♦ Nose
bleeding
♦ Bintik2
merah
pada
ekstremitas
♦ Flu
disertai
demam
selama
beberapa
hari
2. Hipotesis
yang
dapat
diberikan
kepada
pasien
Problem
ini
adalah
DIATHESIS
HEMOORHAGIC
(gangguan
hemostasis)
a. Gangguan
hemostasis
primer
è Trombocyt
problem
(trombocytophaty,
thrombocytopenia,
thrombocytosis)
è Vascular
problem
(kapiler,
venula,
arteriole)
b. Gangguan
hemostasis
sekunder
è Herediter
:
Hemophilia
A
dan
Hemophilia
B
è Acquired
:
o Defisiensi
vitamin
K
pada
penyakit
liver
o Elevated
consumption
pada
DIC
atau
fibrinolysis
o Komplikasi
terapi
anticoagulant
3. Informasi
tambahan
yang
dibutuhkan
Tentang
riwayat
penyakit
dan
pemeriksaan
fisik
untuk
menjelaskan
hipotesis.
Physical
examination
Cukup
gizi,
dengan
vital
sign
dalam
batasan
normal.
Tidak
ada
pucat
atau
jaundice.
Pernah
mengalami
epistaxis.
Beberapa
petechiae
dan
purpura
pada
extremitas.
Tidak
ada
hepatosplenomegaly
ataupun
lymphadenophaty.
Laboratory
results
CBC
:
RBC
4.5
x
1012
/L
HGB
13.4
g/dL
HCT
37.2
%
MCV
82.3
fL
MCH
29.6
pg
MCHC
35.9
g/dL
RDW
12.1
WBC
5.3
x
109
/L
4. Apa
problem
utama
pada
pasien
ini?
TROMBOCYTOPENIA
dengan
gejala
pada
penyakit
perdarahan:
-‐ Purpura,
petechia,
dan
epistaxis
5. Jelaskan
tentang
platelet.
Platelet
merupakan
lempengan
berbentuk
oval
dan
biconvex
yg
bervariasi
diamaternya,
yaitu
sekitar
1.5
sampai
3.5
micrometer.
Dalam
peredaran
darah,
pada
mikrografnya,
bentuknya
tidak
terlalu
terlihat
dan
seringkali
menggumpal
bersama.
Sitoplasmanya
terpulas
ungu,
ada
bentukan
granular
karena
beberapa
organel
yang
terkonsentrasi
di
tengah-‐tengah
sel;
sitoplasma
perifernya
tidak
terwarna
sehingga
tampak
samar-‐samar.
6. Dimana
tempat
produksi
platelet?
Seperti
sel-‐sel
darah
yang
lain,
produksi
platelet
ada
dalam
sutul
dengan
fragmentasi
sitoplasma
dari
megakaryocytes
matur,
yang
mengakibatkan
diferensiasi
megakaryoblast.
7. Jelaskan
tentang
formasi
platelet.
Platelets
dibentuk
bukan
dengan
budding,
seperti
yang
sering
digambarkan,
tetapi
melalui
fragmentasi
pseudopodia
megakaryocyte.
Platelets
tampaknya
dilepas
dengan
dua
cara
-‐ dari
sutul,
megakaryocytes
memancarkan
pseudopodia
yang
disebut
proplatelets
menuju
lumen
sinusoid
dimana
setelah
itu
ia
terfragmentasi
untuk
memasuki
sirkulasi.
-‐ Megakaryosit
matur
juga
terlihat
untuk
memasuki
sinusoid
sutul
dan
intak,
kemudian
lewat
ke
pembuluh
paru
dimana
ia
terfragmentasi
menjadi
platelets.
8. Tahap
perkembangan
platelet
a. Megakaryoblast
Megakaryoblast
memiliki
diameter
15-‐50
mikron
dan
nukleusnya
berbentuk
ovoid/kidney-‐ shaped
dengan
beberapa
nucleoli.
Nukleusnya
menjadi
polyploidy
(memiliki
DNA
30x
lebih
banyak
dari
normal)
sebelum
platelets
mulai
terbentuk.
Sitoplasma
dari
sel
ini
homogen
dan
sangat
basofilik.
b. Megakaryocytes
Megakaryocyte
merupakan
sel
besar
(diameter
35-‐150
mikron)
dengan
nucleus
yang
berlobus
dan
irregular,
kromatin
kasar,
dan
tidak
bernukleoli.
Sitoplasmanya
mengandung
banyak
mitokondria,
RE
yang
berkembang
dgn
baik,
dan
kompleks
golgi.
Platelets
memiliki
granul
yang
mencolok
yang
berasal
dari
complex
golgi,
yang
mengandung
substansi
biologi
aktif,
seperti
growth
factor
yg
berasal
dari
platelet,
fibroblast
growth
factor,
serta
platelet
factor
IV
(yang
menstimulasi
koagulasi
dara).
Dengan
maturasi
megakaryocyte,
ada
invaginasi
plasma
membran
yang
menyabang
ke
seluruh
sitoplasma
sehingga
membentuk
demarkasi
membran.
Sistem
ini
mendefinisikan
area
pada
sitoplasma
megakaryocytes
yang
akan
mengeluarkan
platelet
menuju
sirkulasi.
9. Jelaskan
fisiologi
dari
platelet.
♥ Sitoplasma
platelet
mengandung
banyak
faktor
aktif
seperti:
(1) molekul
aktin
dan
myosin,
yang
merupakan
protein
kontraktil,
sama
seperti
yang
ditemuka
di
otot
skelet,
dan
juga
protein
kontraktil
yang
lain,
yaitu
thrombostenin,
yang
menyebabkan
platelet
dapat
berkontraksi.
(2) Residu
baik
dari
RE
dan
apparatus
golgi
yang
mensintesis
berbagai
enzim,
dan
untuk
tempat
penyimpanan
ion
kalsium
dalam
jumlah
yang
banyak;
(3) Mitokondira
dan
sistem
enzim
yang
dapat
memebntuk
adenosine
triphosphate
(ATP)
dan
adenosine
diphosphate
(ADP)
(4) Sistem
enzim
yang
mensintesis
prostaglandins,
yang
merupakan
hormone
lokal
yang
menyebabkan
banyak
reaksi
vascular
dan
jaringan
lokal
lainnya.
(5) Protein
penting
yang
disebut
fibrin-‐stabilizing
factor,
yang
akan
di
diskusikan
dalam
hubungannya
dengan
koagulasi
darah
(6) Growth
factor
yang
menyebabkan
sel
endothelial
vascular,
otot
polos
vascular,
serta
fibroblast
untuk
bertumbuh,
sehingga
menyebabkan
pertumbuhan
seluler
dan
membantu
memperbaiki
dinding
vascular
yang
rusak.
♥ Membran
sel
dari
platelet
juga
penitng.
Pada
permukaanya,
terdapat
kapsul
glikoprotein
yang
membantu
perlekatan
pada
endothelium
normal
dan
menyebabkan
perlekatan
pada
injured
areas
dari
dinding
pembuluh,
terutama
pada
sel
endotel
yang
mengalami
injuri
atau
kolagen
yang
rusak
dari
dalam
dinding
pembuluh.
♥ Sebagai
tambahan,
membran
platelet
memiliki
fosfolipid
yang
mengaktivasi
tahapan
koagulasi
darah.
♥ Platelet
merupakan
struktur
yang
aktif.
Ia
memiliki
waktu
paruh
dalam
darah
sekitar
8
–
12
hari,
sehingga
dalam
beberapa
minggu,
proses
fungsionalnya
juga
hilang,
kemudian
dieliminasi
dari
sirkulasi
terutama
oleh
sistem
makrofag
jaringan.
Hampir
satu
setengah
dari
platelet
dihapus
oleh
makrofag
dalam
lien,
dimana
darah
melewati
trabekula
sempit.
♥ Platelet
memiliki
banyaka
fungsi,
-‐ sekresi
procoagulants,
atau
faktor
penggumpalan,
yang
membuat
darah
menggumpal.
-‐ Sekresi
vasokonstriktor,
yang
menyebabkan
spasme
vascular
di
pembuluh
yg
rusak.
-‐ Membentuk
platelet
plug
sementara
untuk
menyetop
pendarahan
-‐ Melarutkan
gumpalan
darah
-‐ Fagositosis
dan
menghancurkan
bakteri
-‐ Sekresi
bahan
kimia
yang
memberi
signal
pada
neutrophil
dan
monosit
menuju
tempat
inflamasi
Sekresi
growth
factor
yang
menstimulasi
mitosis
pada
fibroblast
dan
otot
polos
dan
membantu
untuk
mempertahankan
pembuluh
darah
10. Jelaskan
tentang
hemostasis.
ª Istilah
hemostasis
artinya
pencegahan
hilangnya
darah.
ª Bila
pembuluh
darah
mengalami
cedera
atau
rupture,
hemostasis
terjadi
melalui
beberapa
cara:
(1) Konstriksi
pembuluh
darah
-‐ Segera
setelah
pembuluh
darah
terpotong
atau
rupture,
dinding
pembuluh
darah
yang
rusak
itu
menyebabkan
otot
polos
dinding
pembuluh
berkontraksi
sehingga
dengan
segera
aliran
darah
pembuluh
yang
rupture
berkurang.
-‐ Kontraksi
terjadi
sebagai
akibat
dari
(1)
spasme
miogenik
lokal,
(2)
faktor
autacoid
lokal
yang
berasal
dari
jaringan
yang
terkena
trauma
dan
platelet
darah,
dan
(3)
berbagai
reflex
saraf.
Reflex
saraf
dicetuskan
oleh
impuls
saraf
nyeri
atau
impuls-‐impuls
sensorik
lain
dari
pembuluh
yang
rusak
atau
dari
jaringan
yang
berdekatan.
-‐ Namun,
terjadi
vasokonstriksi
yang
lebih
kuat
lagi
kemungkinan
akibat
dari
kontraksi
miogenik
setempat
pada
pembuluh
darah.
-‐ Untuk
pembuluh
darah
yang
lebih
kecil
lagi,
platelet
mengakibatkan
sebagian
besar
vasokonstriksi
dengan
melepaskan
sebuah
fasokonstriktor,
tromboksan
A2.
(2) Pembentukan
sumbat
platelet
-‐ Trombosit
melakukan
perbaikan
terhadap
pembuluh
yang
rusak
didasarkan
pada
beberapa
fungsi
penting
dari
trombosit.
Ketika
trombosit
bersinggungan
dengan
permukaan
pembuluh
yang
rusak,
terutama
dengan
serabut
kolagen
di
dinding
pembuluh,
sifat-‐sifat
trombosit
segera
berubah
secara
drastic.
-‐ Trombosit
mulai
membengkak,
bentuknya
menjadi
irregular
dengan
tonjolan-‐tonjolan
yang
mencuat
dari
permukaannya;
protein
kontraktilnya
berkontraksi
dengan
kuat
dan
menyebabkan
pelepasan
granula
yang
mengandung
berbagai
faktor
aktif;
trombosit
itu
menjadi
lengket
sehingga
melekat
pada
kolagen
dalam
jaringan
dan
pada
protein
yang
disebut
faktor
von
Willebrand
yang
bocor
dari
plasma
menuju
ke
jaringan
yang
trauma.
-‐ Trombosit
menyekresi
sejumlah
besar
ADP,
dan
enzim2
lainnya
membentuk
tromboksan
A2.
ADP
dan
tromboksan
kemudian
mengaktifkan
trombosit
yang
berdekatan,
dan
sifat
saling
lengket
trombosit
tambahan
ini
akan
menyebabkannya
melekat
pada
trombosit
semula
yang
sudah
aktif.
-‐ Dengan
demikian,
pada
setiap
lokasi
dinding
pembuluh
darah
yang
luka,
dinding
pembuluh
darah
yang
rusak
mengaktifkan
berturut-‐turut
trombosit
yang
jumlahnya
terus
meningkat
yang
menyebabkannya
menarik
lebih
banyak
lagi
trombosit
tambahan,
sehingga
membentuk
sumbat
trombosit.
Sumbat
ini
pada
mulanya
longgar,
namun
biasanya
berhasil
menghalangi
hilangnya
darah
bila
luka
di
pembuluh
ukurannya
kecil.
Setelah
itu,
selama
proses
pembekuan
darah
selanjutnya,
benang-‐benang
fibrin
terbentuk.
Benang
fibrin
ini
melekat
erat
pada
trombosit
sehingga
terbentuklah
sumbat
yang
kuat.
(3) Pembentukan
bekuan
darah
sebagai
hasil
pembekuan
darah
-‐ Bekuan
mulai
terbentuk
dalam
waktu
15
sampai
20
detik
bila
trauma
pada
dinding
pembuluh
sangat
hebat,
dan
dalam
1
sampai
2
menit
bila
traumanya
kecil.
Zat-‐zat
activator
dari
dinding
pembuluh
darah
yang
rusak
dari
trombosit,
dan
dari
protein-‐protein
darah
yang
melekat
pada
dinding
pembuluh
darah
yang
rusak,
akan
mengawali
proses
pembekuan
darah.
-‐ Dalam
waktu
4
sampai
6
menit
setelah
pembuluh
rupture,
bila
luka
pada
pembuluh
darah
tidak
terlalu
besar,
seluruh
bagian
pembuluh
yang
terluka
atau
ujung
pembuluh
yang
terbuka
akan
disi
oleh
bekuan
darah.
Setelah
20
menit
sampai
1
jam,
bekuan
akan
mengalami
retraksi;
ini
peran
penting
dalam
peristiwa
retraksi
bekuan
ini,
seperti
yang
dijelaskan
kemudian.
(4) Pertumbuhan
jaringan
fibrosa
ke
dalam
bekuan
darah
-‐ Setelah
bekuan
darah
terbentuk,
dua
proses
berikut
dapat
terjadi:
(1)
Bekuan
dapat
diinvasi
oleh
fibroblast,
yang
kemudian
membentuk
jaringan
ikat
pada
seluruh
bekuan
tersebut,
atau
(2)
dapat
juga
bekuan
itu
dihancurkan.
-‐ Biasanya
bekuan
yang
terbentuk
pada
luka
kecil
di
dinding
pembuluh
darah
akan
diinvasi
oleh
fibroblast,
yang
mulai
terjadi
beberapa
jam
setelah
bekuan
itu
terbentuk
(dipermudah,
paling
tidak
oleh
faktor
pertumbuhan
yang
disekresi
oleh
trombosit).
Hal
ini
berlanjut
smapai
terjadi
pembentukan
bekuan
yang
lengkap
menjadi
jaringan
fibrosa
dalam
waktu
sekitar
kira-‐kira
1
sampai
2
minggu.
-‐ Sebaliknya,
bila
sejumlah
besar
darah
merembes
ke
jaringan
dan
terjadi
bekuan
jaringan
yang
tidak
dibutuhkan,
zat
khusus
yang
terdapat
dalam
bekuan
itu
sendiri
menjadi
teraktivasi.
Zat
ini
berfungsi
sebagai
enzim
yang
menghancurkan
bekuan
itu,
seperti
yang
akan
diuraikan
kemudian
di
bab
ini.
11. Jelaskan
tentang
etiologi
dari
thrombocytopenia,
thrombocytophaty,
atau
thrombocytosis.
a) Etiologi
thrombocytopenia
è Produksi
sutul
menurun
è Splenic
sequestration
=
portal
hypertension
è Destruksi
meningkat
=
imun
dan
non
imun
b) Etiologi
thrombocytophaty
(thrombotic
disorder)
è Inherited
à
-‐
Defection
coagulation
factor
-‐
Impaired
clot
lysis
è Acquired
à
-‐
Disease/sindrom
:
keganasan,
nephritic
syndrome
-‐
Physiologic
state
:
kehamilan,
obesitas
c) Etiologi
thrombocytosis
Infeksi
Hemolysis
Setelah
operasi
Hemorrhage
Myelodisplasia
Polycythemia
vera,
etc
12. Patofisiologi
dari
thrombocytopenia
Thrombocytopenia
terjadi
dari
empat
proses:
-‐ Artifactual
thrombocytopenia
-‐ Defisiensi
produksi
platelet
-‐ Destruksi
platelet
yang
meiningkat
-‐ Distribusi
abnormal
atau
pooling
dari
platelet
dalam
tubuh
Klasifikasi
Patofisiologi
dari
Thrombocytopenia
a. Artifactual
thrombocytopenia
! Platelet
yang
menggumbal
karena
anticoagulant-‐dependent
immuno-‐globulin
(pseudothrombocytopenia)
! Platelet
satellitism
! Giant
platelets
b. Defisiensi
produksi
platelet
! Hypoplasia
dari
megakaryocytes
! Thrombopoiesis
ineffective
! Kelainan
kontrol
thrombopoietic
! Hereditary
thrombopoiesis
c. Destruksi
platelet
yang
meningkat
! Disebabkan
karena
proses
imunologis
o Autoimmune
§ Idiopathic
§ Sekunder
:
infeksi,
parasite,
collagen
vascular
disorders,
lymphoproliferative
disorders,
obat,
dll.
o Alloimmune
§ Neonatal
thrombocytopenia
§ Post
transfusion
purpura
! Disebabkan
karena
proses
nonimunologis
o Thrombotic
microangiophaties
§ DIC
§ TTP
§ HUS
o Kerusakan
platelet
abnormal
karena
permukaan
abnormal
o Penyebab
lain
§ Infeksi
§ Transfusi
darah
dlm
jumlah
sgt
banyak
d. Distribusi
abnormal
atau
pooling
dari
platelet
dalam
tubuh
! Penyakit
pada
lien
! Hypothermia
! Dilusi
platelet
dengan
transfuse
darah
yang
sangat
banyak
13. Jelaskan
tentang
studi
dari
kerusakan
platelet
Studi
laboratorium
dari
kerusakan
platelet
-‐ Bleeding
time
-‐ Platelet
enumeration
-‐ Pengukuran
volume
platelet
-‐ Test
fungsi
spesifik
platelet
o Retraksi
gumpalan
o Platelet
aggregation
o Test
untuk
aktifitas
faktor
platelet
3
(PF-‐3)
14. Jelaskan
tentang
macam-‐macam
faktor
koagulasi
15. Jelaskan
tentang
mekanisme
pembekuan
darah
• Pembekuan
darah
meliputi
tiga
proses
di
bawah
ini:
(1) sebagai
respons
terhadap
rupturnya
pembuluh
darah
atau
kerusakan
darah
itu
sendiri.
Rangkaian
reaksi
kimiawi
yang
kompleks
terjadi
dalam
darah
yang
melibatkan
lebih
dari
selusin
faktor
pembekuan
darah.
Hasil
akhirnya
adalah
terbentuknya
suatu
kompleks
substansi
teraktivasi
yang
secara
kolektif
disebut
activator
protrombin
(2) Aktivator
protrombin
mengatalisis
pengubahan
protrombin
menjadi
thrombin.
(3) Thrombin
bekerja
sebagai
enzim
untuk
mengubah
fibrinogen
menjadi
benang
fibrin
yang
merangkai
trombosit,
sel
darah,
dan
plasma
untuk
membentuk
bekuan.
• Jalur
ekstrinsik
sebagai
awal
pembekuan
(1) Pelepasan
faktor
jaringan.
Jaringan
yang
cedera
melepaskan
beberapa
faktor
yang
disebut
faktor
jaringan
atau
tromboplastin
jaringan.
Faktor
ini
terutama
terdiri
atas
fosfolipid
dari
membran
jaringan
ditambah
kompleks
lipoprotein
yang
terutama
berfungsi
sebagai
enzim
proteolitik.
(2) Aktivasi
Faktor
X
–
peranan
Faktor
VII
dan
faktor
jaringan,
kompleks
lipoprotein
dan
faktor
jaringan
selanjutnya
bergabung
dengan
Faktor
VII
dan,
bersamaan
dengan
hadirnya
ion
kalsium,
faktor
ini
bekerja
sebagai
enzim
terhadap
Faktor
X
untuk
membentuk
Faktor
X
yang
teraktivasi
(Xa)
(3) Efek
Xa
dalam
membentuk
activator
protrombin
–
peranan
Faktor
V.
Faktor
yang
teraktivasi
segera
berikatan
dengan
fosfolipid
jaringan
yang
merupakan
bagian
dari
faktor
jaringan,
atau
dengan
fosfolipid
tambahan
yang
dilepaskan
dari
trombosit,
juga
dengan
Faktor
V,
untuk
membentuk
suatu
senyawa
yang
disebut
activator
protrombin.
Dalam
beberapa
detik,
dengan
adanya
ion
kalsium,
senyawa
itu
memecah
protrombin
menjadi
thrombin,
dan
berlangsunglah
proses
pembekuan
seperti
yang
dijelaskan
di
atas.
Pada
tahap
permulaan,
Faktor
V
yang
terdapat
kompleks
activator
protrombin
bersifat
inaktif,
tetapi
sekali
proses
pembekuan
ini
dimulai
dan
thrombin
mulai
terbentuk,
kerja
proteolitik
tormbin
akan
mengaktifkan
Faktor
V.
Faktor
ini
kemudian
akan
menjadi
akselerator
tambahan
yang
kuat
dalam
pengaktifan
protrombin.
Jadi,
dalam
kompleks
activator
protrombin
akhir,
Faktor
X
yang
teraktivasilah
yang
merupakan
protease
sesungguhnya
yang
menyebabkan
pemecahan
protrombin
untuk
membentuk
thrombin;
Faktor
V
yang
teraktivasi
sangat
mempercepat
kerja
protease
ini,
sedangkan
fosfolipid
trombosit
bekerja
sebagai
alat
pengangkut
yang
mempercepat
proses
tersebut.
• Jalur
intrinsic
untuk
memulai
pembekuan
Untuk
memulai
pembentukan
activator
protrombin,
dan
dengan
demikian
juga
untuk
memulai
proses
pembekuan
darah,
dimulai
dengan
terjadinya
trauma
terhadap
darah
atau
darah
berkontak
dengan
kolagen
pada
dinding
pembuluh
darah
yang
rusak.
1. Daerah
yang
terkena
trauma
menyebabkan
(1)
pengaktifan
Faktor
XII
dan
(2)
pelepasan
fosfolipid
trombosit.
Trauma
terhadap
darah
atau
berkontaknya
darah
dengan
kolagen
dinding
pembuluh
darah
akan
mengubah
dua
faktor
pembekuan
penting
dalam
darah:
Faktor
XII
dan
trombosit.
Bila
Faktor
XII
terganggu,
misalnya
karena
berkontak
dengan
kolagen
atau
dengan
permukaan
yang
basah
seperti
gelas,
ia
akan
berubah
menjadi
bentuk
molekul
baru
yaitu
sebagai
enzim
proteolitik
yang
disebut
“Faktor
XII
yang
teraktivasi”.
Pada
saat
yang
bersamaan,
trauma
terhadap
darah
juga
akan
merusak
trombosit
akibat
bersentuhan
dengan
kolagen
atau
dengan
permukaan
basah
(atau
rusak
karena
cara
lain),
dan
ini
akan
menyebabkan
berbagai
fosfolipid
trombosit
yang
mengandung
lipoprotein,
yang
disebut
faktor
3
trombosit,
yang
juga
memegang
peran
dalam
proses
pembekuan
selanjutnya.
2. Pengaktifan
Faktor
XI.
Faktor
XI
yang
teraktivasi
bekerja
secara
enzimatik
terhadap
faktor
XI
dan
juga
mengaktifkannya.
Ini
merupakan
langkah
kedua
dalam
jalur
intrinsic.
Reaksi
ini
juga
memerlukan
kininogen
BMW
(high-‐molecular-‐weight),
dan
dipercepat
oleh
prekalikrein.
3. Pengaktifan
Faktor
XI
oleh
Faktor
XI
yang
teraktivasi.
Faktor
XI
yang
teraktivasi
bekerja
secara
enzimatik
terhadap
Faktor
IX
dan
mengaktifkannya.
4. Pengaktifan
Faktro
X
–
peranan
Faktor
VII.
Faktro
IX
yang
teraktivasi,
yang
bekerja
sama
dengan
faktor
VII
teraktivasi
dan
dengan
fosfolipid
trombosit
dan
faktro
3
dari
trombosit
yang
cedera,
mengaktifkan
Faktor
X.
Faktor
VIII
adalah
faktor
yang
tidak
dimiliki
oleh
pasien
hemophilia
klasik,
dank
arena
alasan
itu,
disebut
antihemofilia.
Trombosit
adalah
faktor
pembekuan
yang
tidak
didapati
pada
penyakit
perdarahan
yang
disebut
trombositopenia.
5. Kerja
Faktor
X
teraktivasi
dalam
pembentukan
activator
protrombin
–
peran
Faktor
V.
Langkah
dalam
jalur
intrinsic
ini
pada
prinsipnya
sama
dengan
langkah
terakhir
dalam
jalur
ekstrinsik.
Artinya,
faktor
X
yang
teraktivasi
bergabung
dengan
Faktor
V
dan
trombosit
atau
fosfolipid
jaringan
untuk
membentuk
suatu
kompleks
yang
disebut
activator
protrombin.
Aktivator
protrombin
dalam
beberapa
detik
memulai
pemecahan
protrombin
menjadi
thrombin,
dan
dengan
demikian
proses
pembekuan
selanjutnya
dapat
berlangsung
seperti
yang
telah
diuarikan
terdahulu.
• Jalur
umum
Proses
sesudah
perbaikan.
Trombus
tadi
dipecah
oleh
enzim
plasmin
namun
enzim
plasmin
dihambat
oleh
asam
trinexamart,
enzim
plasmin
berasal
dari
plasminogen
dan
diproduksi
di
hati
dalam
kondisi
inaktif.
Karena
dia
enzim
proteolitik/penghancur/
jika
ada
rangsangan
baru
aktif.
Dirangsang
oleh:
1. t-‐PA
(tissue
plasminogen
activator)
dilepaskan
oleh
jaringan
yang
rusak
2. Streptokinase
dihasilkan
oleh
bakteri
streptococcus
3. Urokinase
oleh
ginjal
Lalu
thrombus
dipecah
tadi
dan
diubah
menjadi
FDP
(Fibrin
Degradation
Produk
+
D-‐dimer)
16.
Agregasi
Platelet
-‐ Saat
platelet
melakukan
kontak
dengan
pembuluh
darah
yang
rusak,
dan
memperlihatkan
struktur
kolagennya,
platelet
merubah
karakteristiknya
secara
drastic,
protein
plasma
vWF
(von
Wilebrand
Factor)
yang
membuat
platelet
dan
kolagen
melekat,
dan
membentuk
jembatan
antara
pembuluh
darah
yang
rusak
dan
platelet.
-‐ Pengikatan
pada
kolagen
memicu
platelet
mengeluarkan
vesikel
sekresinya
yang
berisi
ADP
dan
serotonin
yang
mengaktivasi
platelet
dan
membuat
platelet
yang
belum
teraktivasi
menempel
pada
platelet
yang
telah
teraktivasi
dan
membentuk
agregasi
platelet
yang
nantinya
akan
menjadi
platelet
plug.
-‐ Penempelan
platelet
akan
menginduksi
sintesa
TXA2
(Thromboxane
A2)
(eicosanoid)
yang
ikut
menstimulasi
agregasi
platelet,
bersama
dengan
fibrinogen.
-‐ Faktor
inhibisi/penghambat
o Agar
platelet
plug
tidak
meluas
dari
tempat
yang
luka,
perlu
ada
prostaglandin
I2
(PGI22)
(eicosanoid)/prostacyclin,
yang
menginhibisi
agragasi
platelet.
Pembentukan
PGI2
dari
asam
arachidonat
yang
semula
membentuk
TXA2,
malah
membentuk
PGI2.
Sel
endotel
juga
melepas
NO
(Nitrit
Oksida)
yang
merupakan
vasodilator
dan
inhibitor
penempelan
platelet,
aktivasi,
dan
agregasinya.
SECOND
SESSION
1. Immune
Thrombocytopenic
Purpura
(ITP)
-‐ ITP
(Idiopathic
thrombocytopenic
purpura)
merupakan
penyakit
yang
menyebabkan
gampang
terjadi
perdarahan
dan
lebam.
Perdarahan
disebabkan
oleh
jumlah
platelet
yang
rendah.
-‐ Idiophatic
thrombocytopenic
purpura,
atau
yang
biasa
disebut
juga
dengan
Immune
thrombocytopenic
purpura,
dapat
mengenai
anak-‐anak
maupun
dewasa.
Anak-‐anak
dapat
terkena
ITP
setelah
mendapat
infeksi
virus,
dan
biasanya
akan
sembuh
total
tanpa
harus
diobati.
Namun
pada
orang
dewasa,
seringkali
penyakitnya
bersifat
kronis.
-‐ Pengobatan
ITP
tergantung
dari
gejala,
jumlah
platelet,
dan
juga
umur.
Jika
tidak
ada
perdarahan
dan
jumlah
platelet
tidak
terlalu
sedikit,
maka
pengobatan
tidak
begitu
diperlukan.
Pada
kasus-‐kasus
yang
lebih
serius,
ITP
dapat
diobati
oleh
beberapa
medikasi,
atau
operasi,
pada
situasi
kritis.
2. Etiologi
ITP
Penyebab
sesungguhnya
dari
ITP
tidak
diketahui.
Oleh
karena
itu
disebut
sebagai
idiophatic,
yang
memiliki
arti
“unkown
cause”.
Namun,
pada
beberapa
orang,
diketahui
bahwa
orang
dengan
ITP
memiliki
malfungsi
sistem
imun
yang
mulai
menyerang
platelet
seakan-‐akan
platelet
adalah
substansi
asing.
Ab
yang
diproduksi
oleh
tubuh
melekatkan
dirinya
pada
platelet,
menandai
mereka
untuk
di
destruksi.
Lien,
yang
membatu
tubuh
untuk
melawan
infeksi,
mengenal
antibody
itu
dan
membuang
platelet
dari
sirkulasi.
Hal
ini
menyebabkan
menurunnya
jumlah
platelet
dalam
sirkulasi.
Platelet
count
normal
adalah
lebih
tinggi
dari
150.000
platelet/microliter
darah
sirkulasi.
Pasien
dengan
ITP
sering
memiliki
nilai
platelet
dibawah
20.000.
Seiring
dengan
menurunnya
jumlah
platelet,
kemungkinan
perdarahan
pun
meningkat.
Resiko
terbesar
terjadinya
perdarahan
adalah
ketika
perhitungan
platelet
menjadi
dibawah
10.000
per
microliter.
Pada
kasus
ini,
kemungkinan
akan
terjadi
perdarahan
intenal
atau
injuri-‐injuri
lainnya.
Pada
sebagian
besar
anak-‐anak
dengan
ITP,
penyakit
ini
diikuti
dengan
adanya
berbagi
virus,
seperti
mumps
atau
flu.
Kemungkinan,
infeksi
dapat
mempengaruhi
fungsi
sistem
imun,
sehingga
terjadi
malfungsi.
3. Patofisiologi
ITP
Sindrom
ITP
disebabkan
oleh
autoantibodi
trombosit
spesifik
yang
berikatan
dengan
trombosit
autolog
kemudian
dengan
cepat
dibersihkan
dari
sirkulasi
darah
oleh
sistem
fagosit
mononuclear
melalui
reseptor
Fc
makrofag.
Diperkirakan
ITP
diperantarai
oleh
suatu
Ab
pada
kejadian
trnslent
trombositopeni
pada
orang
sehat
yang
menerima
transfusi
plasma
yang
kaya
akan
IgG
seorang
pasien
yang
menderita
ITP.
Trombosit
yang
diselimuti
oleh
autoantibodi
IgG
akan
mengalami
percepatan
pembersihan
di
lien
dan
hati
setelah
berikatan
dengan
reseptor
Fc
G
yang
di
ekspresikan
oleh
makrofag
jaringan.
Faktor
yang
memicu
produksi
autoantibodi
tidak
diketahui,
tapi
kebanyakan
pasien
memiliki
Ab
terhadap
Glikoprotein
pada
permukaan
trombosit.
Dengan
kata
lain,
destruksi
trombosit
dalam
sel
penyaji
Ag
akan
menimbulkan
pacual
pembentukan
neoantigen,
yang
berakibat
produksi
Ab
yang
cukup
akan
menyebabkan
trombositopenia.
Masa
hidup
trombosit
pada
ITP
memendek
kurang
lebih
2
–
3
hari
sampai
beberapa
menit.
♥
Sign
and
Symptom
o Mudah
lebam
(excessive
bruising
(Purpura))
–
kulit
mudah
lebam
dan
berdarah
seiring
dengan
bertambahnya
umur.
o Perdarahan
superfisial
pada
kulit
yang
terlihat
sebagai
bercak-‐bercak
kecil
berwarna
merah
keunguan
(petechial),
biasanya
di
bagian
kaki
bawah
o Perdarahan
berkepanjangan
ketika
terjadi
luka
o Perdarahan
dari
hidung
secara
spontan
o Perdarahan
gusi,
terutama
setelah
ada
tindakan
medis.
o Darah
di
urin
atau
feses
o Perdarahan
menstruasi
yang
sangat
banyak
(tidak
seperti
biasanya)
o Fatigue
4. Diagnosis
ITP
Untuk
mendiagnosis
ITP,
dokter
kemungkinan
perlu:
• Physical
Exam,
termasuk
riwayat
penyakit
lengkap.
Dokter
akan
menanyakan
tanda-‐ tanda
perdarahan
dibawah
kulit,
dan
akan
tanya
tentang
penyakit-‐penyakit
terdahulu
dan
tipe
medikasi
dan
suplemen
yang
kita
ambil
sebelumnya
• Complete
Blood
Count.
CBC
ini
berfungsi
untuk
menentukan
jumlah
RBC
dan
WBC
dan
juga
platelet
di
sampel
darah
kita.
Dengan
adanya
ITP,
maka
WBC
dan
RBC
biasanya
normal,
tetapi
platelet
menurun.
• Blood
Smear.
Sampel
darah
diletakkan
di
slide
dan
diobservasi
dibawah
mikroskop.
Test
biasanya
sering
digunakan
untuk
mengonfirmasi
jumlah
platelet
pada
CBC.
• Bone
Marrow
Examination.
Tes
lain
yang
mungkin
bisa
mengidentifikasi
penyebab
turunnya
jumlah
platelet
adalah
pemeriksaan
sumsum
tulang.
Platelet
di
produksi
di
sutul
–
jaringan
lunak
di
tengah
tulang
kita.
Pada
kasus
tertentu,
sampel
sutul
solid
diambil
untuk
prosedur
yang
disebut
biopsy.
Aspirasi
sutul
juga
mungkin
akan
dilakukan,
dimana
hal
ini
melibatkan
sedikit
cairan
pada
sutul
kita.
Pada
banyak
kasus,
kedua
jenis
pemeriksaan
sutul
tersebut
dilakukan
secara
bersamaan.
Sampel
solid
maupun
liquid
dari
sutul
seringkali
diambil
dari
tempat
yang
sama
di
belakang
tulang
pelvis.
Jarum
dimasukkan
ke
tulang
melalui
insisi.
Kalau
kita
mempunyai
ITP,
sutul
kita
akan
terlihat
normal
karena
jumlah
platelet
yang
menurun
disebabkan
oleh
destruksi
platelet
di
aliran
darah
dan
lien
–
bukan
karena
masalah
di
sutul
kita.
THIRD
SESSION
1. Jelaskan
manajemen
dari
ITP
-‐ Corticosteroid
-‐ IV
(intra
venous)
immunoglobulin
(1
g/Kg
x
1
day)
Pada
anak-‐anak
biasanya
penyakit
ini
hilang
sendiri
tanpa
ada
pengobatan.
Tapi
beberapa
anak
kemungkinan
butuh
pengobatan.
Orang
dewasa
biasanya
diberi
obat
steroid
anti-‐inflamasi
yang
disebut
dengan
prednisone.
Pada
beberapa
kasus,
operasi
pengangkatan
lien
diperlukan
(Splenectomy).
Hal
ini
dapat
meningkatkan
jumlah
platelet
count
pada
separuh
pasien.
Namun,
obat-‐obatan
lain
juga
kadang
dapat
diberikan.
Jika
penyakit
tidak
membaik
dengan
prednisone,
maka
dapat
dilakukan:
-‐ Obat
yang
disebut
danazol
(Danocrine)
secara
oral
-‐ Infus
gamma
globulin
dosis
tinggi
(sebagai
faktor
imunitas)
-‐ Obat-‐obatan
yang
menekan
sistem
imun
-‐ Anti-‐RhD
therapy
untuk
orang-‐orang
dengan
golongan
darah
tertentu
-‐ Obat
yang
dapat
mestimulasi
sutul
untuk
membentuk
lebih
banyak
platelet.
Orang
dengan
ITP
tidak
boleh
memnum
aspirin,
ibuprofen,
atau
warfarin,
karena
obat-‐obat
tersebut
akan
menggangu
fungsi
platelet
atau
penggumpalan
darah,
sehingga
perdarahan
bisa
terjadi.
2. Jelaskan
property
farmakologis
dari
Prednison
Efek
dari
prednisone
dimediasi
oleh
ikatan
dengan
reseptor
glukokortikoid.
Ketika
di
stimulasi,
reseptor2
ini
meningkatkan
trnaskripsi
dari
beberapa
gen
target.
Kemungkinan
ada
205
gen
yang
tereskpresi
dalam
sel
diregulasi
oleh
glukokortikoid.
Glukokortikoid
menginhibisi
produksi
mediator
inflamasi,
seperti
Platelet-‐activating
factor,
leukotriene,
prostaglandin,
histamine,
dan
bradikinin.
Prednison
menghambat
phospholipase
A2
dan
menghambat
ekspresi
dari
Cox-‐2.
Prednison
secara
cepat
di
konversi
menjadi
prednisolone,
yakni
bentuk
aktif
prednisone
dalam
tubuh.
Prednisone
memiliki
durasi
aksi
yang
cukup
cepat
jika
dibandingkan
dengan
glukokortikoid
lainnya.
Pengobatan
dengan
kortikosteroid
tidak
hanya
dapat
mengurangi
destruksi
platelet,
tetapi
juga
dapat
meningkatkan
integitas
sel
endotel
untuk
memfasilitasi
hemostasis
primer
dan
untuk
mengurangi
perdarahan
dan
lebam.
3. Jelaskan
prognosis
dari
ITP
Baik.
IPT
kronis
–
prognosis
juga
baik.
4. Jelaskan
komplikasi
dari
ITP
Perdarahan
parah
secara
tiba-‐tiba
dapat
terjadi
dari
GIT.
Perdarahan
pada
otak
juga
bisa
terjadi.
Resiko
terbesar
ITP
adalah
perdarahan,
terutama
intracranial
hemorrhage,
yang
bisa
menjadi
fatal.
Perdarahan
umum
lainnya
jarang
terjadi
pada
pasien
ITP.
Komplikasi
lebih
banyak
terjadi
pada
pengobatan
ITP
kronis.
Kortikosteroid
merupakan
pengobatan
lini
pertama
karena
dapat
membantu
mengurangi
serangan
sistem
imun
pada
platelet.
Tetapi,
poenggunaan
kortikosteroid
jangka
panjang
dapat
mengakibatkan
beberapa
efek
samping,
yaitu
osteoporosis,
katarak,
dan
level
gula
darah
yang
tinggi,
yang
kemungkinan
akan
menyebabkan
diabetes
tipe
2.
Kehamilan
Ibu
hamil
yang
menderita
ITP
biasanya
proses
kehamilannya
dan
kelahirannya
normal,
walaupun
Ab
dari
platelet
dapat
menembus
plasenta
dan
mempengaruhi
jumlah
platelet
bayi.
Pada
beberapa
kasus,
bayi
dapat
lahir
dengan
jumlah
platelet
yang
sangat
sedikit.
Jika
hal
ini
terjadi,
dokter
anak
akan
memonitor
bayi
selama
beberapa
hari,
karena
platelet
bayi
akan
sangat
turun
sebelum
mulai
untuk
meningkat.
Kemungkinan
jumlah
platelet
bayi
akan
meningkat
sendiri
tanpa
harus
diobati,
tetapi
jika
jumlahnya
sangat
sedikit,
maka
pengobatan
pun
dapat
mempercepat
pemulihan.
Jika
pasien
sedang
hamil
dan
penghitungan
plateletnya
sangat
rendah,
atau
ada
perdarahan,
maka
pasien
akan
memiliki
faktor
resiko
perdarahan
lebih
tinggi
saat
melahirkan.
Pada
kasus-‐kasus
tersebut,
dokter
akan
mendiskuksikan
pengobatan
untuk
menstabilkan
jumlah
platelet
tanpa
mempengaruhi
kesehatan
bayi.