TINJAUAN TEORITIS
8
2.2 Hipertesi
2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2013: 582).
Hipertensi secara pragmatis juga didefinisikan sebagai level tekanan darah dimana
diatas level tersebut intervensi terapeutik terbukti menurunkan risiko perkembangan
penyakit kardiovaskular (Aaronson & Ward, 2010: 82). Pendapat lain menyebutkan
hipertensi sebagai suatu gangguan pada sistem peredaran darah dengan angka sistolik
≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Dewi, Pujiastuti & Fajar,
2013)
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan kronis
yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah
arteri. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi
jika pemeriksaan tekanan darah menunjukkan hasil diatas 140/90 mmHg atau lebih
dalam keadaan istirahat, dengan dua kali pemeriksaan dan selang waktu lima menit.
Dalam hal ini, 140 atau nilai atas menunjukkan tekanan sistolik sedangkan 90 atau
nilai bawah menunjukkan tekanan diastolik (Tim Bumi Medika, 2017: 1).
Kesimpulan pengertian hipertensi berdasarkan pemaparan diatas adalah suatu
keadaan kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding
pembuluh darah arteri dengan angka sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg.
9
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang berisiko memiliki tekanan
darah tinggi menurut Mardalena (2017: 226). Beberapa faktor risiko tersebut antara
lain :
a. Keturunan, apabila seseorang memiliki orang tua atau saudara yang memiliki
tekanan darah tinggi, maka kemungkinan dia akan menderita tekanan darah
tinggi akan lebih besar. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen
yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.
b. Usia, penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah usia seseorang, maka
tekanan darah pun akan semakin meningkat. Tekanan darah pada orang tua
berbeda dengan mereka yang usianya lebih muda.
c. Garam, garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa
orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang
berusia lanjut, dan orang yang memiliki warna kulit gelap.
d. Kolesterol, kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan
timbunan lemak pada pembuluh darah. Hal itu akan mempersempit pembuluh
darah sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat.
e. Obesitas, individu yang memiliki berat badan duatas 30 persen dari berat badan
ideal memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
f. Stres / depresi, stres atau kondisi emosi yang tidak stabil dapat memicu tekanan
darah tinggi.
g. Rokok, merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah tinggi. Kebiasaan
merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke.
Kebiasaan merokok yang dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi
merupakan kombinasi yang akan sangat membahayakan, yang dapat memicu
penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
h. Kafein, kafein yang terdapat dalam kopi, teh atau minuman kola dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
i. Alkohol, konsumsi alkohol akan berbahaya jika berlebihan. Selain
menyababkan tekanan darah tinggi, konsumsi yang berlebih juga dapat
menyebabkan kerusakan hati.
10
j. Kurang olahraga, olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
Namun individu yang menderita tekanan darah tinggi tidak disarankan untuk
berolahraga terlalu keras.
Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun atau lebih
Sistolik Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal <130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
1. Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
2. Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
3. Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110
11
b. Hipertensi Sistolik atau Isolated Systolic Hypertension adalah peningkatan
tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peningkatan tekanan diastolik.
c. Hipertensi Campuran adalah peningkatan tekanan darah pada diastol dan sistol
(Tim Bumi Medika, 2017: 8).
Selain klasifikasi tersebut, jenis hipertensi lain yang perlu diketahui adalah
hipertensi pulmonal dan hipertensi pada kehamilan.
a. Hipertensi Pulmonal adalah suatu keadaan medis yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru saat beraktivitas.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya sesak napas, pusing bahkan pingsan.
b. Hipertensi pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi pada ibu yang sedang
mengandung atau hamil. Penyebab hipertensi pada kehamilan belum diketahui
secara jelas. Hipertensi pada kehamilan bukan hanya membahayakan ibu,
namun juga janin dalam kandungan. Dalam hal ini, hipertensi pada kehamilan
tidak boleh dibiarkan dan harus segera mendapatkan penanganan. Hipertensi
pada kehamilan dapat berdampak pada pertumbuhan janin dan terganggunya
pelepasan plasenta karena resiko keracunan kehamilan (Tim Bumi Medika,
2017: 9).
12
b. Sistem Renin-Angiotensin
Pada umumnya, hipertensi terjadi akibat terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Dalam hal ini, angiotensin
II berperan dalam mengatur tekanan darah melalui dua cara berikut:
1) Angiotensin II meningkatkan sekresi hormon antidiuretik atau anti diuretic
hormone (ADH) yang diproduksi di hipotalamus dan juga dapat meningkatkan
rasa haus. Peningkatan ADH menyebabkan sedikit urine yang dieksresikan ke
luar tubuh atau biasa disebut dengan antidiuresis. Hal inilah yang
menyebabkan urine menjadi pekat dan osmolalitasnya meningkat. Untuk
mengencerkannya, peningkatan volume cairan ekstraseluler dilakukan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Hal inilah yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
2) Angiotensin II menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron berperan penting bagi ginjal. Aldosteron berperan dalam
mereabsorbsi garam (NaCl) dari tubulus ginjal sehingga mengurangi ekskresi
gara. Hal tersebut dilakukan untuk mengatur volume cairan ekstraseluler.
Konsentrasi garam yang meningkat akan diencerkan kembali dengan
meningkatkan volume cairan ekstraseluler sehingga terjadi peningkatan
volume dan tekanan darah.
13
2.2.5 Manifestasi Klinis Hipertensi
Penderita hipertensi mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun.
Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ
yang bermakna. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik, misalnya
sakit kepala atau pusing (Price & Wilson, 2013: 583).
Tekanan darah dipengaruhi oleh aliran senyawa kimia ke ginjal dan karena
tekanan darah tinggi yang tergolong parah dapat merusak ginjal, beberapa gejala yang
muncul di tahap hipertensi yang sudah parah biasanya bukan merupakan akibat
langsung dari perubahan tekanan darah, melainkan karena kerusakan ginjal. Gejala
tersebut antara lain keringat berlebihan, kram otot, keletihan, peningkatan frekuensi
berkemih dan denyut jantung cepat atau tidak teratur (Kowalski, 2010: 42).
Secara fisik, penderita hipertensi juga tidak menunjukkan kelainan apapun.
Gejala hipertensi cenderung menyerupai gejala atau keluhan kesehatan pada umumnya
sehingga sebagian orang tidak menyadari bahwa dirinya terkena hipertensi. Gejala
umum yang terjadi pada penderita hipertensi antara lain jantung berdebar, penglihatan
kabur, sakit kepala disertai rasa berat pada tengkuk, mual dan muntah, telinga
berdenging, gelisah, rasa sakit di dada, mudah lelah dan muka memerah serta mimisan
(Tim Bumi Medika, 2017: 5).
14
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
f) Diet tinggi kalium
2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olahraga seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dengan
frekuensi latihan sebaiknya 3 kali perminggu dan paling baik 5 kali perminggu selama
20-25 menit.
3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Tekhnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tekhnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan Biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b) Tekhnik Relaksasi
Relaksasi dalah suatu prosedur atau tekhnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
15
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Committee On Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure, USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
b. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke, karena tekanan darah
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi
pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah otak, maka terjadi pendarahan otak
yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari
gumpalan darah yang macet dipembuluh yang sudah menyempit.
c. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju
ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan
tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah.
16
d. Kerusakan pengelihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga
mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur atau buta. Pendarahan pada retina
mengakibatkan pandangan menjadi kabur, kerusakan organ mata dengan memeriksa
fundus mata untuk menemukan perubahan yang berkaitan dengan hipertensi yaitu
retinopati pada hipertensi. Kerusakan yang terjadi pada bagaian otak, jantung, ginjal
dan juga mata yang mengakibatkan penderita hipertensi mengalami kerusanan organ
mata yaitu pandangan menjadi kabur.
2.3 Pisang
2.3.1 Pengertian Pisang
Pisang adalah nama umum untuk tanaman herba dari genus Musa dan untuk
buah yang dihasilkannya. Pisang juga merupakan salah satu dari tanaman budidaya
tertua yang hampir semua bagian tanaman pisang memiliki manfaat sebagai obat
(Kumar, Bhowmilk, Duraivel, Umadevi, 2012). Pisang adalah buah tropis yang
memiliki bentuk memanjang dengan daging buah yang lembut dan biasanya dilapisi
oleh kulit berwarna kuning (Webster’s collegiate dictionary, 2018).
17
Seperti berbagai kandungan vitamin diatas, pisang membantu menjaga
kesehatan tubuh dengan berbagai manfaat yang diberikannya. Buah pisang juga
memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan tulang dan otot-otot tubuh manusia
(Kumar, Bhowmilk, Duraivel, Umadevi, 2012).
Seratus gram pisang matang menyediakan sekitar 116 Kcal energi yang
menjadikannya makanan pokok tambahan. Pisang mengandung protein yang relatif
sedikit dibandingkan dengan sereal. Namun demikian, tidak adanya makanan kaya
protein dalam makanan sehari-hari dapat menyebabkan kekurangan protein pada orang
yang menjadikan pisang sebagai makanan pokok. Pisang bersifat sangat mudah
dicerna, berperan sebagai sumber vitamin B and calcium yang seimbang dan
mengandung sekitar 20% gula (Kumar, Bhowmilk, Duraivel, Umadevi, 2012).
18
c. Mengembalikan aktivitas normal usus
Karena pisang kaya akan serat nondigestible (termasuk selulosa, hemiselulosa,
dan alfa-glukan), pisang dapat membantu mengembalikan aktivitas usus normal dan
membantu penyembuhan sembelit dan diare.
b. Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler 35-40% natrium ada di
dalam kerangka tubuh. Na banyak terdapat dalam cairan empedu dan pankreas. Na
19
mempunyai fungsi utama yaitu mengatur tekanan osmosis dalam sel, kontraksi otot,
keseimbangan asam-basa, permeabilitas sel, fungsi otot, dan transmisi impuls saraf.
Natrium yang dibutuhkan orang dewasa 500 mg dapat dipenuhi dengan mengonsumsi
makanan laut, keju, susu dan garam. Kekurangan Na dapat menyebabkan kejang,
kehilangan nafsu makan dan apatis (Mardalena, 2017: 42).
Natrium adalah elektrolit yang paling berlimpah dalam CES, dengan kadar
natrium serum normal berkisar dari 135 hingga 145 mEq/L. Natrium merupakan
pengatur utama volume, oamolalitas, dan distribusi cairan ekstraseluler. Natrium juga
penting dalam mempertahankan aktivitas neuurovaskular. Karena hubungan yang erat
antara keseimbangan natrium dan air, gangguan volume cairan dan keseimbangan
natrium sering kali terjadi bersama. Ketidakseimbangan natrium memengaruhi
osmolalitas cairan ekstraseluler dan distribusi air diantara kompartemen cairan. Ketika
kadar natrium rendah (hiponatremia), air ditarik kedalam sel tubuh sehingga
menyebabkan sel menjadi bengkak. Sebaliknya, kadar natrium yang tinggi dalam
cairan ekstraseluler (hipernatremia) menarik air keluar dari sel tubuh sehingga
menyebabkannya menyusut (LeMone, Burke & Bauldoff, 2016: 248).
20
Tabel 2.3 Daftar Komposisi Bahan Makanan
Natrium
No Nama Makanan Kalium (Mg)
(mEq/L)
1 Pisang ambon 10,0 300,0
2 Pisang hijau 0,0 0,0
3 Pisang kayu 1,0 493,0
4 Pisang kepok 10,0 300,0
5 Pisang ketip 0,0 726,0
6 Pisang kidang 0,0 0,0
7 Pisang lampung 0,0 4,0
8 Pisang mas 0,0 0,0
9 Pisang mas bali ampenan 32,0 272,0
10 Pisang oli 0,0 0,0
11 Pisang raja 0,0 0,0
12 Pisang raja sereh 0,0 0,0
13 Pisang raja susu 0,0 0,0
14 Pisang raja uli 0,0 0,0
15 Pisang rotan 0,0 0,0
16 Pisang talas 0,0 48,0
17 Pisang tujuh bulan 0,0 4,0
18 Pisang ua 0,0 382,0
21
3) Diit rendah garam III (1000-1200 mg Na)
Pasien hipertensi ringan. Untuk pengolahan makanan boleh menggunakan 1 sdt
(4 g) garam dapur.
22
7) Bumbu-bumbu: Garam dapur, baking powder, sode kue, vetsin dan bumbu-
bumbu yang mengandung garam dapur seperti kecap, terasi, saus, tomat, petis,
tauco.
8) Minuman: Cokelat
23
efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan tekanan darah disebabkan karena
pisang ambon banyak mengandung tinggi kalium dan rendah natrium. Peneliti terlebih
dahulu mengumpulkan responden sebanyak 10 orang yang sesuai dengan kriteria
inklusi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasimasunggu Kabupaten Selayar.
Pemberian konsumsi pisang ambon dilakukan selama 5 hari dengan frekuensi 3 kali
sehari yaitu pada pagi hari, siang hari dan sore hari.
Suwandi (2018) menyatakan hasil penelitiannya dengan judul “Pengaruh
Mengkonsumsi Pisang Ambon Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi di Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto” bahwa
responden pada pretest mengalami hipertensi sedang sebanyak 9 responden
mengalami penurunan saat post test menjadi hipertensi ringan yaitu 6 responden,
normal 1 responden dan tetap sebanyak 2 responden. Sedangkan responden pada
pretest mengalami hipertensi berat yaitu 3 responden mengalami penurunan menjadi
hipertensi sedang sebanyak 2 responden dan 1 responden tetap hipertensi berat. Pisang
ambon diberikan sebanyak 140 gr (2 buah/ hari) selama 7 hari pada lansia penderita
hipertensi dengan jumlah responden sebanyak 12 orang. Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji wilcoxon signed rank test pada tekanan darah systole didapatkan p=
0,002 ˂ 0,05 (ɑ) dan pada diastole p= 0,001 ˂ 0,05 (ɑ) sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima yang artinya terdapat pengaruh mengonsumsi pisang ambon terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Panti Werdha Mojopahit
Kabupaten Mojokerto.
Alini (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Konsumsi Pisang
Ambon Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Klien Lansia dengan Hipertensi
Sedang di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru Tahun 2015
menyatakan bahwa tekanan darah pada lansia penderita hipertensi sedang di PSTW
Khusnul Khotimah Pekanbaru mengalami penurunan setelah diberikan konsumsi 3
buah pisang ambon (420 gr) / hari selama 7 hari, dimana sebelum diberikan konsumsi
pisang ambon rata-rata tekanan darah sistolik responden 167 mmHg dan setelah
diberikan konsumsi pisang ambon rata-rata tekanan darah lansia penderita hipertensi
adalah 153,14 mmHg sedangkan pada pengukuran tekanan darah diastolik sebelum
diberikan konsumsi pisang ambon didapatkan rata-rata 92 mmHg dan setelah
diberikan konsumsi pisang ambon rata-rata tekanan darah diastolik adalah 82 mmHg.
24
Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi 3 buah pisang ambon perhari berpengaruh
dalam menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Buah pisang
ambon dapat menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi pada
penelitian ini berdasarkan dari kandungan mineral, vitamin dan serat yang terkandung
di dalamnya.
Pengaruh konsumsi pisang ambon yang sudah dijabarkan diatas dapat
disimpulkan bahwa konsumsi pisang ambon secara efektif dapat menurunnkan
tekanan darah pada penderita hipertensi dengan lama konsumsi sekurang-kurangnya 5
hari dengan frekuensi 2 atau 3 kali sehari.
25