Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V

“Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan


Bangsa yang Berkarakter”
Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS
Surakarta, 6 April 2013

MAKALAH BIOKIMIA
ISBN : 979363167-8
PENDAMPING (Kode : H-05)

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN KANDUNGAN FITOKIMIA


EKSTRAK DAUN WARU LENGIS (Hibiscus tiliaceus L.)
SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN SAMPO
Kesi Lusiana *, Hartati Soetjipto, Dewi K.A.K.Hastuti
Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana,
Salatiga, Indonesia
* Keperluan korespondensi, telp: 085641177331, email: kekes_arrrr@yahoo.com

ABSTRAK

Skrining fitokimia dan uji antibakteri dilakukan terhadap daun waru lengis (Hibiscus
tiliaceus L.) untuk dimanfaatkan sebagai salah satu bahan dasar pembuatan sampo. Tujuan
penelitian ini yaitu melakukan skrining fitokimia ekstrak daun waru lengis, menentukan efek
aktivitas antibakteri ekstrak daun waru lengis pada konsentrasi 0%; 5%; 7,5% ;10% ;12,5%
;15% ;17,5% dan 20%, serta membuat sampo dengan tambahan ekstrak daun waru lengis.
Metode maserasi digunakan untuk mengekstrak daun waru lengis sedangkan senyawa
fitokimia ekstrak daun waru lengis ditentukan dengan uji skrining fitokimia, dan uji aktivitas
antibakteri dilakukan terhadap bakteri Bacillus subtilis (ATCC 6051) dan Escherichia coli
(ATCC 0091IFO). Aktivitas antibakteri akan dianalisis dengan Rancangan Acak Kelompok
(RAK) 8 perlakuan dan 4 ulangan. Rata-rata diameter daya hambat akan dibandingan
dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada tingkat kebermaknaan 5%. Rendemen ekstrak daun
waru lengis yang diperoleh sebesar 12,12%. Hasil skrining fitokimia ektrak daun waru lengis
menunjukkan adanya kandungan senyawa golongan saponin, flavonoid, tanin dan polifenol.
Rata-rata diameter daya hambat tiap konsentrasi sebesar: 0% (0±0) ; 5% (6,39±0,17) ; 7,5%
(8,34±0,15) ; 10% (9,63±0,13) ; 12,5% (10,17±0,16) ; 15% (11,31±0.07) ; 17,5%
(11,69±0,12) dan 20% (12,74±0,13) terhadap bakteri Bacillus subtilis, sedangkan terhadap
bakteri Escherichia coli 0% (0±0) ; 5% (6,35±0,13) ; 7,5% (6.75±0,11) ; 10% (7.36±0.13) ;
12,5% (7.85±0,13) ; 15% (8.44±0.16) ; 17,5% (8.76±0,13) dan 20% (9.78±0,08). Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antibakteri tertinggi pada konsentrasi 20%.

Kata Kunci: antibakteri, ekstrak daun waru lengis, sampo, kandungan fitokimia,

PENDAHULUAN (1992), sampo adalah campuran dari


Sampo merupakan salah satu produk bahan-bahan kimia tertentu yang
perawatan rambut yang paling banyak dipergunakan untuk mencuci dan
digunakan oleh masyarakat. Berbagai membersihkan rambut dan kulit kepala
macam produk sampo telah beredar di serta tidak membahayakan kesehatan
pasaran, mulai dari sampo bayi sampai pemakai [1,2].
sampo untuk orang dewasa. Menurut Saat ini masyarakat cenderung
Badan Standarisasi Nasional Indonesia SNI mencari sampo dengan manfaat ekstra
untuk kesehatan dan perawatan kulit

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 631


kepala serta rambutnya. Kebanyakan orang memiliki efek antibakteri sehingga jika
menginginkan cara cepat untuk ekstrak daun waru lengis digunakan
memperoleh rambut yang indah, maka sebagai bahan pembuat sampo maka
muncul bermacam-macam produk sampo diharapkan diperoleh sampo yang memiliki
dengan tambahan komponen tertentu dan efek antibakteri [2,4]
biasanya bahan yang ditambahkan Berdasarkan latar belakang diatas
merupakan bahan sintetik karena efeknya maka tujuan penelitian ini adalah
terlihat lebih cepat dibandingkan 1. Menentukan kandungan senyawa
mengunakan bahan alami [2]. fitokimia dalam ekstrak daun waru
Tanaman memiliki komponen kimia lengis (H.tiliaceus L.)
yang sangat komplek. Sampai saat ini 2. Menentukan efek aktivitas antibakteri
manfaat setiap komponennya belum ekstrak daun waru lengis pada
terungkap semua dan masih perlu digali. konsentrasi 0%; 5%; 7,5%;10%; 12,5%;
Gerakan “back to nature” atau gerakan 15% ;17,5% dan 20% terhadap bakteri
sehat kembali ke alam, sangat mendorong B.subtilis (ATCC 6051) dan E.coli
untuk penggunaan tanaman sebagai bahan (ATCC 0091IFO)
obat dan kosmetik atau kebutuhan keluarga 3. Membuat sampo dengan tambahan
lainnya seperti sampo, sabun mandi, dan ekstrak daun waru lengis pada dosis
lotion. Hal ini didukung dengan potensi efek antibakteri tertinggi
tanaman sebagai obat dan kosmetik yang
tumbuh di Indonesia [3]. METODE PENELITIAN
Bahan herbal relatif lebih aman Sampel yang digunakan adalah daun
digunakan dari pada bahan sintetis, maka waru lengis (H. tiliaceus L.) yang diperoleh
sangat bagus jika kosmetik yang dipakai dari Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa
juga mengunakan bahan alam. Pencarian Tengah.
bahan alam yang dapat berperan sebagai Bahan kimia yang digunakan adalah
bahan dasar untuk diaplikasikan dalam etanol (derajat teknis), kloroform (derajat
pembuatan sampo perlu dikembangkan teknis), natrium klorida (Merck), sodium
lebih lanjut. Salah satu tanaman yang lauryl sulfat (Merck), Foam booster C-KD
berpotensi untuk dapat dimanfaatkan yaitu (Merck), Coco amido propyl betaine
daun waru lengis (Hibiscus tiliaceus L.). (Merck), Pearl concentrate (Merck),
Tanaman waru lengis (H. tiliaceus L.) ethylene diamine tetra acetic acid (Merck),
sangat banyak, dan mudah ditemukan di asam karboksilat (Merck) dan nipagin
Indonesia. Daunnya belum banyak (Merck).
dimanfaatkan hanya dibiarkan gugur begitu Bakteri yang digunakan yaitu bakteri
saja, padahal daun waru lengis memiliki Bacillus subtilis (ATCC 6051) dan
kandungan senyawa fitokimia yaitu Escherichia coli (ATCC 0091IFO).
saponin, flavonoid, polifenol dan tannin. Piranti yang digunakan antara lain
Polifenol dan turunannya banyak dikenal grinder (Akira), cabinet drying, grinder,

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 632


rotary evaporator (Buchi R114), Setengah mili gram sampel
spektrofotometer (Shimadzu,UV mini 1240), ditimbang dan dimasukkan ke dalam
pH Meter (Hanna HI9812, Romania), tabung reaksi I, ditambah 5 ml CHCl3
neraca analitik (Mettler H80), gelas ukur, kemudian dipanaskan 5 menit diatas
seperangkat alat gelas. pemangas air sambil dikocok-kocok lalu
didinginkan. Diambil 1 ml campuran dari
METODE PENELITIAN tabung reaksi I dan dimasukkan ke dalam
Persiapan Sampel tabung reaksi II. Kedalam tabung reaksi
Sampel dibersihkan kemudian II diteteskan peraksi (LB) (1 ml Asam
dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dalam Asetat anhidrat dan 1 tetes Asam Sulfat
almari pengering selama 24 jam, kemudian Pekat). Kemudian perubahan yang timbul
dihaluskan dengan grinder. diamati sampai kira-kira 30 menit. Jika
Ekstraksi sampel [5] muncul warna cokelat atau violet pada
Lima puluh gram sampel dimaserasi pembatas kedua lapisan pelarut maka
dengan 500 ml etanol selama 24 jam. saponin yang terkandung merupakan jenis
Kemudian disaring menggunakan kertas triterpenoid, sedangkan jika warna yang
saring dan filtratnya disimpan. Selanjutnya timbul hijau kebiruan maka termasuk jenis
residu dimaserasi kembali dengan 340 ml saponin steroid.
etanol selama 24 jam. Setelah dilakukan Uji Flavonoid [7]
penyaringan, residu dimaserasi ulang satu Setengah gram sampel dimasukkan
kali lagi dengan 240 ml etanol. Ketiga filtrat dalam tabung reaksi dan ditambah
yang dihasilkan digabung dan dikeringkan magnesium dan 5 ml HCl 2% kemudian
menggunakan rotary evaporator. dipanaskan, serta disaring, perubahan
Rendemen ekstrak dihitung menggu- warna yang terjadi dapat diamati.
nakan rumus sebagai berikut : Uji Tanin dan Polifenol [7]
Sepuluh mili liter air panas
ditambahkan kedalam sampel kemudian
ditambahkan 5 tetes NaCl 10%, disaring
Skrining Fitokimia dan dibagi menjadi 3 bagian. Tabung 1
Uji saponin [6] sebagai kontrol, tabung 2 ditambah 3 tetes
Sebanyak 15 mg sampel gelatin, jika terjadi endapan maka sampel
ditambahkan 5 ml air panas ±70ºC, tersebut positif mengandung polifenol.
kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi Kemudian ditambahkan 3 tetes FeCl
dan dikocok kuat-kuat. Ekstrak positif ditambahkan pada tabung 3, jika terbentuk
mengandung saponin jika timbul busa warna biru kehitaman maka sampel positif
dengan ketingian 1-10 cm yang bertahan mengandung tanin.
selama 10 menit. Uji Aktifitas Antibakteri [8]
Uji Triterpenoid dan Steroid (Uji Liberman- Larutan nutrien agar dimasukkan
Burchard (LB) ) [6]] dalam cawan petri dan masing-masing

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 633


dicampur dengan 0,1 mL larutan bakteri konsentrasi 0%; 5%; 7,5%; 10%,
B. subtilis (ATCC 6051) dan E. coli (ATCC 12,5%;15%;17,5% dan 20%. Sebagai
0091IFO), kemudian dihomogenkan. Kertas kelompok adalah waktu uji. Untuk
cakram direndam dalam ekstrak selama 15 membandingkan purata diameter daya
menit dengan variasi konsentrasi, hambat antar berbagai konsentrasi ekstrak
Selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C daun waru lengis (H. tiliaceus L.) digunakan
sampai muncul daerah hambatan selama Beda Nyata Jujur (BNJ) dengan tingkat
24 jam. Pengukuran zona hambatan kebermaknaan 5%.
dilakukan dengan mengukur diameter HASIL DAN PEMBAHASAN
daerah jernih menggunakan jangka sorong. Dari 1 kg daun waru lengis (H.
Pembuatan sampo [9] tiliaceus L.) yang diekstrak, telah diperoleh
Empat koma delapan gram natrium ekstrak kasar berwarna hijau kecoklatan
klorida dilarutkan dalam 10 ml aquades, sebanyak 121,2 gram dan persen
diambil setengah bagian dan dimasukkan rendemen 12,12%.
dalam 14,4 gram sodium lauril sulfat diaduk Berdasarkan uji fitokimia terhadap
sampai homogen. Dua koma empat mili ekstrak kasar daun waru lengis (H. tiliaceus
coco amido propyl betaine, 2,4 gram pearl L.) jenis senyawa yang terdapat pada
concentrate dan 0,3 gram nipagin ekstrak tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
ditambahkan kedalamnya sambil terus
diaduk sampai homogen. Dilanjutkan Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia dari Ekstrak
dengan penambahan 0,048 gram asam Daun Waru Lengis
Jenis senyawa Uji
karboksilat dalam 6 ml aquades dan 0,036
Saponin Steroid +
ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA)
Triterpenoid -
dalam 24 ml air. Enam puluh mili liter air
beserta sisa larutan garam dimasukkan Tannin +

perlahan sambil terus diaduk sampai cairan Polifenol +

mengental, selanjutnya larutan ekstrak Flavonoid +


Keterangan : + = Hasil uji positif
daun waru lengis (H. tiliaceus L.)
- = Hasil uji negatif
ditambahkan, kemudian diaduk sampai
homogen.
Pada uji saponin yang dilakukan
menunjukkan hasil posif karena setelah
Analaisis Data [10]
proses pengocokan timbul busa yang stabil.
Data diameter daya hambat terhadap
Saponin merupakan metabolit sekunder
bakteri B.subtilis (ATCC 6051) dan E.coli
yang mengandung gugus gula yang
(ATCC 0091IFO) dianalisis dengan
berikatan dengan suatu aglikon hidrofobik
menggunakan Rancangan Acak Kelompok,
(sapogenin) berupa triterpenoid, steroid
8 perlakuan dan 4 kali ulangan. Sebagai
alkaloid. Terbentuknya busa disebabkan
perlakuan adalah konsentrasi ekstrak daun
karena saponin bersifat polar dan dapat
waru lengis (H. tiliaceus L.) dengan
larut dalam pelarut air dan juga bersifat non

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 634


polar karena memiliki gugus hidrofob yaitu bakteri gram negatife dan bakteri gram
aglikon.UjiLieberman–Burchard merupakan positif. Pengunaan kedua bakteri tersebut
uji karakteristik untuk sterol tidak jenuh dan bertujuan untuk mengetahui daya
triterpen [11]. antibakteri pada setiap konsentrasi ekstrak
Uji steroid dan triterpenoid daun waru lengis (H. tiliaceus L.).
menggunakan metode Liberman-Burchard. Uji antibakteri dilakukan dengan
Ekstrak dilarutkan dalam kloroform metode uji cakram kertas. Uji antibakteri
kemudian ditambahkan pereaksi Liberman- untuk ekstrak pekat (H. tiliaceus L.)
Burchard menunjukan hasil positif terhadap bakteri B.subtilis (ATCC 6051),
triterpenoid, karena terbentuk warna rata-rata diameter daya hambatnya dapat
kecoklatan pada batas kedua larutan. dilihat pada Tabel 2., dan cakram-cakram
Senyawa triterpenoid berperan sebagai yang hanya ditetesi pelarut etanol 50%
antitumor, antiinflamasi dan antimikrobial sama sekali tidak memiliki diameter daya
[12]. hambat hal ini menunjukkan bahwa pelarut
Pada uji tannin menunjukkan hasil tidak memiliki pengaruh terhadap aktivitas
positif yang ditunjukkan dengan pengen- antibakteri daun waru lengis (H. tiliaceus L.)
dapan protein pada gelatin. Tanin bereaksi Tabel 2. Rata-rata Diameter Daya
Hambat Pertumbuhan
dengan gelatin membentuk kopolimer
Bakteri B. subtilis (mm)
mantap yang tidak larut dalam air. Reaksi Konsentrasi Rata-rata Diameter Daya
ini lebih sensitif dengan penambahan NaCl Hambat Pertumbuhan Bakteri
B. subtilis (mm)
untuk mempertinggi penggaraman dari
Kontrol ( + ) 22,43
tanin-gelatin. apabila Tanin direasikan Kontrol ( - ) 0
dengan gelatin terbentuk adalah endapan
5% 6.3875
putih karena gelatin merupakan salah satu 7,5% 8.4375
jenis protein yang mampu diendapkan oleh 10% 9.6375
tannin [6,12]. 12,5% 10.7375
Pada uji polifenol memberikan hasil 15% 11.3125
positif. Terbentuknya warnan biru 17,5% 11.6875
kehitaman yang terbentukberupa besi (III) 20% 12.7375

heksa fenolat. Reaksi pembentukan warna


yang berperan adalah Fe3+ . Untuk antibakteri ekstrak pekat

Uji flavonoid menunjukkan hasil terhadap bakteri E.coli (ATCC 0091IFO)

positif karena pada saat sampel diberi diperoleh rata-rata diameter daya hambat

logam magnesium dan asam klorida tiap konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 3.

terbentuk warna merah. dan cakram-cakram yang hanya ditetesi

Pada uji antibakteri ekstrak daun pelarut etanol 50% sama sekali tidak

waru lengis (H. tiliaceus L.) digunakan memiliki diameter daya hambat hal ini

bakteri B.subtilis (ATCC 6051) dan E.coli menunjukkan bahwa pelartu tidak memiliki

(ATCC 0091IFO). Masing-masing mewakili pengaruh terhadap aktivitas antibakteri


daun waru lengis (H. tiliaceus L.).

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 635


E.coli (ATCC 0091IFO) ekstrak daun waru
Tabel 3. Rata-rata Diameter Daya Ham- lengis (H. tiliaceus L.) memiliki efek
bat Pertumbuhan Bakteri E. coli
antibakteri kategori sedang dengan
(mm)
Konsentrasi Rata-rata Diameter Daya konsentrasi tertinggi pada konsentrasi 20%
Hambat Pertumbuhan
dengan rata-rata daya hambat sebesar
Bakteri E. coli (mm)
Kontrol ( + ) 15,23 9,78 mm . Hal ini dikarenakan bakteri E.coli
Kontrol ( - ) 0 (ATCC 0091IFO) lebih tahan (resisten)
5% 6.35 pada Ekstrakn daun waru lengis (H.
7,5% 6.75
tiliaceus L.), sedangkan Bakteri B.subtilis
10% 7.3625
(ATCC 6051) merupakan bakteri yang
12,5% 7.85
15% 8.4375 sensitif (rentan) terhadap ekstrak (H.
17,5% 8.7625 tiliaceus L.) [13].
20% 9.775 Data diameter daya hambat
terhadap bakteri B.subtilis (ATCC 6051)
Kriteria kekuatan daya antibakteri
dan E.coli (ATCC 0091IFO) dianalisis
sebagai berikut : diameter zona hambat 5
dengan menggunakan Rancangan Acak
mm atau kurang dikategorikan lemah, zona
Kelompok (RAK). Purata hasil uji ( ± SE)
hambat 5-10 mm dikategorikan sedang,
untuk data diameter daya hambat terhadap
zona hambat 10-20 mm dikategorikan kuat
bakteri B.subtilis (ATCC 6051) dengan uji
dan zona hambat 20 mm atau lebih
BNJ 5% menunjukkan bahwa purata hasil
dikategorikan sangat kuat. Berdasarkan
uji efek antibakteri berbeda secara
kriteria tersebut, maka daya antibakteri
bermakna antar perlakuan, dapat dilihat
ekstrak daun waru lengis (H. tiliaceus L.)
pada Tabel 4., dan purata hasil uji ( ± SE)
terbukti memiliki aktivitas antimikroba kuat
untuk data diameter daya hambat terhadap
pada kelompok bakterik gram positif
bakteri E.coli (ATCC 0091IFO) dengan uji
B.subtilis (ATCC 6051) dengan konsentrasi
BNJ 5% menunjukkan bahwa purata hasil
tertinggi pada konsentrasi 20% dengan
uji efek antibakteri berbeda secara
rata-rata daya hambat sebesar 12,74 mm.
bermakna antar perlakuan, dapat dilihat
Sedangkan pada bakteri gram negatif yaitu
pada Tabel 5.
Tabel 4.Purata hasil uji (mm±SE) untuk data diameter daya hambat terhadap bakteri B.subtilis

Konsen-
0 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20
trasi (%)

SE 0±0 6,39±0,17 8,34±0,15 9,63±0,13 10,17±0,16 11,31±0.07 11,69±0,12 12,74±0,13

W = 0,271 A B C D e f G H

Keterangan: * Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan
tidak berbeda secara bermakna, sebaliknya angka yang diikuti oleh huruf yang
tidak sama menunjukkan antar perlakuan berbeda bermakna.

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 636


Tabel 5.Purata hasil uji (mm±SE) untuk data diameter daya hambat terhadap bakteri E.coli

Konsen-
0 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20
trasi (%)

SE 0±0 6,35±0,13 6.75±0,11 7.36±0.13 7.85±0,13 8.44±0.16 8.76±0,13 9.78±0,08

W= 0,221 a B C D E f g H

Keterangan: * Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan antar perlakuan
tidak berbeda secara bermakna, sebaliknya angka yang diikuti oleh huruf yang
tidak sama menunjukkan antar perlakuan berbeda bermakna.

KESIMPULAN [3] Herdiani, Elvina. 2012. Potensi


1. Ekstrak daun waru lengis (H.tiliaceus L.) Tanaman Obat Indonesia. Balai Besar
mengandung senyawa golongan Pelatihan Pertanian, Lembang.
saponin, flavonoid, tanin dan polifenol [4] Kinho, Julianus, Diah Irawati Dwi
2. Rata-rata diameter daya hambat ekstrak Arini,D.I.D., Tabba S., Kama H., Kafiar
daun waru lengis (H.tiliaceus L.) tiap Y., Sabri,S., Karundeng M.
konsentrasi sebesar: 0% (0±0); 5% C.2011.Tumbuhan Obat Tradisional di
(6,39±0,17); 7,5% (8,34±0,15); 10% Sulawesi Utara.Balai Penelitian
(9,63±0,13); 12,5% (10,17±0,16); 15% Kehutanan, Manado.
(11,31±0.07); 17,5% (11,69±0,12) dan [5] Kristianingsih, 2005, Isolasi dan
20% (12,74±0,13) terhadap bakteri Identifikasi Senyawa Triterpenoid dari
B.subtilis (ATCC 6051), sedangkan Akar Tanaman Kedongdong Laut
terhadap bakteri E.coli (ATCC 0091IFO) (Polyscias Fruticosa), Skripsi
0% (0±0); 5% (6,35±0,13); 7,5% Mahasiswa Jurusan Kimia, F-MIPA,
(6.75±0,11); 10% (7.36±0.13); 12,5% Universitas Brawijaya.
(7.85±0,13); 15% (8.44±0.16); 17,5% [6] Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia
(8.76±0,13) dan 20% (9.78±0,08). Penentuan cara Modern Menganalisis
3. Sampo dibuat dengan tambahan ekstrak Tumbuhan.ITB, Bandung.
daun waru lengis pada dosis efek [7] Budiarti,Rini.2007.Pemanfaatan
antibakteri tertinggi yaitu dosis 20 %. Lengkuas Merah (Alpinia p urpurata K.
Schum) Sebagai Bahan Antijamur
DAFTAR RUJUKAN dalam Sampo. Skripsi. IPB, Bogor.
[1] SNI No. 06-2692-1992. 1992. [8] Faradisa, Maria. 2008. Uji Efektifitas
Shampoo. Badan Standarisasi Antimikroba Senyawa Saponin Dari
Nasional Indonesia, Jakarta. Tanaman Blimbing Wuluh (Averrhoa
[2] Rohman, Apriana. 2011. Formulasi dan Bilimbi Linn), skripsi-UIN Malang,
Evaluasi Sedian Shampo. Fakultas Malang.
Farmasi Universitas Ahmad Dahlan, [9] Soetjipto, Hartati. 2010. Petujuk
Yogyakarta. Praktikum Produk Kosmetika.

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 637


Universitas Kristen Satyawacana,
Salatiga.
[10] Steel, R.G.D dan JH.Torrie.1980.
Prinsip dan Prosedur Statistika suatu
Pendekatan Biometrik. Gramedia,
Jakarta.
[11] Santos, A.F., B.Q. Guevera, A.M.
Mascardo, and C.Q.Estrada. 1978.
Phytochemical, Microbiological and
Pharmacological, Screening of Medical
Plants. Manila:Research Center
University of Santo Thomas.
[12] Savitry, E. 2008. Khasiat Tanaman
Obat Dalam Prespektif Islam.
Malang: UINPress.
[13] Davis, W.W and Stout, T.R. 1971. Disc
Plate Methods of Microbiological
Antibiotic Assay. Microbiology. 22(4):
659-665

Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia 638

Anda mungkin juga menyukai