Jenis Pemeriksaan
Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis
pemeriksaan yang akan dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh
pemeriksa. Jenis pemeriksaan sebagaimana diuraikan dalam Standar
Pemeriksaan ini, adalah: pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Dalam beberapa pemeriksaan, standar
yang digunakan untuk mencapai tujuan pemeriksaan sudah sangat jelas.
Misalnya, jika tujuan pemeriksaan adalah untuk memberikan opini
terhadap suatu laporan keuangan, maka standar yang berlaku adalah
Standar pemeriksaan keuangan.Namun demikian, untuk beberapa
pemeriksaan lainnya, mungkin terjadi tumpang-tindih tujuan pemeriksaan.
Misalnya, jika tujuan pemeriksaanadalah untuk menentukan keandalan
ukuran-ukuran kinerja, maka pemeriksaan tersebut bisa dilakukan melalui
pemeriksaan kinerja maupun pemeriksaan dengan tujuan tertentu. Apabila
terdapat pilihan diantara standar-standar yang berlaku, pemeriksa harus
mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan pengetahuan pemeriksa,
keahlian, dan pengalaman dalam menentukan standar yang akan diikuti.
Pemeriksa harus mengikuti standar yang berlaku bagi suatu jenis
pemeriksaan (Standar Pemeriksaan Keuangan, Standar Pemeriksaan
Kinerja, atau Standar Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu).
a. Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.
Pemeriksaan keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan
keyakinan yang memadai (reasonable assurance) apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Pemeriksaan Kinerja
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan
keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan
efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas. Dalam melakukan
pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan serta pengendalian intern.
Pemeriksaan kinerja dilakukan secara obyektif dan sistematik
terhadap berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian
secara independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan yang
diperiksa. Pemeriksaan kinerja menghasilkan informasi yang
berguna untuk meningkatkan kinerja suatu program dan
memudahkan pengambilan keputusan bagi pihak yang bertanggung
jawab untuk mengawasi dan mengambil tindakan koreksi serta
meningkatkan pertanggungjawaban publik. Pemeriksaan kinerja
dapat memiliki lingkup yang luas atau sempit dan menggunakan
berbagai metodologi; berbagai tingkat analisis, penelitian atau
evaluasi. Pemeriksaan kinerja menghasilkan temuan, simpulan, dan
rekomendasi. Tujuan pemeriksaan yang menilai hasil dan
efektivitas suatu program adalah mengukur sejauh mana suatu
program mencapai tujuannya. Tujuan pemeriksaan yang menilai
ekonomi dan efisiensi berkaitan dengan apakah suatu entitas telah
menggunakan sumber dayanya dengan cara yang paling produktif
di dalam mencapai tujuan program. Kedua tujuan pemeriksaan ini
dapat berhubungan satu sama lain dan dapat dilaksanakan secara
bersamaan dalam suatu pemeriksaan kinerja. Contoh tujuan
meriksaan atas hasil dan efektivitas program serta pemeriksaan atas
ekonomi dan efisiensi adalah penilaian atas:
a. Sejauh mana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi
dapat dicapai.
b. Kemungkinan alternatif lain yang dapat meningkatkan kinerja
program atau menghilangkan faktor-faktor yang menghambat
efektivitas program.
c. Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu
program.
d. Sejauhmana suatu program mencapai hasil yang diharapkan atau
menimbulkan dampak yang tidak diharapkan.
e. Sejauhmana program berduplikasi, bertumpang tindih, atau
bertentangan dengan program lain yang sejenis.
f. Sejauhmana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan
pengadaan yang sehat.
g. Validitas dan keandalan ukuran-ukuran hasil dan efektivitas
program, atau ekonomi dan efisiensi.
h. Keandalan, validitas, dan relevansi informasi keuangan yang
berkaitan dengan kinerja suatu program.
c. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu bertujuan untuk memberikan
simpulan atas suatu hal yang diperiksa. Pemeriksaan Dengan Tujuan
Tertentu dapat bersifat: eksaminasi (examination), reviu (review), atau
prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures). Pemeriksaan
dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal-hal
lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan
atas sistem pengendalian intern. Apabila pemeriksa melakukan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu berdasarkan permintaan, maka
BPK harus memastikan melalui komunikasi tertulis yang memadai
bahwa sifat pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah telah sesuai
dengan permintaan.
a. Tujuan
Pelaksanaan survei pendahuluan dalam suatu penugasan audit bertujuan untuk:
1. Mendapatkan gambaran (informasi) umum mengenai auditi, sehingga
memperoleh pemahaman tentang dasar hukum, peraturan perundang-
undangan yang berlaku, tujuan organisasi, kegiatan operasional, metode
dan prosedur, kebijakan yang berlaku, masalah keuangan, informasi
lapangan.
2. Menetapkan tujuan-tujuan audit sementara untuk menentukan arah tahap
audit selanjutnya berupa pelaksanaan evaluasi sistem pengendalian
manajemen (ESPM).
3. Menaksir risiko inheren auditi. Taksiran risiko dapat dilaksanakan dengan
menetapkan risiko dalam ukuran kuantitatif, yaitu menetapkan nilai risiko
dalam persentase (75%, 50%, dan 10%) atau dalam ukuran kualitatif
seperti tinggi, moderat, dan rendah.
Hasil SP dimanfaatkan sebagai penentu arah awal dalam audit, sehingga audit
lebih terarah kepada hal-hal yang penting saja, untuk kemudian diteruskan secara
mendalam dalam proses audit berikutnya. Selain itu, informasi yang dihasilkan
dapat digunakan sebagai bahan laporan audit mengenai gambaran umum auditi.
SP yang dilakukan dengan sempurna dalam proses audit secara keseluruhan akan
membuat keseluruhan proses audit menjadi ekonomis, efisien, dan efektif karena
SP mampu mengidentifikasi ada atau tidaknya potensi kelemahan dan kerentanan
operasi auditi.
Observasi Lapangan
PENGUJIAN ANALITIS
Menurut PSA 22 (SA 329) prosedur analitis didefinisikan sebagai “evaluasi atas
informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara
data keuangan dan nonkeuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang
tercatat dengan ekspektasi auditor.” Definisi ini menekankan pada ekspektasi yang
dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis dapat dilakukan dalam tiga
kesempatan selama penugasan audit berlangsung yakni saat perencanaan,
pengujian dan penyelesaian audit.
Berikut tahap-tahap prosedur analitis dalam audit:
Fase perencanaan
Pada fase perencanaan, prosedur analitis berfungsi untuk membantu
auditor dalam merencanakan sifat, waktu, lingkup dan prosedur audit.
Fase pengujian
Pada fase Pengujian, prosedur analitis berfungsi untuk memperoleh bukti
mengenai masing-masing asersi yang berhubungan dengan saldo akun atau
jenis-jenis transaksi.
Fase penyelesaian
Pada fase penyelesaian, prosedur analitis berfungsi untuk menentukan
kesimpulan audit atau penilaian tahap akhir tentang kewajaran laporan
keuangan yang diaudit, sebagai review menyeluruh.
Menurut Arens dan Loebbecke, tujuan dari prosedur analitis dalam audit atas
laporan keuangan adalah:
1. Memahami sifat industri dan usaha auditan.
Auditor harus mendapatkan pengetahuan mengenai sifat industri dan usaha
auditan sebagai bagian dari perencanaan audit. Dengan melaksanakan
prosedur analitis di mana informasi laporan keuangan yang belum diaudit
dibandingkan dengan informasi laporan keuangan tahun lalu yang telah
diaudit, perubahan yang terjadi dapat teridentifikasi. Perubahan-perubahan
ini dapat mewakili kecenderungan-kecenderungan yang penting atau
kejadian-kejadian tertentu dimana semuanya akan mempengaruhi
perencanaan audit.