Anda di halaman 1dari 7

Nama : Lutviyah Dwi

NIM : 150351605475

Off : OFF B 2015/ Pend. IPA

TUGAS INDIVIDU “Analisis Keterkaitan Literasi Sains dengan Taksonomi Bloom”

Literasi Sains

Literasi sains terbentuk dari 2 kata, yaitu literasi dan sains. Secara harfiah literasi
berasal dari kata literacy yang berarti melek huruf/gerakan pemberantasan buta huruf. Adapun
sains berasal dari bahasa latin sciere artinya to know yang diartikan sebagai ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, sains didapatkan melalui kumpulan pengetahuan tentang obyek dan fenomena
alam yang dilakukan dengan langkah-langkah yang sistematis, dilandasi dengan sikap ilmiah
dan metode ilmiah.
Literasi sains berarti penghargaan pada ilmu pengetahuan dengan cara meningkatkan
komponen-komponen belajar dalam diri agar dapat memberi kontribusi pada lingkungan
sosial. Berdasarkan pernyataan diatas literasi sains memiliki arti luas, setiap kalangan dapat
memberikan kontribusi dalam mengartikan literasi sains. Setiap kalangan umur memberikan
kontribusi terhadap teknolgi berdasarkan tingkat pemahaman yang dimilikinya.
Menurut PISA 2006 (Bybee, 2008) literasi sains dapat dicirikan sebagai terdiri dari
empat aspek yang akan diperoleh yaitu:
1) Menyadari situasi kehidupan yang melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ini adalah konteks untuk unit penilaian dan barang-barang;
2) Memahami dunia alam, termasuk teknologi, atas dasar pengetahuan ilmiah yang
meliputi pengetahuan tentang alam dan pengetahuan tentang ilmu itu sendiri;
3) Kompetensi mencakup mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan
fenomena ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah sebagai dasar argumen
mengambil kesimpulan dan keputusan. (Astuti,2016:16)

Sesuai dengan definisi literasi sains, maka karakteristik asesmen PISA terdiri atas 4
(empat) komponen yang saling terkait antara yang satu dengan lainnya. Masing-masing
komponen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. :
a. Konteks: mengenal situasi kehidupan yang melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Konteks sains terdiri atas personal, sosial, dan global seperti: kesehatan, sumber daya
alam, lingkungan hidup, bencana alam, dan pemanfaatan sains dan teknologi.
b. Pengetahuan: memahami alam atas dasar pengetahuan ilmiah yang mencakup
pengetahuan tentang alam, dan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan itu sendiri.
Aspek-aspek pengetahuan terdiri atas: physical systems(sistem materi, perubahan kimia,
reaksi kimia, gerak dan daya, energi), living systems(manusia, hewan, dan tanaman,
ekosistem, biosfeer), earth and space systems(kebumian dan ruang angkasa), technology
systems(ilmu pengetahuan dan teknologi).
c. Kompetensi: menunjukkan kompetensi sains yang mencakup mengidentifikasi isu-isu
ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah.
d. Sikap: menunjukkan minat dalam ilmu pengetahuan, dukungan terhadap penyelidikan
ilmiah, dan motivasi untuk bertindak secara bertanggung jawab terhadap, misalnya
sumber daya alam dan lingkungan (Haris,2014).

Proses sains merujuk pada proses untuk menjawab pertanyaan atau menyelesaikan
masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi fenomena alam dan menjelaskan
kesimpulan dari fenomena yang terjadi. Proses literasi sains diikuti pula dengan proses
penilaian. PISA (2000) menetapkan lima komponen proses sains dalam penilaian literasi sains,
yaitu :
1. Mengenal pertanyaan ilmiah, yaitu pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah, seperti
mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab oleh sains
2. Mengidentifikasi bukti yang diperlukan dalam penyelidikan ilmiah. Proses ini melibatkan
identifikasi atau pengajuan bukti yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan dalam
suatu penyelidikan sains, atau prosedur yang diperlukan untuk memperoleh bukti itu
3. Menarik dan mengevaluasi kesimpulan. Proses ini melibatkan kemampuan
menghubungkan kesimpulan dengan bukti yang mendasari atau seharusnya mendasari
kesimpulan itu
4. Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid, yakni mengungkapkan secara tepat
kesimpulan yang dapat ditarik dari bukti yang tersedia.
5. Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep-konsep sains, yakni kemampuan
menggunakan konsep-konsep dalam situasi yang berbeda dari apa yang telah
dipelajarinya.
Hasil akhir proses sains diharapkan siswa dapat menggunakan konsep-konsep sains dalam
konteks yang berbeda sesuai dengan yang telah dipelajari. PISA memandang pendidikan sains
untuk mempersiapkan warganegara masa depan, untuk mampu berpartisipasi dalam
masyarakat yang akan semakin terpengaruh oleh kemajuan sains dan teknologi, perlu
mengembangkan kemampuan anak untuk memahami hakekat sains, prosedur sains, serta
kekuatan dan keterbatasan sains (Pisa,2000).

Taksonomi Bloom

1. Ranah Kognitif

Ranah ini meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari,
yang berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan,
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Tujuan pembelajaran
dalam ranah kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom merupakan segala aktivitas yang
menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi
yang dilambangkan dengan C (Cognitive) (Dalam buku yang berjudul Taxonomy of
Educational Objectives. Handbook 1 : Cognitive Domain yang diterbitkan oleh McKey New
York. Benyamin Bloom pada tahun 1956) yaitu:

♦ C1 (Pengetahuan/Knowledge)

Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi yang
telah dipelajari, seperti pengetahuan tentang istilah, fakta khusus, konvensi, kecenderungan
dan urutan, klasifikasi dan kategori, kriteria serta metodologi. Tingkatan atau jenjang ini
merupakan tingkatan terendah namun menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Di jenjang
ini, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan dengan hapalan saja.

♦ C2 ( Pemahaman/Comprehension )
Pada jenjang ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami materi
tertentu yang dipelajari. Kemampuan-kemampuan tersebut yaitu :

1. Translasi (kemampuan mengubah simbol dari satu bentuk ke bentuk lain)


2. Interpretasi (kemampuan menjelaskan materi)
3. Ekstrapolasi (kemampuan memperluas arti).
Di jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan dengan kata-katanya sendiri dan dengan
memberikan contoh baik prinsip maupun konsep.
♦ C3 (Penerapan/Application)

Pada jenjang ini, aplikasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi pada
situasi nyata, dimana peserta didik mampu menerapkan pemahamannya dengan cara
menggunakannya secara nyata. Di jenjang ini, peserta didik dituntut untuk dapat menerapkan
konsep dan prinsip yang ia miliki pada situasi baru yang belum pernah diberikan sebelumnya.

♦ C4 (Analisis/Analysis)

Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis adalah kemampuan menguraikan
suatu materi menjadi komponen-komponen yang lebih jelas. Kemampuan ini dapat berupa :

1. Analisis elemen/unsur (analisis bagian-bagian materi)


2. Analisis hubungan ( identifikasi hubungan)
3. Analisis pengorganisasian prinsip/prinsip-prinsip organisasi (identifikasi
organisasi)
Di jenjang ini, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian
menemukan asumsi, dan membedakan pendapat dan fakta serta menemukan hubungan sebab
akibat.

♦ C5 (Sintesis/Synthesis)

Pada jenjang ini, sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan mengkombinasikan
elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik. Kemampuan ini dapat berupa
memproduksi komunikasi yang unik, rencana atau kegiatan yang utuh, dan seperangkat
hubungan abstrak. Di jenjang ini, peserta didik dituntut menghasilkan hipotesis atau teorinya
sendiri dengan memadukan berbagai ilmu dan pengetahuan.

♦ C6 (Evaluasi/Evaluation)

Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal
untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai
suatu ide, kreasi, cara atau metode. Pada jenjang ini seseorang dipandu untuk mendapatkan
pengetahuan baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru serta cara baru yang unik
dalam analisis dan sintesis. Menurut Bloom paling tidak ada 2 jenis evaluasi yaitu :

1. Evaluasi berdasarkan bukti internal


2. Evaluasi berdasarkan bukti eksternal
Di jenjang ini, peserta didik mengevaluasi informasi termasuk di dalamnya melakukan
pembuatan keputusan dan kebijakan.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap, nilai, perasaan, emosi
serta derajat penerimaan atau penolakan suatu obyek dlam kegiatan belajar mengajar.

Kartwohl & Bloom (Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi ranah
afektif menjadi 5 kategori yaitu :

♦ Receiving/Attending/Penerimaan

Kategori ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi penerimaan
masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara pasif. Penerimaan adalah semacam
kepekaan dalam menerima rangsanagn atau stimulasi dari luar yang datang pada diri peserta
didik. Hal ini dapat dicontohkan dengan sikap peserta didik ketika mendengarkan penjelasan
pendidik dengan seksama dimana mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada
mereka danmereka memiliki kemauan untuk menggabungkan diri atau mengidentifikasi diri
dengan nilai itu.

♦ Responding/Menanggapi
Kategori ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau
merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Atau dapat pula
dikatakan bahwa menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya partisipasi aktif
untuk mengikutsertakan dirinya dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya
dengan salah satu cara. Hal ini dapat dicontohkan dengan menyerahkan laporan tugas tepat
pada waktunya.

♦ Valuing/Penilaian
Kategori ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan
terhadap suatu gejala atau stimulus tertentu. Peserta didik tidak hanya mau menerima nilai
yang diajarkan akan tetapi berkemampuan pula untuk menilai fenomena itu baik atau buruk.
Hal ini dapat dicontohkan dengan bersikap jujur dalam kegiatan belajar mengajar serta
bertanggungjawab terhadap segala hal selama proses pembelajaran.
♦ Organization/Organisasi/Mengelola
Kategori ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai, serta pemantapan
dan prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat dicontohkan dengan kemampuan
menimbang akibat positif dan negatif dari suatu kemajuan sains terhadap kehidupan manusia.

♦ Characterization/Karakteristik

Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses internalisais nilai
menempati urutan tertinggi dalam hierarki nilai. Hal ini dicontohkan dengan bersedianya
mengubah pendapat jika ada bukti yang tidak mendukung pendapatnya.

3. Ranah Psikomotor

Ranah ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota badan serta
kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan refleks,
keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta
ekspresif dan interperatif. Kategori yang termasuk dalam ranah ini adalah:

♦ Meniru

Kategori meniru ini merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan contoh
yang diamatinya walaupun belum dimengerti makna ataupun hakikatnya dari keterampilan itu.

♦ Memanipulasi

Kategori ini merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan serta memilih
apa yang diperlukan dari apa yang diajarkan.

♦ Pengalamiahan

Kategori ini merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal yang diajarkan dan
dijadikan sebagai contoh telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan
lebih meyakinkan.

♦ Artikulasi

Kategori ini merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu
keterampilan yang lebih kompleks terutama yang berhubungan dengan gerakan interpretatif.
Analisis :
Literasi sains dapat diartikan melek sains. Dimana setiap orang dapat melakukan
melek sains. Literasi sains berarti penghargaan pada ilmu pengetahuan dengan cara
meningkatkan komponen-komponen belajar dalam diri agar dapat memberi kontribusi pada
lingkungan sosial. Didalam literasi sains terdapat proses sains untuk menyelesaikan atau
menjawab pertanyaan seperti mengindentifikasi ataupun menjawab fenomena – fenomena
yang terjadi di lingkungan sekitar siswa.
Komponen – komponen dalam literasi sains sebagai dasar pengembangan dari
indikator. Literasi sains memiliki beberapa komponen yaitu konteks, pengetahuan,
kompetensi, dan sikap. Bila dikaitkan dengan taksonomi bloom terdapat hubungan antara
komponen dalam literasi sains dengan domain dalam taksonomi bloom. Dalam taksonomi
bloom domain koginitf (pengetahuan) lebih dominan pada literasi sains. Dimana domain
pengetahuan terdapat applying, analysing, evaluating dalam kehidupan sehari – hari. Bila
dikembangkan lebih lanjut domain pengetahuan applying, analysing, evaluating dalam
kehidupan sehari – hari akan menciptakan kemampuan dalam menciptakan hal yang baru
(sesuatu). Pada dasarnya taksonomi bloom juga mendasari adanya komponen dalam literasi
sains. Taksonomi bloom terdiri dari domain kognitif, domain afektif dan domain
psikomotorik. Dimana domain kognitif berhubungan dengan literasi sains dalam
meningkatkan komponen belajar dalam lingkungan sekitar dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai