Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Pemeriksaan laboratorium yang berdasarkan pada reaksi kimia dapat digunakan


darah, urin atau cairan tubuh lain. Terdapat banyak pemeriksaan kimia darah di dalam
laboratorium klinik antara lain uji fungsi hati, otot jantung, ginjal, lemak darah, gula darah,
fungsi pankreas, elektrolit dan dapat pula dipakai beberapa uji kimia yang digunakan untuk
membantu menegakkan diagnosis anemi.
Uji fungsi hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin, bilirubin total &
bilirubin direk, serum glutamic oxaloacetate transaminase (SGOT/AST) & serum glutamic
pyruvate transaminase (SGPT/ALT), gamma glutamyl transferase (γ-GT), alkaline
phosphatase (ALP) dan cholinesterase (CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin
sebaiknya dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein serum dengan teknik elektroforesis.
Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui perubahan fraksi protein di
dalam serum. Pemeriksaan elektroforesis protein serum ini menunjukkan perubahan fraksi
protein lebih teliti dari hanya memeriksa kadar protein total dan albumin serum.
Uji fungsi jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine kinase (CK), isoenzim creatine
kinase yaitu CKMB, N-terminal pro brain natriuretic peptide (NT pro-BNP) dan Troponin-T.
Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui dengan memeriksa aktifitas CKMB, NT pro-
BNP, Troponin-T dan hsCRP. Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk kelainan otot jantung,
karena hasil yang meningkat dapat dijumpai pada beberapa kerusakan jaringan tubuh seperti
hati, pankreas, keganasan terutama dengan metastasis, anemia hemolitik dan leukemia.
Uji fungsi ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah
produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang diproduksi oleh hati dan
dikeluarkan lewat urin. Pada gangguan ekskresi ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin
terhambat sehingga kadar ureum akan meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat
yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu kadar
kreatinin dalam serum dipengaruhi oleh besar otot, jenis kelamin dan fungsi ginjal. Di
Laboratorium Klinik Utama Bio Medika pemeriksaan kadar kreatinin dilaporkan dalam
mg/dl dan estimated GFR (eGFR) yaitu nilai yang dipakai untuk mengetahui perkiraan laju
filtrasi glomerulus yang dapat memperkirakan beratnya kelainan fungsi ginjal.
Hati merupakan organ padat yang terbesar yang letaknya di rongga perut bagian
kanan atas. Organ ini mempunyai peran yang penting karena merupakan regulator dari semua
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Tempat sintesa dari berbagai komponen
protein, pembekuan darah, kolesterol, ureum dan zat-zat lain yang sangat vital. Selain itu,
juga merupakan tempat pembentukan dan penyaluran asam empedu serta pusat
pendetoksifikasi racun dan penghancuran (degradasi) hormon-hormon steroid seperti
estrogen.
Pada jaringan hati, terdapat sel-sel Kupfer, yang sangat penting dalam eliminasi
organisme asing baik bakteri maupun virus. Karena itu untuk memperlihatkan adanya
gangguan faal hati, terdapat satu deretan tes yang biasanya dibuat untuk menilai faal hati

1
tersebut. Perlu diingat bahwa semua tes kesehatan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas
yang berlainan, maka interpretasi dari hasil tes sangat dipengaruhi oleh hal-hal tersebut.
Karena faal hati dalam tubuh mempunyai multifungsi maka tes faal hati pun beraneka ragam
sesuai dengan apa yang hendak dinilai. Dan ketika sel-sel atau jaringan hati mengalami
kerusakan dapat dilakukan pemeriksaan SGOT(Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase)
dan SGPT(Serum Glutamic PiruvicTransaminase). Kedua enzim ini terdapat dalam sel-sel
hati, otot jantung, ginjal, otot rangka dan otak.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud pemeriksaan ALT ?
1.2.2 Bagaimana cara pemeriksaan ALT ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pemeriksaan ALT
1.3.2 Mengetahhui cara pemeriksaan ALT

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Faal Hati

Tes laboratorium sering kali digunakan untuk memastikan diagnosis (bersama-sama


dengan riwayat kesehatan dan pemeriksaan jasmani) serta untuk memantau penyakit dan
pengobatan. Banyak tes laboratorium untuk mengukur kadar enzim. Ini karena bila jaringan
rusak, sel mati dan enzim dilepas ke dalam darah. Kadar enzim ini diukur, dan tes ini sering
kali disebut tes fungsi hati. Sistem organ yang serumit hati akan sering dinilai dengan
menggunakan beberapa tes. Ini karena lebih dari satu sistem dapat melepaskan enzim yang
sama bila jaringan rusak. Oleh karena itu, untuk menentukan bagaimana hati bekerja, dan apa
yang mungkin menyebabkan masalah, ada beberapa tes yang mungkin dilakukan bersama
dan secara kolektif yang disebut “tes fungsi hati.”
Tes fungsi hati yang umum adalah AST (aspartate transaminase), yang di Indonesia
lebih sering disebut sebagai SGOT (serum glutamic-oxaloacetic transaminase), dan ALT
(alanine transaminase) yang biasanya di Indonesia disebut sebagai SGPT (serum glutamic-
pyruvic transaminase). SGOT dan SGPT akan menunjukkan jika terjadi kerusakan atau
radang pada jaringan hati. SGPT lebih spesifik terhadap kerusakan hati dibanding SGOT.
Adalah hal yang biasa bila terjadi sedikit peningkatan (hingga dua kali
angka normal) kadar SGOT dan SGPT. Namun, kadar SGOT dan SGPT lebih dari dua kali
angka normal, umumnya dianggap bermakna dan membutuhkan pemeriksaan lebih jauh.
Alkaline phosphatase adalah tes lain yang mungkin dilakukan jika ada perhatian
mengenai hati, dan dapat menunjukkan sumbatan dalam sistem saluran pembuangan dari
empedu.
LDH (lactic acid dehydrogenase) adalah enzim non-spesifik yang dapat meningkat
bila hati rusak. GGT (gamma glutamyl transferase) adalah enzim yang kadarnya diukur
untuk skrining penyakit hati dan untuk memantau sirosis (pengerasan atau parut/sikatrik pada
hati, terutama akibat kecanduan alkohol). Ini juga bermanfaat untuk mendiagnosis sumbatan
pada saluran yang mengalirkan cairan empedu dari hati ke usus.

2.2. Pengertian Pemeriksaan ALT

2.2.1. Enzim Aminotransferase (SGOT / SGPT)


Enzim Transaminase atau disebut juga enzim aminotransferase adalah enzim yang
mengkatalisis reaksi transaminasi. Terdapat dua jenis enzim serum transaminase yaitu
serum glutamat oksaloasetat transaminase dan serum glutamat piruvat transaminase
(SGPT). Pemeriksaan SGOT adalah indikator yang lebih sensitif terhadap kerusakan
hati dibanding SGPT. Hal ini dikarenakan enzim GOT sumber utamanya di hati,
sedangkan enzim GPT banyak terdapat pada jaringan terutama jantung, otot rangka,
ginjal dan otak (Cahyono, 2009).

3
Enzim aspartat aminotransferase (AST) disebut juga serum glutamat oksaloasetat
transaminase (SGOT) merupakan enzim mitokondria yang berfungsi mengkatalisis
pemindahan bolak-balik gugus amino dari asam aspartat ke asam α-oksaloasetat
membentuk asam glutamat dan oksaloasetat (Price dan Wilson,1995).
Dalam kondisi normal enzim yang dihasilkan oleh sel hepar konsentrasinya
rendah. Fungsi dari enzim-enzim hepar tersebut hanya sedikit yang diketahui. Nilai
normal kadar SGOT < 35 U/L dan SGPT < 41 U/L (Daniel S. Pratt, 2010).
Enzim SGOT dan SGPT mencerminkan keutuhan atau intergrasi sel-sel hati.
Adanya peningkatan enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat kerusakan sel -
sel hati. Makin tinggi peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT, semakin tinggi
tingkat kerusakan sel-sel hati (Cahyono 2009). Kerusakan membran sel
menyebabkan enzim Glutamat Oksaloasetat Transaminase (GOT) keluar dari
sitoplasma sel yang rusak, dan jumlahnya meningkat di dalam darah. Sehingga dapat
dijadikan indikator kerusakan hati (Ronald, et al., 2004; Ismail,et al.,2014).

2.2.2. Alanin Aminotransferase (ALT) dahulu SGPT

Nilai normal : 5-35 U/L

Deskripsi:

Konsentrasi enzim ALT yang tinggi terdapat pada hati. ALT juga terdapat pada
jantung, otot dan ginjal. ALT lebih banyak terdapat dalam hati dibandingkan jaringan
otot jantung dan lebih spesifi k menunjukkan fungsi hati daripada AST. ALT berguna
untuk diagnosa penyakit hati dan memantau lamanya pengobatan penyakit hepatik,
sirosis postneurotik dan efek hepatotoksik obat.

Implikasi klinik:
a. Peningkatan kadar ALT dapat terjadi pada penyakit hepatoseluler, sirosis aktif,
obstruksi bilier dan hepatitis.
b. Banyak obat dapat meningkatkan kadar ALT.
c. Nilai peningkatan yang signifi kan adalah dua kali lipat dari nilai normal.
d. Nilai juga meningkat pada keadaan: obesitas, preeklamsi berat, acute
lymphoblastic leukemia (ALL)
Hati berfungsi sebagai faktor biokimia utama dalam tubuh, tempat metabolisme
kebanyakan zat antara. Fungsi hati normal harus dikonfirmasi sebelum operasi
terencana (Sabiston, 1992).
Fungsi hati

Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan besar dan memiliki lebih
dari 500 fungsi. Berikut ini fungsi-fungsi utama hati :
1. Menampung darah

4
2. Membersihkan darah untuk melawan infeksi
3. Memproduksi dan mengekskresikan empedu
4. Membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat)
5. Membantu metabolisme lemak
6. Membantu metabolisme protein
7. Metabolisme vitamin dan mineral
8. Menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)
9. Mempertahankan suhu tubuh
(Wijayakusuma, 2008).

Dua aminotransferase yang paling sering diukur adalah alanine


aminotransferase(ALT), yang dahulu disebut “glutamate-piruvat transaminase” (GPT),
dan aspartate aminotransferase (AST), yang dahulu disebut “glutamate-oxaloacetate
transaminase” (GOT). Baik ALT maupun AST memerlukan piridoksal fosfat (Vitamin
B6) sebagai kofaktor. Zat ini sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk
meningkatkan pengukuran enzim-enzim ini seandainya terjadi defisiensi vitamin b6
(missal, hemodialysis, malnutrisi) (Saucher dan McPherson, 2002).
Aminotransferase tersebar luas di tubuh, tetapi terutama banyak dijumpai di hati,
karena peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam menyalurkan asam-asam
amino ke jalur-jalur biokimiawi lai. Hepatosit pada dasarnyaa adalah satu-satunya sel
dengan konsentrasi ALT yang tinggi, sedangkan ginjal, jantung, dan otot rangka
mengandung kadar sedang. ALT dalam jumlah yang lebih sedikit dijumpai di pancreas,
paru, lima, dan eritrosit. Dengan demikian, ALT serum memiliki spesifitas yang relative
tinggi untuk kerusakan hati. Sejumlah besar AST terdapat di hati, miokardium, dan otot
rangka; eritrosit juga memiliki AST dalam jumlah sedang. Hepatosit mengandung AST
tiga sampai empat kali lebih banyak daripada ALT (Saucher dan McPherson, 2002).
Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati apabila
keduanya meningkat. Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat
menyebabkan peningkatan baik AST maupun ALT menjadi ribuan IU/Liter. Pngukuran
aminotransferase setiap minggu mungkin sangat bermanfaat untuk memantau
perkembangan dan pemulihan hepatitis atau cedera hati lain (Saucher dan McPherson,
2002).

SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamik Piruvat Transaminase , SGPT atau
juga dinamakan ALT (Alanin Aminotransferase) merupakan enzim yang banyak
ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim
ini dalam jumlah yang kecil dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada
umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih tinggi daripada SGOT/AST pada kerusakan
parenkim hati akut, sedangkan pada proses kronis didapat sebaliknya. ( joyce, 1997).
ALT/SGPT suatu enzim yang ditemukan terutama pada sel-sel hepar, efektif
dalam mendiagnosa kerusakan hepatoseluler. Kadar ALT serum dapat lebih tinggi
sebelum ikretik terjadi. Pada ikretik dan ALT serum>300 unit, penyebab yang paling
mungkin karena gangguan hepar dan tidak gangguan hemolitik (Joyce, 1997).

5
SGPT (Serum Glutamik Piruvat Transaminase ) merupakan enzim transaminase
yang dalam keadaan normal berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Sering disebut
juga ALT (Alanin Aminotransferase). Peningkatan dalam serum darah mengindikasikan
adanya trauma atau kerusakan pada hati ( Sutedjo, 2006).
Kadar ALT/SGPT seringkali dibandingkan dengan AST/SGOT untuk tujuan
diagnostik. ALT meningkat lebih khas daripada AST pada kasus nekrosis hati dan
hepatitis akut, sedangkan AST meningkat lebih khas pada nekrosis miokardium (infark
miokardium akut), sirosis, kanker hati, hepatitis kronis dan kongesti hati (Akatsuki,
20009).
SGOT banyak terdapat dalam mitokondria dan dalam sitoplasma, sedangkan
SGPT hanya terdapat dalam sitoplasma. Oleh karena itu, untuk proses lebih lanjut, terjadi
kerusakan membran mitokondria yang akan lebih banyak mengeluarkan SGOT atau AST,
sedangkan untuk proses akut SGPR atau ALT lebih dominan dibanding SGOT atau AST
(Panil, 2007).

6
BAB III
METODELOGI
3.1. Prinsip

SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase)

L-alanin + 2-oksoglutarat ASAT L-glutamat + piruvat


Piruvat + NADH + H+ MDH D-laktat +NAD+

Dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang 365 nm.

3.2. Prosedur kerja


3.2.1. Penyiapan Serum
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dimasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge
c. Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 6000 rpm
d. Diambil serum darah dan dimasukkan ke dalm tabung reaksi
e. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
3.2.2. Pengukuran Absorban Blanko
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dipipet 100 µL aquadest ke dalam kuvet
c. Ditambahkan 1000 µL reagen 1 SGPT
d. Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37o C
e. Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGPT, dihomogenkan
f. Diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm.
3.2.3. Pengukuran Absorban Sampel
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Dipipet 100 µL serum darah ke dalam kuvet
c. Ditambahkan 1000 µL reagen 1 SGPT
d. Diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37o C
e. Ditambahkan 250 µl reagen 2 SGPT, dihomogenkan
f. iukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 365 nm
g. Diukur lagi absorbansinya pada menit ke-2, ke-3, dan ke-4
h. Dicatat nilai absorbansinya

3.3. Hasil pemeriksaan


3.3.1. Peningkatan Kadar :
Peningkatan paling tinggi : Hepatitis (virus) akut, hepatoksisitas yang
menyebabkan nekrosis hepar (toksisitas obat atau kimia); agak atau meningkat
sedang : sirosis, kanker hepar, gagal jantung kongesif, intoksisitas alkohol akut;
peningkatan marginal : infrak miokard akut (IMA). Antibiotik, narkotik,
metildopa (Aldomet), guanetidin, sediaan digitalis, indometasin (Indocin),

7
salisilat, rifampisin, flurazepam (Dalamane), propanolol (Inderal), kontrasepsi
oral, timah, heparin (Joyce, 1997)
3.3.2. Interprestasi hasil
Nilai normal SGPT (Serum Glutamic Piruvic Transaminase)
Laki-laki : 0 – 42 U/L
Perempuan : 0 – 32 U/L
3.3.3. Patologi

Tes faal hati yang terjadi pada infeksi bakterial maupun virus yang
sistemik yang bukan virus hepatitis. Penderita semacam ini, biasanya ditandai
dengan demam tinggi, myalgia, nausea, asthenia dan sebagainya. Disini faal hati
terlihat akan terjadinya peningkatan SGOT, SGPT serta ∂-GT antara 3-5X nilai
normal. Albumin dapat sedikit menurun bila infeksi sudah terjadi lama dan
bilirubin dapat meningkat sedikit terutama bila infeksi cukup berat (Suwandhi,
2011).
Tes faal hati pada hepatitis virus akut maupun drug induce hepatitis. Faal
hati seperti Bilirubin direct/indirect dapat meningkat biasanya kurang dari 10
mg%, kecuali pada hepatitis kolestatik, bilirubin dapat lebih dari 10 mg%. SGOT,
SGPT meningkat lebih dari 5 sampai 20 kali nilai normal. ∂-GT dan
alkalifosfatase meningkat 2 sampai 4 kali nilai normal, kecuali pada hepatitis
kolestatik dapat lebih tinggi. Albumin/globulin biasanya masih normal kecuali
bila terjadi hepatitis fulminan maka rasio albumin globulin dapat terbalik dan
masa protrombin dapat memanjang (Suwandhi, 2011).

Anda mungkin juga menyukai