Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH TOKSIKOLOGI

“GAS BERACUN HIDROGEN SULFIDA, CARBON MONOKSIDA DAN CYANIDA ”

Disusun oleh:

Nama Kelompok :

DESY DWI LESMANAWATI

NUR HAYATIN

NURDIKA FAJRIANTI

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Toksikologi tentang “ Gas Beracun Hidrogen Sulfida, Cyanida,dan Carbon
Monoksida”.

Kelompok kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah dan
teman-teman kelompok 4 serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, sehingga makalah ini
bisa bermanfaat untuk pembaca.

Kediri, 26 September 2017

Tim Penyusun

2
Daftar Isi

Cover

Kata Pengantar........................................................................................................... 2

Daftar Isi..................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 5
C. Tujuan....................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hidrogen Sulfida...................................................................................... 6
B. Carbon Monoksida...................................................................................... 11
C. Cyanida...................................................................................................... 18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................... 20
B. Saran .......................................................................................................20

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 21

3
BAB I
PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak


tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya.
Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbondioksida untuk proses
fotosintesis oleh khlorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet.
Hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida (CO), sekitar
15% terdiri dari Hidrokarbon (HC). Terdapat beberapa sumber-sumber penyebab
polusi lainnya seperti pembakaran sisa rumah tangga, proses industri, pembuangan
limbah, dan lain-lain, dimana polutan yang utama adalah karbon monoksida yang
mencapai hampir setengahnya dari seluruh polutan yang ada (Lestari P, 2007).

Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak
dan terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang
membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-
kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang
mengandung zat di atas batas kewajaran. Secara umum penyebab pencemar udara ada
dua macam, yaitu: Karena faktor internal (secara alamiah) seperti: debu yang
beterbangan akibat tiupan angin, abu (debu) yang dikeluarkan dari letusan gunung
berikut gas-gas vulkanik dan proses pembusukan sampah organik dan lain-lain dan
juga karena faktor eksternal (karena ulah manusia) seperti: hasil pembakaran bahan
bakar fosil, debu/serbuk dari kagiatan industri dan pemakaian zat-zat kimia yang
disemprotkan ke udara (Sugiarti, 2009).

Dampak yang ditimbulkan pencemaran udara ternyata sangat merugikan


manusia. Berbagai jenis penyakit yang dapat ditimbulkan pada manusia dari pencemar
udara di atas seperti : infeksi saluran pernafasan atas, paru-paru jadi rusak, hipertensi,
jantung, kanker dan lain sebagainya (Sugiarti, 2009).

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud gas beracun?
2. Bagaimana cara pemeriksaan gas beracun Hidrogen sulfide, Cyanida, dan Carbon
Monoksida?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi gas beracun
2. Untuk mengetahui cara pemeriksaan gas beracun Hidrogen Sulfida, Cyanida, dan
Carbon Monoksida.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

5
A. Hidrogen Sulfida
1. Pengertian Hidrogen Sulfida
Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah
terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis
ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas
anaerobik), seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul
pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam.
Hidrogen sulfida juga dikenal dengan nama sulfana, sulfur hidrida, gas asam
(sour gas), sulfurated hydrogen, asam hidrosulfurik, dan gas limbah (sewer gas).
IUPAC menerima penamaan "hidrogen sulfida" dan "sulfana"; kata terakhir
digunakan lebih eksklusif ketika menamakan campuran yang lebih kompleks.
Ion sulfid, S2−, dikenal dalam bentuk padatan tetapi tidak di dalam larutan
aqueous (oksida). Konstanta disosiasi kedua dari hidrogen sulfida sering dinyatakan
sekitar 10−13, tetapi sekarang disadari bahwa angka ini merupakan error yang
disebabkan oleh oksidasi sulfur dalam larutan alkalin. Estimasi terakhir terbaik untuk
pKa2 adalah 19±2[1]. Gas Hydrogen Sulfide (H2S) sangat beracun dan mematikan,
pekerja pekerja pada pemboran minyak dan gas bumi mempunyai resiko besar atas
keluarnya gas H2S Pengetahuan Umum tentang (H2S) Hidrogen Sulfida (H2S)
Adalah gas yang sangat beracun dan dapat melumpuhkan system pernapasan serta
dapat dapat mematikan dalam beberapa menit, dalam jumlah sedikitpun gas H2S
sangat berbahaya untuk kesehatan.
Hidrogen Sulfida terbentuk dari proses penguraian bahan-bahan organis oleh
bakteri.Maka dari itu H2S terdapat dalam minyak dan gas bumi, selokan, air yang
tergenang. Misalnya rawa-rawa dan juga terbentuk pada proses-proses industri
maupun proses biologi lain.

2. Kateristik Hidrogen Sulfida


a. Sangat beracun dan mematikan
b. Tidak Berwarna
c. Lebih Berat Dari udara sehingga cendrung berkumpul dan diam pada daerah
yang rendah
d. Dapat terbakar dengan nyala api berwarna biru dan hasil pembakarannya gas
sulfur Dioksida (SO2)yang juga merupakan gas beracun
e. Sangat Korosif mengakibatkan berkarat pada logam tertentu
f. Pada konsentrasi yang rendah berbau seperti telur busuk dan dapat
melumpuhkan indera penciuman manusia
3. Cara Terbentunya Gas Hidrogen Sulfida

6
Gas H2S terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik oleh bakteri.
Oleh karena itu gas ini dapat ditemukan di dalam operasi pengeboran minyak / gas
dan panas bumi, lokasi pembuangan limbah industri, peternakan atau pada lokasi
pembuangan sampah.
4. Sifat dan karakteristik gas H2S
Gas H2S mempunyai sifat dan karakteristik antara lain :
a. Tidak berwarna tetapi mempunyai bau khas seperti telur busuk pada
b. konsentrasi rendah sehingga sering disebut sebagai gas telur busuk.
c. Merupakan jenis gas beracun.
d. Dapat terbakar dan meledak pada konsentrasi LEL (Lower Explosive Limit )
4.3% ( 43000 PPM ) sampai UEL ( Upper Explosive Limite ) 46% ( 460000
PPM ) dengan nyala api berwarna biru pada temperature 500 0F ( 260 0C )

Berat jenis gas H2S lebih berat dari udara sehingga gas H2S akan cenderung
terkumpul di tempat / daerah yang rendah. Berat jenis gas H2S sekitar 20 % lebih
berat dari udara dengan perbandingan berat jenis H2S :1.2 atm dan berat jenis
udara : 1 atm. H2S dapat larut (bercampur) dengan air ( daya larut dalam air 437
ml/100 ml air pada 0 0C; 186 ml/100 ml air pada 40 0C ). H2S bersifat korosif
sehingga dapat mengakibatkan karat pada peralatan logam.

5. Dampak Pencemaran Hidrogen Sulfida Terhadap Lingkungan


a. Efek Pada Tanaman
Di atmosfer, hidrogen sulfida teroksidasi oleh oksigen (O2) dan ozon
(O3) membentuk sulfur dioksida (SO2), dan senyawa sulfat lainnya. Sulfur
dioksida dan senyawa sulfat di atmosfer berkurang akibat penyerapan oleh
tanaman, deposisi dan penyerapan oleh tanah, atau melalui presipitasi (Hill
1973). Senyawa Sulfur dioksida inilah yang dapat menyebabkan kerusakan pada
tanaman, yang dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu konsentrasi sulfur dioksida
dan waktu kontak. Kerusakan tanaman di tandai dengan gejala pada beberapa
bagian daun menjadi kering dan mati, biasanya warnanya memucat. Pada
konsentrasi yang rendah dalam waktu yang lama menyebabkan kerusakan
kronis yang ditandai dengan menguningnya warna daun karena terhambatnya
mekanisme pembentukan klorofil. Kerusakan akut tanaman disebabkan karena
kemampuan tanaman untuk mengubah yang diabsorbsi menjadi H2SO4 dan
kemudian menjadi sulfat.
b. Efek Pada Binatang

7
Efek terhadap kehidupan binatang merupakan akibat adanya proses
bioakumulasi dan keracunan bahan berbahaya. Misalnya terjadinya migrasi
burung karena udara ambient yang terpapar senyawa asam sulfat (SO2).
c. Efek Terhadap Bahan Lain
Kerusakan bahan lain akibat senyawa asam sulfat yang diproduksi bila
SO2 bereaksi dengan uap air di atmosfer adalah terhadap cat, dimana waktu
pengeringan dan pengerasan beberapa cat meningkat jika mengalami kontak
dengan SO2. Penyebab lain adalah korosi pada kebanyak bahan metal (besi,
baja, zink) yang diakibatkan dari lingkungan yang terpolusi sulfur dioksid.
Beberapa hal yang perlu diketahui dari korosi metal adalah sebagai berikut :
1). Kecepatan korosi meningkat pada daerah industry
2). Kecepatan korosi meningkat pada musim gugur dan salju dan karena polutan
partikel dan sulfur lebih terkonsentrasi dalam pembakaran bahan bakar untuk
pemanasan. Asam sulfat dalam konsentrasi yang tinggi juga dapat
menyebabkan kerusakan pada bahan bangunan, terutama bahan-bahan yang
mengandung karbonat seperti marmer, batu kapur genteng dan batu. Selain
itu, beberapa tekstil yang terbuat dari serat tumbuhan menjadi lapuk karena
kontak dengan asam sulfat. Begitu juga halnya dengan kulit, dankertas yang
menjadi rusak/rapuh bila terkenah asam sulfat.
d. Dampak Pencemaran Hidrogen Sulfida Pada Manusia
Inhalasi merupakan rute utama hydrogen sulfide masuk ke dalam
tubuh manusia dikarenakan hydrogen sulfide bersifat gas. Data laporan paparan
hydrogen sulfide pada masyarakat berasal dari laporan kasus keracunan akut,
eksposur pekerjaan, dan studi pada masyarakat yang terbatas. Akibat menghirup
udara dengan konsentrasi hydrogen sulfide tinggi dapat berdampak pada
kesehatan pada beberapa sistem tubuh. Efek kesehatan yang diamati pada
manusia yang terpapar hidrogen sulfida menyebabkan kematian, gangguan
pernapasan, mata, saraf, kardiovaskular, metabolisme, dan efek reproduksi. Efek
pada Pernapasan, saraf, dan mata paling sensitif bial seseorang tereksposur
hydrogen sulfide. Namun, belum ditemukan efek karsinogenik pada manusia
yang diakibatkan oleh hydrogen sulfide. Berikut ini tabel efek kesehatan yang
diakibatkan oleh paparan hydrogen sulfida.
1. Efek Pada Mata
Hidrogen sulfida merupakan gas yang bersifat iritan. Efek pada mata
disebabkan karena kontak langsung mata dengan gas hidrogen sulfida.
Pengaruh hidrogen sulfida pada mata cukup penting, karena efek paparan

8
hydrogen sulfide pada mata memberikan sedikit efek pada sistem tubuh
lainnya (NIOSH, 1977). Prevalensi efek paparan hydrogen sulfide terhadap
keluhan mata secara signifikan telah dilaporkan pada pekerja yang terpapar
hidrogen sulfida di atas 5 mg/m³ dibandingkan dengan pekerja yang tidak
terpapar (Vanhoorne et al., 1995). Iritasi mata dilaporkan pada pekerja yang
terpapar hidrogen sulfida pada konsentrasi 15.29 mg/m³ dengan durasi
paparan 6-7 jam (IPCS, 1981). Paparan pada konsentrasi yang lebih besar
dari 70 mg/m³ selama 1 jam atau lebih dapat merusak jaringan mata (Riffat
dkk., 1999). Jaakkola et al. (1990) melaporkan bahwa orang-orang yang
terkena hidrogen sulfida ketika tinggal di sebuah komunitas di sekitar pabrik
kertas mempunyai risiko 12 kali lebih terkena iritasi mata dari orang-orang
tidak terpapar.
2. Efek Pada Pernapasan
Paparan hydrogen sulfide dengan konsentrasi tinggi menyebabkan efek
yang banyak pada pernapasan. Eksposur hydrogen sulfida lebig dari 700
mg/m³ menyebabkan kegagalan pernafasan (Beauchamp et al., 1984).
Gangguan pernapasan tercatat pada dua pekerja yang terpapar hidrogen
sulfida lebih dari 56 mg/ m³ selama lebih dari 25 menit (Spolyar, 1951). Efek
pernapasan lainnya akibat paparan hydrogen sulfide dengan konsentrasi
tinggi menyebabkan edema paru non-kardiogenik, sakit tenggorokan, batuk,
dan sesak. Sebuah studi tindak lanjut baru-baru ini memberikan bukti lebih
lanjut bahwa paparan jangka panjang untuk tingkat rendah senyawa sulfur
berbau busuk meningkatkan risiko infeksi saluran pernafasan akut dan gejala
saluran pernapasan (Jaakkola etal., 1999).
3. Efek Neurologis
Paparan hydrogen sulfide dengan konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan mual, sakit kepala, delirium, gangguan keseimbangan, daya
ingat menurun, perubahan neurulogis, terganggunya indra ung, dan
peningkatan tekanan darah juga dialami oleh pekerja akibat eksposur
hydrogen sulfide (Krekel, 1964; Thoman, 1969; Audeau et al, 1985.).
Namun, tidak ada informasi mengenai konsentrasi hidrogen sulfida.
4. Efek Metabolik
Paparan hydrogen sulfide pada orang sehat dengan konsentrasi 7-14
mg/m³ melalui pernapasan mulut selama 20-30 menit saat berolahraga pada
50% kekuatan aerobik maksimal mengakibatkan peningkatan konsentrasi
laktat darah, penurunan penyerapan oksigen, dan penurunan otot sintase
9
sitrat dan menandakan sebuah kecendrungan otot untuk menggeser metabolik
otot dari aerobik ke metabolisme anaerobik (Bhambhani & Singh,
1991;.pada individu yang hidup berlawanan arah angin dari kilang gas alam
di Alberta, Kanada, 1970-1984 (Schechter et al., 1989). Dalam sebuah
penelitian epidemiologi retrospektif dengan menggunakan register kanker
1981-1990, Bates et al. (1998) mengevaluasi risiko kanker dikenal sistem
organ target hidrogen sulfida dalam toksisitas penduduk Rotorua, kota
Selandia Baru yang menggunakan energi panas bumi untuk keperluan
pemanasan industri dan domestik. Dampak dari hidrogen sulfida dan merkuri
dari sumber panas bumi bisa memiliki dampak kesehatan. Sebuah penelitian
menunjukkan secara signifikan risiko kanker hidung (SIR = 3.17;P= 0,01)
ditemukan di antara penduduk Rotorua dibandingkan dengan penduduk
Selandia Baru lainnya. Namun, ini adalah kanker langka, dan temuan ini
didasarkan pada hanya empat kasus. Penduduk Rotorua memiliki persentase
yang lebih tinggi dari penduduk Maori di sisa Selandia Baru. Para peneliti
juga memeriksa data mereka dikelompokkan berdasarkan etnis dan jenis
kelamin dan menemukan peningkatan risiko yang signifikan dari kanker
trakea, bronkus, dan paru-paru (SIR = 1,48;P = 0,02) antara Maori
perempuan di Rotorua dibandingkan dengan Maori perempuan di seluruh
Selandia Baru. Perbedaan dalam merokok antara dua populasi tidak cukup
untuk menjelaskan perbedaan dalam risiko. Para penulis menyimpulkan
bahwa ada data yang memadai mengenai paparan yang mengizinkan
kesimpulan tentang kemungkinan hubungan sebab-akibat antara hidrogen
sulfida dan timbulnya kanker. Secara total, tidak mungkin untuk
mengevaluasi potensi karsinogenik hidrogen sulfida berdasarkan studi
manusia.
5. Efek Kardiovaskular
Nyeri dada dan bradikardia dilaporkan akibat terpapar hydrogen
sulfide dengan konsentrasi yang sangat tinggi melalui inhalasi (Arnold et al.,
1985). Aritmia jantung,penyimpitan jantung, dan peningkatan tekanan darah
juga dialami oleh pekerja akibat eksposur hydrogen sulfide (Krekel, 1964;
Thoman, 1969; Audeau et al, 1985.). Namun, tidak ada informasi mengenai
konsentrasi hidrogen sulfida.

6. Rumus Kimia Hidrogen Sulfida

10
Hidrogen sulfida merupakan hidrida kovalen yang secara kimiawi terkait
dengan air (H2O) karena oksigen dan sulfur berada dalam golongan yang sama di tabel
periodik.Hidrogen sulfida merupakan asam lemah, terpisah dalam larutan aqueous
(mengandung air) menjadi kation hidrogen H+ dan anion hidrosulfid HS−:Ka =
1.3×10−7 mol/L ; pKa = 6.89.

B. Karbon Monoksida (CO)


1. Pengertian Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun, tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa. Karena sifatnya yang tidak berbau, CO biasanya bercampur dengan
gas-gas lain yang berbau sehingga CO dapat terhirup secara tidak sadar bersamaan
dengan terhirupnya gas lain yang berbau. CO merupakan salah satu polutan yang
terdistribusi paling luas di udara. Setiap tahun, CO dilepaskan ke udara dalam jumlah
yang paling banyak di antara polutan udara yang lain, kecuali karbon dioksida (CO 2).
Di daerah dengan populasi tinggi, rasio mixing CO bisa mencapai 1 hingga 10 ppm.
2. Sumber - Sumber CO
Karbon monoksida berupa gas dan merupakan komponen esensial untuk
kehidupan organisme, dan juga merupakan unsur pokok minor atmosfer sekitar 0,4 %.
Bertambahnya gas CO pada umumnya terjadi karena pembakaran batu bara, minyak,
dan gas dalam skala besar. Akibat dari pembakaran yang berlebihan maka terjadi
akumulasi CO2 di atmosfer sehingga suhu bumi meningkat. Distribusi gas karbon
dioksida adalah atmosfer, teresfer dalam lautan, sebagai bahan bakar dalam fosil dan
dalam lautan bersifat hidup dan sedimen.
Karbon monoksida berasal dari pembakaran tidak sempurna bensin di dalam
mobil, pembakaran di perindustrian, pembangkit listrik, pemanas timah, pembakaran
di pertanian, dan sebagainya. Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas
CO yang terdisosiasi menjadi CO dan O akan semakin banyak, suhu tinggi merupakan
pemicu terjadinya gas CO. Sumber pencemaran gas CO terutama berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil (minyak maupun batubara) pada mesin - mesin
penggerak transportasi. Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan
lingkungan, untuk daerah perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu
lintasnya padat, udaranya sudah banyak tercemar oleh gas CO, sedangkan daerah
pinggiran kota atau desa, cemaran CO di udara relatif sedikit. Ternyata tanah yang
masih terbuka dimana belum ada bangunan di atasnya, dapat membantu penyerapan
gas CO, karena mikroorganisme yang ada di dalam tanah mampu menyerap gas CO
yang terdapat di udara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat

11
karena dipindahkan ke tempat lain. Menurut Kusminingrum (2008) pada mesin
kendaraan bermotor, bensin yang teroksidasi dengan sempurna akan menghasilkan
H2O dan CO2, reaksi oksidasi bensin adalah sebagai berikut:
Tahap I : 2 Cn H(2n+2) + (2n+1) O2 → 2n CO + 2 (n+1) H2O
Tahap II : 2 CO + O2 → 2 CO2
Namun apabila jumlah O2 dari udara tidak cukup atau tidak tercampur baik
dengan bensin, maka pada pembakaran ini akan selalu terbentuk gas CO yang tidak
teroksidasi.

3. Dampak Negatif Karbon Monoksida (CO)

Pengaruh beracun CO terhadap tubuh terutama disebabkan oleh reaksi antara CO


dengan hemoglobin (Hb) di dalam darah. Hemoglobin di dalam darah secara normal
berfungsi dalam sistem transport untuk membawa oksigen dalam bentuk Oksihemoglobin
(O2Hb) dari sel-sel tubuh ke paru-paru. Dengan adanya CO dalam hemoglobin dapat
membentuk karboksi hemoglobin. Jika reaksi demikian terjadi, maka kemampuan darah
untuk mentranspor oksigen menjadi berkurang. Faktor penting yang menentukan pengaruh
CO terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat di dalam darah, dimana
semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah
pengaruhnya terhadap kesehatan manusia.

Estimasi dosis pemajanan sangat tergantung kepada tinggi rendahnya pencemar yang
dikaitkan dengan kondisi lalu lintas pada saat tertentu, pengaruhyang merugikan mulai dari
meningkatnya kematian akibat adanya episode smoga sampai pada gangguan estetika dan
kenyamanan. Gangguan kesehatan lain seperti kanker pada paru-paru atau organ tubuh
lainnya, penyakit pada saluran tenggorokanyang bersifat akut maupun kronis, dan kondisi
yang diakibatkan karena pengaruhbahan pencemar terhadap organ lain seperti paru-paru dan
sistem saraf. Karenasetiap individu akan terpajan oleh banyak senyawa secara bersamaan,
sering kalisangat sulit untuk menentukan senyawa atau kombinasi senyawa mana yang
palingberpengaruh membahayakan kesehatan.

Gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan


kesehatan bahkan juga dapat menimbulkan kematian, karbon monoksida(CO) apabila
terhirup ke dalam paru-paru akan ikut masuk ke peredaran darah dan menghalangi masuknya
oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh, hal ini dapat terjadi karena gas CO yang bersifat racun

12
ikut bereaksi secara metabolis dengan darah.Ikatan karbon monoksida dengan darah
(karboksihemoglobin) lebih stabil dari padaikatan oksigen dengan darah (oksihemoglobin),
keadaan ini menyebabkan darahmenjadi lebih mudah menangkap gas CO dan menyebabkan
fungsi vital darahsebagai pengangkut oksigen terganggu. Dalam keadaan normal konsentrasi
CO didalam darah berkisar antara 0,2 % sampai 1,0 % dan rata-rata sekitar 0,5 %. Disamping
itu, kadar CO dalam darah dapat seimbang selama kadar CO di atmosfertidak meningkat dan
kecepatan pernafasan tetap konstan (Mukono, 2006).Karbon monoksida dapat terikat lebih
kuat dengan hemoglobin darah danmembentuk karboksihemoglobin (COHb) sehingga
menyebabkan terhambatnyapasokan oksigen ke jaringan tubuh. Pajanan CO diketahui dapat
mempengaruhikerja jantung (sistem kardiovaskuler), sistem saraf pusat, janin, dan semua
organtubuh yang peka terhadap kekurangan oksigen. Pengaruh CO terhadap
sistemkardiovaskuler cukup nyata teramati walaupun dalam kadar rendah, penderita
penyakit jantung dan penyakit paru merupakan kelompok yang paling pekaterhadap pajanan
CO. Studi eksperimen terhadap pasien jantung dan penyakitpasien paru menemukan adanya
hambatan pasokan oksigen ke jantung selamamelakukan latihan gerak badan pada kadar
COHb yang cukup rendah 2,7 %(Tugaswati, 2000).Pengaruh Karbon monoksida (CO)
terhadap tubuh manusia tidak samauntuk manusia yang satu dengan yang lain. Daya tahan
tubuh manusia ikutmenentukan toleransi tubuh terhadap pengaruh adanya karbon monoksida
(Wardhana, 2004). Keracunan gas monoksida (CO) dapat ditandai dari keadaanyang ringan
berupa pusing, sakit kepala dan mual. Keadaan yang lebih berat dapatberupa menurunnya
kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistemkardiovaskuler, serangan jantung sampai
pada kematian.

4. Upaya Pengendalian Pencemaran CO dari Kendaraan Bermotor


Pengendalian pencemaran udara akibat kendaraan bermotor merupakan salah satu
bagian dalam pengendalian pencemaran udara akibat sistem dan sarana transportasi.
Kendaraan bermotor dalam hal ini merupakan salah satu sumber pencemar yang terkait
dengan sistem dan sarana transportasi. Dalam dasar penetapan kebijakan pengendalian
pencemaran udara pada dasarnya mencakup banyak pertimbangan, baik aspek teknis dan
teknologi pengendalian itu sendiri, maupun aspek sosial dan ekonomi yang akan terkait
dengan strategi pengendalian dan teknologi pengendalian yang diterapkan. Di negara-negara
maju, pengendalian polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor sudah dilakukan,

13
sebagai usahayang telah dilakukan untuk mengontrol polusi di udara kebanyakan ditujukan
untukmengurangi polusi CO dari kendaraan bermotor karena sebanyak 64% dari seluruhemisi
CO dihasilkan dari transportasi terutama yang menggunakan bahan bakar(oli/bensin). Hasil
pembakaran mesin ini selain mengandung CO juga mengandungcampuran NOx, HC dan
partikel sehingga masalah yang harus dipecahkan jugakompleks (BPLHD, 2009).
Menurut Ryadi (1982), pengendalian pencemaran udara akibat kendaraanbermotor
mencakup upaya-upaya pengendalian baik secara langsung maupun tidaklangsung yang dapat
menurunkan tingkat emisi gas buang yang berasal darikendaraan bermotor secara efektif.
Pendekatan-pendekatan strategis yang mungkinditerapkan adalah:
a. Penurunan laju emisi dari setiap kendaraan untuk setiap kilometer jalan yangditempuh
b. Penurunan jumlah dan kerapatan total kendaraan di dalam suatu daerah tertentu
c. Melakukan pengujian kendaraan bermotor secara berkala terhadap setiap kendaraan
wajib uji yang merupakan serangkaian kegiatan menguji dan memeriksa bagian-
bagian kendaraan wajib uji dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan layak
jalan.
Integrasi yang baik antara tataguna lahan dan penataan transportasi merupakan kunci
dalam mengendalikan pencemaran udara. Pembangunan pusatpusat perbelanjaan, sekolah,
rumah sakit yang tidak terkonsentrasi dalam suatu wilayah akan dapat mengurangi jarak
perjalanan yang ditempuh sehingga emisi yang dihasilkan dari pergerakan kendaraan dapat
ditekan. Tersedianya transportasi massal yang nyaman dan aman merupakan solusi untuk
mengurangi penggunaan kendaraan pribadi serta mendorong penggunaan transportasi umum.
Menurut Tamin (2000), salah satu upaya dalam menurunkan laju emisi yaitudengan
penerapan rekayasa manajemen lalu lintas yang dilakukan dengan berbagaicara seperti:
1) Perbaikan Sistem Lalu Lintas dan Sistem Jaringan JalanPerbaikan sistem lalu lintas
dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikutini:
a) Pemasangan dan perbaikan sistem lalu lintas secara terisolasi yangdimaksudkan
untuk mengikuti fluktuasi lalu lintas yang berbeda-bedadalam 1 jam, 1 hari
maupun 1 minggu. Selain itu juga dilakukan secaraterkoordinasi dalam mengatur
seluruh lampu lalu lintas secara terpusat.Pengaturan ini dapat mengurangi tundaan
atau kemacetan, sistem inidikenal dengan nama Area Traffic Control System
(ATCS).
b) Perbaikan perencanaan sistem jaringan jalan yang ada, termasuk jaringanjalan KA,
jalan raya, bus yang dilaksanakan untuk menunjang SistemAngkutan Umum
Perkotaan Terpadu (SAUTPT).
14
c) Penerapan manajemen transportasi antara lain dengan kebijakan parkiran,perbaikan
fasilitas pejalan kaki, serta jalur khusus bus. Semua inimemerlukan beberapa
pertimbangan, yang lebih diutamakan padakemungkinan membatasi kebutuhan
akan transportasi dengan beberapametode yang dikenal dengan pembatasan lalu
lintas. Perlunya penerapanpembatasan lalu lintas terhadap kendaraan pribadi telah
diterima oleh parapakar transportasi sebagai hal penting dalam menanggulangi
masalahkemacetan di daerah perkotaan.
2) Prioritas Angkutan UmumSistem transportasi publik dapat mengangkut penumpang
lebih banyak tetapisumber daya yang dipakainya lebih sedikit (termasuk di dalamnya
adalahlahan, bahan bakar, serta biaya lingkungan). Beberapa perencana pesimis
ataspengembangan transportasi publik kota yang sangat memerlukan dana yangcukup
besar. Manfaat paling penting dari sebuah transportasi publik yang baikadalah metode
ini dapat mengurangi kebutuhan dan keinginan untuk memilikikendaraan pribadi yang
selanjutnya akan berdampak pada berkurangnyajumlah pengguna kendaraan
bermotor.
Upaya lain yang dapat digunakan dalam pengendalian pencemaran udaraakibat
aktivitas kendaraan bermotor dengan cara penanaman pohon (RTH) disepanjang jalan
ataupun dibeberapa kawasan, karena kebutuhan akan pohonpelindung yang dapat menyerap
gas CO2 sebagai akibat proses oksidasi dari gasCO, hal ini juga dapat membantu mengurangi
efek gas rumah kaca berupa kenaikantenperatiur yang tinggi di sepanjang jalan.

5. Pemeriksaan karbonmonoksida

a. Pemeriksaan Laboratorium

Analisa kadar HbCO membutuhkan alat ukur spectrophotometric yang khusus.


Kadar HbCO yang meningkat menjadi signifikan terhadap paparan gas tersebut.
Sedangkan kadar yang rendah belum dapat menyingkirkan kemungkinan terpapar,
khususnya bila pasien telah mendapat terapi oksigen 100% sebelumnya atau jarak
paparan dengan pemeriksaan terlalu lama.

Cara kerja :

1) Ambil darah sebanyak 1 cc kemudian dimasukkan kedalam plakon yang sudah


diberi EDTA

15
2) Larutan amonia 0,1% diambil sebanyak 20ml dan dimasukkan kedalam
erlenmayer

3) Sampel darah diambil sebanyak 10 µl dengan menggunakan yellow tip kemudian


masukkan kedalam erlenmayer yang berisi larutan ammonia.

4) Kemudian campuran tersebut dibagi menjadi dua tabung masing masing


sebanyak 5 ml, tabung satu ditambah sodium dithionit dan tabung kedua tidak
ditambah sodium dithionit.

5) Kedua larutan masing masing diukur absorbannya pada spektrofotometer dengan


metode hindberger-lang,panjang gelombang 546 nm dan nilai faktor 6,08.baca
hasilnya

Pengaruh konsentrasi HbCO (%) terhadap kesehatan manusia :

Konsentrasi HbCO Gejala terhadap kesehatan


(%)

1-2,5 Belum ada gejala

3,0-4,0 Gangguan pada tingkah laku

5,0-6,0 Gangguan pada sistem saraf penglihatan,pancaindra dll

10,0-<20,0 Perubahan fungsi pada jantung dan paru paru

>20,0-60,0 Sakit kepala,lesu,pusing,sesak nafas,koma

70,0-90,0 Kematian

Pemeriksaan gas darah arteri juga diperlukan. Tingkat tekanan oksigen arteri
(PaO2) harus tetap normal. Walaupun begitu, PaO2 tidak akurat menggambarkan
derajat keracunan CO atau terjadinya hipoksia seluler. Saturasi oksigen hanya akurat
bila diperiksa langsung dan tidak melalui PaO 2 yang sering dilakukan dengan analisa
gas darah. PaO2 menggambarkan oksigen terlarut dalam darah yang tidak terganggu
oleh hemoglobin yang mengikat CO.

Pemeriksaan penunjang untuk keracunan karbon monoksida yaitu :

Uji Alkali Dilusi

16
Cara kerja

1. Ambil 2 buah tabung reaksi.


2. Masukkan ke dalam tabung pertama 1-2 tetes darah korban dan kedalam tabung
kedua 1-2 tetes darah normal sebagai kontrol.

3. Tambahkan 10 ml air sehingga warna merah pada kedua tabung kurang lebih
sama.

4. Tambahkan pada masing-masing tabung 5 tetes larutan NaOH 10-20%, lalu


dikocok, amati hasil.

5. Hasil : Darah normal segera berubah warna menjadi merah hijau kecoklatan
karena segera terbentuk hematin alkali, sedangkan darah yang mengandung
COHb tidak berubah warnanya untuk beberapa waktu, tergantung pada
konsentrasi COHb, karena COHb bersifat lebih resisten terhadap pengaruh alkali.
COHb dengan kadar saturasi 20% memberi warna merah muda yang bertahan
selama beberapa detik dan setelah 1 menit baru berubah warna menjadi
kecoklatan.

b. Pemeriksaan Imaging

X-foto thorax

Pemeriksaan x-foto thorax perlu dilakukan pada kasus-kasus keracunan gas


dan saat terapi oksigen hiperbarik diperlukan. Hasil pemeriksaan x-foto thorax
biasanya dalam batas normal. Adanya gambaran ground-glass, appearance,
perkabutan parahiler, dan intra alveolar edema menunjukkan prognosis yang lebih
jelek.

c. CT-Scan kepala

Pemeriksaan CT-Scan kepala perlu dilakukan pada kasus keracunan


berat gas CO atau bila terdapat perubahan status mental yang tidak pulih dengan
cepat.

3. Sianida

17
Sianida adalah senyawa kimia yang mengandung (C=M) , yang terdiri dari 3 buah
atom karbon yang berikatan dengan atom hidrogen. Secara spesifik, sianida adalah anion
CN-. Senyawa ini ada dalam bentuk gas, liquit dan solid , setiap senyawa ter dapat terbentuk
sebut dapat melepaskan anion CN- yang sangat beracun. Sianida dapat terbentuk secara alami
maupun dibuat oleh manusia dan memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja dengan
cepat. Contohnya adalah HCN (hidrogen sianida) dan KCN (kalium sianida).

Sianida memasuki udara, air, dan tanah baik dengan proses alami maupun karena
proses industri. Keberadaan sianida di uadara jauh dibawah ambang batas yang dapat
berbahaya. Sianida di udara bebentuk partikel kecil yang halus. Adanya hujan atau salju yang
mengurangi jumlah partikel sianida didalam udara, namun tidak begitu dengan gas HCN.
Waktu paruhnya untuk menghilang dari udara adalah 1-3 tahun. Kebanyakan sianida di air
permukaan akan membentuk HCN dan kemudian akan terevaporasi. Meskipun, demikian
jumlahnya tidak mencukupi untuk memberikan pengaruh negative terhadap manusia.
Beberapa sianida di air tersebut akan diuraikan menjadi bahan yang tidak berbahaya oleh
mikroorganisme atau akan membentuk senyawa kompleks dengan berbagai logam, seperti
besi. Seperti halnya di air permukaan, sianida yang berada di tanah juga dapat mengalami
proses evaporasi dan penguraian oleh mikroorganisme. Sekarang ini, bahkan telah dideteksi
sianida di air tanah di bawah beberapa landfill dan tempat pembuangan limbah industri.
Ditemukan pula sianida dalam konsentrasi tinggi di dalam lindi di landifill atau didalam
buangan limbah industri, konsentrasi tinggi ini menjadi racun bagi mikroorganisme tanah.
Dikarenakan tidak ada lagi mikroorganisme tanah yang dapat menguraikannya, sianida dapat
memasuki air tanah di bawahnya.

Asam sianida adalah zat molekular yang kovalen, namun mampu terdisosiasi dalam larutan air,
merupakan gas yang sangat beracun (meskipun kurang beracun dari H2S), tidak bewarna dan terbentuk
bila sianida direaksikan dengan sianida. Dalam larutan air, HCN adalah asam yang sangat lemah, pK25°=
9,21 dan larutan sianida yang larut terhidrolisis tidak terbatas namun cairan murninya adalah asam yang kuat.

Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan dan masuk kedalam aliran darah lalu
bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah. Keadaan ini menyebabkan oksigen tidak
dapat diedarkan dalam sistem badan. Sehingga dapat menyebabkan sakit atau kematian dengan dosis
mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan. Gejala yang timbul mati rasa pada seluruh tubuh dan pusing–
pusing. Hal ini diikuti oleh kekacauan mental dan pingsan, kejang – kejang dan akhirnya koma ( pingsan

18
lama ). Dosis yang lebih rendah dapat mengakibatkan sakit kepala, sesak pada tenggorokan dan dada berdebar
- debar serta kelemahan pada otot – otot.
Analisis HCN dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu Metode Spektrofotometri dan
Metode Argentometri.
1. Analisis HCN Metode Spektrofotometri
Prinsip kerja metode ini adalah cianida dalam contoh diubah menjadi cianogen chloride
(CNCl) karena bereaksi dengan chloramin T pada pH kurang dari 8 terhidrolisa menjadi
cianat. Setelah bereaksi secara sempurna, CNCl membentuk warna merah biru dengan asam
barbiturat dalam piridin dan warna yang terjadi dibaca pada panjang gelombang 578
nanometer.
2. Analisis HCN Metode Argentometri
Argentometri adalah suatu proses titrimetri dengan menggunakan larutan standar sekunder
perak nitrat. Sebelum digunakan sebagai titran, larutan ini harus dibakukan dulu dengan
larutan standar primer. Selain itu juga diperlukan suatu indikator untuk melihat parubahan pada titik
akhir titrasi.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pencemaran udara adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan
terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang membahayakan
kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya terjadi di kota-kota besar dan juga
daerah padat industri yang menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas
kewajaran. Secara umum penyebab pencemar udara ada dua macam, yaitu: Karena faktor
internal (secara alamiah) seperti: debu yang beterbangan akibat tiupan angin, abu (debu) yang
dikeluarkan dari letusan gunung berikut gas-gas vulkanik dan proses pembusukan sampah
organik dan lain-lain dan juga karena faktor eksternal (karena ulah manusia) seperti: hasil
pembakaran bahan bakar fosil, debu/serbuk dari kagiatan industri dan pemakaian zat-zat
kimia yang disemprotkan ke udara. zat – zat kimia yang dapat menyebabkan pecemaran
udara yaitu hidrogen sulfida, cyanida , dan carbon monoksida.
Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar
dan berbau seperti telur busuk. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas
gunung berapi dan gas alam. H2S dapat melumpuhkan system pernapasan serta dapat dapat

19
mematikan dalam beberapa menit, dalam jumlah sedikitpun gas H2S sangat berbahaya untuk
kesehatan. Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa. Gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan
gangguan kesehatan bahkan juga dapat menimbulkan kematian, karbon monoksida(CO)
apabila terhirup ke dalam paru-paru akan ikut masuk ke peredaran darah dan menghalangi
masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh, hal ini dapat terjadi karena gas CO yang
bersifat racun ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Sianida dapat terbentuk secara
alami maupun dibuat oleh manusia dan memiliki sifat racun yang sangat kuat dan bekerja
dengan cepat. Asam sianida adalah zat molekular yang kovalen, namun mampu terdisosiasi dalam larutan
air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun kurang beracun dari H2S), tidak bewarna dan
terbentuk bila sianida direaksikan dengan sianida. Asam sianida cepat terserap oleh alat pencernaan
dan masuk kedalam aliran darah lalu bergabung dengan hemoglobin di dalam sel darah merah.
Keadaan ini menyebabkan oksigen tidak dapat diedarkan dalam sistem badan. Sehingga dapat menyebabkan
sakit atau kematian dengan dosis mematikan 0,5-3,5 mg HCN/kg berat badan. Gejala yang timbul mati rasa
pada seluruh tubuh dan pusing–pusing. Hal ini diikuti oleh kekacauan mental dan pingsan, kejang – kejang
dan akhirnya koma ( pingsan lama ).

B. SARAN
1. Semoga makalah ini bisa memberi pengetahuan yang mendalam kepada para pembaca
khususnya pengetahuan mengenai gas beracun
2. Semoga makalah ini bisa dimanfaatkan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

20

Anda mungkin juga menyukai