Oleh :
( K1 A1 13 110 )
Pembimbing
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Silfa Yuanita
Tanggal Lahir : 11-07-2011
Umur : 6 tahun 5 bulan
Agama : Islam
Alamat : Desa Palingi Barat Kec. Wawinii Utara
Suku : Wawoni
BBL : 3,1 Kg
PBL : Lupa
No. RM : 51 70 29
Tanggal masuk: 9 Desember 2017
Ruangan : Lambu Barakati Anak K20
Cara Masuk : IGD
Nama Ayah : Tn. Irpan
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : PNS
Nama Ibu : Ny. Ani
Umur : 32 tahun
Pekerjaan : IRT
B. ANAMNESIS
Alloanamnesis dengan ibu pasien
Keluhan utama : Nyeri perut
An. S, perempuan, 6 tahun 5 bulan pasien rujukan RS Aliyah II dengan
keluhan nyeri perut, nyeri dirasakan pada seluruh perut, sejak 10 hari yang lalu
dan dirasakan hilang timbul. Pasien juga mengeluh demam sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit dan dirasakan terus-menerus. Demam tidak disertai kejang.
Batuk (-), pilek (-) dan sesak (-). Pasien juga mengeluh mual dan muntah
sebanyak 5 kali 1 hari sebelum masuk RS, muntah berisi makanan dan darah
segar. Pasien juga mengeluh BAB berdarah sejak 8 hari sebelum masuk RS,
BAB berisi darah segar, sedikit-sedikit dan disertai lendir. BAK kesan biasa.
Riwayat keluhan yang sama (-)
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-)
Riwayat pengobatan dengan paracetamol
Riwayat kehamilan : ANC rutin dan tidak ada penyakit yang diderita ibu selama
hamil.
Riwayat kelahiran : cukup bulan, spontan, di RS dan ditolong dokter, langsung
menangis. Kebiruan (-)
Riwayat imunisasi lengkap
Riwayat tumbuh kembang kesan normal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Sakit berat, sadar, gizi kurang
Antropometri : BB : 15 kg │ TB :115 cm │LK : 49 cm │LD :54 cm │LP :
53 cm │LLA : 16 cm
Tanda Vital
TekananDarah :- Pernapasan : 38x/menit
Nadi : 120x/menit Suhu : 37,0oC
Pucat : (-)
Ikterus : (-)
Sianosis : (-)
Turgor : Baik
Tonus : Baik
Busung : (+)
Kepala : Normocephal
Ubun-ubun Besar : menutup (+) , membonjol (-), cekung (-)
Muka : Simetris kanan dan kiri, pucat (-), ikterik (-)
Rambut : Berwarna hitam, tidak mudah tercabut
Telinga : Otorhea (-), perdarahan (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-)
Hidung : Rinorhea (+), epistaksis (-) pernapasan cuping hidung (-)
Bibir : Kering (-), pucat (-),
Lidah : Kotor (-), tremor (-)
Mulut : Stomatitis (-)
Tenggorokan : Hiperemis (-)
Tonsil : T1/T1, Hiperemis (-)
Leher : pembesaran kelenjar (-) , kaku kuduk(-), massa (-)
Paru :
PP : Bentuk dada barrel chest (-) Simetris kiri dan kanan, retraksi
interkostal (-)
PR : Nyeri tekan (-), Massa tumor (-), krepitasi (-)
PK : Sonor kedua lapangan paru
Batas Paru belakang kiri V Th XI
Batas Paru belakang kanan V Th X
Batas Paru hepar ICS VI midclavicularis dextra
PD : Bronkovesikular, rhonki -/-, wheezing-/-
Jantung
PP : Iktus kordis tidak tampak
PR : Iktus kordis tidak teraba
PK : Batas jantung kiri ICS V linea midclavicula sinistra
Batas jantung kananICS IV linea parasternal dextra
PD : Bunyi Jantung I dan II murni regular, murmur (-)
Abdomen
PP : Cembung, ikut gerak nafas
PD : Peristaltik (+), kesan normal
PK : Timpani (+) kesan normal
PR : Massa tumor (-), distensi (-), nyeri tekan (+)
Limpa : Tidak ada pembesaran
Hati : Tidak ada pembesaran
Kelenjar Limfe : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Alat kelamin : Tidak ada kelainan
Anggota Gerak : Tidak ada kelainan
Kulit : Tidak ada kelainan
Tasbeh : Tidakada
Col. Vertebralis : Skoliosis (-)
Refleks Patologis : Babinski (-/-)
Kaku kuduk : (-)
Ukur lingkar lengan atas: 16 cm
Ukur lingkar kepala: 49 cm
Ukur lingkar dada : 54 cm
Ukur lingkar perut: 53 cm
D. RESUME
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG ABDOMEN, 4 DESEMBER 2017
Kesan: Ascites minimal
DARAH RUTIN, 2 DESEMBER 2017
Parameter Hasil Nilai Rujukan
WBC 16.2 x 103/uL 4.00 – 10.0
HGB 11.3 g/Dl 12.0 – 16.00
MCV 86.9 fL 80.0 – 97.0
MCH 24.4 pg 26.5 – 33.5
MCHC 28.1 g/dL 31.5 – 35.0
PLT 393 x 103/uL 52.0 – 75.0
F. DIAGNOSIS KERJA
Henoch Schonlein Purpura
Glomerulonefritis akut
G. PENATALAKSAAN
IVFD D5%: ½ NS 10 tetes per menit
Buscopan ½ ampul/iv (ekstra)
Ceftriaxone 1 gr/12j/iv
Ranitidin ½ ampul/12 j/iv
Paracetamol 140mg/6 j/iv
Prednisolone 2x2 mg
H. FOLLOW UP
Tanggal
10/12/2017 S: Nyeri perut (+), P : - IVFD D5% ½ NS 10 TPM Mikro
demam (+) -Buscopan ½ ampul/iv (ekstra)
O: demam (+) -Ceftriaxone 1 gr/12j/iv
O: artralgia (+), nyeri -Ranitidin ½ ampul/12 j/iv
tekan abdomen, -Paracetamol 140mg/6 j/iv
epigastrium. Peteki -Prednisolone 2x2 mg
dan ekemosis pada
ekstremitas bawah.
TD; (-) BB :
15 Kg
N : 144x/m
P : 36x/m
S : 38°C
A : GNA+HSP
S: Nyeri perut (+), P : - IVFD KAEN 3B 10 TPM Mikro
11/12/2017 mual (+), muntah (+), -Buscopan ½ ampul/iv (ekstra)
demam (+) -Ceftriaxone 1 gr/12j/iv
O: nyeri tekan -Ranitidin ½ ampul/12 j/iv
abdomen, epigastrium. -Paracetamol 140mg/6 j/iv
Peteki dan ekemosis -Prednisolone 2x2 mg
pada ekstremitas -Zinc 1x1 tab
bawah. TD; (-)
BB : 16 Kg
N : 124x/m
P : 44x/m
S : 36.7°C
A : GNA+HSP
12/12/2017 S: Nyeri perut (+), P : - IVFD D5% ½ NS 10 TPM Mikro
O: nyeri tekan -Buscopan 2x½ tab
abdomen, epigastrium. -Cefixime 2x75 mg
Peteki dan ekemosis -Prednisolone 2x2 mg
pada ekstremitas -Zinc 1x1 tab
bawah. TD; 90/60
mmHg BB : 16
Kg
N : 100x/m
P : 36x/m
S : 36.4°C
A : GNA+HSP
13/12/2017 S: Nyeri perut (+), P : - IVFD D5% ½ NS 10 TPM Mikro
O: nyeri tekan -Buscopan 2x½ tab
abdomen, epigastrium. -Cefixime 2x75 mg
Peteki dan ekemosis -Prednisolone 2x2 mg
pada ekstremitas -Zinc 1x1 tab
bawah. TD; 90/60
mmHg BB : 16
Kg
N : 100x/m
P : 36x/m
S : 36.4°C
A : GNA+HSP
BAB II
ANALISIS KASUS
A. DEFINISI
Henoch–Schönlein purpura, disebut juga sebagai Allergic purpura, atau
anaphylactoid purpura atau vascular purpura , adalah penyakit sistemik berupa
vaskulitis, dimana terjadi peradangan pada pembuluh darah, yang
dikarakteristikkan oleh deposit kompleks imun, antibody Ig A, pada terutama
kulit dan ginjal.1
Sementara pada Nelson Text book of Pediatrics disebutkan bahwa HSP
adalah vaskulitis pembuluh darah kecil yang memiliki kekhasan, adanya purpura,
arthritis, nyeri abdomen, dan glomerulonefritis, sehingga dapat berupa manifestasi
nya HSP nefritis dan Ig A nefropati.2
B. EPIDEMIOLOGI
Insidens HSP berkisar 13,5-18 per 100.000 anak. Penyakit ini dapat terjadi
pada usia 6 bulan hingga dewasa, namun 50% kasus terjadi pada anak berusia
kurang dari 5 tahun, 75% pada usia di bawah 10 tahun, dan banyak terjadi pada
laki-laki. Kelainan HSP seringkali berkaitan dengan infeksi saluran napas
sebelumnya, terutama infeksi streptokokus.3
Morbiditas dan mortalitas jangka panjang HSP seringkali berkaitan
dengan keterlibatan ginjal. Pada anak dengan gagal ginjal terminal, 5%-15%
diantaranya disebabkan oleh HSP.9 Insidens kelainan ginjal pada PHS berkisar
10%-60%, 80% diantaranya terjadi dalam 4 minggu pertama. Hematuria dengan
atau tanpa proteinuria merupakan manifestasi ginjal tersering pada PHS. Sindrom
nefritik akut dapat berkaitan dengan insufisiensi ginjal atau sindrom nefrotik.3
Pada kasus, pasien berjenis kelamin perempuan berusia 6 tahun 5 bulan,
dimana pada kepustakaan telah disebutkan bahwa 75% kasus HSP ditemukan
pada usia di bawah 10 tahun dan banyak terjadi pada laki-laki.
C. ETIOLOGI
Sampai sekarang penyebab penyakit ini belum diketahui. Diduga beberapa
faktor memegang peranan, antara lain faktor genetik, infeksi traktus respiratorius
bagian atas, makanan, imunisasi (vaksin varisela, rubella, rubeola, hepatitis A dan
B) dan obat-obatan (ampisilin, eritromisin, kina). Infeksi bisa berasal dari bakteri
(spesies Haemophilus, Mycoplasma, Parainfluenza, Legionella, Yersinia,
Salmonella, dan Shigella) ataupun virus (adenovirus, varisela). Vaskulitis juga
dapat berkembang setelah terapi antireumatik, termasuk penggunaan metrotreksat
dan agen anti TNF (Tumor Necrosis Factor). Namun, IgA jelas mempunyai
peranan penting, ditandai dengan peningkatan kosentrasi IgA serum, kompleks
imun dan deposit IgA di dinding pembuluh darah dan mesangium renal.4
Pada kasus, etiologi pasti HSP yang diderita pasien masih belum
diketahui. Namun, berdasarkan kepustakaan disebutkan bahwa penyebab HSP
salah satunya diduga akibat adanya infeksi bakteri salmonella, dimana pada
pemeriksaan widal test hasil positif didapatkan pada Antigen O,AH,BH dan H
Salmonella Typhi.
D. PATOFISIOLOGI
Dari biopsi lesi pada kulit atau ginjal, diketahui adanya deposit kompleks
imun yang mengandung IgA dan adanya aktivasi komplemen jalur alternatif.
Deposit kompleks imun dan aktivasi komplemen mengakibatkan aktivasi
mediator inflamasi termasuk prostaglandin vaskular, sehingga terjadi inflamasi
pada pembuluh darah kecil di kulit, ginjal, sendi dan abdomen dan terjadi purpura
di kulit, nefritis, artritis dan perdarahan gastrointerstinalis. Secara histologis
terlihat berupa leukositoklastik. Pada kelainan ini terdapat infiltrasi leukosit
polimorfonuklear di pembuluh darah yang menyebabkan nekroris.4
Berbagai macam patogen infeksi dilaporkan dapat menjadi penyebab
terjadinya LcV pada HSP.5 22% kasus vaskulitis pada kulit biasanya berhubungan
dengan suatu infeksi, dimana organisme apapun memungkinkan terjadinya
kondisi ini.6 Sebanyak 50% penderita HSP biasanya didahului oleh suatu infeksi
saluran pernapasan.7 Group A beta-hemolytic streptococcus (GAS) ditemukan
pada 20-50% penderita dengan HSP akut melalui tes serologi maupun kultur
bakteri. Baru-baru ini, reseptor plasmin yang berhubungan dengan nefritis
(nephritis-associated plasmin reseptor/NAPlr) yang merupakan antigen GAS
ditemukan pada mesangium glomerular pada anak dengan HSP nefritis (HSN).
Penemuan ini menunjukkan bahwa GAS memiliki peran pada awal terjadinya
maupun berkembangnya HSN, meskipun demikian pada beberapa penelitian
menunjukkan bahwa tidak terdapat adanya peningkatan anti-streptolisin-O-titre
(ASOT) pada penderita HSP. ASOT yang meningkat pada serum banyak
dijumpai pada HSN dibandingkan HSP tanpa nefritis.7,8,9,10 Terdapat empat
hipotesa mengenai mekanisme patogenik yang dapat terjadi melalui infeksi.
Hipotesis pertama adalah molecular mimicry, sebagai contoh: mikroba dan
pembuluh darah kecil pejamu memiliki epitop yang sama. Bersamaan dengan
invasi patogen tersebut, respons imunitas seluler dan humoral akan teraktivasi dan
terjadi reaksi silang dengan pembuluh darah. Hipotesis kedua adalah patogen
dapat memulai proses inflamasi yang dapat menimbulkan kerusakan sel dan
jaringan. Proses ini akan menimbulkan suatu autoantigen yang biasanya tidak
terpapar oleh suatu sistem imun. Hipotesis ketiga adalah bila mikroba yang sangat
invasif secara langsung berinteraksi dengan protein pembuluh darah, maka akan
terbentuk suatu antigen yang baru (neo-antigen) yang kemudian akan
mengaktivasi suatu reaksi imun. Dan yang keempat yaitu hipotesis superantigen,
dimana pada beberapa bakteri seperti Streptococcus dan virus dapat menjadi suatu
superantigen. Tanpa adanya suatu proses dan presentasi suatu sel penyaji antigen,
suatu superantigen akan langsung berinteraksi dan mengaktifkan sel-T. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa tidak ada mikroba khusus yang menyebabkan
terjadinya HSP.5,11
E. MANIFESTASI KLINIS
Arthritis atau athralgia terjadi pada 15-25% kasus namun hingga 82%
pasien mengalami gejala pada persendian selama penyakit berlangsung.
Arthritis biasanya mengenai persendian besar pada anggota gerak bagian
bawah termasuk lutut, pergelangan kaki, tumit, dan panggul. Namun tidak
menutup kemungkinan anggota gerak atas juga terlibat. Pada sebuah review
retrospektif 100 pasien, 72% pasien mengalami gejala pada sendi tumit dan
pergelangan kaki, 50% pasien mengalami gejala pada lutut, 26% pasien
mengalami gejala pada tangan dan pergelangan tangan, dan 10% pada sendi
siku. Gejala yang terjadi meliputi nyeri sendi, bengkak dan penurunan range
of movement. Meskipun keterlibatan sendi tampak memperberat penyakit,
namun hal ini tidak menyebabkan kerusakan permanen.
4. Renal
Keterlibatan ginjal pada HSP dilaporkan terjadi pada 12-92% kasus.
Penyakit ginjal bermanifestasi sebagai hematuria, proteinuria, sindrom
nefrotik/nefritis, renal impairment, dan hipertensi. Kondisi ini berkembang
dalam 4 minggu pada 75-80% kasus dan dalam 3 bulan pada 97-100% kasus.
Pada kasus yang tidak khas, insiden peyakit ginjal yang berat meliputi nefritis
akut, sindrom nefrotik, atau renal impairment 5-7%. Hipertensi dapat terjadi
pada kasus yang melibatkan ginjal. Apabila penyakit ginjal tidak membaik
saat HSP membaik, diperlukan investigasi lebih lanjut.
Pada kasus, pasien datang dengan keluhan nyeri perut yang dirasakan
pada seluruh perut sejak 10 hari yang lalu. Pada kepustakaan sebuah studi
menyebutkan nyeri perut atau arthritis muncul setelah 1-14 hari ruam muncul.
Namun, penelitian Calvino et al menyatakan bahwa 30-43% mengalami
gejala pada sendi dan perut 1-14 hari sebelum ruam muncul. Kejadian
keterlibatan gastrointestinal dilaporkan umumnya antara 50-75% dari kasus
dengan presentasi yang paling umum adalah nyeri perut kolik.
Banyak kasus HSP didahului infeksi saluran pernafasan akut, oleh
karena itu HSP dapat didahului beberapa gejala sistemik seperti demam dan
malaise. Pada kasus, pasien mengalami demam 1 hari sebelum masuk RS,
yang dirasakan terus-menerus, namun tidak ditemukan adanya tanda infeksi
saluran pernapasan.
Gejala lain termasuk muntah dan perdarahan gastrointestinal
bermanifestasi sebagai darah samar pada tinja atau tampak secara
makroskopik. Perdarahan gastrointestinal masif jarang ditemukan, hanya
dilaporkan pada sekitar 2% dari pasien. Pada kasus, pasien mengeluh mual
dan muntah sebanyak 5 kali 1 hari sebelum masuk RS, muntah berisi
makanan dan darah segar dan BAB berdarah sejak 8 hari sebelum masuk RS,
BAB berisi darah segar, sedikit-sedikit dan disertai lendir.
Pada kasus, ditemukan adanya peteki dan ekimosis terutama pada
ekstremitas bawah yang simestris. Pada kepustakaan disebutkan ruam khas
HSP adalah palpable purpura yang distribusinya simetris pada ekstensor,
tungkai bawah dan bokong. Purpura HSP dapat berupa petechiae, ekimosis
besar, dan dapat didahului dengan urtikaria atau eritematosa, makulopapular
lesi.
Arthritis atau athralgia terjadi pada 15-25% kasus namun hingga 82%
pasien mengalami gejala pada persendian selama penyakit berlangsung.
Arthritis biasanya mengenai persendian besar pada anggota gerak bagian
bawah termasuk lutut, pergelangan kaki, tumit, dan panggul. Pada kasus,
pasien juga mengeluh adanya nyeri pada sendi.
Keterlibatan ginjal pada HSP dilaporkan terjadi pada 12-92% kasus.
Penyakit ginjal bermanifestasi sebagai hematuria, proteinuria, sindrom
nefrotik/nefritis, renal impairment, dan hipertensi. Pada kasus, hasil
pemeriksaan urin lengkap menunjukkan adanya hematuria dan proteinuria
serta pada pengkuran tekanan darah ditemukan adanya hipertensi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada kasus HSP ditujukan untuk menyingkirkan
diagnosis banding dan mendeteksi komplikasi penyakit HSP. Pemeriksaan
penunjang yang umum dilakukan antara lain:17,18
Pemeriksaan kadar IgA dalam serum
Pemeriksaan kadar IgA dalam serum bukan merupakan pemeriksaan spesifik
untuk HSP, namun adanya peningkatan kadar IgA dapat mengarahkan
diagnosis penyakit HSP dibanding tipe vaskulitis lain. Kadar IgA serum yang
meningkat dapat ditemui pada 25 – 50% kasus HSP, namun besarnya
peningkatan tidak sebanding dengan beratnya gejala HSP.
Pemeriksaan darah lengkap
Pada HSP umumnya didapatkan kadar trombosit yang meningkat. Kadar
hemoglobin yang rendah mungkin ditemui jika terjadi perdarahan saluran
cerna atau hematuria berat akibat komplikasi HSP. Leukositosis dijumpai
pada kasus kasus HSP yang didasari oleh adanya infeksi bakteri.
Urinalisis
Urinalisis dilakukan untuk mendeteksi adanya hematuria ataupun proteinuria
yang menjadi salah satu kriteria diagnosis untuk HSP.
Pemeriksaan gangguan fungsi pembekuan darah
Pemeriksaan seperti PPT (Plasma Prothrombin Time), APTT (Activated
Partial Thromboplastin Time),dan CT (clotting time) dapat dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan purpura akibat gangguan pembekuan darah.
Pada HSP umumnya ditemui fungsi pembekuan darah yang normal.
Pemeriksaan laju endap darah
Laju endap darah merupakan pertanda non spesifik dari adanya proses
inflamasi. Pada 60% kasus HSP dapat ditemui laju endap darah yang
meningkat.
Pemeriksaan kadar serum kreatinin (SC) dan kadar urea dalam darah (Blood
Urea Nitrogen / BUN)
Kadar BUN-SC akan meningkat pada beberapa kasus HSP dengan penurunan
fungsi filtrasi glomerulus akibat adanya kerusakan pembuluh darah ginjal.
Pemeriksaan faktor XIII dalam plasma
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada kasus yang atipiikal. Aktivitas faktor
XIII dalam plasma dilaporkan menurun pada 70% pasien HSP, terutama pada
pasien yang memiliki gejala gastrointestinal yang berat. Kaneko et al (2004)
mengatakan bahwa faktor XIII dapat menjadi salah satu marker yang dapat
membantu menegakkan diagnosis HSP, bahkan sebelum onset purpura
muncul. Namun studi lebih lanjut mengenai faktor XIII masih diperlukan.
Pemeriksaan antineutrofil cytoplasmic antibodies (ANCA)
Pada HSP, tidak ada peningkatan ANCA. Hal ini dapat membedakan HSP
dengan vasculitides tipe ANCA positif.
Pemeriksaan darah samar
Hasil positif dari Occult faecal blood test mungkin menunjukkan adanya
perdarahan saluran cerna terkait HSP.
G. DIAGNOSIS
Diagnosis HSP dapat ditegakkan melalui gejala klinis berdasarkan
kriteria dari konsensus European League against Rheumatism (EULAR) dan the
Pediatric Rheumatology European Society (PRES) tahun 2008 dengan
sensitivitas sebesar 100% dan spesifisitas sebesar 87% untuk diagnosis HSP.
Kriteria diagnosis HSP yaitu adanya purpura atau petekie yang predominan pada
tungkai bawah diikuti dengan salah satu dari tanda berikut: adanya nyeri perut
yang menyebar, arthritis / arthralgia akut, deposisi predominan IgA pada hasil
biopsi, dan keterlibatan ginjal seperti hematuria dan/atau proteinuria.17
Pada kasus, diagnosis didasarkan pada anamnesis , pemeriksaan fisis dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis diketahui adanya gejala yang
mendukung diagnosis yaitu adanya nyeri perut yang menyebar dan arthralgia.
Pada pemeriksaan fisis adanya peteki serta ekimosis terutama pada ekstremitas
bawah yang bersifat simetris. Pada pemeriksaan urin lengkap ditemukan adanya
hematuria dan proteinuria.
H. DIAGNOSIS BANDING
Anak – anak dibawah 17 tahun dengan palpable purpura dan keterlibatan
multisistem (gastrointestinal, ginjal dan sendi) tanpa adanya trombositopenia
mengarahkan diagnosis ke HSP. Diagnosis banding untuk HSP antara lain:17,19
J. PROGNOSIS
Sebagian besar kasus HSP dapat membaik dengan sendirinya, prognosis
umumnya baik dengan five-year survival rates sebesar 95%. Satu dari tiga pasien
mengalami relaps dengan durasi yang lebih singkat dan gejala yang lebih ringan,
umumnya dalam waktu 4 bulan dan megenai organ yang sama. Prognosis pasien
berdasarkan pada usia saat onset penyakit, keterlibatan organ ginjal, keterlibatan
organ kulit, ketidakseimbangan imunoglobulin, dan keterlibatan neurologis.19
Beberapa faktor prognosis buruk pada pasien HSP antara lain:19
Usia lebih dari 8 tahun
Sering relaps
Kadar serum kreatinin yang lebih tinggi pada onset penyakit
Proteinuria lebih dari 1 gram per hari
Adanya hematuria dan anemia saat diagnosis
Hipertensi
Membranoproliferaive glomerulonephritis
Adanya demam
Adanya purpura diatas garis pinggang
Adanya peningkatan laju sedimentasi
Peningkatan konsentrasi IgA dengan penurunan konsentrasi IgM saat diagnosis
Kadar faktor XIII yang rendah
DAFTAR PUSTAKA