PENDAHULUAN
Dengue fever atau demam dengue merupakan suatu penyakit demam akut
yang terjadi selama dua sampai tujuh hari dengan dua atau lebih manifestasi
berikut: nyeri kepala, nyeri retro orbital, myalgia, atralgia, ruam kulit, manifestasi
perdarahan, lekopenia, trombositopenia, dan peningkatan hematokrit.1-3
Dengue haemorrhagic fever atau demam berdarah dengue merupakan
kasus demam dengue dengan kecenderungan perdarahan dan manifestasi
kebocoran plasma. Dengue fever dan dengue haemorrhagic fever disebabkan oleh
virus Dengue Family Flaviviride, dengan genusnya adalah Flavivirus. Virus
mempunyai empat serotype yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda-
beda tergantung dari sterotipe virus dengue. Mordibitas penyakit demam berdarah
dengue menyebar di negara-negara tropis dan sub tropis.2
Demam berdarah dengue merupakan salah satu infeksi yang diderita 2,5
juta masyarakat di dunia dan menjadi salah satu masalah kesehatan yang belum
terselesaikan. Setiap tahun diperkirakan terjadi infeksi pada 50 sampai 100 juta
orang di dunia dengan angka rawat di rumah sakit sebanyak 500.000 kasus
dengan spektrum klinis ringan sampai berat.4,5 Tingkat insiden penyakit demam
berdarah dengue di Indonesia merupakan yang tertinggi di negara-negara Asia
Tenggara. Sepanjang tahun 2013, Kementrian Kesehatan mencatat terdapat
103.649 penderita dengan angka kematian mencapai 754 orang.6
Dengue shock syndrome atau sindrom syok dengue adalah kasus deman
berdarah dengue disertai dengan manifestasi kegagalan sirkulasi. Sindrom Syok
Dengue merupakan kegawatan klinis yang perlu diterapi dengan cepat dan
adekuat. Sekitar 30 - 50% penderita demam berdarah dengue akan mengalami
renjatan dan berakhir dengan suatu kematian terutama bila tidak ditangani secara
dini. Angka kematian pasien demam berdarah dengue akan meninggi bila renjatan
tidak dapat ditanggulangi. Dasar penanganan renjatan demam berdarah dengue
1
adalah volume replacement atau penggantian cairan intravascular yang hilang,
sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian
permeabilitas sehingga mengakibatkan plasma leakage.2
Kematian dijumpai pada waktu ada pendarahan yang berat, syok yang
tidak teratasi, efusi pleura dan asites yang berat dan kejang. Tidak ada vaksin
yang tersedia secara komersial untuk flavivirus demam berdarah. Oleh karena itu,
pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi
vector nyamuk demam berdarah. Sealin itu juga, tidak ada obat atau
medikamentosa untuk mengobati demam berdarah dengue, terapi yang diberikan
hanya bersifat suportif dan mencegah perburukan penyakit. Penyakit akan sembuh
sesuai perjalanan alamiah penyakit.2,4 Berikut ini akan dibahas sebuah kasus
pasien dengan dengue shock syndrome.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sindrom syok dengue adalah keadaan klinis yang memenuhi kriteria
demam berdarah dengue disertai dengan gejala dan tanda kegagalan sirkulasi atau
syok. Sindrom syok dengue adalah kelanjutan dari demam berdarah dengue dan
merupakan stadium akhir perjalanan penyakit infeksi virus dengue, derajat paling
berat, yang berakibat fatal. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan
sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam syok hipovolemik akibat kebocoran
plasma.1-3
2.2 Etiologi
Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus
dengue, yang termasuk genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Virus mempunyai
empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4; dengan
serotipe DEN-3 yang dominan di Indonesia dan paling banyak berkaitan dengan
kasus berat. Terdapat reaksi silang antara serotipe Dengue dengan Flavivirus
lainnya. Infeksi oleh salah satu serotipe Dengue akan memberikan imunitas
seumur hidup, namun tidak ada imunitas silang dengan jenis serotipe lain.2,3,7
2.3 Epidemiologi
Demam berdarah dengue merupakan salah satu infeksi yang diderita 2,5
juta masyarakat di dunia dan menjadi salah satu masalah kesehatan yang belum
terselesaikan. Setiap tahun diperkirakan terjadi infeksi pada 50 sampai 100 juta
orang di dunia dengan angka rawat di rumah sakit sebanyak 500.000 kasus
dengan spektrum klinis ringan sampai berat.4,5 Tingkat insiden penyekit demam
berdarah dengue di Indonesia merupakan yang tertinggi di negara-negara Asia
Tenggara. Sepanjang tahun 2013, Kementrian Kesehatan mencatat terdapat
103.649 penderita dengan angka kematian mencapai 754 orang.6
3
2.4 Penularan
Penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus yang sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi dengue.
Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, terutama di
tempat-tempat dengan ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan air
laut. Populasi nyamuk ini akan meningkat pesat saat musim hujan, tetapi nyamuk
Aedes aegypti juga dapat hidup dan berkembang biak pada tempat penampungan
air sepanjang tahun. Satu gigitan nyamuk yang telah terinfeksi sudah mampu
untuk menimbulkan penyakit dengue pada orang yang sehat.
Setelah seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi Dengue, virus akan
mengalami masa inkubasi selama 3-14 hari (rata-rata 4-7 hari). Setelah itu, pasien
akan mengalami gejala demam akut disertai berbagai gejala dan tanda
nonspesifik. Selama masa demam akut yang dapat berlangsung 2-7 hari, virus
Dengue dapat bersirkulasi di peredaran darah perifer. Jika nyamuk A. aegypti lain
menggigit pasien pada masa viremia ini, nyamuk tersebut akan terinfeksi dan
dapat mentransmisikan virus pada orang lain, setelah masa inkubasi ekstrinsik
selama 8-12 hari.2
2.5 Patogenesis
Patogenesis terjadinya demam berdarah dengue hingga saat ini masih
diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
mekanisme imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue
dan sindrom syok dengue.
Respon imun yang diketahui berperan dalam pathogenesis DBD adalah :
- Respon humoral berupa pembentukan antibody yang berparan dalam
proses netralisasi virus, sitolisis yang dimeasi ko mplemen dan
sitotoksisitas yang dimediasi antibody. Antibodi terhadap virus dengue
berperan dalam mempercepat replikasi virus pad monosit atau
makrofag. Hipotesis ini disebut antibody dependent enhancement
(ADE)
4
- Limfosit T, baik T-helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) berepran
dalam respon imun seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T
helper yaitu TH1 akan memproduksi interferon gamma, IL-2 dan
limfokin, sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10
- Monosit dan makrolag berperan dalam fagositosis virus dengan
opsonisasi antibodi. Namun proses fagositosis ini menyebabkan
peningkatan replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag
- Selain itu aktivitasi komplemen oleh kompleks imun menyebabkan
terbentuknya C3a dan C5a.
5
terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar
tromobopoietin dalam darah pada saat terjadi trombositopenia justru menunjukkan
kenaikan, hal ini menunjukkan terjadinya stimulasi tromobositopenia. Destruksi
trombosit terjadi melalui pengikatan fragmen C3g, terdapatnya antibodi VD,
konsumsi trombosit selama proses koagulopati dan sekuestrasi di perifer.
Gangguan fungsi trombosit terjadi melalui mekanisme gangguan pelepasan ADP,
peningkatan kadar b-tromoboglobulin dan PF4 yang merupakan petanda
degranulasi tromobosit.
Koagulopati terjadi sebagai akibat interaksi virus dengan endotel yang
menyebabkan disfungsi endotel. Berbagai penelitian menunjukkan terjadinya
koagulopati konsumtif pada demam berdarah dengue stadium III dan IV. Aktivasi
koagulasi pada demam berdarah dengue terjadi melalui akt ivasi jalur ekstrinsik
(tissue factor pathway). Jalur intrinsik juga berperan melalui akt ivasi factor Xia
namun tidak melalui aktivasi kontak (kalikrein C1-inhibitor complex).2,7
2.6 Diagnosis
Demam dengue berdasarkan kriteria WHO tahun 2011 merupakan
penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih manifestasi
klinis sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-oebital
- Mialgia
- Artralgia
- Ruam pada kulit
- Manifestasi perdarahan
- Leukopenia (≤ 5.000 sel/mm3)
- Trombositopenia (< 150.000 sel/mm3)
- Peningkatan hematokrit (5-10%)
- dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien
demam dengue yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang
sama.
6
Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan bila semua hal ini di bawah
ini dipenuhi :
- Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari
- Manifestasi perdarahan berikut : uji bendung positif, petekie, ekimosis,
atau purpura, perdarahan dari mukosa, saluran cerna, tempat suntikan
dan dari tempat lain
- Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul).
- Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)
sebagai berikut : peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar
sesuai dengan umur dan jenis kelamin atau bila dibandingkan dengan
nilai hematokrit sebelumnya, serta tanda kebocoran plasma seperti :
efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
2.7 Tatalaksana
A. Non Farmakologis
- Istirahat, makanan lunak,tingkatkan asupan cairan oral
- Pantau tanda-tanda syok, terutama pada transisi fasefebris (hari 4-6) -
Klinis : tingkat kesdaran nadi dan tekanan darah - Laboratorium: Hb
Ht Trombosit Leukosit
B. Farmakologi
- Simptomatik : pemberian antipiretik bila demam
- Tatalaksana sesuai protokol demam berdarah dengue
7
Protokol 1. Penanganan tersangka demam berdarah dengue dewasa tanpa
syok
Potokol 1 ini digunakan sebagai petunjuk dalam memberikan pertolongan
pertama pada penderita demam berdarah dengue atau yang diguga demam
berdarah dengue di Instalasi Gawat Darurat dan juga dipakai sebagai petunjuk
dalam memutuskan indikasi rawat.
Seseorang yang tersangka menderita demam berdarah dengue di ruang
Gawat Darurat dilakukan pemeriksaan Hemoglobin (Hb), hematoktrit dan
trombosit apabila didapatkan :
- Hb, Ht dan trombosit normal atau trombosit antara 100.000 – 150.000,
pasien dapat dipulangkan dengan anjuran kontrol atau berobat jalan ke
Poliklinik dalam waktu 24 jam berikutnya (dilakukan pemeriksaan Hb,
Ht, Leukosit dan trombosit tiap 24 jam) atau bila keaadaan penderita
memburuk segera kembali ke Instansi Gawat Darurat)
- Hb, Ht normal tetapi trombosit <100.000 dianjurkan untuk dirawat.
- Hb, Ht meningkat dan trombosit normal atau turun juga dianjurkan
untuk dirawat.2,3,8
8
Protokol 3. Penatalaksanaan demam berdarah dengue dengan Peningkatan
Ht >20%
Meningkatnya Ht > 20 % menunjukkan bahwa tubuh mengalami defisit
sebanyak 5%. Pada keadaan ini terapi awal pemberian cairan adalah dengan
memberikan infus cairan kristaloid sebnayal 6-7 ml/kgBB/jam. Pasien kemudian
dipantau setelah 3-4 jam pemberian cairan. Bila terjadi perbaikan yang ditandai
dengan tanda-tanda Ht turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi
urin meningkat maka jumlah cairan harus dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam. 2
jam kemudian dilakukan pemantauan keadaan tetap membaik maka pemberian
cairan dapat dihentikan 24-48 jam kemudian.
Apabila setelah pemberian terapi cairan awal 6 – 7 ml/ kgBB/ jam tadi
keadaan tetap tidak membaik, yang ditandai dengan Ht dan nadi meningkat,
tekanan nadi menurun <20 mmHg, produksi urin menurun, maka kita harus
menaikkan jumlah cairan infus menjadi 10 ml/kgBB/jam. 2 jam kemudian
dilakukan pemantauan kembali dan bila keadaan menunjukkan perbaikan maka
jumlah cairan dikurangi menjadi 5 ml/kgBB/jam tetapi bila keaadaan tidak
menunjukkan perbaikan maka jumlah cairan infus dinaikkan menjadi
15ml/kgBB/jam dan bila dalam perkembangannya kondisi menjadi memburuk
dan didapatkan tanda-tanda syok maka pasien ditangani sesuai dengan protokol
tatalaksana sindrom syok dengue pada dewasa. Bila syok telah teratasi maka
pemberian cairan dimulai lagi seperti terapi cairan awal. 2,3,8
9
pernafasan dan jumlah urin dilakukan sesering mungkin dengan kewaspadaan Hb,
Ht dan trombosit serta hemostase harus segera dilakukan dan pemeriksaan Hb, Ht
dan trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam.
Pemberian heparin diberikan apabila secara klinis dan laboratoris
didapatkan tanda-tanda KID. Transfusi komponen darah diberikan sesuai indikasi.
FFP diberikan bila didapatkan defisiensi faktor-faktor pembekuan (PT dan aPTT
yang memanjang), PRC diberikan bila nilai Hb kurang dari 10g%. Transfusi
trombosit hanya diberikan pada pasien DBD dengan perdarahan spontan dan
masif dengan jumlah trombosit <100.000/ul disertai atau tanpa KID.3
10
tetap stabil pemberian caira menjadi 3ml/kgBB/jam. Bila 24-48 jam setelah
renjatan teratasi tanda-tanda vital dan hematokrit tetap stabil serta diuresis cukup
maka pemberian cairan perinfus harus dihentikan (karena jika rebsorbsi cairan
plasma yang mengalami ekstravasasi telah terjadi, ditandai dengan turunnya
hematokrit, cairan infus terus diberikan maka keadaan hipervolemi edema paru
atau gagal jantung dapat terjadi).
Pengawasan dini kemungkinan terjadinya renjatan berulang harus
dilakukan terutama dalam waktu 48 jam pertama sejak terjadin renjatan (karena
selain proses patogenesis penyakit masih berlangsung, ternyata cairan kristaloid
hanya sekitar 20% saja yang menetap dalam pembuluh darah setelah 1 jam saat
pemberian). Oleh karena untuk mengetahui apakah renjatan telah teratasi dengan
baik, diperlukan pemantauan tanda vital yaitu status kesadaran, tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi jantung dan napas, pembesaran hati, nyeri tekan daerah
hipokondrium kanan dan epigastrik serta jumlah diuresis. Diuresis diusahakan
2ml/kgBB/kam. Pemantauan kadar hemoglobin, hematoktrit, dan jumlah
trombosit dapat dipergunakan untuk pemantauan perkalanan penyakit.
Bila stelah fase awal pemberian cairan ternyata renjatan belum teratasi,
maka pemberian cairan kristaloid dapat ditingkatkan menjadi 20-30 ml/kgBB dan
kemudian dievaluasi detelah 20-30 menit. Bila nilai hematokrit meningkat berarti
perembesan plasma masih berlangsung maka pemberian cairan koloid merupakan
pilihan, tetapi bila nilai hematokrit menurun, berarti terjadi perdarahan (internal
bleeding) maka pada penderita diberikan transfusi darah segar 10ml/kgBB dan
dapat diulang sesuai kebutuhan.
Sebelum cairan koloid diberikan maka sebaiknya kita harus mengetahui
sifat-sifat cairan tersebut. Pemberian koloid sendiri mulu-mula diberikan
dengantetesan cepat 10-20 ml/kgBB dan dievaluasi setelah 10-30 menit. Bila
keadaan tetap belum teratasi maka untuk memantau kecukupan cairan dilakukan
pemasangan kateter vena sentral dan pemberian koloid dapat ditambah hingga
jumlah maksimum 30ml/kgBB (maksimal 1-1,5 1/hari) dengan sasaran tekanan
vena sentral 15-18 smH2O. Bila keadaan tetap belum teratasi harus diperhatikan
dan dilakukan koreksi terhadap gangguan asam basa, elektrolit, hipoglikemia,
11
anemia, KID, infeksi sekunder. Bila tekanan vena sentral penderita sudah sesuai
dengan target tetapi renjatan belum teratasi maka dapat diberikan obat
inotropik/vasopresor.3,8
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi berupa syok berulang, kegagalan
pernafasan akibat edema paru, efusi pleura, ascites, kegagalan jantung dan
sepsis.2,7
2.9 Prognosis
Secara umumnya, prognosis dengue syok sindrom adalah buruk.Tetapi
tergantung dari beberapa faktor seperti lama dan beratnya renjatan, waktu,
metode, adekuat tidaknya penanganan.2
12
BAB III
LAPORAN KASUS
3.2 Anamnesis
A. Keluhan Utama :
Demam sejak 3 hari
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk rumah
sakit. Demam bersifat naik turun. Demam turun dengan obat penurun
panas. Keluhan disertai dengan gusi berdarah. Tidak ada perdarahan dari
hidung, saluran cerna, dan bintik-bintik merah pada badan. Sejak 3 hari
yang lalu, pasien juga mengeluhkan BAB cair. BAB cair 1 kali dalam
sehari, tidak ada darah, warna tidak seperti air cucian beras. Pasien juga
mengeluh nyeri ulu hati, nyeri kepala, nyeri menelan dan nyeri seluruh
badan. Badan terasa lemas. Tidak ada muntah. BAK terasa nyeri dan
sedikit. Saat datang pasien sedang haid hari keenam.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien memiliki riwayat rhinitis alergi. Riwayat HT, DM tidak diketahui.
D. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat HT, DM dan penyakit lain dikeluarga tidak diketahui.
13
E. Riwayat Pekerjaan :
Pasien tidak berkerja. Pasien menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional
untuk pembiayaan rumah sakit.
14
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bunyi paru vesikuler +/+, ronki -/-, wheezing -/-.
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tida teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni (+), reguler, gallop (-), murmur
(-)
Abdomen
Inspeksi : Kesan datar
Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
Perkusi : Tymphani
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada regio epigastrium, hipokondrium
kanan, unbilikus, suprapubik, iliaka dextra dan iliaka
sinistra, defans muskuler (-), turgor cukup, balotemen (-),
hati dan limpa tidak teraba.
Ekstremitas
Akral hangat, tidak ada deformitas, CRT<2 detik, pitting edem (-), sianosis (-),
parese (-), clubbing finger (-), sendi bengkok (-), jari keriput (-), petechiae (-)
15
MCHC 31,7 (L) 32-36 g/dL
3
PLT 113 100-300 10 /uL
3
LYM 0,66 0,6-3,5 10 /uL
3
MXD 0,18 0,1-0,9 10 /uL
3
Neutrofil 2,54 1,3-6,7 10 /uL
LYM % 20,6 14-53 %
MXD % 5,6 3-16 %
Neutrofil % 73,8 30-90 %
RDW_CV 15,7 11-16 %
RDW_SD 38,5 35-56 fL
PDW 15,6 15-18 fL
MPV 10,3 7-13 fL
P_LCR 25,1 13-43 %
PCT 0,116 0,1-0,28 %
3
P_LCC 28 13-129 10 /uL
Pemeriksaan Urine
WARNA Kuning Kuning
PH 5,0 6,0 – 8,5
BJ 1,020 1,000 – 1,005
PROTEIN Negatif Negatif
UROBILINOGEN Negatif Negatif
BILIRUBIN Negatif Negatif
KETON Positif +3 Negatif
NITRIT Negatif Negatif
GLUCOSA Negatif Negatif
LEUKOSIT Negatif Negatif
ERITROSIT Negatif Negatif
SEDIMEN
1. Leukosit 0-5/LPB 0-5/LPB
2. Eritrosit 0-2/LPB 0-3/LPB
16
3. Kristal Ca. Oxalat Negatif Negatif
4. Kristal Asam Urat Negatif Negatif
5. Granula Negatif Negatif
6. Epitel Sel Negatif Negatif
3.6 Rencana
A. Diagnosis
Masalah pasien sudah dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
B. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan di IGD :
1. IVFD Ringer Lactat 28 tpm
2. Paracetamol/8 Jam/IV
3. Ranitidin 50 mg/12 Jam/IV
C. Edukasi
Pasien dijelaskan mengenai kondisinya saat ini, terapi yang diberikan dan
prognosis penyakit. Edukasi lebih ditekankan bahwa terapi hanya bersifat
suportif dan mencegah perburukan penyakit.
D. Konsultasi
Pasien dijelaskan bahwa akan dikonsulkan dan dirawat dengan DPJP
dokter spesialis penyakit dalam lebih lanjut.
17
3.7 Catatan Perkembangan Pasien
Tanggal 06-05-2019
Jam 08.00
S : Sakit kepala, demam naik turun, susah BAK
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
TD : 100/70 mmHg, N : 118 x/menit, RR : 24 x/menit, S 38,3 C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (+), NT
epigastrium, hipokondrium kanan, unbilikus, suprapubik, iliaka
dextra dan iliaka sinistra. Hepar/ lien tidak teraba.
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik, CRT 2 detik, Petekie (-)
A : Febris ec Dengue Fever (H3)
P : RL 28 TPM
Paracetamol/8 Jam/IV
Ranitidin 50 mg/12 Jam/IV
Cek DR ulang besok
18
3
PLT 113 100-300 10 /uL
3
LYM 0,66 0,6-3,5 10 /uL
3
MXD 0,18 0,1-0,9 10 /uL
3
Neutrofil 2,54 1,3-6,7 10 /uL
LYM % 20,6 14-53 %
MXD % 5,6 3-16 %
Neutrofil % 73,8 30-90 %
RDW_CV 15,7 11-16 %
RDW_SD 38,5 35-56 fL
PDW 15,6 15-18 fL
MPV 10,3 7-13 fL
P_LCR 25,1 13-43 %
PCT 0,116 0,1-0,28 %
3
P_LCC 28 13-129 10 /uL
Tanggal 07-05-2019
Jam 08.00
S : Demam naik turun, sakit kepala
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
TD : 100/80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, S 37,0 C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (+), NT
epigastrium, hipokondrium kanan, unbilikus, suprapubik, iliaka
dextra dan iliaka sinistra. Hepar/ lien tidak teraba.
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik, CRT 2 detik, Petekie (-)
A : Febris ec Dengue Haemorrhagic Fever (H4)
P : RL 28 TPM
19
Paracetamol/8 Jam/IV jika demam
Ranitidin 50 mg/12 Jam/IV
Cek DR setiap hari, IgG IgM Dengue
Jam 14.00
S : Demam naik turun, sakit kepala
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
TD : 90/60 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, S 37,0 C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (+), NT
epigastrium, hipokondrium kanan, unbilikus, suprapubik, iliaka
dextra dan iliaka sinistra. Hepar/ lien tidak teraba.
Ekstrimitas : akral dingin, CRT 2 detik, Petekie (-)
A : Dengue Shock Syndrome (H4)
P : Loading cairan 500-1000 ml
Jika tekanan darah tidak naik tambahkan dobutamin 5
mcg/kg/Jam/IV
Pindah ICU
Pasang kateter
Observasi Tekanan Darah per Jam
20
HCT 44 35-50 %
MCV 78,6 (L) 80-100 fL
MCH 24,3 (L) 27-34 pg
MCHC 30,9 (L) 32-36 g/dL
3
PLT 34 (L) 100-300 10 /uL
3
LYM 0,68 0,6-3,5 10 /uL
3
MXD 0,14 0,1-0,9 10 /uL
3
Neutrofil 0,95 (L) 1,3-6,7 10 /uL
LYM % 38,2 14-53 %
MXD % 8 3-16 %
Neutrofil % 53,8 30-90 %
RDW_CV 14,4 11-16 %
RDW_SD 39,3 35-56 fL
PDW 24,2 (H) 15-18 fL
MPV 13,7 (H) 7-13 fL
P_LCR 32,6 13-43 %
PCT 0,047 (L) 0,1-0,28 %
3
P_LCC 11 (L) 13-129 10 /uL
Tanggal 08-05-2019
S : Nyeri perut, mual, BAK (+) tadi malam
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
TD : 98/68 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 24 x/menit, S 36,0C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (+), NT
hipokondrium kanan, lumbalis kanan. Hepar/ lien tidak teraba.
Ekstrimitas : akral dingin, CRT 2 detik, Petekie (+)
21
A : Dengue Shock Syndrome (H5)
P : O2 (K/P)
RL 28 TPM
Paracetamol jika demam
Ranitidin 50 mg/12 Jam/IV
Ketorolac 30 mg/8 Jam/IV (K/P) jika nyeri
Cek SGOT/SGPT, DR per hari
Pasang kateter urin
Balans target seimbang
Jika TD turun < 90/60 mulai dobutamin 5 mcg/kg/jam/IV
Pindah ICU
22
RDW_CV 14,9 11-16 %
RDW_SD 40,2 35-56 fL
PDW 26,4 (H) 15-18 fL
MPV 14,5 (H) 7-13 fL
P_LCR 33,6 13-43 %
PCT 0,039 (L) 0,1-0,28 %
3
P_LCC 9 (L) 13-129 10 /uL
Anti Dengue IgG & Negatif Negatif
IgM
Tanggal 09-05-2019
S : Demam (-), nyeri perut (+)
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
TD : 112/75 mmHg, N : 78 x/menit, RR : 20 x/menit, S 36,0 C
Kepala : +/+, Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (+), NT
hipokondrium kanan, lumbalis kanan. Hepar/ lien tidak teraba.
Ekstrimitas : akral dingin, CRT 2 detik, Petekie (+)
Urin 1800/24 Jam
A : Dengue Shock Syndrome (H6)
P : Gelofusin 12 TPM
RL 12 TPM
Dobutamin 5 mcg/kg/m ↓ 2,5 mcg/kg/m
Ranitidin 50 mg/12 Jam/IV
Ketorolac 30 mg/8 Jam/IV (K/P)
Paracetamol (K/P)
Bladder training
DR/hari IgG IgM Dengue besok
23
Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 09-05-2019
Nama test Hasil Nilai normal
Darah Rutin
3
WBC 5,43 5-10 10 /uL
6
RBC 5,78 (H) 4,0-5,5 10 /uL
HBG 14,2 12-16 g/dL
HCT 45,9 35-50 %
MCV 79,4 (L) 80-100 fL
MCH 24,6 (L) 27-34 pg
MCHC 30,9 (L) 32-36 g/dL
3
PLT 27 (L) 100-300 10 /uL
3
LYM 1,77 0,6-3,5 10 /uL
3
MXD 0,52 0,1-0,9 10 /uL
3
Neutrofil 3,14 1,3-6,7 10 /uL
LYM % 32,5 14-53 %
MXD % 9,6 3-16 %
Neutrofil % 3,14 30-90 %
RDW_CV 14,9 11-16 %
RDW_SD 40,2 35-56 fL
PDW 26,4 (H) 15-18 fL
MPV 14,5 (H) 7-13 fL
P_LCR 33,6 13-43 %
PCT 0,039 (L) 0,1-0,28 %
3
P_LCC 9 (L) 13-129 10 /uL
Kimia Darah
SGOT 38 µ/l (H) 6-32 µ/l
SGPT 29 µ/l 7-32 µ/l
Tanggal 10-05-2019
S : Keluhan (-)
24
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
TD : 112/81 mmHg, N : 78 x/menit, RR : 22 x/menit, S 36,0 C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (-). Hepar/ lien
tidak teraba.
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik, CRT 2 detik
A : Dengue Shock Syndrome (H7)
P : Gelofusin 12 TPM
RL 12 TPM
Dobutamin Stop
Ranitidin 50 mg/12 Jam/IV
Ketorolac 30 mg/8 Jam/IV (K/P)
Paracetamol (K/P)
Bladder training
DR/hari
25
3
LYM 1,98 0,6-3,5 10 /uL
3
MXD 1,58 (H) 0,1-0,9 10 /uL
3
Neutrofil 2,33 1,3-6,7 10 /uL
LYM % 33,6 14-53 %
MXD % 26,7 (H) 3-16 %
Neutrofil % 39,7 30-90 %
RDW_CV 15,2 11-16 %
RDW_SD 38,5 35-56 fL
PDW 24,5 (H) 15-18 fL
MPV 14,4 (H) 7-13 fL
P_LCR 33,9 13-43 %
PCT 0,056 (L) 0,1-0,28 %
3
P_LCC 13 13-129 10 /uL
Anti Dengue IgG & Positif Negatif
IgM
Tanggal 11-05-2019
S : Keluhan (-)
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran kompos mentis, GCS 15
TD : 111/80 mmHg, N : 103 x/menit, RR : 20 x/menit, S 36,0 C
Kepala : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Jantung : BJ I/II reguler, irama teratur, bising (-)
Paru : vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi(-), Bising usus (+) normal, NT (-). Hepar/ lien
tidak teraba.
Ekstrimitas : akral hangat, perfusi baik, CRT 2 detik
A : Dengue Shock Syndrome teratasi dan dalam perbaikan
P : Rawat Jalan
26
Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 11-05-2019
Nama test Hasil Nilai normal
Darah Rutin
3
WBC 6,58 5-10 10 /uL
6
RBC 5,26 4,0-5,5 10 /uL
HBG 12,9 12-16 g/dL
HCT 40,4 35-50 %
MCV 76,8 (L) 80-100 fL
MCH 24,5 (L) 27-34 pg
MCHC 31,9 (L) 32-36 g/dL
3
PLT 105 100-300 10 /uL
3
LYM 2,66 0,6-3,5 10 /uL
3
MXD 1,7 (H) 0,1-0,9 10 /uL
3
Neutrofil 2,22 1,3-6,7 10 /uL
LYM % 40,4 14-53 %
MXD % 25,8 (H) 3-16 %
Neutrofil % 33,8 30-90 %
RDW_CV 16 11-16 %
RDW_SD 38,5 35-56 fL
PDW 23,6 (H) 15-18 fL
MPV 13,9 (H) 7-13 fL
P_LCR 33,6 13-43 %
PCT 0,146 0,1-0,28 %
3
P_LCC 35 13-129 10 /uL
27
BAB IV
PEMBAHASAN
28
tanda peringatan.Selama syok tahap awal,mekanisme kompensasi yang
mempertahankan tekanan darah sistolik dan mengakibatkan tarkikardia dan
vasokonstriksi perifer pengurangan perfusi kulit seperti ektremitas yang dingin
dan waktu pengisisan kapiler yang lambat.Tekanan diastolik biasanya akan naik
mendekati tekanan sistolik dan tekanan nadi menyempit sebagai akibat
peningkatan resistensi vaskular perifer. Pasien dengan syok dengue umumnya
tetap sadar. Hipotensi berkepanjangan dan hipoksia dapat menyebabkan
kegagalan multi organ pada akhirnya dapat menyebabkan kematian pasien.
Pengobatan demam berdarah dengue bersifat suportif. Tatalaksana
didasarkan atas adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasma dan
perdarahan. Perembesan plasma dapat mengakibatkan syok, anoksia, dan
kematian. Deteksi dini terhadap adanya perembesan plasma dan penggantian
cairan yang adekuat akan mencegah terjadinya syok. Adanya perembesan plasma
dan perdarahan dapat diwaspadai dengan pengawasan klinis dan pemantauan
kadar hematokrit dan jumlah trombosit. Pemilihan jenis cairan dan jumlah yang
akan diberikan merupakan kunci keberhasilan pengobatan.
Terapi yang diberikan pada pasien ini meliputi terapi suportif dan
simtomatik. Terapi suportif yang diberikan adalah pemberian O2 melalui nasal
kanul. Pemberian oksigen harus selalu dilakukan pada semua pasien syok.
Saturasi oksigen pada pasien harus dipertahankan > 92%, oleh karena itu untuk
pemantauan diperlukan pemasangan pulse oximetry untuk mengetahui saturasi
oksigen dalam darah.
Selain itu juga dilakukan pemberian cairan intravena berupa ringer laktat
(RL) 20 cc/kgbb. Ringer laktat adalah salah satu larutan kristaloid yang
direkomendasikan WHO pada terapi demam berdarah dengue. Pengobatan awal
cairan intravena pada keadaan syok adalah dengan larutan kristaloid 20 ml/kg
berat badan dalam 30 menit. Apabila syok belum teratasi dan atau keadaan klinis
memburuk setelah 30 menit pemberian cairan awal, cairan diganti dengan koloid 10-
20 ml/kgBB/jam, dengan jumlah maksimal 30 ml/kgBB/jam. Segera setelah terjadi
perbaikan, segera cairan ditukar kembali dengan kristaloid dengan tetesan 20
ml/kgBB. Pada pasien kondisi membaik setelah dilakukan pemberian cairan awal
29
sehingga jumlah cairan yang diberikan dikurangi menjadi 10 ml/kgBB/jam. Jika
kondisi tetap stabil dan membaik maka cairan diturunkan menjadi 5 ml/kgBB/jam
atau Jika dalam 24 jam kondisi membaik dan stabil maka cairan diturunkan lagi
menjadi 3 ml/kgBB/jam dan dalam 48 jam setelah syok teratasi pemberian terapi
cairan dapat dihentikan. Sebagai terapi simptomatik pada pasien ini diberikan
parasetamol untuk mengatasi demam. Karena pasien ini mengeluhkan adanya
nyeri perut terutama di ulu hati maka juga diberikan ranitidine dengan dosis 50
mg untuk sekali pemberian yang diberikan 2 kali sehari. Selain medikamentosa
juga diberikan terapi non medikamentosa, yaitu minum air yang banyak,
mengedukasi keluarga pasien untuk melakukan kegiatan pencegahan terhadap
demam berdarah dengue.
Pasien dapat dipulangkan apabila sudah tidak demam selama 24 jam tanpa
antipiretik, nafsu makan membaik, tampak perbaikan secara klinis, hematokrit
stabil, syok teratasi, jumlah trombosit > 50.000/mm3 dan cenderung meningkat,
serta tidak dijumpai adanya distress pernafasan.
30
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perempuan, 18 tahun, datang dengan keluhan demam 3 hari, perdarahan
pada gusi, nyeri kepala, nyeri seluruh badan, dan badan terasa lemas. Keadaan
umum tampak sakit sedang, compos mentis (GCS 15), TD 100/70 mmHg, nadi
106 x/menit, suhu 38,3 oC, napas 24x/menit. Hasil laboratorium WBC 3,18, HCT
36,3, PLT 113. Pada hari perawatan kedua, didapatkan TD 90/60, akral dingin,
dan hasil laboratorium WBC 1,77, HCT 44, PLT 34 . Pasien didiagnosis sebagai
dengue shock syndrome berdasarkan kriteria klinis dan laboratories dari WHO.
Tatalaksana pada pasien ini berupa suportif dan simptomatik yang berupa
pemberian terapi cairan yang disesuaikan dengan bagan pemberian terapi cairan
pada Dengue Shock Syndrome. Sebagai terapi simptomatik pada pasien ini
diberikan parasetamol untuk mengatasi demam dan diberikan ranitidine dengan
dosis 50 mg untuk sekali pemberian yang diberikan 2 kali sehari untuk mengatasi
nyeri ulu hati, serta edukasi mengenai kondisinya saat ini, terapi yang diberikan
dan prognosis penyakit.
31
DAFTAR PUSTAKA
32