Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Traumatologi berasal dari kata trauma dan logos. Trauma berarti


kekerasan atas jaringan tubuh yang masih hidup (living tissue) sedangkan logos
berarti ilmu. Jadi, pengertian yang sebenarnya dari traumatologi adalah ilmu yang
mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan kekerasan terhadap jaringan
tubuh manusia yang masih hidup, juga mempelajari tentang luka dan cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan, sedangkan yang dimaksud dengan luka
adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan.
Kegunaannya selain untuk kepentingan pengobatan juga dalam kepentingan
forensik sebab dapat diaplikasikan guna membantu penegak hukum dalam rangka
membuat terang tindak pidana kekerasan yang menimpa tubuh seseorang.1
Trauma merupakan hal yang biasa dijumpai dalam kasus forensik. Trauma
dalam bidang forensik sudah dikenal sejak lama. Pada masa Persia kuno telah
dikenal tingkat atau kualifikasi luka dan pemeriksaan yang dilakukan pada orang-
orang yang mengalami perlukaan. Aquillia (572 SM) menulis tentang perlukaan
yang dapat mematikan dan pendapat medis dalam menaksir kegawatannya. Bohn
(1970) adalah orang yang pertama kali membedakan luka ante mortem dan post
mortem.2
Trauma merupakan salah satu penyebab kematian, baik kematian yang
mendadak atau tidak. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang teliti apakah
perlukaan pada seseorang dapat berakibat fatal atau tidak, dan ini merupakan poin
penting untuk membantu proses peradilan.
Trauma dikelompokkan berdasarkan sifatnya menjadi trauma mekanik, fisika dan
kimia.1
Dalam sebuah penelitian, jumlah data secara keseluruhan yang berasal
dan 33 provinsi di Indonesia adalah 972.317 responden. Adapun untuk responden
yang pernah mengalami cedera selama kurun waktu 12 bulan terakhir sebanyak
77.248 orang. Responden bisa mempunyai jawaban lebih dan satu penyebab

1
cedera selama kurva waktu 12 bulan tersebut. Dan jumlah tersebut tiga proporsi
penyebab cedera terbesar yaitu jatuh sebanyak 45.987 orang (59,6%), kecelakaan
lalu lintas sekitar 20.829 orang (27%), dan terluka benda tajam/tumpul Sebesar
144.127 orang (18,3 %).13
Dari 74 kasus yang masuk di Instalansi Forensik RS. Bhayangkara
Semarang periode ahun 1 Januari 2007 sampai 31 Agustus 2010 didapatkan kasus
tersering adalah trauma benda tumpul 40 kasus (54,05%) dan lokasi perdarahan
kepala merupakan lokasi perdarahan yang menyebabkan kematian tersering
adalah 46 kasus (62,16%).
Trauma mekanik atau luka mekanik disebabkan oleh kekerasan benda
tajam, benda tumpul dan senjata api. Trauma atau luka mekanik terjadi karena alat
atau senjata dalam berbagai bentuk, alami atau dibuat manusia. Senjata atau alat
yang dibuat manusia seperti kampak, pisau, panah, martil dan lain-lain. Bila
ditelusuri, benda-benda ini telah ada sejak zaman pra sejarah dalam usaha
manusia mempertahankan hidup sampai dengan pembuatan senjata-senjata masa
kini seperti senjata api, bom dan senjata penghancur lainnya. Akibat pada tubuh
dapat dibedakan dari penyebabnya. Benda tumpul yang sering mengakibatkan
luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju,lantai, jalan dan lain-lain.
Adapun definisi dari benda tumpul itu sendiri adalah :
 Tidak bermata tajam
 Konsistensi keras / kenyal
 Permukaan halus / kasar
Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab, yaitu alat atau senjata yang
mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain orang
bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal
kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang sulit dipastikan.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
\

2.1 Definisi Trauma


Trauma atau luka dari aspek medikolegal sering berbeda dengan
pengertian medis. Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah
hilangnya diskontinuitas dari jaringan. Dalam pengertian medikolegal trauma
adalah pengetahuan tentang alat atau benda yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan seseorang. Trauma mekanik terjadi karena alat atau senjata dalam
berbagai bentuk, alami atau dibuat manusia, trauma tumpul sendiri diakibatkan
oleh benda yang memiliki permukaan tumpul.4
2.2 Trauma Akselerasi dan Deselerasi
Trauma tumpul dapat diklasifikasikan menjadi dua mekanisme utama
yaitu cedera akselerasi (kompresi) dan cedera deselerasi (perlambatan). Cedera
akselerasi (kompresi) merupakan suatu kondisi trauma tumpul langsung ke area
abdomen atau bagian pinggang. Kondisi ini memberikan menifestasi kerusakan
vascular dengan respons terbentuknya formasi hematom di dalam viseria. Cedera
kompresi yang kuat dapat juga mengakibatkan peningkatan tekanan transien
intraluminal yang memberikan respon adanya rupture pada organ di dalam
abdomen. Peningkatan tekanan transien inraabdomen adalah mekanisme umum
trauma tumpul yang mencederai usus kecil.
Cedera deselerasi adalah suatu kondisi di mana suatu peregangan yang
berlebihan memberikan manifestasi terhadap cedera intraabdomen. Kekuatan
peregangan secara longitudinal memberikan manifestasi rupture (robek) pada
struktur di persimpangan antara segmen intraabdomen. Cedera deselerasi yang
paling sering adalah cedera pada hepar sepanjang ligamentum teres dan cedera
lapisan intima arteri ginjal. Kondisi lain juga akan memberikan manifestasi
pergeseran usus besar, thrombosis, dana cedera mesentrika disertai dengan cedera
pada sistem vascular splanknik. Kondisi cedera akselerasi memberikan berbagai

3
masalah pada pasien sesuai organ intraabdominal yang mengalami gangguan. Hal
ini memberikan implikasi kedaruratan klinis, respons sistemik, dan dampak
intervensi medis.11
2.3 Luka Akibat Trauma Tumpul
Kekerasan oleh benda keras dan tumpul dapat mengakibatkan berbagai
macam jenis luka, antara lain :
a. Memar (Kontusio)
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit akibat
pecahnya kapiler dan vena. Merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai
oleh kerusakan jaringan tanpa disertai discontinuitas permukaan kulit.1
Pada saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah
menjadi ungu atau hitam setelah 4-5 hari akan berwarna hijau yang kemudian
akan menjadi kuning dalam 7-10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14-15
hari. Perubahan warna tersebut berlangsung mulai dari tepi.5
Pada orang yang menderita penyakit defisiensi atau menderita
kelainan darah, kerusakan yang terjadi akan lebih besar dibanding orang
normal. Oleh sebab itu, besar kecilnya memar tidak dapat dijadikan ukuran
untuk menentukan besar kecilnya benda penyebabnya atau keras tidaknya
pukulan.1
Dilihat sepintas luka memar terlihat seperti lebam mayat, tetapi
jika diperiksa dengan seksama akan dapat dilihat perbedaannya5 :
Memar Lebam Mayat
- Lokasi - Bisa dimana saja - Pada bagian terendah
- Pembengkakan - Positif - Negatif
- Bila ditekan - Warna tetap - Memucat / hilang
- Mikroskopik - Reaksi jaringan (+) - Reaksi jaringan (-)
b. Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet atau abrasi adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya
atau lepasnya lapisan luar dari kulit, yang ciri-cirinya adalah :
- Bentuk luka tidak teratur
- Batas luka tidak teratur

4
- Tepi luka tidak rata
- Kadang-kadang ditemukan sedikit perdarahan
- Permukaan tertutup oleh krusta
- Warna coklat kemerahan
- Pada pemeriksaan mikroskopis terlihat adanya beberapa bagian yang
masih tertutup epitel dan reaksi jaringan.1
Luka lecet dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja yang
terkena, lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis) atau lebih dalam lagi
sampai ke jaringan lunak bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari
lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena sehingga terjadi perdarahan.
Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua
tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana
epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada
luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.4
Perkiraan umur luka lecet:
Umur luka lecet secara nakroskopis maupun mikroskopis dapat
diperkirakan sebagai berikut:
- Hari ke 1 – 3 berwarna coklat kemerahan karena eksudasi darah dan
cairan limfe.
- 2-3 hari kemudian pelan-pelan bertambah suram dan lebih gelap.
- Setelah 1-2 minggu mulai terjadi pembentukan epidermis baru.
- Dalam beberapa minggu akan timbul penyembuhan lengkap.6
Walaupun kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet
mempunyai arti penting di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh karena
dari luka tersebut dapat memberikan banyak hal, misalnya:
a. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat
dalam tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang
dari pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka lecet di daerah yang
sesuai dengan alat-alat dalam tersebut.
b. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang
menyebabkan luka, seperti :

5
- Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan
tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat,
perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat
penjerat dan memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan
bentuk permukaan dari alat penjerat, seperti jalianan tambang atau
jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam kasus penjeratan
sering juga dinamakan “jejas jerat”, khususnya bila alat penjerat
masih tetap berada pada leher korban.
- Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas
oleh ban kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh
korban seringkali merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut,
khususnya bila ban masih dalam keadaan yang cukup baik, dimana
“kembang” dari ban tersebut masih tampak jelas, misalnya berbentuk
zig-zag yang sejajar. Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari,
informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat pada tubuh korban
sangat bermanfaat di dalam penyidikan.
- Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel
pada tubuh korban, akan memberikan gambaran kelainan yang khas
yaitu dengan adanya “jejas laras”, yang tidak lain merupakan luka
lecet tekan. Bentuk dari jejas laras tersebut dapat memberikan
informasi perkiraan dari bentuk moncong senjata yang dipakai untuk
menewaskan korban.
- Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation),
atau yang lebih dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku jari
pembunuh dapat menimbulkan luka lecet yang berbentuk garis
lengkung atau bulan sabit; dimana dari arah serta lokasi luka tersebut
dapat diperkirakan apakah pencekikan tersebut dilakukan dengan
tangan kanan, tangan kiri atau keduanya. Di dalam penafsiran perlu
hati-hati khususnya bila pada leher korban selain didapatkan luka
lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat; dalam kasus seperti ini
pemeriksaan arah lengkungan serta ada tidaknya kuku-kuku yang

6
panjang pada jari-jari korban dapat memberikan kejelasan apakah
kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh diri atau kasus
pembunuhan, setelah dicekik kemudian digantung.
- Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban
bersentuhan dengan radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan
yang merupakan cetakan dari bentuk radiator penabrak.
c. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana
kulit ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila
pengumpulan tersebut terdapat di sebelah kanan maka arah kekerasan
yang mengenai tubuh korban adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam
kasus-kasus pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka akan
dijumpai pengumpulan kulit ari yang terlepas yang mendekati ke arah
tangan, bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke arah kaki
bila kaki korban yang dipegang sewaktu korban diseret.7
Sesuai dengan mekanisme terjadinya luka lecet dapat
diklasifikasikan sebagai:
1. Luka lecet gores
Diakibatkan oleh benda runcing, misal kuku jari, yang menggeser lapisan
permukaan kulit (epidermis) dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat
sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi.
2. Luka lecet serut
Variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit lebih lebar. Arah kekerasan ditentukan dengan melihat
letak tumpukan epitel.
3. Luka lecet tekan
Disebabkan oleh penjejakan benda tumpul terhadap kulit. Karena kulit
adalah jaringan yang lentur, maka bentuk luka belum tentu sama dengan
permukaan benda, tetapi masih mungkin untuk mengidentifikasi benda
penyebab yang mempunyai bentuk khas, misal kisi-kisi radiator mobil,
jejas gigitan, dsb. Gambaran yang ditemukan adalah daerah kulit yang
kaku dengan warna lebih gelap dari sekitarnya.

7
4. Luka lecet geser
Disebabkan oleh tekanan linier kulit disertai gerakan bergeser, misalnya
pada kasus gantung atau jerat. Luka lecet geser yang terjadi semasa hidup
sulit dibedakan dari luka lecet geser yang terjadi segera pasca mati.5
Perbedaan luka lecet ante motem dan post mortem3
ANTE MORTEM POST MORTEM
1. Coklat kemerahan 1. Kekuningan
2. Terdapat sisa sisa-sisa epitel 2. Epidermis terpisah
1. Tanda intravital (+) sempurna dari dermis
2. Sembarang tempat 3. Tanda intravital (-)
4. Pada daerah yang ada
penonjolan tulang

c. Luka Robek (Lacerasi)


Luka robek (vulnus laceratum) / luka terbuka adalah luka yang
disebabkan karena persentuhan dengan benda tumpul dengan kekuatan yang
mampu merobek seluruh lapisan kulit dan jaringan di bawahnya, yang ciri –
cirinya sebagai berikut :
- Bentuk garis batas luka tidak teratur dan tepi luka tak rata
- Bila ditautkan tidak dapat rapat (karena sebagaian jaringan hancur)
- Tebing luka tak rata serta terdapat jembatan jaringan
- Di sekitar garis batas luka di temukan memar
Lokasi luka lebih mudah terjadi pada daerah yang dekat dengan tulang
(misalnya daerah kepala, muka atau ekstremitas). Karena terjadinya luka
disebabkan oleh robeknya jaringan maka bentuk dari luka tersebut tidak
menggambarkan bentuk dari benda penyebabnya. Jika benda tumpul yang
mempunyai permukaan bulat atau persegi dipukulkan pada kepala maka luka
robek yang terjadi tidak berbentuk bulat atau persegi.1
Suatu pukulan yang mengenai bagian kecil area kulit dapat
menyebabkan kontusio dari jaringan subkutan, seperti pinggiran balok kayu,
ujung dari pipa, permukaan benda tersebut cukup lancip untuk menyebabkan
sobekan pada kulit yang menyebabkan laserasi. Laserasi disebabkan oleh

8
benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga
merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan
kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya
terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda
tersebut yang mengalami indentasi.
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan
jaringan dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan.
Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan
laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari laserasi dapat
menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi
laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang
terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan.
Bentuk dari laserasi tidak dapat menggambarkan bahan dari benda
penyebab kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan
jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga
pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau
laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung
laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut
dengan “swallow tails”. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi
yang mirip.
Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi
tersebut, perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan
awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan
penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang
bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar
atau krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang
secara bertahap mengisi saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke
bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak
mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan
tidak seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera segera,

9
beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati
dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya
perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi
kecil tanpa adanya robekan arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila
perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi yang multipel yang mengenai
jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan yang hebat
sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit
atau membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari
permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam
jaringan. Port d’entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya
penyembuhan luka yang sempurna. Bila luka terjadi dekat persendian maka
akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah
laserasi tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut.
Benturan yang terjadi pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan
lemak dapat menyebabkan emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik.
Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari
suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa.
Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang
komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama setelah trauma yang
dapat menyebabkan perdarahan hebat.4
d. Fraktur
Fraktur adalah suatu diskontinuitas tulang. Istilah fraktur pada
bedah hanya memiliki sedikit makna pada ilmu forensik. Pada bedah, fraktur
dibagi menjadi fraktur sederhana dan komplit atau terbuka.
Terjadinya fraktur selain disebabkan suatu trauma juga dipengaruhi
beberapa faktor seperti komposisi tulang tersebut. Anak-anak tulangnya
masih lunak, sehingga apabila terjadi trauma khususnya pada tulang
tengkorak dapat menyebabkan kerusakan otak yang hebat tanpa
menyebabkan fraktur tulang tengkorak. Wanita usia tua sering kali telah

10
mengalami osteoporosis, dimana dapat terjadi fraktur pada trauma yang
ringan.
Pada kasus dimana tidak terlihat adanya deformitas maka untuk
mengetahui ada tidaknya fraktur dapat dilakukan pemeriksaan menggunakan
sinar X, mulai dari fluoroskopi, foto polos. Xero radiografi merupakan teknik
lain dalam mendiagnosa adanya fraktur.
Fraktur mempunyai makna pada pemeriksaan forensik. Bentuk dari
fraktur dapat menggambarkan benda penyebabnya (khususnya fraktur tulang
tengkorak), arah kekerasan. Fraktur yang terjadi pada tulang yang sedang
mengalami penyembuhan berbeda dengan fraktur biasanya. Jangka waktu
penyembuhan tulang berbeda-beda setiap orang. Dari penampang makros
dapat dibedakan menjadi fraktur yang baru, sedang dalam penyembuhan,
sebagian telah sembuh, dan telah sembuh sempurna. Secara radiologis dapat
dibedakan berdasarkan akumulasi kalsium pada kalus. Mikroskopis dapat
dibedakan daerah yang fraktur dan daerah penyembuhan. Penggabungan dari
metode diatas menjadikan akurasi yang cukup tinggi. Daerah fraktur yang
sudah sembuh tidaklah dapat menjadi seperti tulang aslinya.
Perdarahan merupakan salah satu komplikasi dari fraktur. Bila
perdarahan sub periosteum terjadi dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan
disfungsi organ tersebut. Apabila terjadi robekan pembuluh darah kecil dapat
menyebabkan darah terbendung disekitar jaringan lunak yang menyebabkan
pembengkakan dan aliran darah balik dapat berkurang. Apabila terjadi
robekan pada arteri yang besar terjadi kehilangan darah yang banyak dan
dapat menyebabkan pasien shok sampai meninggal. Syok yang terjadi pada
pasien fraktur tidaklah selalu sebanding dengan fraktur yang dialaminya.
Selain itu juga dapat terjadi emboli lemak pada paru dan jaringan
lain. Gejala pada emboli lemak di sereberal dapat terjadi 2-4 hari setelah
terjadinya fraktur dan dapat menyebabkan kematian. Gejala pada emboli
lemak di paru berupa distres pernafasan dapat terjadi 14-16 jam setelah
terjadinya fraktur yang juga dapat menyebabkan kematian. Emboli sumsum
tulang atau lemak merupakan tanda antemortem dari sebuah fraktur.

11
Fraktur linier yang terjadi pada tulang tengkorak tanpa adanya
fraktur depresi tidaklah begitu berat kecuali terdapat robekan pembuluh darah
yang dapat membuat hematom ekstra dural, sehingga diperlukan depresi
tulang secepatnya. Apabila ujung tulang mengenai otak dapat merusak otak
tersebut, sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang, koma hingga
kematian.4
e. Kompresi
Kompresi yang terjadi dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan efek lokal maupun sistemik yaitu asfiksia traumatik sehingga
dapat terjadi kematiaan akibat tidak terjadi pertukaran udara.4
f. Perdarahan
Perdarahan dapat muncul setelah terjadi kontusio, laserasi, fraktur,
dan kompresi. Kehilangan 1/10 volume darah tidak menyebabkan gangguan
yang bermakna. Kehilangan ¼ volume darah dapat menyebabkan pingsan
meskipun dalam kondisi berbaring. Kehilangan ½ volume darah dan
mendadak dapat menyebabkan syok yang berakhir pada kematian. Kecepatan
perdarahan yang terjadi tergantung pada ukuran dari pembuluh darah yang
terpotong dan jenis perlukaan yang mengakibatkan terjadinya perdarahan.
Pada arteri besar yang terpotong, akan terjadi perdarahan banyak yang sulit
dikontrol oleh tubuh sendiri. Apabila luka pada arteri besar berupa sayatan,
seperti luka yang disebabkan oleh pisau, perdarahan akan berlangsung lambat
dan mungkin intermiten. Luka pada arteri besar yang disebabkan oleh
tembakan akan mengakibatkan luka yang sulit untuk dihentikan oleh
mekanisme penghentian darah dari dinding pembuluh darah sendiri. Hal ini
sesuai dengan prinsip yang telah diketahui, yaitu perdarahan yang berasal dari
arteri lebih berisiko dibandingkan perdarahan yang berasal dari vena.
Hipertensi dapat menyebabkan perdarahan yang banyak dan cepat
apabila terjadi perlukaan pada arteri. Adanya gangguan pembekuan darah
juga dapat menyebabkan perdarahan yang lama. Kondisi ini terdapat pada
orang-orang dengan penyakit hemofili dan gangguan pembekuan darah, serta
orang-orang yang mendapat terapi antikoagulan. Pecandu alcohol biasanya

12
tidak memiliki mekanisme pembekuan darah yang normal, sehingga
cenderung memiliki perdarahan yang berisiko. Investigasi terhadap kematian
yang diakibatkan oleh perdarahan memerlukan pemeriksaan lengkap seluruh
tubuh untuk mencari penyakit atau kondisi lain yang turut berperan dalam
menciptakan atau memperberat situasi perdarahan.4

13
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : Ny. I
Jenis Kelalamin : Perempuan
Tanggal Lahir : 27 Agustus 1972
Umur : 47 tahun
Agama : Islam
Alamat : Desa Sibowi, Kabupaten Sigi
Tanggal, Jam Masuk : 03 Juni 2019, Jam 12.00

3.2 Anamnesis
A. Keluhan Utama :
Bengkak dan luka pada badan
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Tora Belo Sigi bersama dengan polisi
membawa surat permintaan visum et repertum dengan keluhan bengkak
dan luka pada badan. Pasien mengeluhkan bengkak dan luka pada kelopak
mata kiri disertai dengan nyeri. Selain itu, pasien juga mengeluhkan
bengkak dan nyeri pada dada kiri. Terdapat juga nyeri pada punggung
bawah sampai bokong. Keluhan dialami sejak 1 hari yang lalu. Keluhan
dirasakan akibat di cakar oleh orang lain, dan nyeri pada punggung bawah
sampai bokong akibat terjatuh membentur bebatuan akibat didorong.
Nyeri pada punggung bawah sampai bokong terutama dirasakan jika
digerakan.

14
3.3 Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
a. Tingkat kesadaran : Sadar penuh
b. Denyut nadi : 72 kali/menit
c. Pernapasan : 20 kali/menit
d. Tekanan darah : 120/70 mmHg
e. Suhu badan : 36,5 C
B. Kelainan-Kelainan Fisik
Bagian Luar Tubuh :
a. Kepala : ditemukan satu buah luka lecet pada wajah. Luka
lecet pada kelopak mata kiri dengan bentuk garis berukuran
panjang nol koma lima sentimeter, tidak teratur, batas luka
yang tidak tegas dan tepi luka yang tidak rata, warna seperti
kulit sekitar disertai bengkak dan nyeri pada penekanan.
a. Leher : tidak ada kelainan
b. Bahu : tidak ada kelainan
c. Dada : ditemukan satu buah luka lecet pada dada. Luka lecet
pada dada kiri dengan bentuk garis berukuran panjang satu
koma lima sentimeter, tidak teratur, batas luka yang tidak tegas
dan tepi luka yang tidak rata, tidak disertai bengkak dan nyeri
pada penekanan.
d. Punggung : tidak ada kelainan
e. Perut : tidak ada kelainan
f. Bokong : ditemukan rasa nyeri pada penekanan dan
pergerakan pada bokong, tidak terdapat luka memar.
g. Dubur : tidak ada kelainan
h. Anggota gerak : tidak ada kelainan
Bagian Dalam Tubuh : tidak diperiksa

15
3.4 Kesimpulan Pemeriksaan
Simpulkan bahwa telah diperiksa seorang perempuan, umur empat puluh tujuh
tahun, sadar penuh, keadaan umum baik, ditemukan luka luka lecet di wajah, dada
kiri serta nyeri pada bokong akibat kekerasan benda tumpul yang tidak
menimbulkan halangan dalam pekerjaannya.

16
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis yang telah dilakuan identitas pasien seorang


perempuan I berumur 47 tahun, telah mengalami penganiayaan yang dilakukan
oleh pelaku yang lebih dari 1 orang melakukan penganiayaan dengan
menggunakan tangan kepada pasien saat pasien dengan mencakar pasien dan
mendorong sampai terjatuh membentur bebatuan pada saat beradu argumen
tentang konsumsi buka puasa.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tingkat kesadaran penuh dan keadaan
umum baik, didapatkan tanda-tanda kekerasan berupa luka lecet. Luka lecet
ditemukan di bagian wajah ciri-ciri bentuk garis berukuran panjang nol koma lima
sentimeter, tidak teratur, batas luka yang tidak tegas dan tepi luka yang tidak rata,
warna seperti kulit sekitar disertai bengkak dan nyeri pada penekanan. Luka lecet
pada dada kiri dengan bentuk garis berukuran panjang satu koma lima sentimeter,
tidak teratur, batas luka yang tidak tegas dan tepi luka yang tidak rata, tidak
disertai bengkak dan nyeri pada penekanan. Serta nyeri pada penekanan dan
pergerakan pada bokong, tidak terdapat luka memar. Kedua luka dan nyeri
tersebut kemungkinan diakibatkan kekerasan benda tumpul, karena ciri-ciri
bentuk luka akibat benda tumpul secara umum sama dengan luka pada pasien
yaitu bentuk luka yang tidak teratur, batas luka yang tidak tegas dan tepi luka
yang tidak rata. Pasien masih bisa melaksanakan pekerjaaannya dan luka pada
pasien dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan cacat.

17
BAB V
KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seorang


perempuat, umur empat puluh tujuh tahun, ditemukan luka lecet di wajah, dada
kiri dan nyeri di bokong akibat kekerasan benda tumpul yang tidak menimbulkan
halangan dalam pekerjaannya dan luka dapat sembuh sempurna tanpa
meninggalkan bekas.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. Cetakan Pertama semarang:


Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2000.
2. Anonim; http//www.traumatologi.webs.com
3. Apuranto Hariadi. Luka Akibat Benda Tumpul. Diunduh
dari http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/…/LUKA%20TUM
PUL.pdf
4. Traumatologi Forensik. Diunduh dari http://www.freewebs.com/
traumatologie2/index.htm
5. Budiyanto A, Widiatmika W, Sudiono S, et al. Ilmu Kedokteran Forensik.
FK-UI. Jakarta. 1997.
6. Anonim;http://blogkputih.blogspot.com/2012/01/jenis-jenis-luka-luka-
rusaknya-jaringan.html
7. Anonim; http://karikaturijo.blogspot.com/2010/06/diskripsi-luka-
forensik.html Dikutip dari: www.fk.uwks.ac.id
8. Mansjoer A, dkk. Traumatologi. Dalam Kapita Selekta Kedokteran , ed 3.
Jilid kedua. Media Aeskulapius. FK-UI.2000
9. Amir A. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik, ed 2. Bagian Ilmu
kedokteran Forensik dan Medikolegal FK-USU. Medan. 2007.
10. Dahlan, Sofwan. Pembuatan Visum et Repertum. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, 2008.
11. Muttaqin, Arif, Kumala Sari. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Salemba medika. Jakarta.2011.
12. Nugraha, A. 2006. Kecelakaan. Sumber: KepMen Pertambangan dan
Energi No. 555.K/26/M.PE/1995.

19
LAMPIRAN

Gambar Pemeriksaan Pasien Ny. I

20

Anda mungkin juga menyukai