Anda di halaman 1dari 3

Kewajiban Mengikuti Sunnah dalam Pandangan Ulama

Syafi’iyyah

Mengikuti sunnah dan berpegang teguh dengannya merupakan salah satu prinsip dasar
beragama Ahlussunnah wal Jama’ah dan diantara perkara yang dijalani dan disepakati oleh
salafus sholeh, sebagaimana yang dikatakan oleh imam Al Auzaa’i, “Dahulu dikatakan: ada
lima perkara yang diamalkan oleh para shahabat Nabi shalallahu’alaihi wasallam dan para
tabi’in: mengikuti jama’ah (kebenaran), mengikuti sunnah, memakmurkan masjid, membaca
al Qur’an dan berjihad di jalan Allah.”(Diriwayatkan oleh Al Laalakaa’I dalam “syarh ushuul
I’tiqaad ahlissunnah” (1/71) no. 48 dan Abu
Nu’aim dalam Hilyatul auliyaa (6/142))

Bahkan hal ini merupakan keistimewahan dan ciri khas yang membedakan antara
Ahlussunnah dengan seluruh sekte, golongan dan aliran yang sesat.

Hal ini dilakukan oleh salafus sholeh dan ahlussunnah dikarenakan banyaknya dalil dari Al
qur’an dan hadits yang memerintahkan untuk berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah
shalallahu’alaihi wasallam dan larangan menyelisihinya.

Berikut sebagian dalil dari Al qur’an dan sunnah yang menjelaskan hal ini:

‫َّللاَ َو ْاليَ ْو َم ْاْل ِخ َر َوذَك ََر ه‬


ً ِ‫َّللاَ َكث‬
21 :‫﴾ [األحزاب‬٢١‫يرا‬ َ ‫َّللاِ أُس َْوة ٌ َح‬
‫سنَةٌ ِل َم ْن َكانَ يَ ْر ُجو ه‬ ُ ‫]﴿لَقَدْ َكانَ لَ ُك ْم فِي َر‬
‫سو ِل ه‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
berdzikir Allah.”

‫سو ِل إِ ْن ُك ْنت ُ ْم‬


ُ ‫الر‬ ‫ش ْيءٍ فَ ُردُّوهُ إِلَى ه‬
‫َّللاِ َو ه‬ َ ‫سو َل َوأُو ِلي ْاأل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَإ ِ ْن تَنَازَ ْعت ُ ْم فِي‬ ‫َّللاَ َوأَ ِطيعُوا ه‬
ُ ‫الر‬ ‫﴿يَا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا أ َ ِطيعُوا ه‬
59 :‫﴾ [النساء‬٥٩‫يل‬ ً ‫سنُ ت َأ ْ ِو‬
َ ْ‫اَّللِ َو ْال َي ْو ِم ْاْل ِخ ِر ذَلِكَ َخي ٌْر َوأَح‬
‫]تُؤْ ِمنُونَ ِب ه‬

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Maksud: “Kembalikan kepada Allah dan Rasul-Nya” adalah kepada Al qur’an dan sunnah
sebgaimana yang di tafsirkan oleh ulama salaf..

Imam Ibu Katsir –salah seorang ulama syafi’iyyah- berkata: “ini adalah perintah dari Allah
untuk mengembalikan seluruh perkara yang di perselisihkan –dalam permasalahan
ushuluddin (aqidah) dan furuu’ (fiqh) kepada Al Qur’an dan sunnah…dan barangsiapa yang
tidak berhakim dan kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah dalam menyelesaikan perselisihan
maka ia bukanlah orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat…”(Tafsir Ibnu Katsiir
(1/491))

‫َّللاُ َو َي ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُو َب ُك ْم َو ه‬
ٌ ُ‫َّللاُ َغف‬
31 :‫﴾ [آل عمران‬٣١‫ور َر ِحي ٌم‬ ‫]﴿قُ ْل ِإ ْن ُك ْنت ُ ْم ت ُ ِحبُّونَ ه‬
‫َّللاَ فَات ه ِب ُعونِي يُحْ ِب ْب ُك ُم ه‬
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Imron: 31)

Imam Ibnu Katsir metafsirkan ayat ini seraya berkata, “Ayat yang mulia ini sebagai hakim
atas setiap orang yang menda’wakan cinta kepada Allah sedang ia tidak berada/berjalan
diatas jalan/sunnah Muhammad, maka sungguh ia telah berbohong dalam penda’waannya,
sampai ia mengikuti syari’at Muhammad dan agama Nabi shalallahu’alaihi wasallam dalam
seluruh perkataan, amalan dan prihalnya.”(Ibid (1/338))

:‫﴾ [النساء‬٦٥‫س ِل ُموا ت َ ْس ِلي ًما‬ َ َ‫ش َج َر َب ْينَ ُه ْم ث ُ هم ََل يَ ِجدُوا ِفي أَ ْنفُ ِس ِه ْم َح َر ًجا ِم هما ق‬
َ ُ‫ضيْتَ َوي‬ َ ‫﴿فَ َل َو َربِكَ ََل يُؤْ ِمنُونَ َحتهى يُ َح ِك ُموكَ فِي َما‬
65]

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa
dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.”

ِ ‫صيبَ ُه ْم فِتْنَةٌ أَ ْو ي‬
63 :‫﴾ [النور‬٦٣‫ُصيبَ ُه ْم َعذَابٌ أَ ِلي ٌم‬ ِ ُ ‫]﴿فَ ْليَحْ ذَ ِر الهذِينَ يُخَا ِلفُونَ َع ْن أ َ ْم ِر ِه أ َ ْن ت‬

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau
ditimpa azab yang pedih”.

Ini sebagian ayat yang memerintahkan untuk mengikuti sunnah Rasulullah –shalallahu’alaihi
wasallam-, bahakan seluruh ayat yang memerintahkan untuk menta’ati Rasulullah
shalallahu’alaihi wasallam adalah perintah untuk mengikuti sunnah beliau.

Imam Ahmad berkata, “Saya telah membaca Al Qur’an dan mendapatkan didalamnya
(perintah) menta’ati Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam pada 33 tempat…”(Diriwayatkan
oleh Ibnu Baththoh dalam Al Ibaanah al Kubroo (1/260). Lihat juga ucapan Imam Al
Aajurri yang senada dengan ini, dalam kitab Asy Syari’ah (1/114).
Imam Al Aajurri berkata, “Kemudian Allah mewajibkan atas manusia untuk menta’atinya
(Rasul) pada nayyif)

Syaikhul islam berkata: “Allah sungguh telah mewajibkan atas seluruh manusia untuk
menta’ati Rasul shalallahu’alaihi wasallam mendekati 40 tempat dalam Al qur’an.”(Majmu’
Fatawa (19/261))

Diantara hadis yang memeintahkan untuk mengikuti sunnah sebagai berikut:

((‫ من أطاعني دخل الجنة ومن عصاني فقد أبى‬:‫ ومن يأبى؟ قال‬:‫ قالوا‬،‫))كل أمتي يدخلون الجنة إَل من أبى‬.

“Seluruh umatku akan masuk syurga, kecuali orang yang enggan, mereka (para shahabat)
bertanya: siapakah yang enggan? Beliau menjawab: barang siapa yang menta’ati ku maka ia
akan masuk syurga, dan barangsiapa yang durhaka/tidak ta’at kepadaku maka sungguh ia
telah enggan.”(HR. Bukhari (no. 2780))

((‫ ومن عصاني فقد عصى هللا‬،‫))من أطاعني فقد أطاع هللا‬.
“Barangsiapa yang menta’ati-ku maka sungguh ia telah menta’ati Allah, dan barangsiapa
yang mendurhakai-ku maka sunggu ia telah durhaka kepada Allah.”(HR. Bukhari (no. 7137))

Hadits mulia diatas selaras dengan firman Allah Ta’ala,

ً ‫س ْلنَاكَ َعلَ ْي ِه ْم َح ِفي‬


80 :‫﴾ [النساء‬٨٠‫ظا‬ َ ‫َّللاَ َو َم ْن ت ََولهى فَ َما أ َ ْر‬
‫ع ه‬ َ َ ‫سو َل فَقَدْ أ‬
َ ‫طا‬ ‫]﴿ َم ْن ي ُِطعِ ه‬
ُ ‫الر‬

“Barangsiapa yang menta’ati Rasul maka sungguh ia telah menta’ati Allah, dan barangsiapa
yang berpaling maka Kami tidak mengutus engkau kepada mereka sebagai penjaga.”

Maksudnya: Karena Rasul tidak memerintahkan kecuali sesuatu yang diperintahkan oleh
Allah, maka barangsiapa yang menerima dan melaksanakan apa yang diperintah beliau maka
sungguh ia telah menta’ati Allah yang memerintah beliau. Atau maksudnya: karena Allah
telah memerintahkan untuk menta’atiku, maka barangsiapa yang menta’ati ku maka sungguh
ia telah menta’ati perintah Allah untuk menta’tiku, begitu juga dalam perkara maksiat.(Lihat:
“Fathulbari” (13/112))

****

Muhammad Nur Ihsan, hafidzahullah.


www.aqidatuna.com

Anda mungkin juga menyukai