Anda di halaman 1dari 6

Melemahnya Nasionalisme Bahasa Indonesia di

Era Globalisasi

Kelompok 4
1. Rizky Paramyta (02511740000009) : Ketua
2. Adella Fahdarina P. (02511740000046)
3. Salsabila Nurjihan (02511740000101)
4. Samuel Areliano P. (02511740000110)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER


SURABAYA
2017/2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era milenial saat ini, masyarakat dunia tentu sudah tidak asing dengan istilah
globalisasi. Secara bahasa globalisasi merupakan suatu proses yang mendunia. Globalisasi
adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam
masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Globalisasi dapat
menjadikan suatu negara lebih kecil karena kemudahan komunikasi antarnegara dalam
berbagai bidang. Tentu dengan adanya perubahan zaman akibat arus globalisasi, akan
merubah pola pikir dan pola perilaku masyarakat. Untuk dapat menyeimbangi berbagai
perubahan yang ada, Indonesia harus turut berperan dalam berbagai bidang yang ada, seperti
bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, komunikasi, dan lain-lain sehingga tidak
terbelakang. Hal ini dapat menumbuhkan konsep-konsep serta istilah-istilah baru yang secara
tidak langsung dapat memperkaya bahasa Indonesia. Alasan kami mengusung judul tersebut
adalah seiring berjalannya waktu, keberadaan bahasa Indonesia patut untuk dipertanyakan.
Mampukah bahasa Indonesia menjadi bahasa budaya dan bahasa iptek yang terus
dipergunakan di tengah derasnya arus globalisasi? Dapatkah bahasa Indonesia selalu
digunakan sebagai bahasa komunikasi yang efektif di tengah-tengah perubahan akibat arus
globalisasi tersebut?

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana gambaran keberadaan bahasa Indonesia dalam arus globlisasi?
1.2.2 Apa penyebab melemahnya nasionalisme bahasa Indonesia dalam arus globalisasi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah wawasan kebangsaan kelas 4
1.3.2 Untuk memberikan gambaran mengenai keberadaan bahasa Indonesia dalam arus
globalisasi
1.3.3 Untuk menjelaskan penyebab melemahnya keberadaan bahasa Indonesia dalam arus
globalisasi

1.4 Manfaat
1.4.1 Memahami secara tepat mengenai keberadaan bahasa Indonesia yang mulai menurun
dalam arus globalisasi
1.4.2 Mampu berkontribusi membantu menguatkan keberadaan bahasa Indonesia dalam era
globalisasi
BAB II
ISI
2.1 Gambaran Keberadaan Bahasa Indonesia dalam Arus Globalisasi
Negara Indonesia adalah negara yang kaya raya karena memiliki beragam suku dan
budaya. Mulai dari budaya tari, lagu, hingga bahasa. Dengan adanya berbagai suku membuat
Indonesia memiliki beragam bahasa dan adat istiadat yang berbeda. Namun, keberagaman
bahasa yang dimiliki tiap suku dipersatukan oleh bahasa Indonesia. Maka dari itu, pentinglah
untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar agar selalu terjaga.
Bahasa menggambarkan jiwa nasionalisme di Indonesia. Bila seandainya kita tidak
memeliharanya, sama saja kita mulai melepaskan jiwa nasionalisme itu. Adapun dampak
globalisasi terhadap bahasa Indonesia, yaitu
Dampak positif globalisasi terhadap bahasa Indonesia :
• Bahasa Indonesia mulai dikenal di kancah internasional
• Meningkatnya buku-buku terjemahan bahasa Indonesia
• Pengaruh global teknologi akan memperkaya kosa kata bahasa Indonesia.
• Meningkatnya pengetahuan masyarakat internasional tentang bahasa Indonesia.

Dampak negatif globalisasi terhadap bahasa Indonesia :


• Berkurangnya minat generasi muda untuk mempelajari bahasa Indonesia.
• Masyarakat Indonesia tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
• Pengaruh global teknologi akan memperkaya kosa kata bahasa Indonesia.
• Bercampurnya Bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa asing.
• Hilangnya budaya tradisional

Sangatlah rumit menempatkan bahasa Indonesia di tengah gempuran bahasa asing dan
di sisi lain ada pelestarian bahasa daerah. Di satu pihak, globalisasi memunculkan hegemoni
dan imperialisme bahasa sehingga kita ditantang untuk beraksara dalam bahasa nasional dan
asing. Di pihak lain, di kota-kota kecil globalisasi juga memunculkan kecenderungan
monolingualisme, yakni kebiasaan beraksara dalam bahasa Indonesia dan meninggalkan
bahasa daerah. Di Indonesia sendiri penggunaan bahasa Indonesia sudah mulai
dikesampingkan. Justru penggunaan bahasa Inggris yang lebih dominan. Sudah banyak kata-
kata dalam bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa lain salah satunya bahasa Inggris,
seperti kiper, gol, final, tes, legal, stop, dan lain-lain. Pengaruh globalisasi membuat bahasa
Indonesia yang populer atau disebut juga gaul dengan cepat menyebar dan memengaruhi
kehidupan berbahasa masyarakat. Fenomena ini sangat terlihat pada penggunaan bahasa oleh
remaja saat ini. Terlihat jelas juga bahwa media televisi, koran dan jejaring sosial yang
menggunakan struktur bahasa Indonesia populer.
Terutama media sosial yang banyak digunakan oleh para remaja. Media sosial
merupakan sebuah saluran atau sarana untuk pergaulan sosial yang dilakukan secara online
melalui jaringan internet. Tulisan maupun unggahan seorang remaja di media sosial yang
mengunakan bahasa gaul atau bahasa Indonesia populer, dapat dilihat dan ditiru oleh remaja
lain. Hal ini juga tidak dapat dipungkiri, bahwa penyerapan bahasa Indonesia populer atau
bahasa gaul dikalangan anak remaja sedang menjadi tren. Dengan kata lain keberadaan
bahasa Indonesia yang murni dan baku semakin terkalahkan dengan munculnya bahasa
Indonesia populer atau bahasa gaul. Padahal dengan munculnya bahasa gaul yang telah
mencampurkan bahasa Indonesia dengan bahasa lain justru merusak tatanan bahasa Indonesia
itu sendiri. Dari media sosial mereka belajar banyak hal, namun tidak semua hal tersebut
positif. Sehingga, setiap individu dituntut untuk cermat dan bijak dalam bertindak terutama
dalam persoalan bahasa agar tidak memancing kesalah pahaman karena bahasa tersebut
sudah berubah makna dan artinya.

2.2 Penyebab Melemahnya Nasionalisme Bahasa Indonesia


Menurunnya peran bahasa Indonesia di zaman sekarang terjadi karena beberapa hal.
Pertama, kurangnya rasa percaya diri dan rasa bangga masyarakat Indonesia terhadap
bahasanya sendiri. Banyak yang beranggapan bahwa menggunakan bahasa Indonesia
cenderung terlihat kuno. Kedua, penggunaan bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya dalam
berbagai aktivitas. Tanpa disadari orang Indonesia lebih suka mempromosikan bahasa asing
daripada bahasa Indonesia. Sejak akhir 1990-an Indonesia menjadi lahan subur promosi
bahasa asing. Dapat dibuktikan dengan menjamurnya lembaga-lembaga kursus bahasa asing
di berbagai tempat, tidak hanya di kota besar, tetapi juga di kota-kota kecil di seluruh pelosok
negeri, sehingga seolah-olah bahasa Indonesia tidak dianggap sebagai bahasa penting oleh
pemiliknya sendiri bahkan eksistensinya juga meredup. Ketiga, adanya peran dari media baik
media elektronik ataupun media cetak. Media Elektronik adalah salah satu media yang
menggunakan istilah bahasa gaul dalam berbagai aktivitasnya seperti film-film remaja dan
iklan, misalnya berupa adegan percakapan di televisi. Dalam artian bahwa bahasa gaul tidak
hanya terjadi ketika masyarakat saling berinteraksi secara langsung, tetapi sebagian besar
karena telah “disuapi” oleh media. Keempat, menjamurnya internet dan situs-situs jejaring
sosial yang berdampak signifikan terhadap perkembangan bahasa gaul. Penikmat situs-situs
jejaring sosial yang kebanyakan adalah remaja, menjadi pendorong utama dalam
menyebarkan pertukaran bahasa gaul ataupun bahasa asing.
Hanya saja persoalannya, terkadang penguasaan bahasa asing telah mengalami
pergeseran fungsi. Di mana pada awalnya sebagai media untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan menjadi sebuah ajang kebanggaan. Sehingga menimbulkan banyak salah guna.
Hal tersebut terjadi juga sebagai akibat globalisasi yang tidak tepat arah. Sehingga
nasionalisme pun menjadi tergadaikan.
Nasionalisme kita saat ini tergambar jauh menurun dari apa yang pernah dilakukan
para tokoh pendiri bangsa dahulu. Di mana, sebelum Indonesia dibentuk, para tokoh pendiri
bangsa dahulu tidak pernah berhenti berjuang dalam mengkonstruksi dan menemu-ciptakan
bahasa persatuan demi membayangankan Indonesia. Namun anehnya, kenapa kita saat ini
tidak melanjutkan perjuangan itu dengan cara mempertahankan dan melestarikan bahasa
persatuan tersebut. Apakah ada yang salah dengan bahasa Indonesia kita? Sehingga kita tidak
menghargainya lagi. Bahkan hal ini menjadi sinyal bahwa kita sudah tidak mempunyai lagi
sikap nasionalisme.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Saat ini dunia telah berada pada era globalisasi yang mempercepat, mempersingkat,
serta mempermudah hal dalam sekejap sehingga jarak bukanlah masalah yang berarti.
Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah membantu
masyarakat dunia dalam beraktivitas di era globalisasi, termasuk masyarakat Indonesia.
Namun dibalik itu, ada beberapa masyarakat yang menyalahgunakakan media sosial.
Masyarakat mengunggah maupun berkomentar di media sosial tanpa memperhatikan
penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Hal inilah yang dapat memicu terjadinya
perpecahan. Perpecahan tersebut dikarenakan kurang bijaknya masyarakat secara indivdu
dalam berbahasa di era globalisasi. Pola pikir masyarakat masih cenderung mudah
terpengaruh sehingga kurang mampu untuk memilah dan memiih perbuatan yang tepat.
Selain itu, pemerintah juga kurang tegas dalam menindak kasus-kasus penyimpangan
berbahasa yang dapat merusak tatanan yang sebenarnya.
3.2 Saran
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kembali penggunaan
serta keberadaan bahasa Indonesia,seperti meningkatkan kepedulian pemerintah terhadap
perkembangan bahasa Indonesia, menambah kesadaran diri untuk menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, serta mengajak masyarakat untuk mengimplementasikan
bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Dibutuhkan kerjasama yang baik antara
masyarakat dan pemerintah untuk melestarikan bahasa Indonesia sehingga dapat terus
bertahan walaupun diterpa oleh berbagai bahasa asing di era globalisasi. Oleh karena itu,
dengan adanya persoalan ini, seharusnya kita bisa merefleksikan bagaimana bentuk
nasionalisme kita sekarang. Dengan mulai bergesernya nasionalisme dalam berbahasa
Indonesia saat ini, bukanlah sebagai awal ancaman dari bergesernya wujud-wujud
nasionalisme lainnya?

Anda mungkin juga menyukai