Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Pra-Lansia


2.1.1 Pengertian
Sebagian besar psikiatri dipusatkan masa dewasa yaitu suatu periode
kehidupan dimana seseorang dianggap telah berkembang dan matang secara utuh dan
suatu waktu di mana kemungkinan untuk pemenuhan personal berada pada
puncaknya. Masa ini adalah bagian terpanjang dari siklus kehidupanyang biasanya
dibagi menjadi tiga periode utama: masa dewasa muda atau awal (young or early
adulthood) (mulai usia 20 sampai 40 tahun), masa dewasa pertengahan (middle
adulthood) (dari usia 40 sampai 65 tahun), dan masa dewasa akhir atau usia yang
lanjut (late adulthood atau old age) (Kaplan, Sadock, & Grebb,. 2010: 100).
Kozier, Erb, Berman dan Snyder (2010: 537) menyatakan bahwa masa dewasa
menengah disebut juga dengan masa paruh baya, dari usia 40-65 tahun, disebut
sebagai masa stabilitas dan konsolidasi. Sedangkan Kaplan, Sadock, dan Grebb (2010:
106) menyatakan bahwa usia yang digunakan untuk mendefenisikan masa dewasa
pertengahan adalah bervariasi di antara ahli-ahli teori, biasanya periode terentang dari
40 sampai 65 tahun.

2.1.2 Masalah Kesehatan


Banyak individu paruh baya/dewasa pertengahan yang tetap sehat namun risiko
munculnya masalah kesehatan pada kelompok usia ini lebih besar daripada kelompok
usia dewasa muda. Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab utama
kematian pada kelompok usia ini. Pola gaya hidup individu yang berkombinasi dengan
penuaan, riwayat keluarga, dan stressor perkembangan serta stressor situasional sering
kali berkaitan dengan masalah kesehatan yang muncul. Sebagai contoh, merokok dan
mengonsumsi alkohol secara berlebihan menyebabkan individu beresiko lebih tinggi
mengalami masalah pernapasan kronis, kanker paru, dan penyakit hati. Pola makan
berlebih dapat dapat menyebabkan obesitas, diabetes melitus, aterosklerosis, dan risiko
hipertensi serta penyakit arteri koroner yang berkaitan dengan kondisi tersebut
(Kozier, Erb, Berman, Snyder, 2011: 541).

8
2.2 Hipertesi
2.2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2013: 582).
Hipertensi secara pragmatis juga didefinisikan sebagai level tekanan darah dimana
diatas level tersebut intervensi terapeutik terbukti menurunkan risiko perkembangan
penyakit kardiovaskular (Aaronson & Ward, 2010: 82). Pendapat lain menyebutkan
hipertensi sebagai suatu gangguan pada sistem peredaran darah dengan angka sistolik
≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (Dewi, Pujiastuti & Fajar,
2013)
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan kronis
yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah
arteri. Seseorang dikatakan mengalami hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi
jika pemeriksaan tekanan darah menunjukkan hasil diatas 140/90 mmHg atau lebih
dalam keadaan istirahat, dengan dua kali pemeriksaan dan selang waktu lima menit.
Dalam hal ini, 140 atau nilai atas menunjukkan tekanan sistolik sedangkan 90 atau
nilai bawah menunjukkan tekanan diastolik (Tim Bumi Medika, 2017: 1).
Kesimpulan pengertian hipertensi berdasarkan pemaparan diatas adalah suatu
keadaan kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding
pembuluh darah arteri dengan angka sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg.

2.2.2 Etiologi Hipertensi


Gunawan (2001) dalam Padila (2013: 356) menyatakan hipertensi berdasarkan
penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan
10% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum
diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa
faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.

9
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang berisiko memiliki tekanan
darah tinggi menurut Mardalena (2017: 226). Beberapa faktor risiko tersebut antara
lain :
a. Keturunan, apabila seseorang memiliki orang tua atau saudara yang memiliki
tekanan darah tinggi, maka kemungkinan dia akan menderita tekanan darah
tinggi akan lebih besar. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen
yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.
b. Usia, penelitian menunjukkan bahwa semakin bertambah usia seseorang, maka
tekanan darah pun akan semakin meningkat. Tekanan darah pada orang tua
berbeda dengan mereka yang usianya lebih muda.
c. Garam, garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa
orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang
berusia lanjut, dan orang yang memiliki warna kulit gelap.
d. Kolesterol, kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan
timbunan lemak pada pembuluh darah. Hal itu akan mempersempit pembuluh
darah sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat.
e. Obesitas, individu yang memiliki berat badan duatas 30 persen dari berat badan
ideal memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.
f. Stres / depresi, stres atau kondisi emosi yang tidak stabil dapat memicu tekanan
darah tinggi.
g. Rokok, merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah tinggi. Kebiasaan
merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke.
Kebiasaan merokok yang dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi
merupakan kombinasi yang akan sangat membahayakan, yang dapat memicu
penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.
h. Kafein, kafein yang terdapat dalam kopi, teh atau minuman kola dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
i. Alkohol, konsumsi alkohol akan berbahaya jika berlebihan. Selain
menyababkan tekanan darah tinggi, konsumsi yang berlebih juga dapat
menyebabkan kerusakan hati.

10
j. Kurang olahraga, olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
Namun individu yang menderita tekanan darah tinggi tidak disarankan untuk
berolahraga terlalu keras.

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi


Price dan Wilson (2013: 583) mengelompokkan tingkatan tekanan darah
berdasarkan JNC6 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun atau lebih
Sistolik Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal <130 <85
Normal Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
1. Tingkat 1 (ringan) 140-159 90-99
2. Tingkat 2 (sedang) 160-179 100-109
3. Tingkat 3 (berat) ≥180 ≥110

Selain klasifikasi diatas, hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan


penyebabnya, yaitu hipertensi primer/hipertensi esensial dan hipertensi
sekunder/hipertensi nonesensial.
a. Hipertensi Primer, disebut juga sebagai hipertensi idiopatik karena hipertensi
ini memiliki penyebab yang belum diketahui. Penyebab yang belum jelas atau
belum diketahui tersebut sering dihubungkan dengan faktor gaya hidup yang
kurang sehat. Hipertensi primer merupakan hipertensi yang paling banyak
terjadi, yaitu sekitar 90% dari kejadian hipertensi.
b. Hipertensi Sekunder, adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain
seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal atau penggunaan oabt tertentu (Tim
Bumi Medika, 2017: 7).
Hipertensi juga dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuknya, yaitu hipertensi
diastolik, hipertensi sistolik, dan hipertensi campuran.
a. Hipertensi Diastolik atau Diastolic Hypertension merupakan hipertensi yang
biasa ditemukan pada anak-anak atau dewasa muda. Hipertensi ini disebut
hipertensi diastoki karena terjadi peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti
oleh peningkatan tekanan sistolik.

11
b. Hipertensi Sistolik atau Isolated Systolic Hypertension adalah peningkatan
tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peningkatan tekanan diastolik.
c. Hipertensi Campuran adalah peningkatan tekanan darah pada diastol dan sistol
(Tim Bumi Medika, 2017: 8).
Selain klasifikasi tersebut, jenis hipertensi lain yang perlu diketahui adalah
hipertensi pulmonal dan hipertensi pada kehamilan.
a. Hipertensi Pulmonal adalah suatu keadaan medis yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru saat beraktivitas.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya sesak napas, pusing bahkan pingsan.
b. Hipertensi pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi pada ibu yang sedang
mengandung atau hamil. Penyebab hipertensi pada kehamilan belum diketahui
secara jelas. Hipertensi pada kehamilan bukan hanya membahayakan ibu,
namun juga janin dalam kandungan. Dalam hal ini, hipertensi pada kehamilan
tidak boleh dibiarkan dan harus segera mendapatkan penanganan. Hipertensi
pada kehamilan dapat berdampak pada pertumbuhan janin dan terganggunya
pelepasan plasenta karena resiko keracunan kehamilan (Tim Bumi Medika,
2017: 9).

2.2.4 Patofisiologi Hipertensi


Tim Bumi Medika (2017: 21). Hipertensi dapat terjadi kapan saja, dimana saja
dan menyerang siapa saja. Kejadian hipertensi berkaitan erat dengan interaksi antara
faktor risiko atau faktor pemicu yang telah dijelaskan sebelumnya. Secara umum,
terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi dapat terjadi melalui beberapa
mekanisme berikut :
a. Perubahan pada Pembuluh Darah
Perubahan yang terjadi pada pembuluh darah berupa adanya aterosklerosis
yaitu penumpukan plak ateromosa di pembuluh darah, yang menyebabkan penebalan
pada dinding pembuluh darah dan mengurangi elastisitasnya. Hal inilah yang
menyebabkan lumen pembuluh darah menyempit sehingga terjadi kelainan aliran
darah. Selain akibat aterosklerosis, perubahan pada pembuluh darah juga dapat terjadi
akibat berkurangnya elastisitas pembuluh darah. Hal ini disebabkan oleh proses
penuaan.

12
b. Sistem Renin-Angiotensin
Pada umumnya, hipertensi terjadi akibat terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Dalam hal ini, angiotensin
II berperan dalam mengatur tekanan darah melalui dua cara berikut:
1) Angiotensin II meningkatkan sekresi hormon antidiuretik atau anti diuretic
hormone (ADH) yang diproduksi di hipotalamus dan juga dapat meningkatkan
rasa haus. Peningkatan ADH menyebabkan sedikit urine yang dieksresikan ke
luar tubuh atau biasa disebut dengan antidiuresis. Hal inilah yang
menyebabkan urine menjadi pekat dan osmolalitasnya meningkat. Untuk
mengencerkannya, peningkatan volume cairan ekstraseluler dilakukan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Hal inilah yang menyebabkan
volume darah meningkat sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
2) Angiotensin II menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron berperan penting bagi ginjal. Aldosteron berperan dalam
mereabsorbsi garam (NaCl) dari tubulus ginjal sehingga mengurangi ekskresi
gara. Hal tersebut dilakukan untuk mengatur volume cairan ekstraseluler.
Konsentrasi garam yang meningkat akan diencerkan kembali dengan
meningkatkan volume cairan ekstraseluler sehingga terjadi peningkatan
volume dan tekanan darah.

c. Perubahan Fungsi Ginjal


Ginjal memiliki peran penting dalam mengendalikan tekanan darah. Dalam hal
ini, peningkatan tekanan darah dapat terjadi akibat ginjal mengeluarkan enzim renin
yang memicu pembentukan hormon angiotensin II. Hormon tersebut dapat memicu
pelepasan hormon aldosteron. Selain itu, peningkatan tekanan darah juga dapat terjadi
akibat adanya penyempitan pada arteri yang menuju ke salah satu ginjal, atau akibat
adanya cedera pada ginjal.

13
2.2.5 Manifestasi Klinis Hipertensi
Penderita hipertensi mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun.
Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ
yang bermakna. Bila terdapat gejala maka biasanya bersifat non-spesifik, misalnya
sakit kepala atau pusing (Price & Wilson, 2013: 583).
Tekanan darah dipengaruhi oleh aliran senyawa kimia ke ginjal dan karena
tekanan darah tinggi yang tergolong parah dapat merusak ginjal, beberapa gejala yang
muncul di tahap hipertensi yang sudah parah biasanya bukan merupakan akibat
langsung dari perubahan tekanan darah, melainkan karena kerusakan ginjal. Gejala
tersebut antara lain keringat berlebihan, kram otot, keletihan, peningkatan frekuensi
berkemih dan denyut jantung cepat atau tidak teratur (Kowalski, 2010: 42).
Secara fisik, penderita hipertensi juga tidak menunjukkan kelainan apapun.
Gejala hipertensi cenderung menyerupai gejala atau keluhan kesehatan pada umumnya
sehingga sebagian orang tidak menyadari bahwa dirinya terkena hipertensi. Gejala
umum yang terjadi pada penderita hipertensi antara lain jantung berdebar, penglihatan
kabur, sakit kepala disertai rasa berat pada tengkuk, mual dan muntah, telinga
berdenging, gelisah, rasa sakit di dada, mudah lelah dan muka memerah serta mimisan
(Tim Bumi Medika, 2017: 5).

2.2.6 Penatalaksanaan Hipertensi


Padila (2013: 361) menyatakan pengelolaan hipertensi bertujuan untuk
mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang
berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90
mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
a. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/ hri menjadi 5 gr/hari
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

14
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
f) Diet tinggi kalium

2) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olahraga seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dengan
frekuensi latihan sebaiknya 3 kali perminggu dan paling baik 5 kali perminggu selama
20-25 menit.

3) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Tekhnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tekhnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan Biofeedback terutama dipakai untuk
mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

b) Tekhnik Relaksasi
Relaksasi dalah suatu prosedur atau tekhnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

4) Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

15
b. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Committee On Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure, USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

2.2.7 Komplikasi Hipertensi


Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya
menurut Price dan Wilson (2006), Corwin (2009), Vitahealth (2005), Setiati, Alwi,
Sudoyo, Simadibrata, dan Syam (2014), Irianto (2014) dalam Noorhidayah (2016)
seperti:
a. Payah Jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi jantung tidak mampu
lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot
jantung atau sistem listrik jantung.

b. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadi stroke, karena tekanan darah
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi
pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah otak, maka terjadi pendarahan otak
yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari
gumpalan darah yang macet dipembuluh yang sudah menyempit.

c. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju
ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan
tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali kedarah.

16
d. Kerusakan pengelihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga
mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur atau buta. Pendarahan pada retina
mengakibatkan pandangan menjadi kabur, kerusakan organ mata dengan memeriksa
fundus mata untuk menemukan perubahan yang berkaitan dengan hipertensi yaitu
retinopati pada hipertensi. Kerusakan yang terjadi pada bagaian otak, jantung, ginjal
dan juga mata yang mengakibatkan penderita hipertensi mengalami kerusanan organ
mata yaitu pandangan menjadi kabur.

2.3 Pisang
2.3.1 Pengertian Pisang
Pisang adalah nama umum untuk tanaman herba dari genus Musa dan untuk
buah yang dihasilkannya. Pisang juga merupakan salah satu dari tanaman budidaya
tertua yang hampir semua bagian tanaman pisang memiliki manfaat sebagai obat
(Kumar, Bhowmilk, Duraivel, Umadevi, 2012). Pisang adalah buah tropis yang
memiliki bentuk memanjang dengan daging buah yang lembut dan biasanya dilapisi
oleh kulit berwarna kuning (Webster’s collegiate dictionary, 2018).

2.3.2 Nilai Gizi Pisang


Pisang adalah sumber potassium atau kalium yang sangat baik. Potassium
dapat ditemukan pada berbagai macam buah, sayuran, dan bahkan daging. Satu buah
pisang memberikan 23% potasium yang kita butuhkan setiap hari. Salah satu manfaat
potassium adalah membantu menjaga kerja otot dan mencegah kejang otot. Sebagai
tambahan, Beberapa penelitian menunjukkan bahwa potassium bisa membantu
menurunkan tekanan darah pada individu yang kekurangan potasium. Potassium juga
mampu mengurangi risiko stroke. Pisang juga merupakan sumber vitamin yang sangat
baik, antara lain:
a. Vitamin A berperan untuk kesehatan gigi, tulang dan jaringan lunak
b. Vitamin B 6 menjaga istem kekebalan tubuh, meningkatkan kesehatan otak
dan kesehatan jantung
c. Vitamin C membantu dalam penyembuhan, pertumbuhan jaringan dan ligamen
d. Vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium

17
Seperti berbagai kandungan vitamin diatas, pisang membantu menjaga
kesehatan tubuh dengan berbagai manfaat yang diberikannya. Buah pisang juga
memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan tulang dan otot-otot tubuh manusia
(Kumar, Bhowmilk, Duraivel, Umadevi, 2012).
Seratus gram pisang matang menyediakan sekitar 116 Kcal energi yang
menjadikannya makanan pokok tambahan. Pisang mengandung protein yang relatif
sedikit dibandingkan dengan sereal. Namun demikian, tidak adanya makanan kaya
protein dalam makanan sehari-hari dapat menyebabkan kekurangan protein pada orang
yang menjadikan pisang sebagai makanan pokok. Pisang bersifat sangat mudah
dicerna, berperan sebagai sumber vitamin B and calcium yang seimbang dan
mengandung sekitar 20% gula (Kumar, Bhowmilk, Duraivel, Umadevi, 2012).

2.3.3 Manfaat Pengobatan Pisang


Pisang sebagai buah yang kaya akan kandungan potassium memiliki berbagai
manfaat pengobatan beberapa diantaranya:
a. Mengurangi risiko tekanan darah tinggi
Pisang adalah salah satu sumber potasium terbaik, dengan kandungan mineral
penting untuk mempertahankan tekanan darah normal dan fungsi jantung. Pisang yang
berukuran sedang mengandung 350 mg potassium. Efektivitas makanan kaya kalium
dalam menurunkan tekanan darah telah dibuktikan oleh sejumlah penelitian. Badan
Adinistrasi Makanan dan Obat AS (The US Food and Drug Administration) telah
mengizinkan industri pisang untuk membuat klaim resmi untuk kemampuan buah
pisang dalam mengurangi resiko tekanan darah tinggi dan stroke.

b. Mengurangi risiko stroke


Para ilmuan menyatakan orang-orang dengan jumlah potassium rendah lebih
berisiko mengalami stroke. Sebuah penelitian dilakukan terhadap 5.600 orang yang
berusia 65 tahun ditemukan bahwa mereka dengan asupan rendah potassium sekitar
50% berisiko mengalami stroke.

18
c. Mengembalikan aktivitas normal usus
Karena pisang kaya akan serat nondigestible (termasuk selulosa, hemiselulosa,
dan alfa-glukan), pisang dapat membantu mengembalikan aktivitas usus normal dan
membantu penyembuhan sembelit dan diare.

d. Perlindungan tehadap maag dan mulas


Sebuah flavonoid di pisang, leucocyanidin, telah ditemukan secara signifikan
meningkatkan ketebalan lapisan membran mukosa pada perut. Karena pisang
membantu menetralkan keasaman, pisang juga efektif dalam mengobati rasa (Kumar,
Bhowmilk, Duraivel, Umadevi, 2012)

2.3.4 Kalium/Potassium dan Natrium dalam Tubuh


a. Kalium
Kalium merupakan ion bermuatan positif terdapat di dalam sel. Sebanyak 95%
kalium tubuh berada di dalam saluran intraseluler. Kalium bekerja bersama natrium
dalam pemeliharaan keseimbangan asam basa. Kalium bersama kalsium berperan
dalam transmisi saraf dan relaksasi otot. Sumber makanan yang mengandung kalium
antara lain polong, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, dan produk susu
(Mardalena, 2017: 44).
Tubuh orang dewasa mengandung kalium sebanyak 250 gram, lebih dari dua
kali lipat dari natrium (110 gram). Namun kebutuhan kalium lebih sedikit daripada
natrium. Komposisi kalium biasanya tetap, sehingga bisa digunakan sebagai indeks
untuk Lean Body Mass (Berat Badan tanpa Lemak). Kekurangan kalium akan
menimbulkan gejala-gejala nausea, gerak refleks yang melambat, muntah, otot yang
melemah, kejang otot, kram, dan meningkatnya detak jantung. Dalam kondisi
kekurangan kalium, namun tubuh masih digunakan untuk bekerja keras, dapat memicu
terjadinya cedera otot, khususnya pada orang-orang yang bekerja menggunakan
fisiknya, atau atlet (Mardalena, 2017: 216).

b. Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler 35-40% natrium ada di
dalam kerangka tubuh. Na banyak terdapat dalam cairan empedu dan pankreas. Na

19
mempunyai fungsi utama yaitu mengatur tekanan osmosis dalam sel, kontraksi otot,
keseimbangan asam-basa, permeabilitas sel, fungsi otot, dan transmisi impuls saraf.
Natrium yang dibutuhkan orang dewasa 500 mg dapat dipenuhi dengan mengonsumsi
makanan laut, keju, susu dan garam. Kekurangan Na dapat menyebabkan kejang,
kehilangan nafsu makan dan apatis (Mardalena, 2017: 42).
Natrium adalah elektrolit yang paling berlimpah dalam CES, dengan kadar
natrium serum normal berkisar dari 135 hingga 145 mEq/L. Natrium merupakan
pengatur utama volume, oamolalitas, dan distribusi cairan ekstraseluler. Natrium juga
penting dalam mempertahankan aktivitas neuurovaskular. Karena hubungan yang erat
antara keseimbangan natrium dan air, gangguan volume cairan dan keseimbangan
natrium sering kali terjadi bersama. Ketidakseimbangan natrium memengaruhi
osmolalitas cairan ekstraseluler dan distribusi air diantara kompartemen cairan. Ketika
kadar natrium rendah (hiponatremia), air ditarik kedalam sel tubuh sehingga
menyebabkan sel menjadi bengkak. Sebaliknya, kadar natrium yang tinggi dalam
cairan ekstraseluler (hipernatremia) menarik air keluar dari sel tubuh sehingga
menyebabkannya menyusut (LeMone, Burke & Bauldoff, 2016: 248).

2.3.5 Komposisi Buah Pisang


Sirajuddin, Mustamin, Nadimin dan Rauf (2015: 110) menyajikan berbagai
daftar komposisi makanan dengan berbagai kelompok yang diantaranya kelompok
bahan makanan, kelompok makanan produksi industri dan makanan siap santap. Pada
kelompok bahan makanan, terbagi atas sepuluh golongan dimana salah satunya adalah
golongan buah-buahan yang salah satunya pisang sebagai berikut:

20
Tabel 2.3 Daftar Komposisi Bahan Makanan
Natrium
No Nama Makanan Kalium (Mg)
(mEq/L)
1 Pisang ambon 10,0 300,0
2 Pisang hijau 0,0 0,0
3 Pisang kayu 1,0 493,0
4 Pisang kepok 10,0 300,0
5 Pisang ketip 0,0 726,0
6 Pisang kidang 0,0 0,0
7 Pisang lampung 0,0 4,0
8 Pisang mas 0,0 0,0
9 Pisang mas bali ampenan 32,0 272,0
10 Pisang oli 0,0 0,0
11 Pisang raja 0,0 0,0
12 Pisang raja sereh 0,0 0,0
13 Pisang raja susu 0,0 0,0
14 Pisang raja uli 0,0 0,0
15 Pisang rotan 0,0 0,0
16 Pisang talas 0,0 48,0
17 Pisang tujuh bulan 0,0 4,0
18 Pisang ua 0,0 382,0

2.4 Pisang Ambon dan Hipertensi


2.4.1 Diit Untuk Penyakit Hipertensi
Dewi, Pujiastuti dan Fajar (2013: 106) menyatakan diit hipertensi mimiliki
tujuan untuk menghilangkan retensi garam/air dalam jaringan tubuh dan menurunkan
tekanann darah pada hipertensi serta menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
dari stroke. Diit hipertensi dapat diterapkan dengan macam dan indikasi sebagai
berikut:
a. Macam-macam Diit Hipertensi
1) Diit rendah garam I (200-400 mg Na)
Pasien edema, asites atau hipertensi berat. Untuk pengolahan makanan tidak
ditambahkan garam dapur.
2) Diit rendah garam II (600-800 mg Na)
Pasien hipertensi tidak terlalu berat. Untuk pengolahan makanan boleh
menggunakan setengah sdt (2 g) garam dapur.

21
3) Diit rendah garam III (1000-1200 mg Na)
Pasien hipertensi ringan. Untuk pengolahan makanan boleh menggunakan 1 sdt
(4 g) garam dapur.

b. Bahan Makanan yang Dianjurkan


1) Sumber karbohidrat: Beras, kentang, singkong, terigu, tapioka, hunkwee, gula,
makanan yang diolah bahan makanan tersebut diatas tanpa garam dapur dan
soda seperti: makaroni, mi, bihun, roti, biskuit, kue kering dsb.
2) Sumber protein hewani: Daging dan ikan maksimum 100 gr sehari, telur
maksimum 1 butir sehari, susu maksimum 200 gr sehari.
3) Sumber protein nabati: semua kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan
dimasak tanpa garam.
4) Sayuran: Semua sayuran segar
5) Buah-buahan: Semua buah-buahan segar
6) Lemak: Minyak, margarin tanpa garam, mentega tanpa garam.
7) Bumbu-bumbu: Semua bumbu-bumbu yang segar dan kering yang tidak
mengandung garam dapur dan ikatan lain natrium.

c. Bahan Makanan yang Tidak Dianjurkan


1) Sumber karbohidrat: Roti, biskuit dan kue-kue yang dimasak dengan garam
dapur dan atau soda kue.
2) Sumber protein hewani: Otak, ginjal, lidah, sardin, keju, daging, ikan dan telur
yang diawet dengan faram dapur seperti daging asap, abon, ikan asin, ikan
kaleng, kornet, ebi, telur asin dsb.
3) Sunber protein nabati: keju, kacang tanah dan kacang-kacangan yang hasilnya
dimasak dengan garam dapur dan lain ikatan natrium.
4) Sayuran: sayuran yang diawetkan dengan garam dapur dan lain ikatan natrium
seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan, acar dsb.
5) Buah-buahan: Buah-buahan yang diawetkan dengan garam dapur dan lain
ikatan natrium.
6) Lemak: Margarin dan mentega biasa

22
7) Bumbu-bumbu: Garam dapur, baking powder, sode kue, vetsin dan bumbu-
bumbu yang mengandung garam dapur seperti kecap, terasi, saus, tomat, petis,
tauco.
8) Minuman: Cokelat

Wirakusumah (2011: 25) juga menyatakan beberapa jenis makanan yang


mampu mengendalikan hipertensi yang diantaranya adalah makanan sumber vitamin C
seperti daun singkong, mangga, jeruk, brokoli, sawi, dan jambu biji, makanan sumber
kalium seperti kedelai, kacang hijau, seledri, kacang tanah, bayam dan pisang, minyak
zaitun, bawang putih dan bawang bombay.

2.4.2 Pisang Ambon untuk Obat


Beberapa jenis pisang masih dipercaya ampuh mengobati beberapa penyakit
dalam tubuh manusia. Biasanya tidak hanya daging buahnya yang dimakan sebagai
obat, daun, kulit buah, akar hingga batangnya juga mengandung kebaikan herbal.
Pisang ambon sebagai salah satu jenis pisang yang bermanfaat sebagai obat adalah
baik untuk menjaga kesehatan jantung, kelancaran peredarah darah, hipertensi,
sembelit dan menjaga kecantikan kulit serta wajah (Wardhany, 2014: 13)

2.4.3 Pengaruh Konsumsi Pisang Ambon terhadap Hipertensi


Winarno (2009) dalam Sutria dan Insani (2017) menyatakan kalium membantu
menjaga tekanan osmotik diruang intrasel sedangkan natrium menjaga tekanan
osmotik dalam ruang ekstrasel sehingga kadar kalium yang tinggi dapat meningkatkan
eksresi natrium dalam urin (natriuresis), sehingga dapat menurunkan volume darah
dan tekanan darah, namun sebaliknya penurunan kalium dalam ruang intrasel
menyebabkan cairan dalam ruang intrasel cenderung tertarik ke ruangan ekstrasel dan
retensi natrium dikarenakan respon dari tubuh agar osmolalitas pada kedua
kompartemen berada pada titik ekuilibrium namun hal tersebut dapat meningkatkan
tekanan darah.
Sutria dan Insani (2017) dalam penelitiannya dengan judul “Pengaruh
Konsumsi Pisang Ambon Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pra Lansia Hipertensi”
menyatakan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa konsumsi pisang ambon sangat

23
efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan tekanan darah disebabkan karena
pisang ambon banyak mengandung tinggi kalium dan rendah natrium. Peneliti terlebih
dahulu mengumpulkan responden sebanyak 10 orang yang sesuai dengan kriteria
inklusi di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pasimasunggu Kabupaten Selayar.
Pemberian konsumsi pisang ambon dilakukan selama 5 hari dengan frekuensi 3 kali
sehari yaitu pada pagi hari, siang hari dan sore hari.
Suwandi (2018) menyatakan hasil penelitiannya dengan judul “Pengaruh
Mengkonsumsi Pisang Ambon Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi di Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto” bahwa
responden pada pretest mengalami hipertensi sedang sebanyak 9 responden
mengalami penurunan saat post test menjadi hipertensi ringan yaitu 6 responden,
normal 1 responden dan tetap sebanyak 2 responden. Sedangkan responden pada
pretest mengalami hipertensi berat yaitu 3 responden mengalami penurunan menjadi
hipertensi sedang sebanyak 2 responden dan 1 responden tetap hipertensi berat. Pisang
ambon diberikan sebanyak 140 gr (2 buah/ hari) selama 7 hari pada lansia penderita
hipertensi dengan jumlah responden sebanyak 12 orang. Berdasarkan hasil uji statistik
menggunakan uji wilcoxon signed rank test pada tekanan darah systole didapatkan p=
0,002 ˂ 0,05 (ɑ) dan pada diastole p= 0,001 ˂ 0,05 (ɑ) sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima yang artinya terdapat pengaruh mengonsumsi pisang ambon terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Panti Werdha Mojopahit
Kabupaten Mojokerto.
Alini (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Konsumsi Pisang
Ambon Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Klien Lansia dengan Hipertensi
Sedang di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru Tahun 2015
menyatakan bahwa tekanan darah pada lansia penderita hipertensi sedang di PSTW
Khusnul Khotimah Pekanbaru mengalami penurunan setelah diberikan konsumsi 3
buah pisang ambon (420 gr) / hari selama 7 hari, dimana sebelum diberikan konsumsi
pisang ambon rata-rata tekanan darah sistolik responden 167 mmHg dan setelah
diberikan konsumsi pisang ambon rata-rata tekanan darah lansia penderita hipertensi
adalah 153,14 mmHg sedangkan pada pengukuran tekanan darah diastolik sebelum
diberikan konsumsi pisang ambon didapatkan rata-rata 92 mmHg dan setelah
diberikan konsumsi pisang ambon rata-rata tekanan darah diastolik adalah 82 mmHg.

24
Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi 3 buah pisang ambon perhari berpengaruh
dalam menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Buah pisang
ambon dapat menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi pada
penelitian ini berdasarkan dari kandungan mineral, vitamin dan serat yang terkandung
di dalamnya.
Pengaruh konsumsi pisang ambon yang sudah dijabarkan diatas dapat
disimpulkan bahwa konsumsi pisang ambon secara efektif dapat menurunnkan
tekanan darah pada penderita hipertensi dengan lama konsumsi sekurang-kurangnya 5
hari dengan frekuensi 2 atau 3 kali sehari.

2.5 Kerangka Teori


Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka kerangka teoritis yang
menjabarkan tentang konsumsi pisang ambon dan penurunan tekanan darah penderita
hipertensi pada tabel 2.4 berikut:
Tabel 2.4 Kerangka Teori

Konsumsi Pisang Ambon Hipertensi

Pisang ambon adalah salah satu Hipertensi adalah suatu gangguan


jenis pisang yang bermanfaat pada sistem peredaran darah
sebagai obat adalah baik untuk dengan angka sistolik ≥ 140
menjaga kesehatan jantung, mmHg dan atau tekanan darah
kelancaran peredarah darah, diastolik ≥ 90 mmHg.
hipertensi, sembelit dan menjaga
kecantikan kulit serta wajah
(Sumber: Dewi, Pujiastuti &
(Sumber: Wardhany, 2014: 13) Fajar, 2013)

25

Anda mungkin juga menyukai