Anda di halaman 1dari 5

Delirium

Delirium adalah suatu sindrom yang mencakup gangguan kesadaran yang disertai
dengan perubahan kognisi. Delirium biasanya terjadi dalam waktu singkat, kadang-kadang
tidak lebih dari beberapa jam, berfluktuasi atau berubah sepanjang hari. Klien sulit
memberikan perhatian mudah terdistraksi dan dapat mengalami gangguan sensori, seperti
ilusi, salah interpretasi, atau halusinasi. Kira-kira 10%-15% individu yang berada di rumah
sakit karea kondisi medis umum mengalami delirium pada waktu tertentu. Delirium bisa
terjadi pada klien lansia yang sakit akut. Kira-kira 30%-50% klien geriatri yang sakit akut
menjadi delirium pada suatu waktu selama dirawat di rumah sakit. Faktor resiko untuk
perkembangan delirium mencakupp peningkatan keparahan penyakit fisik, usia tua, dan
kerusakan kognitif dasar (misalnya seperti terlihat pada demensia; Cainne & Lyness, 2000)

Penyebab

Delirium hampir selalu diakibatkan oleh gangguan atau penyakit fisiologis,


metabolik, atau serebral yang dapat diidentifikasi intoksikasi obat, atau putus obat. Delirium
sering kali diakibatkan oleh penyebab multiple yang memerlukan pemeriksaan laboratorium
untuk menentukan penyebab yang tepat.

Pertimbangan Budaya

Individu dari latarbelakang budaya yang berbeda mungkin tidak mengetahui


informasi yang diminta untuk mengkaji memori seperti nama mantan presiden Amerika
Serikat. Orientasi, seperti penempatan dan tempat, dapat dianggap berbeda pada budaya lain,
dan kgagalan dalam mengetahui informasi ini tidak boelh disalah artikan sebagai disorientasi
(DSM-IV-TR, 2000).

Therapi dan kognosis

Terapi utama untuk delirium adalah mengidentifikasi dan mengatasi setiap kondisi
medis penyebab atau yang berperan delirium hampir selalu merupakan kondisi sementara
yang sungguh apabila penyebab yang mendasarinya berhasi di atasi. Akan tetapi,bebrapa
penyebab delirium,seperti cidera kepala atu ensefalitis,dapat menyebabkan klien mengalami
gangguan kognitif, perilaku,atau emosional,bahkan setelah penyebab yang mendasarinya di
atasi.
Psikofarmakologi

Klien yang mengalami delirium hipoaktif dan tenang tidak memerlukan terapi
farmakologi yang spesifik,kecuali yang diindikasi berat untuk kondisi kausatif.

Terapi medis lain

Ketika penyebab yang mendasari delirium di atasi dengan klien juga dapat
memrlukan tindakan fisik pendukung lain.asupan makanan dan cairan yang adekuat akan
mempercepat penyembuhan.gejala delirium

Gejala Delirium :

1. Sulit memberikan perhatian


2. Mudah terdistraksi
3. Disorientasi
4. Dapat mengalami gangguan sensori seperti ilusi, salah interpretasi, atau halusinasi
5. Dapat mengalami gangguan siklus tidur-bangun
6. Perunbahan aktivitas psikomotor
7. Dapat mengalami ansietas, takut, intabilitas, euforia, atau apati

APLIKASI PROSES KEPERAWATAN :

DELIRIUM

Tujuan terapi untuk klien delirium adalah mengidentifikasi dan mengatasi penyebab
yang mendasari delirium. Fokus ashuna keperawatan adalah memenuhi kebutuhan fisiologis
dan psikologis klien serta mempertahankan keamanannya. Perilaku, mood, dan tingkat
kesadaran klien dapat berfluktuasi dengan cepat sepanjang hari. Oleh karena itu peawat harus
mengkaji klien secara kontinu untuk mengenali perubahan-perubahan ini dan merencanakan
asuhan keperawatan yang sesuai.

Pengkajian

Riwayat

Karena penyebab delirium sering terkait dengan penyakit medis, alkohol, atau obat
lain, perawat perlu mendapatkan riwayat keseluruhan area ini. Perawat mungkin perlu
mendapatkan informasi dari anggota keluarga jika kemampuan klien untuk memberikan data
yang akurat terganggu.

Informasi tentang obat-obatan harus mencakup obat yang diresepkan, alkohol, obat
terlarang, dan obat bebas.

Obat-obatan yang menyebabkan delirium :

1. Antikonvulsan
2. Antikolinergik
3. Antidepresan
4. Antihistamin
5. Antipsikotik
6. Aspirin
7. Barbiturat
8. Benzodiazepam
9. Glikosida jantung
10. Simetidin
11. Agens hipoglikemik
12. Insulin
13. Narkotik
14. Propanolol
15. Reserpin
16. Diuretik

Penampilan Umum dan Perilaku Motorik

Klien delirium sering mengalami gangguan perilaku psikomotor. Klien mungkin


gelisah dan hiperaktif, sering menarik-narikseprai atau berupaya bangun dari tempat tidur
secara mendadak dan tidak terkoordinasi. Sebaliknya, klien dapat mengalami perilaku
motorik yang lambat, tampak lesu dan letargi dengan sedikit gerakan.

Bicara juga dapat dipengaruhi, yaitu menjadi kurang koheren dan lebih sulit
dimengerti ketika delirium memburuk. Klien dapat mengulang-ulang satu topik atau bahasan,
berbicara melantur dan sulit untuk diikuti, atau mengalami logorea yang cepat, terpaksa, dan
biasanya lebih keras dari normal. Kadang-kadang klien dapat berteriak atau menjerit,
terutama pada malam hari (Burney-Puckett, 1996 dalam .............)

Mood dan Afek

Klien delirium sering mengalami perubahan mood yang epat dan tidak dapat
diperkirakan. Rentang respon emosional yang luas mungkin terjadi, seperti ansietas, takut,
iritabilitas, marah, euforia, dan apati. Perubahan emosi ini biasanya tidak terkait dengan
lingkungan klien. Ketika klien merasa sangat takut dan merasa terancam, klien mungkin
melawan untuk melindungi dirinya dari bahaya yang dirasakan.

Proses dan Isi Pikir

Meskipun klien delirium mengalami perubahan kognisi, sulit bagi perawat untuk
mengkaji perubahan ini secara akurat dan menyeluruh. Ketidakmampuan klien secara nyata
untuk mempertahankan perhatian menyebabkan kesulitan dalam mengkaji proses dan isi pikir
klien. Isi pikir klien sering tidak terkait dengan situasi, atau bicaranya tidak logis dan sulit
dimengerti.perawat dapat menanyakan bagaimana perasaan klien dan klien akan bergumam
tentang cuaca. Proses pikir sering mengalami disorganisasi dan tidak masuk akal. Pikiran
juga dapat terpecah. Klien juga dapat memperlihatkan pikiran waham yang meyakini bahwa
perubahan persepsi sensorinya adalah nyata.

Sensorium dan Proses Intelektual

Tanda utama delirium dan sering kali tanda awal delirium adalah peubahan tingkat
kesadaran yang jarang stabil dan biasanya berfluktuasi sepanjang hari. Klien biasanya
terorientasi pada orang, tetapi seringkali terdisorientasi terhadapwaktu dan tempat. Klien
menunjukkan penurunan kesadaran terhadap lingkungan atau situasi dan dapat berfokus pada
stimulus yang tidak berkaitan, seperi warna seprai atau ruangan. Klien jga mudah terdistraksi
oleh uara, orang, atau mispersepsi sensorinya.

Klien tidak dapat memfokuskan, mempertahankan, atau mengubah perhatiannya


secara efektif dan terdapat kerusakan memori baru.sehingga perawat harus menanyakan atau
memberikan penjelasan secara berulang-ulang.
Klien sering mengalami salah interpretasi, ilusi, dan halusinasi. Mispersepsi dan
ilusi, keduanya berdasarkan pada beberapa stimulus aktual di lingkungan. Klien mungkin
mendengar suara bantingan benda dan menginterpretasikannya sebagai suara tembakan, atau
klien melihat perawat membawa kantong intravena dan beranggapan jika perawat akan
menyerangnya. Contoh ilusi yang umum mencakup......

Anda mungkin juga menyukai