Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

SEROLOGI

2A

NAMA : Arrohim Nur Huda

NIM : 20115008

TK/ SMT : II/3

PRODI : D4 Analis Kesehatan

PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT ILMU KESEHATAN
BHAKTI WIYATA
KEDIRI
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI

NILAI KOREKTOR

Tanggal :
25 November 2016
Metode :
ABO Sistem (Indirect)
Tujuan :
Untuk mengetahui golongan darah seseorang berdasarkan penentuan jenis
antigen pada permukaan sel darah merah.
Prinsip :
Aglutunasi Langsung
Reaksi antara antibodi yang terdapat dalam serum dengan antigen yang
sudah diketahui jenisnya.
Alat & Bahan : Object glass atau slide golda
Kapas
Pipet tetes
Blood lancet
Pengaduk disposable

Probandus :
Nama :X
Nim :X
J. Kelamin :X
Prosedur :
1. Disediakan 2 tabung serologi yang bersih dan kering.
2. Dimasukkan 1-2 tetes sampel serum ke dalam masing-masing tabung.
3. Ditambahkan 1-2 tetes suspensi sel A ke tabung 1 dan suspensi sel B ke tabung 2.
4. Diputar pada centrifuge 1000 rpm selama 1 menit.
5. Dibaca adanya aglutinasi.

Intepretasi Hasil :
Pada pemeriksaan golongan darah tidak langsung akan didapat hasil yang bermacam-
macam, kemungkinan hasil dari pemeriksaan golongan darah yaitu:
AGLUTINASI
Golongan Darah
Suspensi Sel A Suspensi Sel B
- + A
+ - B
- - AB
+ + O
Hasil :
Hasil dan Pembahasan
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
AGLUTINASI
Golongan Darah
Suspensi Sel A Suspensi Sel B
+ - B
Kesimpulan :
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari tujuan praktikum dan dari
hasil praktikum yang telah kami lakukan tentang penentuan golongan
darah. Bahwa dengan melakukan praktikum ini kami lebih banyak
mengetahui bagaimana cara mengetahui golongan darah pada manusia.
Golongan darah yang telah didapatkan dari pemeriksaan golongan
darah indirect merupakan golongan darah B karena didapatkan
penggumpalan darah pada campuran Suspensi Sel A dengan serum,
sedangkan percampuran Suspensi Sel B dengan dengan serum
menunjukkan tidak ada penggumpalan.
Pembahasan :
Untuk menentukan golongan darah manusia itu bisa dengan sistem
ABO yang terdiri dari 4 golongan darah yaitu A, B, AB, dan O.
Berdasarakan dari hasil praktikum yang telah di lakukan ternyata dari
relawan di dapatkan golongan darahnya yaitu B. Ternyata memang benar
bila tetesan Suspensi Sel di campur dengan serum maka akan dapat
melihat serum tersebut termasuk golongan darah apa. Sebagai contoh dari
hasil data praktikum yang telah di lakukan untuk golongan darah B yang
dimiliki oleh Devi bila tetesan serumnya di campur dengan Suspensi Sel
B maka tidak akan menggumpal (-), tetapi jika serumnya di campur
dengan Suspensi Sel A maka akan menggumpal (+).

Diskusi :
Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan
untuk membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu
plasma darahdan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar
55% dari jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada
pada darah sekitar 45%.Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok
yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit yang berperan dalam pembekuan
darah.
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu
karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling
penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini
sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh,
hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang
tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang
berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.menurut K.
Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah (aglutinasi) kadang-
kadang terjadi apabila eritrosit (sel darah merah) seseorang dicampur
dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran
tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah (Priadi, 2009).
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan
jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, golongan
darah tersebut dibagi menjadi 4 golongan yaitu sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah
dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan
antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang
dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang
dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada
permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap
antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan
darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan
darah B-negatif atau O-negatif
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah
dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap
antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif
dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun
dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-
positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa
antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga,
orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya
kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor
universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat
menerima darah dari sesama O-negatif.
Rhesus :
Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan
memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari
monyet jenis Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada
tahun 1940 oleh Karl Landsteiner. Seseorang yang tidak memiliki faktor
Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki golongan darah Rh-.
Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah merahnya
disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini seringkali
digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah
yang paling umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A
lebih dominan, dan ada pula beberapa daerah dengan 80% populasi
dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan
golongan. Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat
menyebabkan produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang
mengakibatkan hemolisis. Hal ini terutama terjadi pada perempuan yang
pada atau di bawah usia melahirkan karena faktor Rh dapat memengaruhi
janin pada saat kehamilan.
Golongan darah lainnya:
- Diego positif yang ditemukan hanya pada orang Asia Selatan dan
pribumi Amerika.
- Dari sistem MNS didapat golongan darah M, N dan MN. Berguna
untuk tes kesuburan.
- Duffy negatif yang ditemukan di populasi Afrika.
- Sistem Lutherans yang mendeskripsikan satu set 21 antigen.
- Dan sistem lainnya meliputi Colton, Kell, Kidd, Lewis, Landsteiner-
Wiener, P, Yt atau Cartwright, XG, Scianna, Dombrock, Chido/
Rodgers, Kx, Gerbich, Cromer, Knops, Indian, Ok, Raph dan JMH.
Pewarisan :
Tabel pewarisan golongan darah kepada anak
Ayah
Ibu
O A B AB
O O O, A O, B A, B
O, A,
A O, A O, A A, B, AB
B, AB
B O, B O, A, B, AB O, B A, B, AB
AB A, B A, B, AB A, B, AB A, B, AB
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal : 15 Oktober 2016


Metode : Direct
Tujuan :
Untuk mengetahui ada tidaknya HCG dan kadar HCG dalam urine untuk
membantu menegakkan diagnosa kehamilan dini.
Prinsip :
Untuk mengetahui terjadinya reaksi imunologis kimiawi antara hormon
hCG dalam urine dengan antobodi (anti HCG). Suspensi lateks
mengandung antibody monoclonal anti hCG dengan natrium azida
sebagai peng awet sebagai anti hCG dan hormon hCG yang terkandung
dalam urin sebagai antigen. Ketika anti hCG (antibodi) bertemu dengan
antigen(hormon hCG) maka terbentuklah kompleks imun.

Alat & Bahan :


Slide Kehamilan
Pipet Disposable
Pengaduk Dispsable
Stopwatch/timer
Katak Jantan
Tabung Serologi
Obyek glass
Mikroskop
Spuit dan jarum

Probandus :
Nama : Mrs.X
Umur :X
Jenis kelamin : Perempuan
Prosedur :
A. Analitik Prosedur :
Direct :
1. Pada slide ditetesi 1 tetes urine dan ditambah 1 tetes anti HCG
latex
2. Kemudian diaduk dan dibaca adanya aglutinasi tepat setelah 1-2
menit.
Indirect :
1. Pada slide ditetesi 1 tetes urine dan ditambah 1 tetes anti HCG dan
diaduk.
2. Setelah 10 menit ditambah 1 tetes HCG yang di labelkan latex.
3. Diaduk dan dibaca adanya aglutinasi tepat setelah 2 menit.

Intepretasi Hasil :
A. Imunologi
1. Positif : terjadi aglutinasi
2. Negatif : tidak terjadi aglutinasi
Hasil :
A. Hasil dan Pembahasan
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut:
- Imunologi : (+) Positif (terjadi aglutinasi)

Kesimpulan :
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari tujuan praktikum dan dari hasil
praktikum yang telah kami lakukan tentang Uji Kehamilan Imunologi
adalah didapatkan adanya HCG dalam urine .

Pembahasan :
Pada praktikum uji kehamilan ini dilakukan dengan cara imunologik
dengan metode koagulasi langsung atau Direct Latex Agglutination
(DLA) dimana urin sampel ditambahkan dengan partikel latex yang
dilapisi oleh anti HCG, terjadinya koagulasi menunjukkan adanya HCG
(kehamilan +). Pada sampel tersebut hanya pada urin ibu hamil usia
kandungan sekitar 2 bulan yang menunjukkan hasil positif (+)
mengandung HCG karena terjadi koagulasi setelah urin bereaksi dengan
partikel lateks yang mengandung anti HCG.
Tingkat hCG dapat pertama kali terdeteksi sekitar 11 hari setelah
pembuahan, dalam tes darah . Satu sampai tiga hari kemudian, dapat
dideteksi dengan tes urine. Beberapa tes yang sangat sensitif dapat
mendeteksi hCG sedini seminggu setelah ovulasi. Tes kehamilan normal
tidak dapat mendeteksi hCG dalam darah sampai setidaknya 12 sampai 14
hari setelah ovulasi.
Kehamilan khas harus memiliki kadar hCG dua kali lipat setiap 48
sampai 72 jam sampai dengan kedelapan sampai minggu ke-11, pada saat
itu mereka mulai untuk menstabilkan dan tetap konstan selama
kehamilan. Hal ini terjadi pada sekitar 85% kehamilan. Ketika kadar hCG
menjadi tinggi, mereka akan mulai dua kali lipat setiap 96 jam.
Wanita hamil,terutama mereka yang mengalami masalah kesuburan,
menempatkan banyak penting pada tingkat hCG. Karena rentang besar
apa yang bisa normal, dokter menyarankan wanita untuk tidak mengambil
terlalu serius. Beberapa wanita memiliki kadar hCG yang rendah dan
pergi untuk memiliki sehat, bayi normal.

Diskusi :
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon yang
disekresi oleh sel-sel trofoblas ke dalam cairan ibu segera setelah nidasi
terjadi. Hormon ini hadir dalam darah dan dikeluarkan oleh sel
plasenta/embrio/bakal janin, sebagai hasil pembuahan sel telur oleh
sperma. Kira-kira sepuluh hari setelah sel telur dibuahi sel sperma di
saluran Tuba fallopii, telur yang telah dibuahi itu bergerak menuju rahim
dan melekat pada dindingnya. Sejak saat itulah plasenta mulai
berkembang dan memproduksi HCG yang dapat ditemukan dalam darah
serta air seni. Keberadaan hormon protein ini sudah dapat dideteksi dalam
darah sejak hari pertama keterlambatan haid, yang kira-kira merupakan
hari keenam sejak pelekatan janin pada dinding rahim. Salah satu fungsi
hormon ini adalah membantu menjaga keadaan rahim agar sesuai untuk
kehamilan, dengan antara lain merangsang pengeluaran hormon
progesteron. Itulah kenapa, jika terjadi kehamilan, hormon progesteron
akan meningkat sesuai dengan umur kehamilan (Handojo, 2004).
Kadar hormon ini terus bertambah hingga minggu ke 14-16
kehamilan, terhitung sejak hari terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu
hamil mengalami penambahan kadar hormon HCG sebanyak dua kali
lipat setiap 3 hari. Peningkatan kadar hormon ini biasanya ditandai
dengan mual dan pusing yang sering dirasakan para ibu hamil. Setelah itu
kadarnya menurun terus secara perlahan, dan hampir mencapai kadar
normal beberapa saat setelah persalinan. Tetapi adakalanya kadar hormon
ini masih di atas normal sampai 4 minggu setelah persalinan atau
keguguran (Handojo, 2004).
Kadar HCG yang lebih tinggi pada ibu hamil biasa ditemui pada
kehamilan kembar dan kasus hamil anggur (mola). Sementara pada
perempuan yang tidak hamil dan juga laki-laki, kadar HCG di atas normal
bisa mengindikasikan adanya tumor pada alat reproduksi. Tak hanya itu,
kadar HCG yang terlalu rendah pada ibu hamil pun patut diwaspadai,
karena dapat berarti kehamilan terjadi di luar rahim (ektopik) atau
kematian janin yang biasa disebut aborsi spontan.
Tingkat HCG dapat diukur dalam darah atau urin. Paling umum, hal
ini dilakukan sebagai tes kehamilan, dimaksudkan untuk menunjukkan
ada atau tidak adanya embrio implan. Pengujian untuk HCG juga dapat
dilakukan ketika mendiagnosis atau pemantauan tumor sel kuman dan
penyakit trofoblas gestasional. Sebagian besar tes antibodi monoklonal
mempekerjakan, yang khusus untuk subunit -HCG (-HCG). Prosedur
ini digunakan untuk memastikan bahwa tes tidak membuat positif palsu
oleh HCG membingungkan dengan LH dan FSH. Dua yang terakhir
selalu hadir pada berbagai tingkat dalam tubuh, sedangkan keberadaan
HCG hampir selalu menunjukkan kehamilan.
Tes urin mungkin immunoassay kromatografi atau salah satu dari
beberapa format uji lain, rumah-, dokter kantor, atau laboratorium
berbasis . Ditampilkan deteksi batas antara 20 sampai 100 ml mIU /,
tergantung pada merek uji. Pada awal kehamilan,. hasil yang lebih akurat
dapat diperoleh dengan menggunakan urin pertama pagi hari ketika
tingkat HCG yang tertinggi. Bila urin encer (berat jenis kurang dari
1,015), konsentrasi HCG mungkin tidak mewakili konsentrasi darah, dan
tes mungkin palsu negatif.
Uji serum, menggunakan 2-4 ml darah vena, biasanya sebuah
immunoassay chemiluminescent atau fluorimetric yang dapat mendeteksi
tingkat HCG serendah 5 ml mIU / dan memungkinkan kuantifikasi
konsentrasi HCG. Kemampuan menduga jumlah tingkat HCG berguna
dalam sel kuman pemantauan dan tumor trofoblas, perawatan tindak
lanjut setelah keguguran, dan dalam diagnosis dan tindak lanjut perawatan
setelah pengobatan kehamilan ektopik. Tidak adanya janin terlihat di
USG vagina setelah tingkat HCG telah mencapai 1500 mIU / ml sangat
indikasi kehamilan ektopik.
Seperti tes kehamilan, tes darah kuantitatif dan tes urine paling
sensitif biasanya mendeteksi HCG antara 6 sampai 12 hari setelah
ovulasi. Gestational penyakit trofoblas seperti tahi lalat hidatidosa
("kehamilan molar") atau Koriokarsinoma dapat menghasilkan tingkat
tinggi HCG (karena kehadiran syncytialtrophoblasts-bagian dari vili
yang membentuk plasenta) meskipun tidak adanya embrio. Ini, serta
beberapa kondisi lain, dapat menyebabkan peningkatan HCG bacaan jika
tidak ada kehamilan (Hartati. 2007).
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal :
2 Desember 2016
Metode :
Strip test
Tujuan :
Untuk mengetahui adanya virus dengue dalam tubuh penderita demam
berdarah dan untuk mendeteksi adanya IgM dan IgG DENV pada
serum/plasma pasien.
Prinsip :
Uji lateral flow rapid chrommatography immunoassay (Rapid Test).
Mendeteksi reaksi antara antibodi anti-IgM dan IgG pada strip test dengan
IgM dan IgG DENV pada serum/plasma pasien.
Alat & Bahan :
Alat : Bahan :
Test Strip Serum
Pipet Tetes Larutan buffer
Stopwatch/timer

Probandus :
Nama : Mr.X
Umur :-
Jenis Kelamin : -
Prosedur :
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Diteteskan serum pada strip test sebanyak 1 tetes
- Ditambahkan larutan buffer sebanyak 2 tetes
- Dibaca hasil setelah 5-15 menit.
Intepretasi Hasil :
1. Positif : Terdapat 2 garis merah pada daerah control dan test
2. Negatif : Hanya terbentuk 1 garis merah pada daerah kontrol
3. Invalid : Tidak terbentuk garis warna
Hasil :
Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
(-) Negatif (Garis merah pada daerah kontrol.
Kesimpulan :
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari tujuan praktikum dan dari hasil
praktikum yang telah kami lakukan tentang DBD adalah tidak didapatkan
adanya virus dengue di dalam serum penderita.
Pembahasan :
Pada pemeriksaan DBD yang telah dilakukan didapatkan hasil
negatif,hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya virus dengue dalam
sampel tersebut.Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD
adalah dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras dan mengubur barang-
barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan
beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik,menabur larvasida,
menggunakan kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot
dengan insektisida, menggunakan repellent, memasang obat nyamuk dan
memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat.
Gejala utama yang terjadi pada demam berdarah biasanya muncul 3
sampai 15 hari setelah terjadinya gigitan nyamuk. Gejala yang umumnya
muncul yaitu demam tinggi, sakit pada bagian kepala yang cukup
mengganggu, sakit pada bagian beakang mata, nyeri pada sendi, nyeri
pada bagian otot dan tulang, ruam hingga terjadinya pendarahan ringan.
Gejala DBD biasanya berlangsung dua hingga tujuh hari. Meskipun
demam sudah mulai mereda, namun sebaiknya tetap waspada karena
gejala sangat mungin bisa muncul kembali. Pada tahapan kedua ini terjadi
berhubungan dengan permeabilitas yang meningat pada bgian pembuluh
darah kapiler. Pada tahap kedua bisa terjadi gejala sebagai berikut :
1. Mudah terjadinya memar,
2. Pendarahan pada bagian gusi,
3. Mimisan,
4. Pendarahan pada bagian kulit, dan
5. Bisa saja terjadi pendarahan organ pada bagian dalam.
Diskusi :
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya
disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan. (Handojo,1982).
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas
/ inkubasi selama 3 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,
Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala
demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura)
perdarahan.
3. Adanyabentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva),
Mimisan (Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa
lendir bercampur darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 7 terjadi penurunan
trombosit dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi
peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai normal
(Hemokonsentrasi).
7.Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil,
kejang dan sakit kepala.
8.Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9.Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit
pada persendian.
10.Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh
darah.
Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa
virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. Selain dengue, A.
aegypti juga merupakan pembawa virus demam kuning (yellow fever)
dan chikungunya.Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit
infeksi virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan
nyamuk Aedes albopictus. Virus Dengue termasuk genus Flavivirus,
famili Flaviviridae, yang dibedakan menjadi 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN
2, DEN 3 dan DEN 4. Keempat serotipe virus ini terdapat di Indonesia
dan dilaporkan bahwa serotipe virus DEN 3 sering menimbulkan wabah,
sedang di Thailand penyebab wabah yang dominan adalah virus DEN 2
(Syahrurahman A et al., 1995). Penyakit ini ditunjukkan dengan adanya
demam secara tiba-tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat, sakit pada
sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam merah terang, petechie
dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan menyebar hingga
menyelimuti hampir seluruh tubuh. Radang perut bisa juga muncul
dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare
(Soewandoyo E., 1998).

Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan


nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Di dalam tubuh
manusia, virus berkembang biak dalam sistem retikuloendotelial, dengan
target utama virus Dengue adalah APC (Antigen Presenting Cells ) di
mana pada umumnya berupa monosit atau makrofag jaringan seperti sel
Kupffer dari hepar dapat juga terkena (Harikushartono et al., 2002).
Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir
setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi
dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi
APC (Antigen Precenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini
akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk
memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-
sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus juga
mengaktifkan sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi
yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi hemaglutinasi,
antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).

Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi


perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu
dengan mengusahakan agar penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2
liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) penambahan cairan
tubuh melalui infus (intravena) mungkinb di perlukan untuk mencegah
dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet di
lakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Terhadap keluhan yang
timbul, selanjutnya adalah pemberian obat obatan misalnya :

Parasetamol membantu menurunkan demam


Garam elektrolit (oralit) jika di sertai diare
Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres
dingin, tidak perlu dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan
beberapa tim medis menyarankan kompres dapat di lakukan dengan
alkohol.Pengobatan alternatif yang umum di kenal adalah dengan
meminum jus jambu biji bangkok.
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal :
Metode :
Tujuan :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Probandus :
Prosedur :
Intepretasi Hasil :

Hasil :

Kesimpulan :

Pembahasan :

Diskusi :
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal :
Metode :
Tujuan :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Probandus :
Prosedur :
Intepretasi Hasil :

Hasil :

Kesimpulan :

Pembahasan :

Diskusi :
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal :
Metode :
Tujuan :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Probandus :
Prosedur :
Intepretasi Hasil :

Hasil :

Kesimpulan :

Pembahasan :

Diskusi :
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal :
Metode :
Tujuan :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Probandus :
Prosedur :
Intepretasi Hasil :

Hasil :

Kesimpulan :

Pembahasan :

Diskusi :
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal :
Metode :
Tujuan :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Probandus :
Prosedur :
Intepretasi Hasil :

Hasil :

Kesimpulan :

Pembahasan :

Diskusi :
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal :
Metode :
Tujuan :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Probandus :
Prosedur :
Intepretasi Hasil :

Hasil :

Kesimpulan :

Pembahasan :

Diskusi :
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal :
Metode :
Tujuan :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Probandus :
Prosedur :
Intepretasi Hasil :

Hasil :

Kesimpulan :

Pembahasan :

Diskusi :
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal :
Metode :
Tujuan :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Probandus :
Prosedur :
Intepretasi Hasil :

Hasil :

Kesimpulan :

Pembahasan :

Diskusi :
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal :
Metode :
Tujuan :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Probandus :
Prosedur :
Intepretasi Hasil :

Hasil :

Kesimpulan :

Pembahasan :

Diskusi :
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal :
Metode :
Tujuan :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Probandus :
Prosedur :
Intepretasi Hasil :

Hasil :

Kesimpulan :

Pembahasan :

Diskusi :
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal :
Metode :
Tujuan :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Probandus :
Prosedur :
Intepretasi Hasil :

Hasil :

Kesimpulan :

Pembahasan :

Diskusi :
LAPORAN PRAKTEK SEROLOGI
NILAI KOREKTOR

Tanggal :
Metode :
Tujuan :

Prinsip :

Alat & Bahan :

Probandus :
Prosedur :
Intepretasi Hasil :

Hasil :

Kesimpulan :

Pembahasan :

Diskusi :

Anda mungkin juga menyukai