Anda di halaman 1dari 18

SOP Appendicitis Akut

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal terbit :
Halaman :
Puskesmas dr. Sarlin Ananggia
Kambaniru NIP. 19850717 201101 2 007

1. Pengertian Appendicitis adalah radang yang timbul secara mendadak pada


appendik, merupakan salah satu kasus akut abdomen yang
paling sering ditemui, dan jika tidak ditangani segera dapat
menyebabkan perforasi.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter Puskesmas dalam memberikan
pengobatan pada kasus Appendicitis Akut di Puskesmas
Kambaniru
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Permenkes No. 5 tahun 2014
5. Prosedur/Langkah- 1. Menyapa pasien dengan 5s (senyum, sapa, salam, sopan,
langkah santun)
2. Melakukan anamnesa
Hasil anamnesa :
Nyeri perut kanan bawah, mula-mula daerah epigastrium
kemudian menjalar ke Mc.Burney.
Gejala Klinis :
a. Muntah
b. Anoreksia, nausea dan vomitus
c. Disuria
d. Obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa
penderita mengalami diare
e. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu
suhu antara 37,50C-38,50C
f. Variasi lokasi anatomi appendiks akan menjelaskan
keluhan nyeri somatic yang beragam.
3. Melakukan pemeriksaan fisik
Inspeksi
Penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya
yang sakit
Palpasi
1. Terdapat nyeri tekan Mc.Burney
2. Adanya rebound tenderness (nyeri lepas tekan)
3. Adanya defans muscular
4. Rovsing sign postif
5. Psoas sign positif
6. Obturator sign positif
Perkusi : Nyeri ketok (+)
Auskultasi : Peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada
ileus paralitik karena peritonitis generalisata akibat
appendicitis perforata.
Rectal Toucher / Colok dubur : Nyeri tekan pada jam 9-12
4. Menegakkan diagnosis
Ditetapkan dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik
5. Membuat penatalaksanaan
Pasien yang telah terdiagnosis Appendicitis akut harus segera
dirujuk ke layanan sekunder untuk dilakukan operasi cito.
Penatalaksanaan di pelayanan kesehatan primer sebelum
dirujuk :
1. Bed rest total posisi fowler (anti Tendelenburg)
2. Pasien dengan dugaan appendicitis sebaiknya tidak
diberikan apapun melalui mulut
3. Penderita perlu cairan intravena untuk mengoreksi jika
ada dehidrasi
6. Seluruh hasil pemeriksaan dan tindakan didokumentasikan
dalam rekam medis
6. Unit Terkait Poli Umum dan UGD
SOP Haemorrhoid Grade I-II
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal terbit :
Halaman :
Puskesmas dr. Sarlin Ananggia
Kambaniru NIP. 19850717 201101 2 007

1. Pengertian Haemorrhoid adalah pelebaran vena-vena di dalam pleksus


hemoroidalis
2. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter Puskesmas dalam memberikan
pengobatan pada kasus Haemorrhoid Grade I-II di Puskesmas
Kambaniru
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas tentang Pelayanan Klinis
4. Referensi Permenkes No. 5 tahun 2014
5. Prosedur/Langkah- 1. Menyapa pasien dengan 5s (senyum, sapa, salam, sopan,
langkah santun)
2. Melakukan anamnesa
Keluhan :
a. Perdarahan waktu defekasi, darah berwarna merah segar.
Darah dapat menetes keluar dari anus beberapa saat
setelah defekasi.
b. Prolaps suatu massa pada waktu defekasi. Massa ini
mula-mula dapat kembali spontan sesudah defekasi,
tetapi kemudian harus dimasukkan secara manual dan
akhirnya tidak dapat dimasukkan lagi.
c. Pengeluaran lendir.
d. Iritasi didaerah kulit perianal.
e. Gejala-gejala anemia (seperti : pusing, lemah, pucat).
Faktor Resiko
1. Penuaan
2. Lemahnya dinding pembuluh darah
3. Wanita hamil
4. Konstipasi
5. Konsumsi makan rendah serat
6. Peningkatan tekanan intraabdomen
7. Batuk kronik
8. Sering mengedan
9. Penggunaan toilet yang berlama-lama (misal : duduk
dalam waktu yang lama di toilet)
3. Melakukan pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda anemia
2. Pemeriksaan status lokalis
a. Inspeksi:
 Haemorrhoid derajat 1: tidak menunjukkan
adanya suatu kelainan di region anal.
 Haemorrhoid derajat 2 : tidak terdapat benjolan
mukosa yang keluar melalui anus, akan tetapi
bagian hemoroid yang tertutup kulit dapat
terlihat sebagai pembengkakan.
b. Palpasi :
 Haemorrhoid interna pada stadium awal tidak
dapat dideteksi dengan palpasi.
 Setelah haemorrhoid berlangsung lama dan telah
prolaps, maka haemorrhoid dapat diraba ketika
jari tangan meraba sekitar rectum bagian bawah.
4. Melakukan pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hb bertujuan untuk mengetahui adanya anemia
5. Menegakkan diagnosis
Ditetapkan dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
6. Membuat penatalaksanaan
Penatalaksanaan Komprehensif
Penatalaksanaan haemorrhoid di layanan primer hanya untuk
hemoroid grade 1 dengan terapi konservatif medis dan
menghindari obat-obat anti inflamasi non steroid serta
makanan pedas atau berlemak. Hal lain yang dapat dilakukan
adalah mengurangi rasa nyeri dan konstipasi pada pasien
haemorrhoid.
Konseling dan Edukasi
Melakukan edukasi kepada pasien sebagai upaya pencegahan
haemorrhoid.
Pencegahan haemorrhoid dapat dilakukan dengan cara:
1. Konsumsi serat 25-30 gram perhari untuk membuat
feses menjadi lebih lembek sehingga mengurangi proses
mengedan dan tekanan pada vena anus.
2. Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari.
3. Mengubah kebiasaan menahan buang air besar karena
akan memperkeras feses.
4. Hindari mengedan.
Kriteria Rujukan
Haemorrhoid interna grade 2,3, dan 4 dan hemoroid eksterna
memerlukan penatalaksanaan di pelayanan kesehatan
sekunder.
7. Seluruh hasil pemeriksaan dan tindakan didokumentasikan
dalam rekam medis
6. Unit Terkait Poli Umum dan UGD
SOP Luka Bakar Derajat I-II
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal terbit :
Halaman :
Puskesmas dr. Sarlin Ananggia
Kambaniru NIP. 19850717 201101 2 007

1. Pengertian Luka bakar (burn injury) adalah kerusakan kulit yg disebabkan


kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi.
Luka bakar derajat I :
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial), kulit
hiperemi berupa eritema, perabaan hangat, tidak dijumpai bulla,
terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Luka bakar derajat II :
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa
reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae dan
nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik yang teriritasi.
Dibedakan atas 2 bagian :
a. Derajat II dangkal/superficial (IIA). Kerusakan mengenai
bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.
b. Derajat II dalam/deep (IIB). Kerusakan mengenai hampir seluruh
bagian dermis dan sisa-sisa jaringan epitel masih sedikit. Organ-
oran kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
sebacea tinggal sedikit sehingga penyembuhan terjadi lebih dari
satu bulan dan disertai parut hipertrofi.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi dokter Puskesmas dalam memberikan
pengobatan pada kasus Luka Bakar Derajat I dan II di
Puskesmas Kambaniru
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas tantang Pelayanan Klinis
4. Referensi Permenkes No. 5 tahun 2014
5. Prosedur/Langkah- 1. Menyapa pasien dengan 5s (senyum, sapa, salam, sopan,
langkah santun)
2. Melakukan anamnesa
Keluhan
 Pada luka bakar derajat I paling sering disebabkan sinar
matahari. Pasien hanya mengeluh kulit teras nyeri dan
kemerahan.
 Pada luka bakar derajat II timbul nyeri dan bulae.
3. Melakukan pemeriksaan fisik
a. Pada luka bakar derajat I kulit hanya tampak eritema
dengan perabaan hangat, tidak dijumpai adanya bula.

Gambar 1. Luka Bakar Dangkal (superfisial)


Pada daerah badan dan lengan kanan, luka bakar jenis
ini biasanya memucat dengan penekanan

b. Pada luka bakar derajat II timbul nyeri, timbul


gelembung atau bula berisi cairan eksudat

Gambar 2.. Luka Bakar Superficial Partial


Thickness (IIa)
Memucat dengan penekanan, biasanya berkeringat
Gambar 3. Luka Bakar Deep Partial Thickness (IIb)
Permukaan putih, tidak memucat dengan penekanan

c. Menentukan luas luka bakar berdasarkan “rumus rule of


nine”.

Gambar 4. Luas Luka Bakar

4. Menegakkan diagnosis
Ditetapkan dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik
Kriteria Berat Ringannya luka bakar dapat dipakai ketentuan
berdasarkan American Burn Association, yaitu sebagai
berikut:
a. Luka bakar Ringan
1. Luka bakar derajat II < 15%
2. Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak
3. Luka bakar derajat III< 2%
b. Luka Bakar Sedang
1. Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
2. Luka bakar II 10-25% pada anak-anak
3. Luka bakar derajat III< 10%
c. Luka Bakar Berat
1. Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang
dewasa
2. Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
3. Luka bakar derajat II 10% atau lebih
4. Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata,
kaki dan genitalia/perinerium
5. Luka bakar dengan cedera inhalasi, disertai trauma
lain.
5. Membuat penatalaksanaan
Luka bakar derajat 1 penyembuhan terjadi secara spontan
tanpa pengobatan khusus. Pasien dengan luka bakar derajat II
harus dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua untuk
mendapatkan penanganan lanjutan.
6. Seluruh hasil pemeriksaan dan tindakan didokumentasikan
dalam rekam medis
6. Unit Terkait Poli Umum / KIA
UGD
SOP Perawatan Luka (Wound Toilet)
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal terbit :
Halaman :
Puskesmas dr. Sarlin Ananggia
Kambaniru NIP. 19850717 201101 2 007

1. Pengertian Luka adalah terputusnya kontinuitas dari suatu jaringan yang


disebabkan oleh karena trauma.
Suatu teknik aseptik yang bertujuan membersihkan luka dari
debris untuk mempercepat proses penyembuhan luka
2. Tujuan Meningkatkan kualitas pelayanan Perawatan Luka di Puskesmas
Kambaniru agar tidak terjadi infeksi lanjut
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur/Langkah- Persiapan alat steril :
langkah 1. Pinset anatomis
2. Pinset chirurgis
3. Gunting lurus
4. Gunting bengkok lancip
5. Needle holder
6. Jarum hecting
7. Benang jahit : cutgut (plain, chromic), dan zeide
8. Doek lubang steril
9. Bengkok
10. Kom kecil
11. Kassa
12. Kapas
13. Hand scoon steril
Baki berisi alat non steril :
1. Masker
2. Gunting balutan
3. Plester
4. Verband
5. Betadine
6. Cairan NaCl
7. Spuit 3 cc, 5 cc
8. Obat anesthesi seperti lidokain
9. Tempat sampah tertutup medis
Pelaksanaan :
1. Menyapa pasien dengan 5s (senyum, sapa, salam, sopan,
santun)
2. Mempersilahkan pasien berbaring di ranjang tindakan
dengan posisi luka di atas, agar mudah untuk melakukan
tindakan
3. Menutup tirai
4. Menanyakan keluhan dan riwayat sakit
5. Menjelaskan tindakan medis yang akan dilakukan:
pemeriksaan luka, membersihkan luka dan menjahit luka
6. Meminta persetujuan pasien/keluarga untuk dilakukan
tindakan medis, bila setuju, pasien/keluarga
menandatangani lembar inform consent yang telah
disediakan
7. Perawat/dokter mencuci tangan sesuai SOP dan setelah
itu menggunakan hand scoon steril
8. Melakukan inspeksi : melihat keadaan luka dengan cara
membuka pakaian yang menutupi luka sehingga luka
terlihat dengan jelas. Setelah itu menentukan keadaan
luka : bersih, kotor, perdarahan
9. Melakukan palpasi dengan cara menggunakan ibu jari
dan jari telunjuk untuk membuka luka, dan mengukur
panjang, lebar, kedalaman luka, ada tidaknya jaringan
yang terputus, adanya corpus atau benda asing, krepitasi
10. Melakukan palpasi kelenjar regional dengan cara meraba
kelenjar yang terletak di lipatan paha bila luka pada kaki
dan kelenjar axilla bila luka pada daerah tangan, kelenjar
bawah telinga dan sub mandibula bila luka sekitar leher.
Tanyakan pada saat perabaan pasien apakah merasakan
nyeri atau tidak
Tindakan :
A. Persiapan Pasien
a. Jika luka ringan/ekskoriasi/lecet/bersih dan tidak perlu
tindakan jahit, luka cukup dibersihkan dengan
desinfektan kemudian ditutup dengan kassa steril dan
dibalut verband. Pasien diberitahu bahwa luka akan
diobati tanpa dilakukan penjahitan
b. Jika luka robek dan kotor, maka: petugas menjelaskan
kepada pasien lukanya perlu dibersihkan dan akan
dilakukan tindakan hecting untuk memperbaiki fungsi
jaringan yang cedera tanpa timbul infeksi dan jaringan
parut yang minimal
c. Jika luka berat yaitu luka yang tergolong besar dan dalam
dengan perdarahan banyak, prinsip penanganannya
adalah dengan:
1) Mencegah dan mengatasi shock, menghentikan
perdarahan, mencegah infeksi dan mengurangi
rasa sakit
2) Merujuk pasien ke Rumah sakit
B. Prosedur Membersihkan Luka :
1. Memasang bengkok dibawah lokasi luka
2. Irigasi dengan perlahan dengan cairan NaCl untuk
membuang kotoran dipermukaan
3. Membuang jaringan mati dan benda asing lainnya dengan
cara menggunting jaringan yang rusak/mati tergantung
faktor bagaimana terjadinya cedera dan adanya potensi
infeksi
4. Melakukan desinfektan daerah luka dengan cara :
a. Mencukur rambut di sekitar luka (apabila
mengganggu penutupan luka yang dilakukan oleh
pendamping)
b. Membersihkan sekitar luka dengan betadine
5. Bila luka bersih/ekskoriasi, luka langsung ditutup dengan
kassa steril kemudian dibalut verband.
Bila luka robek maka harus dilakukan penjahitan luka
sebagai berikut :
a. Memasang doek bolong steril di atas luka sehingga
yang tampak hanya luka dan daerah sekeliling luka
sekitar 1 cm
b. Melakukan tindakan anestesi lokal dengan
menyuntikkan lidokain pada sekitar luka.
c. Menunggu ± 5 menit, memastikan anestesi sudah
bekerja dengan cara menyentuh bagian yang
dianestesi kemudian menanyakan kepada pasien
apakah masih merasakan sakit atau tidak, rasa baal
atau tidak
d. Menjahit luka disesuaikan dengan kondisinya, waktu
selama cedera berlangsung, derajat kontaminasi dan
vaskularisasi. Luka lebih dari 8 jam masuk
kontaminasi maka jarak jahitan satu dan lainnya 1
sampai 1,5 cm. Bila kurang dari 8 jam maka jarak
jahitan 0,5 cm
Teknik menjahit :
a. Memasukkan benang cutgut ke dalam jarum jahit.
Memotong benang disesuaikan dengan banyaknya
jahitan yang akan dilakukan
b. Lemak subkutan disatukan dengan lemak subkutan
yang terpisah dengan menggunakan pinset chirurgis.
c. Lapisan subkutikular kemudian di tutup.
d. Epidermis ditutup, simpul jahitan ditempatkan di
samping tepi luka dan tepi kulit diratakan / dirapikan
dengan hati-hati untuk meningkatkan penyembuhan
luka
e. Luka diolesi betadine satu arah
f. Permukaan luka ditutup dengan kassa steril kemudian
direkatkan dengan plester
6. Mengangkat doek, mengambil bengkok kemudian
membuang sampah medis ke tempat sampah
7. Setelah itu melepas handscoon steril
8. Mencatat semua hasil kegiatan pada rekam medis pasien
9. Memberikan edukasi pada pasien sebagai berikut :
- Memberitahu pasien agar lukanya jangan sampai
terkena air
- Memberitahu pasien untuk menghubungi petugas
kesehatan/puskesmas bila ada nyeri tiba-tiba atau
menetap, demam atau perdarahan
- Memberitahu pasien untuk kontrol 3 hari lagi untuk
membersihkan luka dan mengganti balutannya
sehingga luka cepat sembuh dan tidak terjadi infeksi
- Memberitahu pasien untuk minum obat sesuai dengan
aturan yang sudah diberikan oleh dokter
10. Unit Terkait UGD, Pustu/Polindes
SOP Pemberian Anestesi Lokal
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal terbit :
Halaman :
Puskesmas dr. Sarlin Ananggia
Kambaniru NIP. 19850717 201101 2 007

1. Pengertian Tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan sensasi


dibagian tubuh tertentu
2. Tujuan Mengurangi rasa tidak nyaman atau rasa sakit pada saat
tindakan tertentu dilakukan misalnya penjahitan atau
pembedahan minor
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur/Langkah- 1. Menyapa pasien dengan 5S (senyum, sapa, salam, sopan,
langkah santun)
2. Menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan
dan meminta pasien/keluarga pasien menandatangani
lembar inform consent
3. Setelah pasien mengisi dan menandatangani lembar inform
consent, petugas menyiapkan alat : spuit 3/5 cc, lidokain
1%, kassa steril, alcohol, dan hand scoon steril
4. Dokter/petugas mempersilahkan pasien untuk berbaring di
ranjang tindakan
5. Dokter/petugas memberitahu pasien bahwa akan dilakukan
penyuntikan untuk mengurangi rasa sakit saat tindakan
penjahitan/pembedahan minor lainnya
6. Dokter/petugas mencuci tangan dan setelah itu
menggunakan hand scoon steril
7. Melakukan desinfektan area yang akan di lakukan anestesi
dengan kain kassa steril yang sudah di basahi dengan
alkohol terlebih dahulu
8. Memasang doek bolong steril untuk memperkecil ruang
tindakan
9. Masukkan jarum pada ujung laserasi atau luka dan dorong
masuk ke arah bawah atau mukosa dari kulit sepanjang luka
mengikuti garis dimana jarum jahitnya akan masuk atau
keluar
10. Aspirasi dan kemudian injeksikan anestesi tersebut sambil
menarik jarum ke titik dimana jarum masuk atau jika tidak
dilakukan aspirasi maka setelah spuit dimasukkan sampai
dalam kemudian ditarik sambil disemprotkan perlahan-lahan
11. Hentikan penginjeksian anestesi atau jarum jangan dicabut
tapi dibelokkan kembali jarum sepanjang garis lain dimana
direncanakan akan dibuat jahitan
12. Ulangi proses penusukan jarum pada ujung luka di
sebelahnya sehingga seluruh daerah kemungkinan akan
dijahit sudah dianestesi
13. Tunggu ± 5 menit sambil melakukan penekanan pada luka.
Tanyakan pada pasien apakah merasa nyeri atau tidak, baal
atau tidak. Jika merasa nyeri jangan dulu dilakukan
penjahitan, tetapi jika tidak merasa nyeri dapat dilakukan
tindakan penjahitan luka atau pembedahan minor lainnya
14. Unit Terkait UGD

Anda mungkin juga menyukai