PENDAHULUAN
Leukemia adalah suatu keadaan di mana terjadi pertumbuhan yang bersifat irreversibel
dari sel induk dari darah. Pertumbuhan dimulai dari mana sel itu berasal. Sel-sel tesebut, pada
berbagai stadium akan membanjiri aliran darah. Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel
darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang
berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan
di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila
berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang dengan kondisi seperti ini
(Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala seperti; mudah terkena penyakit infeksi,
Acute myeloid leukaemia (AML), yaitu leukemia yang terjadi pada seri myeloid, meliputi
(neutrofil, eosinofil, monosit, basofil, megakariosit dan lain - lain). Di negara maju seperti
Amerika Serikat, LMA merupakan 32% dari seluruh kasus leukemia. Penyakit ini lebih
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
basa; mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi (hantaran), membawa panas tubuh dari
pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk mendistribusikan ke seluruh tubuh; dan
B. Fungsi Darah
I. Bekerja dari system transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan
zat kimia yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan dan
II. Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagian dari
karbon dioksida.
III. Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan arena gerakan fagositosis dari
IV. Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan; menyegarkan
cairan jaringan karena melalui cairan ini semua sel tubuh menerima makanannya. Dan
untuk dibuang.
V. Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan perantaraan darah.
2
C. Bagian-Bagian Darah
Jika dilihat di bawah mikroskop, bentuk darah merah seperti saluran bikokaf tersebut
mempunyai inti, warnanya kuning kemerah-merahan, sifatnya kenyal sehingga bias berubah
bentuk sesuai dengan pembuluh darah. Sel darah merah atau eritrosit berupa saluran kecil ,
cebung pada kedua sisinya sehingga dilihat dari samping tampak seperti dua buah bulan sabit
Bentuknya bening dan tidak berwarna ukurannya lebih besar dari pritosit, bentuknya lebih
besar 2X sel darah merah, tetapi juga bermacam-macam inti sel dan banyak. Sel
polimorfonulitear dan monosit normal dibentuk hanya dalam sumsum tulang, sebaliknya
limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam berbagai organ limfogen termasuk kelenjar limpa,
limpa kelenjar timus forsit dan sisa limfoid yang terletak dalam usus dan ditempat lain.
3. Trombosit
Trombosit adalah sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Peranannya penting
dalam penggumpalan darah. Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati. Bentuk dan
ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan ada yang lonjong, warnanya putih.
terkecil dari sel besar. Trombosit dibuat di susunan tulang, paru-paru dan limpa dengan
2.2. Definisi
Leukimia mieloblastik akut (LMA) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
transformasi neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri mieloid. Bila
tidak diobati, penyakit ini akan mengakibatkan kematian secara cepat dalam waktu beberapa
3
minggu sampai bulan sesudah diagnosis. Sebelum tahun 1960 pengobatan LMA terutam
bersifat paliatif, tetapi sejak sekitar 40 tahun yang lalu pengobatan penyakit ini berkembang
secara cepat dan dewasa ini banyak pasien LMA yang dapat disembuhkan dari penyakitnya.
Kemajuan pengobatan LMA ini dicapai dengan regimen kemoterapi yang lebih baik,
kemoterapi dosis tinggi dengan dukungan cangkok sumsum tulang dan terapi suportif yang
lebih baik seperti antibiotik generasi baru dan transfusi komponen darah untuk mengatasi
2.3 Epidemiologi
Kejadian LMA berbeda dari satu negara dengan negara lainnya, hal ini berkaitan
dengan cara diagnosis dan pelaporannya. LMA mengenai semua kelompok usia, tetapi
kejadiannya meningkat dengan bertambahnya usia. LMA merupakan 20% kasus leukemia
pada anak. Sekitar 10.000 anak menderita LMA setiap tahunnya di seluruh dunia. AML pada
anak berjumlah kira-kira 15% dari leukimia, dengan insidensi yang tetap dari lahir sampai
umur 10 tahun, meningkat sedikit pada masa remaja. Di Amerika setiap tahunnya sekitar 2,4
per 100.000 penduduk atau sekitar 500 sampai 600 orang berusia kurang dari 21 tahun
menderita leukemia mielositik akut dan insiden ini meningkat sejalan dengan umur,
puncaknya 12,6 per 100.000 penduduk dewasa yang berumur 65 tahun atau lebih. Yayasan
Onkologi Anak Indonesia menyatakan, setiap tahun ditemukan 650 kasus leukemia di seluruh
Indonesia, 150 kasus di antaranya terdapat di Jakarta dan sekitar 38% menderita jenis LMA.
Sekitar 80% anak di bawah usia 2 tahun dengan LMA biasanya menderita LMA subtipe
M4 atau M5. Subtipe M7 umumnya diderita anak berusia di bawah 3 tahun, terutama dengan
pada sel darah di sumsum tulang terdapat lebih dari 70% anak yang baru didiagnosis LMA.
Keabnormalan itu terletak pada t (8;21), t (15;17), inversi 16, translokasi pita 11q23, dan
trisomi 8.
4
2.4. Etiologi 2
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.Menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit
Radiasi dosis tinggi : Radiasi dengan dosis sangat tinggi, seperti waktu bom atom di
Jepang pada masa perang dunia ke-2 menyebabkan peningkatan insiden penyakit ini.
Terapi medis yang menggunakan radiasi juga merupakan sumber radiasi dosis tinggi.
Sedangkan radiasi untuk diagnostik (misalnya rontgen), dosisnya jauh lebih rendah dan
heksaklorosiklokeksan
Kemoterapi : Pasien kanker jenis lain yang mendapat kemoterapi tertentu dapat menderita
pemberian kemoterapi jenis tersebut tetap boleh diberikan dengan pertimbangan rasio
manfaat-risikonya.
Faktor keluarga / genetik : pada kembar identik bila salah satu menderita LMA maka
kembarannya berisiko menderita leukemia pula dalam 5 tahun, dan insiden leukemia pada
saudara kandung meningkat 4 kali bila salah satu saudaranya menderita LMA.
Sindrom Down : Sindrom Down dan berbagai kelainan genetik lainnya yang disebabkan
Kondisi perinatal : penyakit ginjal pada ibu, penggunaan suplementasi oksigen, asfiksia
post partum, berat badan lahir >4500 gram, dan hipertensi saat hamil dan ibu hamil yang
mengkonsumsi alkohol.
5
Human T-Cell Leukemia Virus-1 (HTLV-1). Virus tersebut menyebabkan leukemia T-
cell yang jarang ditemukan. Jenis virus lainnya yang dapat menimbulkan leukemia adalah
pembentukkan sel darah yang ditandai berkurangnya kepadatan sel (hiposelularitas) pada
sumsum tulang. Penyakit ini sering didefinisikan sebagai pre-leukemia. Orang dengan
2.5. Patogenesis
Patogenesis utama LMA adalah adanya blokade maturitas yang menyebabkan proses
diferensiasi sel-sel seri mieloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan akibat terjadi
akumulasi blast di sumsum tulang. Akumulasi Blast di dalam sumsum tulang akan
sindrom kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure syndrome) yang ditandai dengan
pasien mudah lelah dan pada kasus yang lebih berat akan sesak nafas, adanya
menyebabkan pasien rentan terhadap infeksi, termausk infeksi oportunis dari flora normal
bakteri yang ada di dalam tubuh manusia. Selain itu, sel-sel blast yang terbentuk juga punya
kemampuan untuk migrasi keluar sumsum tulang dan berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti
kulit, tulang, jaringan lunak dan sistem syaraf pusat dan merusak organ-organ tersebut
6
Gambar. Hematopoiesis
Spesifik sitogenetika kelainan dapat ditemukan pada banyak pasien dengan AML, jenis
kelainan kromosom sering memiliki makna prognostik. Pada translokasi kromosom yang
abnormal menyandikan protein fusi, biasanya faktor transkripsi yang mengubah sifat dapat
akut, t (15; 17) translokasi menghasilkan protein fusi PML-RARα yang mengikat ke reseptor
unsur asam retinoat dalam beberapa promotor myeloid-gen spesifik dan menghambat
diferensiasi myeloid. Klinis tanda dan gejala hasil LMA dari kenyataan bahwa, sebagai klon
leukemia sel tumbuh, ia cenderung untuk menggantikan atau mengganggu perkembangan sel-
sel darah normal dalam sumsum tulang. Hal ini menyebabkan neutropenia, anemia, dan
trombositopenia.
7
2.6. Gejala klinis
Berbeda dengan anggapan umum selama ini, pada pasien LMA tidak selalu dijumpai
leukositosis. Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel
darah yang normal dalam jumlah yang memadai. Gejala pasien leukemia bevariasi tergantung
dari jumlah sel abnormal dan tempat berkumpulnya sel abnormal tersebut. Adapun gejala-
gejala umum yang dapat ditemukan pada pasien LMA antara lain.
mengeluhkan kelemahan badan dan malaise waktu pertama kali ke dokter. Rata-rata didapati
keluhan ini timbul beberapa bulan sebelum simptom lain atau diagnosis LMA dapat
ditegakkan. Gejala ini disebabkan anemia, sehingga beratnya gejala kelemahan badan ini
b. Febris
Febris merupakan keluhan pertama bagi 15-20 % penderita. Seterusnya febris juga
didapatkan pada 75 % penderita yang pasti mengidap LMA. Umumnya demam ini timbul
karena infeksi bakteri akibat granulositopenia atau netropenia. Pada waktu febris juga
didapatkan gejala keringat malam, pusing, mual dan tanda-tanda infeksi lain.
c. Perdarahan
Simptom lain yang sering disebabkan adalah fenomena perdarahan, dimana penderita
mengeluh sering mudah gusi berdarah, lebam, petechiae, epitaksis, purpura dan lain-lain.
8
d. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan didapatkan pada 50 % penderita tetapi penurunan berat badan
ini tidak begitu hebat dan jarang merupakan keluhan utama. Penurunan berat badan juga
e. Nyeri tulang
Nyeri tulang dan sendi didapatkan pada 20 % penderita LMA. Rasa nyeri ini
disebabkan oleh infiltrasi sel-sel leukemik dalam jaringan tulang atau sendi yang
Pada pemeriksaan fisik, simptom yang jelas dilihat pada penderita adalah pucat
karena adanya anemia. Pada keadaan anemia yang berat, bisa didapatkan simptom
kaardiorespirasi seperti sesak nafas, takikardia, palpitasi, murmur, sinkope dan angina.
b. Pembesaran organ-organ
limfonodi bisa terjadi akibat infiltrasi sel-sel leukemik pada penderita LMA. Splenomegali
Deposit sel leukemik pada kulit sering terjadi pada subtipe LMA tertentu, misalnya leukemia
monoblastik (FAB M5) dan leukemia mielomonosit (FAB M4). Kelainan kulit yang
didapatkan berbentuk lesi kulit, warna ros atau populer ungu, multiple dan general, dan
9
biasanya dalam jumlah sedikit. Hipertrofi gusi akibat infiltrasi sel-sel leukemia dan bisa
dilihat pada 15 % penderita varian M5b, 50 % M5a dan 50 % M4. Namun hanya didapatkan
2.7. Diagnosis
Secara klasik diagnosis LMA ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik, morfologi sel
dan pengecatan sitokimia. Seperti sudah disebutkan, sejak sekitar dua dekade tahun yang lalu
Berdasarkan pemeriksaan morfologi sel dan pengecatan sitokimia, gabungan ahli hematologi
Amerika, Perancis dan Inggris pada tahun 1976 menetapkan klasifikasi LMA yang terdiri
dari 8 subtipe (M0 sampai dengan M7). Klasifikasi ini dikenal dengan nama klasifikasi FAB
(French American British). Klasifikasi FAB hingga saat ini masih menjadi diagnosis dasar
LMA. Pengecatan sitokimia yang penting untuk pasien LMA adalah Sudan Black B (SSB)
dan mieloperoksidase (MPO). Kedua pengecatan sitokimia tersebut akan memberikan hasil
positif pada pasien LMA tipe M1, M2, M3, M4, dan M6.
10
Subtipe Menurut FAB Nama Lazim
M6 Eritroleukimia (3-5%)
Pertama, tes darah dilakukan untuk menghitung jumlah setiap jenis sel darah yang
berbeda dan melihat apakah mereka berada dalam batas normal. Dalam LMA, tingkat sel
darah merah mungkin rendah, menyebabkan anemia, tingkat-tingkat platelet mungkin rendah,
menyebabkan perdarahan dan memar, dan tingkat sel darah putih mungkin
rendah,menyebabkan infeksi.
11
Biopsi sumsum tulang atau aspirasi (penyedotan) dari sumsum tulang mungkin
dilakukan jika hasil tes darah abnormal. Selama biopsi sumsum tulang, jarum berongga
dimasukkan ke tulang pinggul untuk mengeluarkan sejumlah kecil dari sumsum dan tulang
untuk pengujian di bawah mikroskop. Pada aspirasi sumsum tulang, sampel kecil dari
Pungsi lumbal, atau tekan tulang belakang, dapat dilakukan untuk melihat apakah
penyakit ini telah menyebar ke dalam cairan cerebrospinal, yang mengelilingi sistem saraf
pusat atau sistem saraf pusat (SSP) - otak dan sumsum tulang belakang. Tes diagnostik
mungkin termasuk flow cytometry penting lainnya (dimana sel-sel melewati sinar laser untuk
kanker), Sitogenetika (untuk menentukan perubahan dalam kromosom dalam sel), dan studi
Biopsy, Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan, magnetic
Kelainan hematologis
2. Leukositosis dengan jumlah leukosit antara 50-100 x 103 /mm3. Leukosit yang ada dalam
megakariosit dan pronormoblas dijumpai sangat jarang. Kelainan sumsum tulang ini sudah
akan jelas meskipun myeloblas belum tampak dalam darah tepi. Jadi kadang-kadang
12
ditemukan kasus dengan pansitopenia perifer akan tetapi sumsum tulang sudah jelas
dan mieloblas dalam sumsum tulang) yang berlangsung beberapa bulan/tahun sebelum
Leukemia mieloblastik akut harus dibuat diagnosa banding dan semua leukemia akut dan
anemia aplastik. Apabila ditemukan “Auer body” maka diagnosabanding tidak sulit
ditegakkan, oleh karena kelainan ini patogonomis untuk leukemia mieloblastik akut.
Apabila tidak ditemukan Auer body maka harus dikerjakan reaksi peroksidase dimana
Anemia aplastik dengan mieloblastik akut yang alekemik di bedakan atas dasar
mieloblastik akut karena adanya febris, anemia, splenomegali, dan ptechiae. Tentu adanya
riwayat penyakit jantung, splenomegali yang lebih besar dan tidak adanya kelainan pada gusi
2.9.Komplikasi
Dua macam komplikasi yang sering bersifat fatal yaitu perdarahan serebelar dan infeksi.
Komplikasi yang jarang terjadi adalah keluhan akibat tekanan oleh suatu tumor leukemia.
13
2.10. Penatalaksanaan
Perbaiki keadaan umum yaitu : anemia diberikan tranfusi darah dengan PCR (Packed
red cell) atau darah lengkap. Trombositopeni yang mengancam diatasi dengan transfusi
konsetrat trombosit. Apa bila ada infeksi diberikan antibiotika yang adekuat. Terapi spesifik
seperti terapi leukemia pada umumnya dimulai dengan tahap induksi dengan : Doxorubicin
40 mg/mm2 /berat badan/hari 1-5. Dilanjutkan dengan Ara C 100 mg IV, tiap 12 jam/hari 1-7.
Untuk pasien usia di atas 50 tahun dosis dikurangi dengan Adriamycin hanya 3 hari dan Ara
C 5 hari. Obat pengganti adriamycin adalah Farmorubicin. Dilakukan evaluasi klinis dan
hematologis. Pemeriksaan sumsum tulang pada akhir minggu ketiga. Apabila tidak terjadi
remisi atau remisi hanya bersifat parsiil maka terapi harus diganti dengan regimen lain.6,7
Apabila terjadi remisi lengkap (klinis dan hematologis) maka dimulai tahap konsolidasi.
Pada tahap ini diberikan doxorubicin 40 mg/mm2 hari 1-2 dan Ara C 1-5. Refimen ini
Apabila keadaan memungkinkan maka diberikan cangkok sumsum tulang pada saat
Terapi standar adalah kemoterapi induksi dengan regimen sitarabin dan daunorubisin
dengan protokol sitarabin 100 mg/m2 diberikan secara infus kontinyu selama 7 hari dan
daunorubisin 45-60 mg/m2/hari iv selama 3 hari. Sekitar 30-40% pasien mengalami remisi
14
komplit dengan terapi sitarabin dan dounorubisin yang diberikan sebagai obat tunggal,
sedangkan bila diberikan sebagai obat kombinasi remisi komplit dicapai oleh lebih dari 60%
pasien.2
2.11.Prognosis
Dengan terapi agresif, 40 -50 % penderita yang mencapai remisi akan hidup lama (30-40
kemoterapi atau transplantasi autolog dapat diterapi dengan CST allogenetik sebagai terapi
penyelamatan. Beberapa subtipe morfologi atau genetik LMA mempunyai prognosis lebih
baik.
15
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah
putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow
ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih
(berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa
oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses
pembekuan darah).
Sampai saat ini penyebab penyakit leukemia belum diketahui secara pasti, akan tetapi
1. Radiasi. Hal ini ditunjang dengan beberapa laporan dari beberapa riset yang menangani
kasus Leukemia bahwa Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia, Penderita
dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia, Leukemia ditemukan pada korban hidup
frekuensi leukemia, misalnya racun lingkungan seperti benzena, bahan kimia industri seperti
3.Herediter. Penderita Down Syndrom memiliki insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar
4. Virus. Beberapa jenis virus dapat menyebabkan leukemia, seperti retrovirus, virus
16
Sistem Terapi yang sering digunakan dalam menangani penderita leukemia adalah
pada pemberhentian produksi sel darah putih yang abnormal dalam bone marrow.
Selanjutnya adalah penanganan terhadap beberapa gejala dan tanda yang telah ditampakkan
3.2.Saran
Leukemia salah satu penyakit yang berbahaya, sehingga harus diwaspadai dengan cermat,
maka sangatlah penting untuk mencegah penyakit ini dengan cara menghindari faktor resiko
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Supandiman, Iman. Prof. dr. DSPD. H. Hematologi Klinik Ed. 2. Penerbit Alumni : Bandung.
1997.
2. Sudoyo, Aru W., Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Ed. IV. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
4. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Ed. 15. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 1996.
5. Desen, Wan. Buku Ajar Onkologi Klinis Ed. 2. Balai penerbit Fakultas Kedokteran
6. Hoffbrand, A. V, J. E. Pettit, P.A.H Moss. Kapita Selekta Hematologi edisi 4.Jakarta: EGC,
2005
7. Permono B, Ugrasena IDG. Leukemia Akut dalam Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak.
8. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed.
18