Tingkat 2A
Tahun 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN INTENSIF KARDIO
(SKA.STEMI(ST. ELEVANSI MIOCARD INFRAK))“.Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas individu mata kuliahKeperawatan Kritis.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
Pendahuluan
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah iniadalah :
4
5
1.4 Manfaat
1. Praktis
Menambah wacana dan informasi kepada pembaca tentang gangguan
ST elevation myocardial infarction (STEMI) pada keperawatan kritis.
2. Teoritis
Dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien
tentang gangguan ST elevation myocardial infarction (STEMI).
BAB II
Pembahasan
2.1 Definisi
A. SKA (Sindrom Koronaria Akut)
6
7
2. Non Stemi
2.5 Etiologi
A. SKA (Sindrom Koronaria Akut)
1. Peningkatan umur
3. Dislipidemia
4. Diabetes Melitus
10
5. Merokok
6. Hipertensi
7. Obesitas
4) merokok.
B. Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran peredaran darah dari jantung ke
seluruh tubuh sampai lagi ke jantung. Kondisi yang menyebabkan
gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi hipotensi. Stenosis
(penyempitan aorta dekat katup) maupun insufisiensi yang terjadi pada
katup-katup jantung (aorta, maupun trikuspidalis) menyebabkan
menurunnya cardiak out put (COP)
C. Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju seluruh bagian tubuh.
Hal-hal yang menyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain :
anemia, hipoksemia, dan polisitemia.
Penurunan aliran darah system koronaria – menyebabkan
ketidakseimbangan antara myocardial O2 Supply dan kebutuhan jaringan
terhadap O2.
Pada penderita penyakit jantung, meningkatnya kebutuhan oksigen
tidak mampu dikompensasi, diantaranya dengan meningkatnya denyut
jantung untuk meningkatkan COP. Oleh karena itu, segala aktivitas yang
menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya
infark. Misalnya : aktivitas berlebih, emosi, makan terlalu banyak dan lain-
lain. Hipertropi miokard bisa memicu terjadinya infark karena semakin
banyak sel yang harus disuplai oksigen, sedangkan asupan oksigen
menurun akibat dari pemompaan yang tidak efektive.(Nurarif AH &
Hardhi K, 2013)
12
2.7 Patofisiologi
A. SKA (Sindrom Koronaria Akut)
cendeeung mengalami rupture jika mempunyai vibrous cap yang tipis dan
intinya kaya lipid (lipid rich core).
Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat
mengenai endokardium sampai epikardium,disebut infark
transmural.namun bisa juga hanya mengenai daerah
subendokardial,disebut infark subendokardial.Setelah 20 menit terjadinya
sumbatan,infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila
berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi infark
transmural.Kerusakan miokard ini dari endokardium ke epikardium
menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam.Meskipun nekrosis
miokard sudah komplit,proses remodeling miokard yang mengalami injury
terus berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark
meluas dan daerah non infark mengalami dilatasi.
Faktor penyebab
injuri vaskular:
Endapan lipoprotein di Endapan lipoprotein di
1. Merokok
tunika intima tunika intima
2. Hipertensi
3. Akumulasi lipid
Komplikasi:
Kelemahan miokard 1. Gagal jantung kongesti Asaam laktat mengkat
2. Perikarditis
3. Ruptur jantung
Vol akhir diastolik Nyeri dada
4. Aneurisma jantung
ventrikel kiri
5. Defek septum
ventrikel
Tekanan atrium kiri 6. Disfungsi otot papilars
7. Tromboembolisme
Tekanan vena pulmonalis
meningkat Nyeri akut Kurang informasi
2.9 Penatalaksanaan
A. SKA (Sindrom Koronaria Akut)
Klasifikasi rekomendasi tatalaksana sindrom koroner akut
a) DELAY (KETERLAMBATAN)
Pencegahan delay amat penting dalam penanganan STEMI karena
waktu paling berharga dalam infark miokard akut adalah di fase
sangat awal, di mana pasien mengalami nyeri yang hebat dan
kemungkinan mengalami henti jantung. Defibrilator harus tersedia
apabila ada pasien dengan kecurigaan infark miokard akut dan
digunakan sesegera mungkin begitu diperlukan.Selain itu,
pemberian terapi pada tahap awal, terutama terapi reperfusi, amat
bermanfaat.Jadi, delay harus diminimalisir sebisa mungkin untuk
meningkatkan luaran klinis. Selain itu delay pemberian pengobatan
merupakan salah satu indeks kualitas perawatan STEMI yang
paling mudah diukur. Setiap delay yang terjadi di sebuah rumah
sakit saat menangani pasien STEMI perlu dicatat dan diawasi
secara teratur untuk memastikan kulaitas perawatan tetap terjaga.
Beberapa komponen delay dalam penanganan STEMI
1) Delay pasien
Adalah keterlambatan yang terjadi antara awitan gejala hingga
tercapainya kontak medis pertama. Untuk meminimalisir delay
pasien, masyarakat perlu diberikan pemahaman mengenai cara
mengenal gejala-gejala umum infark miokard akut dan ditanamkan
untuk segera memanggil pertolongan darurat. Pasien dengan
riwayat PJK dan keluarganya perlu mendapatkan edukasi untuk
mengenal gejala IMA dan langkah-langkah praktis yang perlu
diambil apabila SKA terjadi.
b) Delay antara kontak medis pertama dengan diagnosis
Penilaian kualitas pelayanan yang cukup penting dalam
penanganan STEMI adalah waktu yang dibutuhkan untuk
mendapatkan hasil EKG pertama.Di rumah sakit dan sistem medis
darurat yang menangani pasien STEMI, tujuan ini sebaiknya
dicapai dalam 10 menit atau kurang.
c) Delay antara kontak medis pertama dengan terapi reperfusi
Dikenal juga sebagai delay sistem, komponen ini lebih mudah
diperbaiki melalui pengaturan organisasi dibandingkan dengan
22
2. TERAPI REPERFUSI
Terapi reperfusi segera, baik dengan IKP atau farmakologis,
diindikasikan untuk semua pasien dengan gejala yang timbul dalam 12 jam
dengan elevasi segmen ST yang menetap atau Left Bundle Branch Block
(LBBB) yang (terduga)baru.
Terapi reperfusi (sebisa mungkin berupa IKP primer) diindikasikan
apabila terdapat bukti klinis maupun EKG adanya iskemia yang sedang
berlangsung, bahkan bila gejala telah ada lebih dari 12 jam yang lalu atau
jika nyeri dan perubahan EKG tampak tersendat.
Dalam menentukan terapi reperfusi, tahap pertama adalah menentukan
ada tidaknya rumah sakit sekitar yang memiliki fasilitas IKP.Bila tidak
ada, langsung pilih terapi fibrinolitik. BIla ada, pastikan waktu tempuh
dari tempat kejadian (baik rumah sakit atau klinik) ke rumah sakit tersebut
apakah kurang atau lebih dari (2 jam). Jika membutuhkan waktu lebih dari
2 jam, reperfusi pilihan adalah fibrinolitik.Setelah fibrinolitik selesai
diberikan, jika memungkinkan pasien dapat dikirim ke pusat dengan
fasilitas IKP.
24
2) Terapi fibrinolitik
Fibrinolisis merupakan strategi reperfusi yang penting, terutama
pada tempattempat yang tidak dapat melakukan IKP pada pasien
STEMI dalam waktu yang disarankan. Terapi fibrinolitik
direkomendasikan diberikan dalam 12 jam sejak awitan gejala pada
pasien-pasien tanpa indikasi kontra apabila IKP primer tidak bisa
26
3) Koterapi antikogulan
a) Pasien yang mendapat terapi reperfusi fibrinolisis, sebaiknya
diberikanterapi antikoagulan selama minimum 48 jam (Kelas II-
C) dan lebih baikselama rawat inap, hingga maksimum 8 hari
(dianjurkan regimen nonUFH bila lama terapi lebih dari 48 jam
31
B. Komplikasi kardiak
Usia lanjut, gejala Killip II-IV, penyakit 3 pembuluh, infark dinding
anterior, iskemia berkepanjangan atau berkurangnya aliran TIMI merupakan
factor risiko terjadi komplikasi kardiak. Beberapa komplikasi mekanis dapat
terjadi secara akut dalam beberapa hari setelah STEMI, meskipun insidensinya
belakangan berkurang dengan meningkatnya pemberian terapi reperfusi yang
segera dan efektif.Semua komplikasi ini mengancam nyawa dan memerlukan
deteksi dan penanganan secepat mungkin. Pemeriksaan klinis berulang
(minimal dua kali sehari) dapat menangkap murmur jantung baru, yang
menunjukkan regurgitasi mitral atau defek septum ventrikel, yang kemudian
perlu dikonfirmasi dengan ekokardiografi segera. CABG secara umum perlu
dilakukan apabila pantas saat operasi pada pasien yang memerlukan operasi
darurat untuk komplikasi mekanis yang berat.
1) Regurgitasi katup mitral
Regurgitasi katup mitral dapat terjadi selama fase subakut akibat
dilatasi ventrikel kiri, gangguan m. Papilaris, atau pecahnya ujung m.
Papilaris atau chordae tendinae.Keadaan ini biasanya ditandai dengan
perburukan hemodinamis dengan dispnea akut, kongesti paru dan murmur
sistolik baru, yang biasanya tidak terlalu diperhatikan dalam konteks
ini.Diagnosis ini dicurigai dengan pemeriksaan klinis dan perlu segera
dikonfirmasi dengan ekokardiografi darurat.Edema paru dan syok
kardiogenik dapat terjadi dengan cepat.
2) Ruptur jantung
Ruptur dinding bebas ventrikel kiri dapat terjadi pada fase subakut
setelah infark transmural, dan muncul sebagai nyeri tiba-tiba dan kolaps
kardiovaskular dengan disosiasi elektromekanis. Hemoperikardium dan
tamponade jantung kemudian akan terjadi secara cepat dan bersifat fatal.
Diagnosis dikonfirmasi dengan ekokardiografi.Apabila tersumbat oleh
formasi trombus, ruptur dinding subakut yang terdeteksi dengan cepat
dapat dilakukan perikardiosentesis dan operasi segera.
3) Ruptur septum ventrikel
Ruptur septum ventrikel biasanya ditandai perburukan klinis yang
terjadi dengan cepat dengan gagal jantung akut dan mumur sistolik yang
43
Pemeriksaan Fisik
B1(Breathing) : dispneu (+), diberikan O2 tambahan
B2 (Blood) : suara jantung murmur (+), chest pain (+), crt 2 dtk, akral
dingin
B3 (Brain) : pupil isokor, reflek cahaya (+), reflek fisiologis (+)
B4(Bladder) : oliguri
B5 (Bowel) : penurunan nafsu makan, mual (-), muntah (-)
B6 (Bone) : tidak ada masalah
1. Intervensi Keperawatan
Masalah Keperawatan Intervensi
1. Nyeri dada b.d. 1. Anjurkan klien untuk istirahat
penurunan suplay (R: istirahat akan memberikan ketenangan
oksigen ke miokard sebagai salah satu relaksasi klien sehingga
sekunder terhadap IMA rasa nyeri yang dirasakan berkurang, selain
itu dengan beristirahat akan mengurangi O2
Tujuan : demand sehingga jantung tidak berkontraksi
Klien dapat beradaptasi melebihi kemampuannya)
dengan nyeri setelah mendapat 2. Rehabilitasi klien
perawatan 1x24 jam 3. Atur manajemen aktivitas mobilisasi klien
Nyeri berkurang setelah dengan perlahan secara bertahap dan amati
intervensi selama 10 menit respon klien:
d. Anjurkan klien untuk miring kanan kiri
Kriteria hasil : e. Anjurkan klien untuk duduk
a. Skala nyeri berkurang f. Anjurkan klien untuk berdiri
b. Klien mengatakan keluhan g. Anjurkan klien untuk berjalan dengan
nyeri berkurang tes 6 menit
c. Klien tampak lebih tenang 4. Motivasi teknik relaksasi nafas dalam
(R: relaksasi napas dalam adalah salah satu
teknik relaks dan distraksi, kondisi relaks
akan menstimulus hormon endorfin yang
memicu mood ketenangan bagi klien)
5. Kolaborasi analgesik ASA 1 x 100 mg
(R: Analgesik akan mengeblok
nosireseptor, sehingga respon nyeri klien
berkurang)
6. Evaluasi perubahan klien: Nadi, TD, RR,
skala nyeri, dan klinis
(R: mengevaluasi terapi yang sudah
diberikan
Masalah Keperawatan Intervensi
2. Penurunan curah jantung 1. Berikan posisi kepala (> tinggi dari
49
4. Evaluasi
Dx 1 :nyeri berkurang/ hilang
Dx 2 :tidak terjadi penurunan curah jantung
Dx 3 :Terjadi keseimbangan elektrolit
BAB III
3.1 Kesimpulan
Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu masalah
kardiovaskular yang utama karena menyebabkan angka perawatan
rumah sakit dan angka kematian yang tinggi. ST elevation myocardial
infarction (STEMI) merupakan salah satu spektrum sindroma koroner
akut yang paling berat. Infark miokard dengan elevasi segmen ST akut
(STEMI) merupakan indicator kejadian oklusi total pembuluh darah
arteri koroner. Keadaan ini memerlukan tindakan revaskularisasi untuk
mengembalikan aliran darah dan reperfusi miokard secepatnya; secara
medikamentosa menggunakan agen fibrinolitik atau secara mekanis,
intervensi koroner perkutan primer. Boudi and Ali (2008)
mengklasifikasikan faktor resiko PJK menjadi : faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi yaitu : umur, jenis kelamin, dan riwayat
keluarga sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi yaitu:
merokok, hipertensi, diabetes melitus, obesitas, hiperkolesterolemia,
diet tinggi lemak jenuh, dan faktor hemostatik.
Penatalaksanaan STEMI dimulai sejak kontak medis pertama, baik
untuk diagnosis dan pengobatan. Yang dimaksud dengan kontak medis
pertama adalah saat pasien pertama diperiksa oleh paramedis, dokter
atau pekerja kesehatan lain sebelum tiba di rumah sakit, atau saat
pasien tiba di unit gawat darurat, sehingga seringkali terjadi dalam
situasi rawat jalan`
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca akan mengerti
pentingnya kesehatan jantung, maka dari untuk memperhatikan betul
tentang pola hidup yang baik.
51
Daftar Pustaka
Libby P, Bonow RO, Mann DL, Zipes DP. 2008. Braunwald’s Heart Disease : A
textbook of Cardiovascular Medicine. Philadephia: Elsevier.
Myrtha R. 2011. Perubahan Gambaran EKG pada Sindrom Koroner Akut (SKA).
CDK 188; 38 (7): 541-542.
Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. 2007.Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta:
EGC.
53
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing.