Anda di halaman 1dari 3

Motivasi dalam Pendidikan

Muhammad Baitul Alim · Sabtu, 3 Jul 2010 · 13:29 WIB

Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan


perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan
bertahan lama. Kekuatan yang memberikan energi dan mengarahkan perilaku untuk
mencapai tujuan (Baron 1992). Keadaan internal yang mendorong, mengarahkan, dan
mempertahankan perilaku. Berikut adalah pengertian motivasi dari berbagai perspektif dalam
psikologi.

Perspektif Behavioral
Menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi
murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi
perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat
menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku
yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer, dkk, 2000).

Perspektif Humanistis
Menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk
memilih nasib mereka dan peka terhadap orang lain. Berkaitan erat dengan pandangan
Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum
memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki
Maslow diberi perhatian khusus yaitu aktualisasi diri.

Perspektif Kognitif
Pemikiran murid akan memandu motivasi mereka, juga menekankan arti penting dari
penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk &
Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001). Jadi perspektif behavioris memandang motivasi
murid sebagai konsekuensi dari insentif eksternal, sedangkan perspektif kognitif berpendapat
bahwa tekanan eksternal seharusnya tidak dilebih-lebihkan. Perspektif kognitif mengusulkan
konsep menurut White (1959) tentang motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang
termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka,
dan memproses informasi secara efisien.

Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman.
Membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat
dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan
waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan
untuk menjalin hubungan positif dengan guru. Murid sekolah yang punya hubungan penuh
perhatian dan suportif biasanya memiliki sifat akademik yang positif dan lebih senang
bersekolah (Baker, 1999; Stipek, 2002).

JENIS-JENIS MOTIVASI

1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri
(tujuan itu sendiri), motivasi yang didasarkan pada sebuah ‘nilai’ dari kegiatan yang
dilakukan tanpa melihat penghargaan dari luar. Misalnya: Murid mungkin belajar
menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu sendiri. Ada 2
jenis motivasi intrinsik:

Determinasi diri
Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena
kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Disini, motivasi internal
dan minat intrinsik dalam tugas sekolah naik apabila murid punya pilihan dan peluang untuk
mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran mereka.

Pilihan personal.
Pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Pengalaman optimal
ini kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat
melakukan suatu aktivitas. Pengalaman optimal ini terjadi ketika individu terlibat dalam
tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara
untuk mencapai tujuan). Motivasi entrinsik ini sering dipengaruhi oleh insentif eksternal
seperti imbalan (reward) dan hukuman. Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah
perilaku. Fungsi imbalan adalah sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, di mana
tujuannya adalah mengontrol perilaku murid. Contohnya : guru memberi reward permen
kalau murid bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Tetapi tentu kita juga menginginkan
motivasi siswa adalah motivasi yang memang berasal dari dirinya sendiri (intrinsik), hal ini
bisa dilakukan dengan cara memberikan hadiah yang mengandung informasi tentang
kemampuan murid sehingga motivasi instrinsik dapat meningkat, kenapa? Karena dengan
memberikan pujian dapat juga meningkatkan perasaan bahwa diri mereka kompeten.

Daftar Pustaka
Santrock, John, W. 2004. Educational Psychology. New York: McGraw-Hill Co.
Santrock, John, W. 2008. Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.

Anda mungkin juga menyukai