Anda di halaman 1dari 5

Nama : Happy Firmansyah

NIM : 1511011063
Kelas : B semester 5

A. Menelaah Jurnal
Penulis Lilik Mardiana*, Diah Eko Martini**
Judul Jurnal PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP KUANTITAS
TIDUR BAYI USIA 3-6 BULAN
DI DESA MUNUNGREJO KECAMATAN
NGIMBANG
KABUPATEN LAMONGAN
Jurnal, Halaman SURYA 109 - 115 Vol.02, No.XVIII, Juni 2014
Introduction Tidur merupakan prioritas utama bagi bayi, karena
pada saat inilah terjadi repair neuro-brain dan kurang
lebih 75% hormon pertumbuhan diproduksi. Oleh
karenanya, kualitas dan kuantitas tidur bayi perlu
dijaga. Kualitas dan kuantitas tidur buah hati dapat
dilihat dari cara tidurnya, kenyamanan tidur dan pola
tidur. Perkembangan tidur bayi berkaitan dengan umur
dan maturitas otak, maka jumlah total tidur yang
diperlukan berkurang akan diikuti dengan penurunan
proporsi Rapid Eyes Movement (REM) dan nonREM.
Tidur adalah salah satu bentuk adaptasi bayi terhadap
lingkungannya. Bayi usia 0-5 bulan akan menjalani
hidup barunya dengan 80-90% tidur. Sesaat setelah
bayi lahir, ia biasanya tidur selama 16-20 jam sehari
yang dibagi menjadi 4-5 periode. Memasuki usia 2
bulan bayi mulai lebih banyak tidur malam dibanding
siang. Seorang bayi yang baru lahir sampai kira-kira
usia 3 bulan, akan menghabiskan waktu tidurnya
sekitar 15-17 jam, dengan pembagian waktu 8 jam
untuk tidur siang dan 9 jam untuk tidur malam.
Semakin usia bayi bertambah, jam tidurnya juga
semakin berkurang. Pada usia 3-6 bulan jumlah tidur
siang semakin berkurang, kira-kira 3 kali dan terus
berkurang. Total jumlah waktu tidur berkisar antara
13-15 jam/hari. Pada bayi usia 6 bulan pola tidurnya
mulai tampak mirip dengan orang dewasa (Gola,
2009).
Menurut hasil penelitian Sekartini tahun 2004, yang
dilakukan di 5 kota yaitu Jakarta, Bandung, Medan,
Palembang dan Batam dengan jumlah responden 385
orang, diperoleh data 51,3% bayi mengalami
gangguan tidur, 42% jam tidur malamnya kurang dari
9 jam, terbangun malam hari lebih dari tiga kali dan
lama terbangun pada malam hari lebih dari satu jam.
Berdasarkan studi pendahuluan di Desa Munungrejo
Kecamatan Ngimbang pada bulan Oktober 2013,
dengan mewawancarai 6 orangtua bayi yang berusia
3-6 bulan, diperoleh data 66,7% mengatakan bahwa
bayi sulit untuk tidur malam hari, sering terbangun
pada malam hari lebih dari satu jam, total jumlah tidur
perhari kurang dari 13 jam, dan hanya 33,3% yang
hanya mempunyai jumlah jam tidur normal dengan
rata-rata 14 jam perhari. Bayi yang belum mempunyai
jam tidur yang cukup, keesokan harinya seringkali
menangis dan rewel. Berdasarkan data diatas
menunjukkan bahwa masih banyak bayi yang belum
mempunyai jam tidur yang cukup.
Mengingat akan pentingnya waktu tidur bagi
perkembangan bayi, maka kebutuhan tidurnya harus
benar-benar terpenuhi agar tidak berpengaruh buruk
terhadap perkembangannya. Salah satu cara yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut
adalah dengan pijatan. Bayi yang dipijat akan dapat
tidur dengan lelap, sedangkan pada waktu bangun,
daya konsentrasinya akan lebih penuh (Roesli, 2013).
Peningkatan kuantitas atau lama tidur bayi yang
dilakukan pemijatan disebabkan oleh adanya
peningkatan kadar sekresi serotonin yang dihasilkan
pada saat pemijatan (Roesli, 2013). Menurut Guyton
(2001), serotonin merupakan zat transmitter utama
yang menyertai pembentukan tidur dengan menekan
aktivitas sistem pengaktivasi retikularis maupun
aktivitas otak lainnya. Menurut Mas’ud (2001),
serotonin yang disintesis dari asam amino tripthophan
akan diubah menjadi 5-hidroksitriptophan (5HTP)
kemudian menjadi N-asetil serotonin yang pada
akhirnya berubah menjadi melatonin. Melatonin
mempunyai peran dalam tidur dan membuat tidur
lebih lama dan lelap pada saat malam hari (Pierpoli
dan Regerson, 2005). Hal ini disebabkan karena
melatonin lebih banyak diproduksi pada keadaan
gelap saat cahaya yang masuk ke mata berkurang
(Mas’ud, 2001).
Metode Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pra Eksperimen Design dengan rancangan One
Group Pretest-Postest Design. Sampel pada penelitian
ini adalah sebagian bayi usia 3-6 bulan di Desa
Munungrejo Kecamatan Ngimbang Kabupaten
Lamongan sebanyak 18 bayi. Teknik sampling yang
digunakan adalah Non probability dengan teknik
purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi.
Pengumpulan data menggunakan lembar observasi.
Satu hari sebelum dilakukan pemijatan peneliti
melakukan pretest kuantitas tidur bayi kemudian
keesokan harinya dilakukan pemijatan 3x/minggu
dalam 2 minggu. Satu hari setelah pemijatan peneliti
melakukan postest kuantitas tidur bayi.
Hasil
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka
peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut: Kuantitas
tidur bayi usia 3-6 bulan sesudah dilakukan pemijatan lebih
tinggi (rerata 13,77 jam/hari) daripada sebelum pemijatan
(rerata 12,42 jam/hari) dengan rerata peningkatan sebesar
1,29 jam/hari. Sehingga dari data tersebut dapat ditarik
kesimpulan terdapat pengaruh pijat bayi terhadap kuantitas
tidur bayi usia 3-6 bulan di Desa Munungrejo Kecamatan
Ngimbang Kabupaten Lamongan.

B. Pertanyaan
1. Apakah tujuan utama dari penelitian pada jurnal diatas?
Jawab: Untuk menilai apakah pijat kaki dan tangan dapat memperbaiki
fungsi ANS pada anak-anak yang sakit kritis dan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respons.
2. Apakah tujuan sekunder dan tujuan mendokumentasikan pijat bayi?
Jawab: Tujuan skunder yaitu untuk menilai hubungan antara HRV awal
dan tingkat keparahan klinis dan mengeksplorasi efek dari pijat berulang
pada ANS. Tujuan mendokumentasikan yaitu efek pijat pada ANS
dianggap sebagai langkah awal yang mendasar sebelum melangkah lebih
jauh untuk menilai kemungkinan dampak biologis dan klinis pada anak-
anak yang sakit kritis.
3. Apakah desain penelitian yang digunakan pada jurnal di atas?
Jawab: Desain Penelitian ini merupakan studi eksperimental prospektif
jangka pendek.
4. Apakah desain yang digunakan sesuai dengan penelitian?
Jawab: Iya sesuai dengan penelitian
5. Bagaimana level of evidence dari desain penelitian?
Jawab: termasuk dalam derajat 1a (evidence berasal dari systematic review
atau metanalisis terhadap penelitian-penelitian CRT)
6. Siapa yang menjadi sasaran pada pijat bayi pada jurnal diatas?
Jawab: Semua anak yang dirawat diruang PICU yang memenuhi syarat,
Hanya 22 subjek yang masuk dalam penelitian ini. 22 subyek menerima
lima sesi ekstra. Pada saat pemberian pijatan, di antara 22 subjek, 11
diobati dengan morfin, 8 dibius dengan midazolam atau fentanil, 4
menerima katekolamin (3 dengan epinefrin dan 1 dengan dopamin), dan
tidak ada ventilasi mekanis.
7. Dalam bentuk apa hasil penelitian disajikan?
Jawab: Dalam bentuk tabel
8. Kapan intervensi pijat dilakukan?
Jawab: Intervensi pijat diberikan pada waktu paling awal setelah mendapat
persetujuan 30menit yang panjang dan interval waktu antara dua sesi di
subkelompok anak yang menerima enam sesi adalah 1 sampai 1,5 jam.
9. Ada berapa langkah dalam prosedur pijat? sebutkan!
Jawab: Ada 6 langkah yaitu, sentuhan pengantar, tangan kanan, tangan
kiri, kaki kanan, kaki kiri, dan penutupan.
10. Berapakah subjek yang memenuhi syarat di ruang PICU untuk mengikuti
pijat?
Jawab: Ada 22 subjek anak di ruang PICU yang memenuhi syarat.
11. Apakah hasil penelitian dapat diimplementasikan di keperawatan?
Jawab: Ya
12. Apakah daftar pustaka yang digunakan up to date?
Jawab: Ya
13. Apakah daftar pustaka yang digunakan sesuai?
Jawab: Ya
14. Apakah daftar pustaka yang digunakan dari sumber yang terpercaya?
Jawab: Ya

C. Melacak Artikel
P : Pasient/problem/population. Semua anak yang berada di ruang PICU yang
memenuhi syarat untuk dilakukan pijat pada bulan april 2011 sampai bulan
februari 2014.
I : Intervensi. Mengetahui perbandingan efektifitas terapi pijat pada aktivitas
otonom anak secara kritis di ruang PICU.
C : Comparison. Tidak ada intervensi pembanding.
O : Outcome. Berdasarkan prosedur tindakan, terdapat keunggulan yang
dimiliki untuk terapi pijat aktivitas anak ini yaitudianggap sebagai langkah
awal yang mendasar sebelum melangkah lebih jauh untuk menilai
kemungkinan dampak biologis dan klinis pada anak-anak yang sakit kritis.

Anda mungkin juga menyukai