-organ,
dan tidak adanya keluhan spesifik yang menunjukkan adanya penyebaran baik secara
hematogen maupun limfogen.

B. Penanganan
Mola hidatidosa termasuk dalam kelompok Penyakit Trofoblast
Gestasional yang memiliki kemungkinan paling kecil untuk mengancam jiwa,
namun pengawasan setelah penanganan menjadi amat penting mengingat
kemungkinannya untuk berkembang menjadi tumor trofoblas gestasional
(TTG). Penanganan utama dari Mola hidatidosa yaitu evakuasi jaringan yang
diikuti dengan pemantauan kadar β-hCG. Secara umum, penanganan pada
Mola hidatidosa terdiri dari empat tahap, yaitu:11,12

1. Perbaikan keadaan umum


Perbaikan keadaan umum pasa pasien Mola hidatidosa mencakup
koreksi dehidrasi, transfusi darah bila anemia (Hb ≤ 8 gr%), bila ada gejala
pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai dengan protokol
penanganannya. Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis segera dikonsulkan ke
bagian penyakit dalam. 12
Pada kasus ini, pasien masuk dalam keadaan umum yang cukup, dimana
tanda-tanda vital masih dalam batas normal dengan perdarahan sedikit-
sedikit). Sehingga pasien tidak dilakukan trasfusi, namun tetap dipersiapkan
darah bila tiba-tiba terjadi penurunan Hb.

2. Pengeluaran jaringan mola


Evakuasi jaringan mola dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu kuretase
dan histerektomi. Pada pasien ini dilakukan suction kuretase. Kuretase
adalah pembersihan sisa-sisa jaringan yang ada dalam rahim. Kuretase
merupakan pilihan utama mengingat ukuran uterus dan keinginan pasien
untuk mempertahankan fertilitas. Histerektomi totalis tetap dapat dipilih
biasanya pada kasus wanita berusia 40 tahun atau lebih dan tidak
menginginkan fungsi reproduksi lagi, karena frekuensi penyakit trofoblastik
ganas pada kelompok usia ini cukup besar, Tow (1996) melaporkan bahwa
37 persen dari wanita berusia lebih dari 40 tahun dengan MHK akan menjadi
tumor trofoblastik gestasional. Walaupun tidak menghilangkan tumor
trofoblastik, histerektomi cukup banyak mengurangi kemungkinan
kekambuhan penyakit.13
Umumnya penyakit trofoblas gestasional yang menjadi ganas ialah
mereka yang termasuk golongan resiko tinggi seperti :14
a. Umur diatas 35 tahun
b. Besar uterus diatas 20 minggu
c. Kadar β-hCG diatas 105mIU/ml
d. Gambaran PA yang mencurigakan

3. Pemberian sitostatika
Pemberian sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan
dengan metastase serta mengurangi koriokarsinoma di uterus sebanyak 3
kali. Savage dan Seckl menampilkan panduan untuk menyeleksi pasien-
pasien yang beresiko menjadi ganas dan sebaiknya mendapat kemoterapi
antara lain :14
a. Peningkatan kadar β-hCG 6 bulan setelah evakuasi
b. Tidak terdapat penurunan kadar β-hCG dalam tiga kali pemeriksaan
berturut-turut
c. Kadar β-hCG > 20.000 IU/L setelah 4 minggu pasca evakuasi
d. Peningkatan β-hCG dalam dua kali pemeriksaan berturut-turut
e. Terdapat metastasis ke paru-paru, vulva atau vagina
f. Perdarahan pervaginam atau perdarahan intraperitoneal atau saluran
cerna
g. Gambaran koriokarsinoma pada pemeriksaan histopatologi
h. Metastase ke otak, hati, saluran cerna atau paru-paru > 2 cm pada
gambaran foto thoraks

Kemoterapi yang diberikan pada pasien Mola hidatidosa sebagai


tindakan profilaksis yaitu berupa metrotreksat 20 mg/hari, Asam Folat 10
mg 3 kali sehari dan Cursil 35 mg 2 kali sehari selama 5 hari berturut-turut.
Tindakan profilaksis ini dapat menurunkan persentase keganasan pasca
Mola hidatidosa komplit, tetapi hanya terhadap keganasan di uterus saja,
tidak terhadap kemungkinan metastasis di tempat lain.15
Pada pasien ini belum dapat disingkirkan resiko keganasan, oleh karena
itu pasien direncanakan untuk follow up selama satu tahun.
4. Pemeriksaan tindak lanjut
Tujuan utama tindakan lanjut yaitu deteksi dini setiap perubahan yang
mengisyaratkan keganasan. Pasien direncanakan untuk follow up selama
satu tahun. Dalam tiga bulan pertama pasca evakuasi, penderita datang
untuk kontrol setiap dua minggu. Kemudian, dalam tiga bulan berikutnya,
setiap satu bulan. Selanjutnya, dalam enam bulan terakhir, tiap dua bulan.
Tujuan dari follow up ini untuk melihat apakah proses involusi berjalan
secara normal, baik involusi uterus, turunnya kadar β-hCG dan kembalinya
fungsi haid dan untuk menentukan adanya transformasi keganasan secara
dini. Setelah jaringan mola dievakuasi, kadar β-hCG akan menurun secara
perlahan-lahan, sampai akhirnya tidak terdeteksi lagi. Waktu yang
diperlukan mencapai kadar normal (<5mIU/ml) yaitu 12 minggu. Standar
follow up dari beberapa penulisan sebagai berikut :
 Pemeriksaan β-hCG serum/ urin, diperiksakan setiap minggu sampai
dinyatakan negatif selama 3 kali pemeriksaan. Selanjutnya setiap bulan
selama 12 bulan kemudian setiap 2 bulan selama 12 bulan dan setiap 6
bulan. Apabila hasil pemeriksaan β-hCG tetap meningkat dapat
dicurigai adanya keganasan.
 Pemeriksaan pelvic dilakukan setiap minggu setelah evakuasi suatu
kehamilan sampai batas normal. Selanjutnya setiap 4 minggu
mengevaluasi perubahan-perubahan besar uterus.
 Foto thorax dilakukan untuk memastikan adanya metastase ke paru –
paru. Jika terapi telah selesai tenyata masih tampak sisa tumor di paru-
paru diperlukan pemeriksaan radiografi selama 2 tahun, untuk melihat
bukti apakah sisa tumor hilang atau tidak.
Ada beberapa jenis kurva untuk memantau regresi kadar β-hCG pasca
evakuasi, salah satunya kurva regresi Mochizuki.

Gambar 4. Kurva regresi β-hCG normal dan abnormal pascaevakuasi Mola hidatidosa
komplit9

Selama follow up, wanita dianjurkan untuk tidak hamil dulu.


Kontrasepsi yang dianjurkan hanya kondom. Bila sebelum satu tahun
wanita sudah hamil normal lagi, follow up dihentikan atau bila setelah
setahun, tidak ada keluhan, uterus dan kadar β-hCG dalam batas normal,
serta fungsi haid sudah normal kembali follow up dapat dihentikan, tetapi
apabila dalam follow up ditemukan tanda-tanda keganasan, maka pada
pasien ini direncanakan untuk dilakukan histerektomi totalis dan
kemoterapi profilaksis.16
C. Komplikasi
Komplikasi pada kasus ini ditemukan adanya indikasi ke arah
tiroksikosis, perdarahan berulang yang menyebabkan anemia. Perforasi pada
kuterase hingga perdarahan intrabdominal. Pada kira-kira 18-20% kasus akan
menjadi mola destruens atau koriokarsinoma.17

D. Prognosis
Setelah dilakukan evakuasi jaringan mola secara lengkap, sebagian
besar penderita Mola hidatidosa akan sehat kembali, kecuali 15-20% yang
mungkin akan mengalami keganasan (Tumor Trofoblas Gestasional). Resiko
untuk terjadinya kehamilan mola berulang sekitar 1% dan kehamilan mola yang
ketiga sekitar 33%. pasien harus patuh melakukan follow-up sekurang-
kurangnya 1 tahun, prognosis pada penderita ini adalah dubia. Kunci
keberhasilan penanganan Mola hidatidosa adalah diagnosis dini dan follow up
yang ketat. 1

BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Seorang pasien G2P1A0 27 tahun datang dengan keluhan perdarahan dari jalan
lahir, dan nyeri perut bagian bawah yang semakin hebat 3 hari sebelum masuk
Rumah Sakit. Pada pemeriksaan fisik uterus membesar tidak sesuai usia
kehamilan dan tidak ditemukan tanda-tanda pasti kehamilan. Dari USG
didapatkan kesan Mola hidatidosa, yaitu gambaran vesikuler di cavum uteri.
Pada pemeriksaan fungsi tiroid ditemukan adanya abnormalitas kadar FT4,
FT3. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
yang dilakukan, pasien didiagnosa G2P1A0 27 tahun dengan Mola hidatidosa,
dan telah dilakukan penatalaksanaan yang tepat yaitu suction kuretase dengan
rencana follow up 1 tahun. Prognosis pasien ini, dubia.
B. Saran
 Apabila ditemukan tanda-tanda mola yang beresiko ganas, dapat
dipertimbangkan pemberian sitostatika.
 Dianjurkan pada penderita untuk tetap melakukan kontrol sampai selama 1
tahun untuk menghindari kemungkinan keganasan dan seharusnya jangan
dulu hamil selama dalam masa pengawasan.
 Periksa sedini mungkin kehamilan anda.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cuninngham. F. G. dkk. 2006. “Mola hidatidosa” Penyakit Trofoblastik
Gestasional Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Jakarta. Hal 930-8.
2. Syafii, Aprianti S, Hardjoeno. Kadar -hCG penderita Mola hidatidosa sebelum dan
sesudah kuretase. Ind J of Clinic Path and Med Lab; 1(1). 2006: h. 1-3.
3. Pangkahila Erwin, Pandelaki Karel. Hipertiroid pada kehamilan Mola hidatidosa. Jurnal
Biomedik; vol.1(2). 2009: h.124-130.
4. Savage P, Seckl M. Trophoblast Disease. Edmonds DK, Editor. Dalam :
Dewhurst’s Textbook of Obstetric & Gynaecology. Massachusetts : Blackwell
Publishing, 2007; 117-21.
5. Manuaba IBG. Keganasan pada alat genitalia wanita. Dalam : Setiawan. Ed. Ilmu
kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana. Jakarta : EGC, 1998 ;
419-24
6. Hanifa W, Abdul Bari S, Trijatmo R. Ilmu kandungan. Edisi keenam. 2008: h.262.
7. Cuninngham. F.G. dkk. “Mola hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional
Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006.
Hal 938.
8. Mansjoer A, dkk. Mola hidatidosa. Dalam: Kapita selekta kedokteran. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid 1. Media Aesculapius. Jakarta. 2001: h.265-7.
9. Vardhan CS, Bhattacharyya TK, Kochar SPS, Sodhi B. Bleeding in early
pregnancy. MJAFI. 2007; vol 63. h. 64-66.
10. Cunningham GF, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Wenstrom KD, Gilstrap L.
Williams Obstetric. Ed 22. McGrawHill USA. 2007.
11. Lurain JR. Gestational trophoblastic disease I: epidemiology, pathology, clinical
presentation and diagnosis of gestational trophoblastic disease, and management of
hydatidiform mole. Dalam : American Journal of Obstetrics & Gynecology Vol.
203, Issue 6. Pittsburgh : 2010; 531-539.
12. Damongilala S, Tendean H, Loho M. Profil Mola hidatidosa di BLU RSUP Prof.
DR. R. D. Kandou Manado. Dalam: Journal e-clinic (eCl) Vol. 3, No 2. Manado:
2015; 683-86.
13. Cavaliere A, Ermito S, Dinatale A, Pedata R. Management of Molar Pregnancy.
Dalam : Journal of Prenatal Medicine, 2009; 3(1) : 15-17. Diunduh dari :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3279094/.
14. Garavaglia E, Gentile C, Cavoretto P, Spagnolo D, et al. Ultrasound imaging after
evacuation as an adjunct to β-hCG monitoring in posthydatidiform molar
gestational trophoblastic neoplasia. Dalam : American Journal of Obstetrics &
Gynecology Vol. 200, Issue 4. Pittsburgh : 2009; 17.e1-417.e.5.
15. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Gestational Trophoblastic Disease. Dalam : Williams Obstetric 23rd edition. New
York : The McGraw-Hill Companies, 2010; 257-265.
16. Berkowitz RS, Goldstein DP. Presentation and Management of Molar Pregnancy.
Berek JS, Editor. Dalam : Berek & Novak’s Gynecology. Edisi ke 14. Philadelphia:
Lippincott Wiliams & Wilkins, 2007; 249-276.
17. Lurain J. Gestational trophoblastic disease I: epidemiology, pathology, clinical
presentation and diagnosis of gestational trophoblastic disease. AmJ Obstet
Gynecol. 2010. 531-9
18. Chu CS. Gestational Trophoblastic Disease. Ppfeifer SM, Editor. Dalam : NMS
Obstetrics and Gynecology. Edisi ke 6. Philadelphia : Lippincott Wiliams &
Wilkins, 2008; 197-200.

Anda mungkin juga menyukai