Anda di halaman 1dari 19

LEMBAR EVALUASI

PELATIH EKSKUL PALANG MERAH REMAJA


(Tahun Ajaran 2016/ 2017)
1. Bagaimana pelatih ekskul PMR menurut penilaian anda?

Baik Cukup Kurang


Mengapa ?
.....................................................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………….

2. Isilah kolom dengan tanda (  ) pada kolom yang tersedia


No. Penilaian Pelatih Baik Cukup Kurang
1. Prosentase Kehadiran
2. Penguasaan Materi (Pengetahuan)
3. Sikap (Tingkah Laku)
4. Keterampilan
5. Kedisiplinan
Saran untuk pelatih :
.....................................................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………….

3. Bagaimana penerimaan siswa terhadap pelatih menurut pengamatan anda ?

Baik Cukup Kurang


Mengapa ?
.....................................................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………….

4. Bagaimana dengan fasilitas yang disediakan oleh sekolah untuk ekskul PMR menurut anda ?

Baik Cukup Kurang


Mengapa ?
.....................................................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………….

5. Apakah sekolah memerlukan refresh pelatih menurut anda ?

Ya Tidak
Mengapa ?
.....................................................................................................................................................................
…………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………….

…………….., ……………………………
Mengetahui, Pembina Palang Merah Remaja
Kepala Sekolah Unit Sekolah ……………………………..

…………………………………………. ……………………………………
FUNGSI TOMBOL PADA KEYBOARD

Ctrl + A : Select All


Ctrl + B : Bold
Ctrl + C : Copy
Ctrl + D : Font
Ctrl + E : Center Alignment
Ctrl + F : Find
Ctrl + G : Go To
Ctrl + H : Replace
Ctrl + I : Italic
Ctrl + J : Justify Alignment
Ctrl + K : Insert Hyperlink
Ctrl + L : Left Alignment
Ctrl + M : Incrase Indent
Ctrl + N : New
Ctrl + O : Open
Ctrl + P : Print
Ctrl + Q : Normal Style
Ctrl + R : Right Alignment
Ctrl + S : Save / Save As
Ctrl + T : Hanging Indent
Ctrl + U : Underline
Ctrl + V : Paste
Ctrl + W : Close
Ctrl + X : Cut
Ctrl + Y : Redo
Ctrl + Z : Undo
Ctrl + 1 : Single Spacing
Ctrl + 2 : Double Spacing
Ctrl + 5 : 1,5 lines
Ctrl + Esc : Start Menu
F1 : Menjalankan fungsi pertolongan yang disediakan pada Word
F2 : Megubah nama suatu file/folder
F3 : Menjalankan perintah AutoText
F4 : Mengulangi perintah sebelumnya
F5 : Menjalankan perintah Find and Replace atau Goto
F6 : Menjalankan Perintah Other Pane
F7 : Memeriksaan kesalahan ketik dan ejaan teks (spelling)
F8 : Awal perintah penyorotan/pemilihan teks atau objek
F9 : Mengupdate Field (Mail Merge)
F10 : Mengaktifkan Menu
F11 : Memasukkan field berikutnya (Mail Merge)
F12 : Mengaktifkan dialog Save As
Esc : Membatalkan dialog / perintah
Enter : Melaksanakan pilihan atau mengakhiri suatu paragraf
Tab : Memindahkan teks sesuai dengan tanda tab yang ada pada ruler horizontal
Windows : Mengktifkan Menu Start
Shortcut : Mengaktifkan shortcut pada posisi kursor
Delete : Menghapus 1 karakter di sebelah kanan kursor
Backspace : Menghapus 1 karakter di sebelah kiri kursor
Insert : Menyisip karakter di posisi kursor
Home : Memindahkan posisi kursor ke awal baris
End : Memindahkan posisi kursor ke akhir baris
Page Up : Menggulung layar ke atas
Page Down : Menggulung layar ke bawah
Up : Memindahkan kursor 1 baris ke atas
Down : Memindahkan kursor 1 baris ke bawah
Left : Memindahkan kursor 1 karakter ke kiri
Right : Memindahkan kursor 1 karakter ke kanan
Num Lock On : Fungsi pengetikan angka-angka dan operator matematik aktif
Num Lock Off : Fungsi tombol navigasi aktif
Shift + F10 : Membuka menu pintas, sama seperti mengklik kanan
Alt : Penekanan tombol yang tidak dikombinasikan dengan tombol lain hanya
berfungsi untuk mengaktifkan atau memulai penggunaan menu bar
Shift + Delete : Menghapus item yang dipilih secara permanen tanpa menempatkan item
dalam Recycle Bin
Ctrl + Right Arrow : Memindahkan titik penyisipan ke awal kata berikutnya
Ctrl + Left Arrow : Memindahkan titik penyisipan ke awal kata sebelumnya
Ctrl + Down Arrow : Memindahkan titik penyisipan ke awal paragraf berikutnya
Ctrl + Up Arrow : Memindahkan titik penyisipan ke awal paragraf sebelumnya
Alt + F4 : Menutup item aktif, atau keluar dari program aktif
Alt + Enter : Menampilkan properti dari objek yang dipilih
Alt + Spacebar : Buka menu shortcut untuk jendela aktif
Ctrl + F4 : Close dokumen aktif dalam program-program yang memungkinkan Anda
untuk memiliki beberapa dokumen yang terbuka secara bersamaan
Alt + Tab : Switch antara item yang terbuka
Alt + Esc : Cycle melalui item dalam urutan yang telah dibuka
Ctrl + Shift + Tab : Bergerak mundur melalui tab
Shift + Tab : Bergerak mundur melalui pilihan

Versi 2 :
• CTRL + C (Copy)
• CTRL+X (Cut) CTRL + X (Cut)
• CTRL+V (Paste) CTRL + V (Paste)
• CTRL+Z (Undo) CTRL + Z (Undo)
• DELETE (Hapus)
• SHIFT+DELETE (Menghapus item yang dipilih secara permanen tanpa menempatkan item dalam Recycle Bin)
• CTRL sambil menyeret (men-drag) sebuah item (Menyalin item yang dipilih)
• CTRL + SHIFT sambil menyeret item (Buat cara pintas ke item yang dipilih)
• Tombol F2 (Ubah nama item yang dipilih)
• CTRL + RIGHT ARROW (Memindahkan titik penyisipan (kursor) ke awal kata berikutnya)
• CTRL + LEFT ARROW (Memindahkan titik penyisipan (kursor) ke awal kata sebelumnya)
• CTRL + DOWN ARROW (Memindahkan titik penyisipan (kursor) ke awal paragraf berikutnya)
• CTRL + UP ARROW (Memindahkan titik penyisipan (kursor) ke awal paragraf sebelumnya)
• CTRL + SHIFT dengan salah satu ARROW KEY (Sorot blok teks)
• SHIFT dengan salah satu ARROW KEY (Pilih lebih dari satu item dalam sebuah jendela atau pada desktop, atau pilih teks dalam dokumen)
• CTRL + A (Pilih semua)
• Tombol F3 (Mencari sebuah file atau folder)
• ALT + ENTER (Melihat properti untuk item yang dipilih)
• ALT + F4 (Menutup item aktif, atau keluar dari program aktif)
• ALT + ENTER (Menampilkan properti dari objek yang dipilih)
• ALT + SPACEBAR (Buka menu shortcut untuk jendela aktif)
• CTRL + F4 (Menutup dokumen aktif dalam program-program yang memungkinkan Anda untuk memiliki beberapa dokumen yang terbuka secara bersamaan)
• ALT + TAB (Beralih antara item yang terbuka)
• ALT + ESC (Cycle melalui item dalam urutan yang telah dibuka)
• Tombol F6 (Siklus melalui elemen-elemen layar dalam jendela atau pada desktop)
• Tombol F4 (Menampilkan Address bar list di My Computer atau Windows Explorer)
• SHIFT + F10 (Menampilkan menu shortcut untuk item yang dipilih)
• ALT + SPACEBAR (Tampilan menu Sistem untuk jendela aktif)
• CTRL + ESC (Menampilkan menu Start)
• ALT + huruf digarisbawahi dalam nama menu (Menampilkan menu yang sesuai)
• Surat digarisbawahi dalam nama perintah pada menu yang terbuka (Lakukan perintah yang sesuai)
• Tombol F10 (Aktifkan menu bar dalam program aktif)
• ARROW (Buka menu berikutnya ke kanan, atau membuka submenu)
• LEFT ARROW (Buka menu sebelah kiri, atau menutup submenu)
• Tombol F5 (Memperbarui jendela aktif atau merefresh)
• BACKSPACE (Melihat folder satu level ke atas di My Computer atau Windows Explorer)
• ESC (Membatalkan tugas sekarang)
• SHIFT ketika Anda memasukkan CD-ROM ke dalam CD-ROM (Mencegah CD-ROM secara otomatis bermain/autoplay)
Keyboard Shortcuts Dialog Box
• CTRL + TAB (Move forward melalui tab)
• CTRL + SHIFT + TAB (Bergerak mundur melalui tab)
• TAB (Move forward melalui pilihan)
• SHIFT + TAB (Bergerak mundur melalui pilihan)
• ALT + huruf yang digarisbawahi (Lakukan perintah yang sesuai atau pilih opsi yang sesuai)
• ENTER (Lakukan perintah untuk opsi atau tombol aktif)
• SPACEBAR (Pilih atau menghapus kotak centang jika pilihan yang aktif adalah check box)
• Arrow tombols Panah (Pilih sebuah tombol jika pilihan aktif adalah group tombol pilihan)
• Tombol F1 (Menampilkan Help)
• Tombol F4 (Menampilkan item dalam daftar aktif)
• BACKSPACE (Membuka folder satu tingkat ke atas jika folder dipilih dalam Simpan Sebagai atau Buka kotak dialog)
Microsoft Natural Tombolboard Shortcuts Microsoft Natural Tombolboard Shortcuts
• Windows Logo (Menampilkan atau menyembunyikan menu Start)
• Logo Windows + BREAK (Menampilkan System Properties dialog box)
• Logo Windows + D (Menampilkan the desktop)
• Logo Windows + M (Meminimalkan semua jendela)
• Logo Windows + SHIFT + M (Memulihkan jendela yang diminimalkan)
• Logo Windows + E (Membuka My Computer)
• Logo Windows + F (Mencari for a file atau folder)
• CTRL + Windows Logo + F (Mencari for komputer)
• Logo Windows + F1 (Menampilkan Windows Help)
• Logo Windows + L (Mengunci keyboard)
• Logo Windows + R (Membuka kotak dialog Run)
• Logo Windows + U (Membuka Utility Manager)
Accessibility Tombol board Shortcuts
• Right SHIFT selama delapan detik (Beralih FilterTombols on atau off)
• LEFT ALT + LEFT SHIFT + PRINT SCREEN (Beralih High Contrast on atau off)
• LEFT ALT + LEFT SHIFT + NUM LOCK (Mengaktifkan MouseTombols on atau off)
• SHIFT lima kali (Mengaktifkan StickyTombols on atau off)
• NUM LOCK selama lima detik (Mengaktifkan ToggleTombols on atau off)
• Logo Windows + U (Membuka Utility Manager)
Windows Explorer Tombolboard Shortcuts
• END (Menampilkan bagian bawah jendela aktif)
• HOME (Menampilkan bagian atas jendela aktif)
• NUM LOCK + Asterisk sign (*) (Tampilkan semua subfolder yang berada di bawah folder yang dipilih)
• NUM LOCK + Plus sign (+) (Menampilkan isi dari folder yang dipilih)
• NUM LOCK + Minus sign (-) (Collapse folder yang dipilih)
• LEFT ARROW (Collapse pilihan saat ini jika diperluas, atau pilih folder utama)
• RIGHT ARROW (Menampilkan pilihan saat ini, atau pilih subfolder pertama)
Shortcut Tombols for Character Map Tombol pintas untuk Peta Karakter
• Setelah Anda klik dua kali pada grid karakter karakter, Anda dapat bergerak melalui grid dengan menggunakan cara pintas tombolboard:
• RIGHT ARROW (Pindah ke kanan atau ke awal baris berikutnya)
• LEFT ARROW (Pindah ke kiri atau ke akhir baris sebelumnya)
• UP ARROW (Pindah ke atas satu baris)
• DOWN ARROW (Pindah ke bawah satu baris)
• PAGE UP (Pindah ke atas satu layar pada satu waktu)
• DOWN (Pindah ke bawah satu layar pada satu waktu)
• HOME (Pindah ke awal baris)
• END (Pindah ke akhir baris)
• CTRL + HOME (Pindah ke karakter pertama)
• CTRL + END (Pindah ke karakter terakhir)
• SPACEBAR (Beralih antara yang lebih besar dan Normal ketika seorang karakter yang dipilih)
Microsoft Management Console (MMC) Main Window Tombol board Shortcuts
• CTRL + O (Open yang disimpan konsol)
• CTRL + N (Buka konsol baru)
• CTRL + S (Save the open console)
• CTRL + M (Menambah atau menghapus item konsol)
• CTRL + W (Buka jendela baru)
• F5 tombol (Update konten dari semua jendela konsol)
• ALT + SPACEBAR (Menampilkan menu jendela MMC)
• ALT + F4 (Close the console)
• ALT + A (Menampilkan the Action menu)
• ALT + V (Menampilkan the View menu)
• ALT + F (Menampilkan the File menu)
• ALT + O (Menampilkan the Favorites menu)
Konsol MMC Window Tombolboard Shortcuts
• CTRL + P (Mencetak halaman aktif atau aktif pane)
• ALT + tanda Minus (-) (Menampilkan menu jendela jendela konsol yang aktif)
• SHIFT + F10 (Menampilkan the Action menu shortcut untuk item yang dipilih)
• Tombol F1 (Membuka topik Bantuan, jika ada, untuk item yang dipilih)
• Tombol F5 (Update konten dari semua jendela konsol)
• CTRL + F10 (Memaksimalkan jendela konsol yang aktif)
• CTRL + F5 (Memulihkan jendela konsol yang aktif)
• ALT + ENTER (Menampilkan kotak dialog Properties, jika ada, untuk item yang dipilih)
• Tombol F2 (Ubah nama item yang dipilih)
• CTRL + F4 (Close jendela konsol yang aktif. Ketika sebuah konsol hanya memiliki satu jendela konsol, jalan pintas ini akan menutup konsol)
Remote Desktop Connection Navigation
• CTRL+ALT+END (Open the m*cro$oft Windows NT Security dialog box
• ALT + PAGE UP (Beralih antara program dari kiri ke kanan)
• ALT + PAGE DOWN (Beralih antara program dari kanan ke kiri)
• ALT + INSERT (Cycle melalui program-program yang terakhir digunakan)
• ALT + HOME (Menampilkan menu Start)
• CTRL + ALT + BREAK (Beralih komputer klien antara jendela dan layar penuh)
• ALT+DELETE (Menampilkan the Windows menu) ALT + DELETE (Menampilkan the Windows menu)
• CTRL + ALT + Minus sign (-) (Membuat snapshot dari jendela aktif klien pada clipboard server Terminal dan menyediakan fungsi yang sama dengan menekan
PRINT SCREEN pada komputer lokal.)
• CTRL + ALT + Plus sign (+) (Membuat snapshot dari seluruh area jendela klien pada clipboard server Terminal dan menyediakan fungsi yang sama dengan
menekan ALT + PRINT SCREEN pada komputer lokal.)
Internet Explorer navigation Internet Explorer navigasi
• CTRL + B (Membuka kotak dialog Atur Favorit)
• CTRL + E (Open the select bar)
• CTRL + F (Start the Find utility)
• CTRL + H (Open the History bar)
• CTRL + I (Open the Favorites bar)
• CTRL + L (Buka kotak dialog Open)
• CTRL + N (Start contoh lain dari browser dengan alamat Web yang sama)
• CTRL + O (Membuka kotak dialog Buka, sama seperti CTRL + L)
• CTRL + P (Membuka kotak dialog Print)
• CTRL + R (Memperbarui halaman Web ini)
• CTRL + W (Close jendela aktif)
•PRIN SCRN + printer aktif (Mencetak snapshot/ jendela keseluruhan)
•ALT + PRINT SCRN + PINTER AKTIF ( Mencetak Windows Aktif)

•SHIFT + F3 (1x) (Huruf depan Kapital)


•SHIFT + F3 (2x) (Semua Huruf kapital/besar)
•SHIFT + F3 (3x) (Semua huruf kecil)
Alasan Mengapa PMI tidak menggunakan lambang selain Palang Merah ?
Pemerintah Republik Indonesia dengan resmi membentuk Palang Merah Indonesia (PMI) pada 17 September 1945 dan mengesahkannya melalui
Keputusan Presiden RIS Nomor 25 Tahun 1950 sebagai lembaga pendukung pemerintah (Auxiliary to the Government) untuk menyediakan
berbagai pelayanan kemanusiaan seperti bantuan korban bencana, pelayanan sosial dan kesehatan masyarakat, pengelolaan darah, pembinaan
generasi muda dan diseminasi Hukum Perikemanusiaan Internasional sesuai ketentuan Konvensi Jenewa Tahun 1949. Pun pada situasi konflik
bersenjata, jika diperlukan, PMI dapat mendukung pelayanan kesehatan (Dinas Kesehatan) TNI dengan tunduk pada ketentuan hukum militer.
Karena itu, lambang pelindung yang dipakai oleh PMI harus sama dengan lambang yang digunakan oleh Dinas Kesehatan TNI. Dengan
mengakui keberadaan PMI dan diperkuat legalitasnya melalui Keputusan Presiden RI Nomor 246 Tahun 1963, maka secara tegas pemerintah
hanya mengesahkan menurut hukum nasional satu-satunya Perhimpunan Nasional dengan mengunakan satu lambang yang sama digunakan oleh
Dinas Kesehatan TNI. Artinya, saat Dinas Kesehatan TNI akan mengganti lambang mengunakan lambang Bulan Sabit Merah, maka PMI tentu
saja langsung mengganti nama dan lambang menjadi Bulan Sabit Merah Indonesia. Indonesia pun telah meratifikasi Konvensi Jenewa 1949
tentang Perlindungan Korban Perang (International Conventions for the Protection of Victims of War) menjadi Undang-Undang Nomor 59
Tahun 1958 (UU No 59 Tahun 1958), dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Penguasa Perang Perang Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 tentang
Pemakaian/Penggunaan Tanda-tanda dan Kata-kata Palang Merah, serta Keputusan Menteri Pertahanan Nomor: KEP/02/M/II/2002 tentang
Penerapan Hukum Humaniter dan Hukum Hak Azasi Manusia Dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Namun selama kurun waktu
pendirian PMI hingga tahun 2016 ini, berlakunya UU No 59 Tahun 1958 dan beberapa (termasuk dua) aturan pelengkap diatas, baik pemerintah
maupun masyarakatnya telah gagal melindungi dan menghormati lambang-lambang kemanusiaan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional, karena tidak diikuti dengan penguatan pencegahan penyalahgunaan lambang-lambang kemanusiaan Gerakan melalui peraturan
hukum yang kuat, tegas, mengikat, keras dengan sanksi pidananya. Kini 70 tahun sejak PMI dibentuk dan didirikan serta terus berkiprah dalam
pelayanan bantuan kemanusiaan di tanah air, tapi penyalahgunaan lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah masih terus terjadi di negeri
ini, tanpa sedikit pun tindakan untuk menertibkannya bahkan meniadakan. Kian hari, frekuensi tindakan penyalahgunaan kedua lambang itu
semakin tinggi, karena itulah kebutuhan hukum (solusi yuridis) sangat penting dan mendesak diadakan. Misalnya, pada 7 Mei 2002 berdiri
sebuah Yayasan yang kemudian diberi nama Yayasan Bulan Sabit Merah Indonesia (Yayasan BSMI). Tokoh-tokoh pendirinya termasuk “orang-
orang penting” di republik ini seperti paramedis, dokter, aktivis, akademisi, politisi (negarawan). Namun, kehadiran Yayasan BSMI tentu bisa
dibilang tidak lazim di negara hukum ini, karena selain tidak mematuhi UU No 59 Tahun 1958, Keppres RIS No 25 Tahun 1950, Keppres RI No
246 Tahun 1963, Peraturan Penguasa Perang Tertinggi No 1 Tahun 1962, Keputusan Menteri Pertahanan Nomor Kep/02/M/II/2002, Yayasan
BSMI juga keliru mengklaim Bulan Sabit Merah dengan konotasi dan identitas agama, dan salah menafsir jika hanya mau bekerjasama dengan
“Gerakan Bulan Sabit Merah Internasional” karena Komponen Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional hanya ada 3 (tiga)
yaitu: 1. Komite Internasional Palang Merah atau disingkat ICRC, 2. Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah atau disingkat
IFRC, dan 3. Perhimpunan Nasional Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, disingkat Perhimpunan Nasional (PN). Jelas sampai kapan pun
Yayasan BSMI terus bersikukuh, klaim tersebut tak akan pernah bisa diakui dan diterima oleh semua Komponen Gerakan Palang Merah dan
Bulan Sabit Merah Internasional. Pada 16 Februari 2016 lalu, sebuah petisi online muncul di situs web “www.change.org”, ia dibuat untuk
meminta dukungan tanda tangan netters dengan judul: “Dukung Bulan Sabit Merah Indonesia sejajar dengan PMI”. Tentu agar tak ada lagi
kekeliruan berpikir seperti sang pembuat petisi online ini, dan atau kesalahan menggunakan nama dan lambang Bulan Sabit Merah oleh Yayasan
BSMI dapat segera dikoreksi atau dibenahi, dan agar Yayasan BSMI memiliki pemahaman yang semakin baik dengan segera mengganti nama
dan tidak lagi mengunakan lambang Bulan Sabit Merah yang telah terlanjur dipakainya. Dan untuk dikemudian hari tindakan-tindakan
penyalahgunaan lambang Bulan Sabit Merah dapat di redusir bahkan ditiadakan dari orang atau badan hukum lain yang tidak berhak atau tidak
berkepentingan, maka berikut ini kami kemukakan “Sepuluh Alasan Mengapa Orang atau Badan Hukum Seperti Yayasan BSMI Tidak Berhak
Menggunakan Nama dan Lambang Bulan Sabit Merah”, sebagai berikut: PERTAMA, Indonesia sudah lama memberlakukan UU No 59 Tahun
1958 tentang ikut sertanya Negara Republik Indonesia dalam keempat Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949. UU No 59 tahun 1958
mengatur mengenai penggunaan lambang Palang Merah, Bulan Sabit Merah. wajib menjadi ketaatan hukum, moral Dan politik bagi semua
komponen masyarakat Indonesia untuk menghormati UU No 59 tahun 1958 itu tanpa kecuali. Indonesia telah menjadi peserta (pihak) dari
Konvensi Jenewa Tahun 1949 dengan cara aksesi berdasarkan UU No 59 Tahun 1958 tentang Ikut Sertanya Negara Republik Indonesia Dalam
Ke-empat Konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949. Keempat Konvensi itu: Konvensi Jenewa untuk Perbaikan Keadaan yang Luka dan Sakit
dalam Angkatan Bersenjata di Medan Pertempuran Darat (Geneva Convention for the Amelioration of the Condition of the Wounded and Sick in
Armed Forces in the Field, of August 12, 1949). Konvensi Jenewa untuk Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata di Laut yang Luka,
Sakit dan Korban Karam (Geneva Convention for the Amelioration of the Condition of the Wounded, Sick and Shipwrecked Members of Armed
Forces at Sea, of August 12, 1949). Konvensi Jenewa mengenai Perlakuan Tawanan Perang (Geneva Convention relative to the Treatment of
Prisoners of War, of August 12, 1949). Konvensi Jenewa mengenai Perlindungan Orang Sipil di waktu Perang (Geneva Convention relative to
the Protection of Civilian Persons in Time of War, of August 12, 1949). Nah, masyarakat Indonesia sebagai bagian dari komunitas masyarakat
internasional, perlu mengetahui bahwa Konvensi Jenewa Tahun 1949 yang kemudian menjadi UU No 59 Tahun 1958 di atas juga merupakan
salah satu “Law Makin Treaties” atau perjanjian yang membentuk hukum dengan meletakan ketentuan-ketentuan atau kaidah-kaidah hukum bagi
masyarakat Internasional secara keseluruhan. Karena itu, ketidaktaatan terhadap UU No 59 Tahun 1958 sebagai Law Making Treaties ini bisa
disebut sebagai suatu perbuatan atau kelalaian yang melanggar kewajiban hukum internasional. Meskipun Indonesia bukan sebagai pihak
penandatangan yang pertama pada saat pembuat kesepakatan itu dilakukan, maka sebagaimana Konvensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS
= United Nations Convention on the Law of the Sea atau Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut menjadi UU No 17 Tahun
1985), Konvensi Jenewa Tahun 1949 pun adalah Law Making Treaties untuk sebuah perjanjian multilateral yang mengikat banyak subyek
hukum internasional dan melahirkan tanggungjawab negara pesertanya untuk wajib melindungi dan menghormatinya. Dengan demikian,
Konvensi Jenewa Tahun 1949 ini menurut sifatnya sangat penting artinya bagi Indonesia. Dewasa ini, seperti halnya perjanjian-perjanjian
multilateral lainya yang menjadi Law Making Treaties karena ditandatangani dan disegel dengan cara yang sama oleh wakil-wakil pemerintah
berkuasa penuh, maka Konvensi Jenewa Tahun Tahun 1949 dan ketiga protokol-protokol tambahannya yang belum sempat diratifikasi, masih
menjadi kebutuhan hukum paling penting karena perannya untuk melindungi para korban konflik bersenjata yang bisa saja terjadi di Indonesia di
hari-hari kedepan. Untuk itu menjadi kewajiban bagi setiap rezim Pemerintahan dan Dewan Perwakilan Rakyat untuk mengimplementasikannya
dalam suatu peraturan perundang-undangan nasional, agar terjadi ketaatan dan kepatuhan aturan hukum di dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, dan agar setiap komponen bangsa dan negara, termasuk Yayasan BSMI wajib menghormati, menaati, dan patuh kepada peraturan
perundang-undangan tersebut. Sebagaimana untuk diketahui, persetujuan untuk terikat pada Perjanjian Internasional (Consent to be Bound by a
Treaty) sebagai tahap akhir pembentukan Perjanjian Internasional diatur dalam Pasal 11 Konvensi Wina Tahun 1986 Tentang Hukum Perjanjian
Internasional Antara Negara Dengan Organisasi Internasional Atau Organisasi Internasional Satu Sama Lain, di mana dinyatakan bahwa suatu
negara atau organisasi internasional dapat mengikatkan diri dengan negara dan/atau organisasi internasional lain dalam perjanjian internasional
melalui beberapa cara, di antaranya: Penandatanganan (Signature), diatur dalam pasal 12 Konvensi Wina 1969, Penukaran instrumen-instrumen
pembentuk perjanjian (Exchange of Instrumens Constituting a Treaty), diatur dalam pasal 13 dan pasal 16 huruf (a) Konvensi Wina 1969,
Peratifikasian (Ratification), diatur dalam pasal 14 ayat 1 dan pasal 16 Konvensi Wina 1969, Penerimaan (Acceptance), diatur dalam pasal 14
ayat 2 dan pasal 16 Konvensi Wina 1969, Pemufakatan (Approval), diatur dalam pasal 14 ayat 2 Konvensi Wina 1969, Pengikutsertaan
(Accession), diatur dalam pasal 15 dan pasal 16 Konvensi Wina 1969, dan Khusus untuk organisasi internasional, melalui pembuatan konfirmasi
formal (Act of Formal Confirmation). KEDUA, pemakaian lambang Palang Merah dan/atau Bulan Sabit Merah wajib terkait dengan Gerakan
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. 153 tahun yang lalu, Jean Henry Dunant (1828-1910) warga negara Swiss dan bapak pendiri
Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional (melalui bukunya yang terkenal: “Un Sovenir De Solferino” atau “a Memory of
Solferino” atau “Kenangan dari Solferino”, terbit Oktober 1862 yang mengambarkan kengerian perang di Solferino, Italia, tanggal 24 Juni 1859)
telah menanamkan visi agung tentang kekuatan kerelawan yang terus hidup dan semakin kuat di dunia. Henry Dunant adalah peletak dasar-dasar
organisasi kesukarelawanan modern untuk tujuan kemanusiaan, dan sebagai orang pertama yang mendapatkan anugerah medali (penghargaan
Nobel) perdamaian. Kegigihan Henry Dunant menyemai “Jiwa, Semangat, dan Nilai-nilai” kesukarelawanan untuk tujuan kemanusiaan berbuah
manis. Saat ini pertumbuhan gerakan kerelawanan baik yang dilakukan oleh individu dan organisasi di masyarakat semakin meningkat seiring
peningkatan kejadian bencana, musibah, kegagalan teknologi, wabah penyakit dan konflik bersenjata, apalagi masyarakat internasional dan
Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan setiap tanggal 5 Desember sebagai Hari Relawan Internasional dan setiap tanggal 26 Desember
sebagai hari Relawan PMI. Karena eskalasi kejadian bencana alam, musibah, kegagalan teknologi, wabah penyakit dan konflik bersenjata
semakin meningkat dan meluas, ini menimbulkan animo perseorangan dan kelompok masyarakat untuk membentuk, mendirikan, menjalankan
organisasi kemanusiaan. Tak terkecuali kehadiran Yayasan BSMI, yang kepadanya tentu saja kita semua sepatutnya mengapresiasi pendirian,
visi dan misi Yayasan BSMI ini, yang tentu saja menandakan aksi positifnya untuk bergabung dalam garda depan pelayanan kemanusiaan di
Indonesia bahkan internasional. Sayang sekali, niat baik pembentukan Yayasan BSMI sepertinya sangat berbeda dengan penerapan 7 (tujuh)
Prinsip Dasar dari Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Misalnya pada prinsip kesatuan, sudah sangat jelas disebutkan
(termasuk dalam statuta, dan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional) bahwa di
setiap negara hanya boleh ada (didirikan) 1 (satu) saja Perhimpunan Nasional, dan Perhimpunan Nasional tersebut hanya boleh memilih
mengunakan 1 (satu) lambang, mengikuti lambang yang digunakan oleh Dinas Kesehatan Militer-nya. Maka klaim pemakaian nama dan
lambang Bulan Sabit Merah oleh Yayasan BSMI harus dinyatakan dilarang, apapun maksud dari pemakaiannya, karena hal ini dapat
dikategorikan sebagai tindakan penyalahgunaan lambang, sebagai kekeliruan dan harus segera dikoreksi untuk dan tentu demi kebaikan Yayasan
BSMI kedepannya. Bahwa karena Yayasan BSMI bukan bagian atau anggota dan atau komponen dari Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah Internasional, maka menurut ketentuan UU No 59 Tahun 1958, Yayasan BSMI tentu tidak berhak dan tidak berkepentingan menggunakan
nama dan lambang Bulan Sabit Merah, dan jika karena telah terlanjur adanya surat keputusan pengesahan akta pendirian Yayasan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia, maka sebagai jawaban untuk koreksinya, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bapak Yasonna
Hamonangan Laoly, harus segera mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia yang
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Nomor C-2241.HT.01.02.TH 2007 tanggal 18 Juli 2007. Surat Direktur
Jenderal Administrasi Hukum Umum itu sangat bertentangan dengan ketentuan UU No 59 Tahun 1958 dan beberapa peraturan pelengkapnya.
Selain itu, dari sisi kebaikan bersama, kita semua berharap agar Yayasan BSMI pun segera menghormati keseluruhan isi UU No 59 Tahun 1958
dengan tidak lagi mengunakan nama dan lambang Bulan Sabit Merah, jiwa besar sebagai kemauan politik, kewajiban hukum dan kepentingan
moral para pendiri dan pengurus Yayasan BSMI sangat di tunggu. Kepada para Pendiri dan Pengurus Yayasan BSMI yang menjadi teladan
penegakan hukum sekiranya dapat segera mengoreksi kesalahan dan membenahi kekeliruannya selama ini, dan sekaligus menyurati Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk mencabut, membatalkan surat keputusan yang tersebut diatas yang telah terlanjur didaftarkan oleh
Yayasan BSMI. Bahwa untuk dan atas penggantian nama dan lambang oleh Yayasan BSMI menjadi nama dan lambang yang berbeda dengan
nama dan lambang-lambang Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional menurut Konvensi Jenewa Tahun 1949 tentu saja tidak
akan merubah visi dan misi kemanusiaan yang menjadi dasar pendirian Yayasan BSMI. Kita (masyarakat Indonesia) selalu menunggu jiwa
negarawan dari para pendiri dan pengurus Yayasan BSMI mewujudkan visi dan misinya tanpa pun memakai nama dan lambang Bulan Sabit
Merah. Karena peran serta Yayasan BSMI selama ini sudah sangat baik, bahkan terlampau baik, hanya satu saja kekurangannya, dan ia hanya
berupa kurangnya pengertian bahwa Yayasan BSMI bukanlah pihak yang terkait dengan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
Internasional dan tentu saja tidak berhak memakai nama atau kata-kata dan lambang Bulan Sabit Merah. KETIGA, bukan lambang yang bisa
dipakai sembarangan, lambang Bulan Sabit Merah untuk lambang kemanusiaan dengan sifat netral dan wajib dihormati oleh semua pihak, dan
perdebatan tentangnya telah tuntas dibahas pada tahun 1929. Harus disadari oleh seluruh masyarakat Indonesia bahwa sejarah panjang
perdebatan masyarakat internasional untuk menggunakan Lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah, telah dibahas tuntas pada tahun 1929
dalam sebuah Konferensi Internasional Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional yang dilaksanakan untuk itu. Itupun
kemudian diperkuat pada Konferensi Internasional tahun 2005 dengan pengadopsian satu lagi lambang pembeda yaitu Kristal Merah (Red
Crystal). Tahun 1864 saat diadakan Konferensi Diplomatik, perdebatan mengunakan lambang Palang Merah diatas dasar putih telah dibahas
tuntas di Jenewa, Swiss. Ia digunakan karena menawarkan keuntungan teknis. Ia memberikan pesan khusus, mudah diingat, mudah dikenali dari
jarak jauh, memiliki desain yang sederhana dan sangat mudah dibuat. Tahun 1876, Kesultanan Ottoman (kini Republik Turki) mengajukan
lambang Bulan Sabit Merah untuk Dinas Kesehatan Tentara Kerajaannya yang berasal dari bendera negaranya (Bulan Sabit Putih diatas dasar
merah) yang kemudian disepakati dalam Konferensi Internasional Gerakan tahun 1929. Pada saat itu, selain kesultanan Ottoman mengusulkan
Bulan Sabit Merah, negara-negara seperti Afganistan, Cyprus, India, Jepang, Thailand (Siam), Siria, Sudan, Srilanka, mengusulkan lambang-
lambang berbeda untuk Dinas Kesehatan Tentaranya. Lambang Singa dan Matahari Merah misalnya, ia diajukan oleh Kekaisaran Persia. Meski
disetujui oleh konferensi internasional gerakan, kini lambang Singa dan Matahari Merah tidak lagi digunakan sejak 1980 seiring berubahnya
Kekaisaran Persia menjadi Republik Iran. Lambang yang lain seperti: Nyala Api Merah (Red Flame), Bintang David Merah (Red Shield of
David), Red Arrchway (Mehrab-e-Ahmar), Strip Merah di bawah Matahari Merah di atas Dasar Putih (Red Strip Beneath a Red Sun on a White
Ground), Swastika, Palem Merah (Red Palm), dan lambang-lambang yang lain, menjadi usulan yang mengemuka kala itu. Misalnya jika semua
lambang yang diusulkan negara-negara diatas disepakati dalam Konferensi Internasional Gerakan tahun 1929, maka sejarah karut marut
penggunaan lambang pembeda pada saat perang akan kembali mundur sebelum tahun 1864 (konferensi internasional pertama yang menghasilkan
Konvensi tentang Komite Internasional Palang Merah atau ICRC dan Lambang Palang Merah)---bahkan mundur ke era-era seperti perang di
Solferino 1859, sebelum Henry Dunant menulis buku: “Kenangan dari Solferino” yang tanpa aturan kemanusiaan modern dan menewaskan dan
mencederai sekitar 40 ribu tentara, di mana personil Dinas/Unit Kesehatan dan Kerohanian Tentara hanya ditandai seadanya dengan mengunakan
ban lengan beraneka warna-motif-corak. Penggunaan tersebut, yang mana tanpa disepakati, dihormati, dan ditaati secara internasional dan
menimbulkan penafsiran berbeda dan sangat berbahaya bagi keselamatan personil medis dan rohaniawan yang seharusnya dijamin netral bekerja
menolong semua korban perang tanpa kecuali. Karena itu, jasa baik dari kesimpulan para peserta konferensi internasional tahun 1929 jangan lagi
dikesampingkan oleh orang dan badan hukum seperti Yayasan BSMI di Indonesia. Bahwa lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah kini
menjadi milik dunia, bukan lagi milik agama (jika sekiranya dipersepsikan demikian). Keduanya kini mewakili pesan, gagasan, ide-ide
kemanusiaan universal dari Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional tanpa bertendesi lagi pada konotatif agama. Karena
sekali lagi, pada tahun 1929 para peserta Konferensi Internasional yang saat itu gagap teknologi komunikasi justru telah membahasnya tuntas.
Kita bisa menyebut mereka pada tahun 1929 sebagai futurolog karena ternyata pemikiran mereka masih sangat relevan dan jauh melampui
pemikiran sempit masyarakat modern saat ini. Kini, dunia bergerak dinamis, maju terus tanpa harus kembali lagi ke ideologi sektarian. Karena
itu, jangan lagi membalikan sejarah ke era-era kemunduran, ke jaman tanpa aturan, tanpa budaya hukum. Dan, karena masyarakat Indonesia
makin dikenal sebagai masyarakat yang taat hukum, maka karena itulah lambang-lambang kemanusiaan universal dari Gerakan Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah Internasional ini jangan lagi dikonotasikan dengan atau sebagai klaim milik agama, kepercayaan, ideologi, atau
pandangan politik tertentu. Sekali lagi, fakta perdebatan lambang pelindung dan pengenal yang telah tuntas di tahun 1929 itu seyogyanya tidak
lagi diungkit kembali, karena hanya membuang energi kemanusiaan yang percuma. Dunia kemanusiaan bergerak maju dengan sistem yang
semakin solid, terarah, terorganisir. Dan, di Indonesia pun, peran kemanusiaan PMI semakin “profesional, tanggap dan dicintai oleh Masyarakat
Indonesia. KEEMPAT, lambang Bulan Sabit Merah hanya boleh digunakan oleh Dinas Kesehatan Tentara Nasional Indonesia dan Perhimpunan
Nasional-nya. Sebagai negara yang telah meratifikasi Konvensi Jenewa Tahun 1949, maka pihak yang berhak menggunakan lambang Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah di Indonesia dalam fungsinya sebagai tanda pelindung pada situasi konflik bersenjata, yaitu: 1. Dinas Kesehatan
dan Rohaniawan TNI, 2. Sukarelawan/Petugas PMI yang diperbantukan pada Dinas Kesehatan TNI yang tunduk pada hukum serta peraturan
militer, 3. Semua unit medis sipil dengan ijin tertulis dan pengawasan dari pemerintah. Dalam fungsinya sebagai tanda pelindung pada kondisi
damai, yaitu: 1. Dinas Medis dan Rohaniawan TNI, 2. Sukarelawan/Petugas PMI dengan persetujuan dari pihak yang berwenang. Pada masa
konflik bersenjata, penggunaan lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah dalam fungsinya sebagai tanda pengenal hanya oleh pihak: 1.
ICRC, 2. IFRC, 3. PMI. Sedangkan dalam fungsinya sebagai tanda pengenal pada keadaan damai, hanya oleh pihak: 1. PMI, 2. Unit Kesehatan
bukan anggota Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dalam fungsinya untuk pertolongan pertama secara temporer, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan nasional dan atas ijin tertulis dari Ketua Umum PMI. Bahwa mungkin karena ketidaktahuan masyarakat
Indonesia akan fakta sejarah tuntas sudahnya perdebatan lambang saat Konferensi Internasional Gerakan di tahun 1929, memang masih
memupus fungsi pemakaian kedua lambang diatas. Terasa sangat sering kita menemukan lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah masih
tertera pada bendera, pakaian, kendaraan atau berbagai benda lainnya. Hal ini semakin menimbulkan anggapan bahwa lambang Palang Merah
dan Bulan Sabit Merah adalah lambang untuk pertolongan atau kesehatan milik umum, yang dapat dipergunakan secara bebas di Indonesia.
Padahal sejatinya lambang Bulan Sabit Merah adalah lambang kemanusiaan dan netral, yang hanya boleh digunakan oleh Dinas Kesehatan
Terntara dan Perhimpunan Nasional yang juga anggota dari Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Karena itu pemakaian
lambang Bulan Sabit Merah atau tanda atau sebutan apapun yang merupakan peniruan dari padanya oleh perseorangan, perkumpulan-
perkumpulan, perusahaan atau perseroan dagang baik pemerintah maupun swasta, selain dari mereka yang berhak menurut Konvensi Jenewa 194
selalu harus dilarang, apapun maksud dari pemakaiannya itu dan tanpa mengindahkan tanggal penggunaannya. Misalnya, menurut Pasal 54
Konvensi Jenewa Tahun 1949 atau Pasal 54 UU No 59 Tahun 1958, apabila perundang-undangan mereka (setiap negara penanda tangan
konvensi) belum juga sempurna, pemerintahnya harus setiap saat mengambil tindakan-tindakan yang perlu untuk pencegahan dan pemberantasan
tindakan-tindakan penyalahgunaan seperti tersebut dalam Pasal 53. Oleh Karenanya, Rancangan Undang-Undang Kepalangmerahan harus segera
disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Selain itu, pengaturan yang cukup lengkap tentang pemakaian lambang pun telah diatur dalam
Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 tentang Pemakaian/Penggunaan Tanda dan Kata-Kata Palang Merah. Pada Pasal 4
Peraturan ini disebutkan bahwa Ketentuan-ketentuan yang tersebut dalam pasal-pasal 1, 2 dan 3 Peraturan ini berlaku juga bagi tanda-tanda yang
berbentuk "Bulan Sabit Merah" atau "Singa Merah dan Matahari" diatas dasar putih, demikian pula perkataan-perkataan "Bulan Sabit" atau
"Singa Merah dan Matahari", dan di Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7 secara jelas mengatur ketentuan Pidananya. Tentu untuk kebaikan Yayasan
BSMI dalam aktivitas bantuan kemanusiaannya pada saat keadaan darurat sipil, keadaan darurat militer dan keadaan perang yang dapat saja
terjadi kedepannya, maka ketentuan pidana pada Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 Peraturan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 1 Tahun 1962 ini
menjadi catatan penting untuk Yayasan BSMI segera merubah pemakaian nama dan lambang Bulan Sabit Merah. KELIMA, di suatu negara
hanya boleh didirikan satu Perhimpunan Nasional dan hanya mengunakan satu lambang pembeda. Bahwa jika pun oleh-dan atas perintah
perundang-undangan nasional bahwa lambang Perhimpunan Nasional saat ini PMI wajib berubah dari Palang Merah menjadi Bulan Sabit Merah,
maka PMI yang dibentuk/diakui oleh negara, pemerintah, dan didukung masyarakat, serta telah menjadi anggota tetap Gerakan Internasional
Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, langsung bisa merubah lambangnya dari semula Palang Merah menjadi Bulan Sabit Merah, termasuk
mengganti namanya dari PMI (Palang Merah Indonesia) menjadi BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia). KEENAM, Perhimpunan Nasional yang
dibentuk, disahkan, dan diakui secara nasional dan Internasional oleh negara dan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional
untuk menjalankan ketentuan-ketentuan Konvensi Jenewa tahun 1949 adalah Perhimpunan Palang Merah Indonesia atau Disingkat PMI. Bung
Karno pernah berkata: “Jangan Sekali-kali meninggalkan sejarah = JASMERAH”. Judul pidato Bung Karno pada tanggal 17 Agustus 1966 tentu
masih relevan dengan situasi dan kondisi Indonesia saat ini yang masyarakatnya justru semakin hari kian meninggalkan bahkan melupakan jejak
sejarah perjuangan nasional. Padahal, dalam konteks untuk kemajuan Indonesia saat ini dan kedepannya, justru ditentukan juga oleh kemampuan
untuk masih menghargai nilai-nilai “karya cipta bangsa di masa lampau”, masih terus melestarikan dan mengkaji manfaatnya, serta masih
menjadikannya acuan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan negara di masa mendatang. PMI adalah “karya cipta bangsa Indonesia” di
jamannya yang masih relevan dengan cita-cita negara Pancasila dan karena itu harus terus dipertahankan, bukan hanya karena ia telah menjadi
saksi sejarah perjalanan mempertahankan kemerdekaan, namun gerak juangnya untuk kemanusiaan telah menorehkan catatan emas sejarah
perjuangan kebangsaan Indonesia. Pengabdiaan PMI bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga untuk seluruh umat manusia. Oleh karena PMI telah
mendapatkan pengakuan dan penguatan peran secara resmi oleh negara sebagai satu-satunya Perhimpunan Nasional melalui Keputusan Presiden
RIS Nomor 25 Tahun 1950 dan Keputusan Presiden RI Nomor 246 Tahun 1963, dan karena pemerintah telah meratifikasi Konvensi Jenewa
1949 dengan UU Nomor 59 Tahun 1958, maka keberadaan PMI yang telah mendapatkan pengakuan Komite Internasional Palang Merah (ICRC)
pada 15 Juni 1950 dan diterima sebagai anggota ke-68 oleh Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC)
pada 16 Oktober 1950 harus dipertahakan tanpa bertendensi apapun. Dengan eksistensi PMI yang terus bergerak melintas batas-batas persepsi,
maka tanpa sekalipun mengurangi rasa hormat kepada Yayasan BSMI, tentu ada baik dan bermanfaatnya bila Anggota Yayasan BSMI kemudian
bisa bergabung menjadi Anggota PMI. Mari membesarkan PMI secara bersama-sama sebagai organisasi kemanusiaan “dari, oleh, dan untuk”
Bangsa dan Negara Indonesia! KETUJUH, Bulan Sabit Merah Indonesia adalah Yayasan atau Lembaga Swadaya Masyarakat, bukan
Perhimpunan Nasional yang Diakui, disahkan oleh negara dan bukan Anggota Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, tidak
berhak menggunakan nama dan lambang (logo) Bulan Sabit Merah. Di atas sudah dijelaskan bahwa “Yayasan Bulan Sabit Merah Indonesia”
atau Yayasan BSMI bukanlah Perhimpunan Nasional sebagaimana ketentuan Konvensi Jenewa Tahun 1949 dan Protokol-protokol
Tambahannya, dan bukan bagian atau anggota dari Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), serta sama sekali tidak
terkait Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Yayasan BSMI resmi berdiri pada tanggal 7 Mei 2002 sebagai proses
evaluasi diri yang panjang terhadap masalah kemanusiaan yang muncul dari perenungan mendalam menghadapi tugas-tugas kemanusiaan yang
universal dalam ajaran Islam. Status hukum BSMI adalah Yayasan atau Lembaga Swadaya Masyarakat menurut akta pendirian nomor
1305/Not/VI/2007 tanggal 5 April 2007 dihadapan Notaris Eva Zunaida. Oleh karena ketentuan UU No 59 Tahun 1958, Keppres RIS No 25
Tahun 1950, Keppres No 246 Tahun 1963, Peraturan Penguasa Perang Perang Tertinggi No 1 Tahun 1962, Keputusan Menteri Pertahanan No
KEP/02/M/II/2002, dan Hukum Kebiasaan Internasional yaitu Konvensi-konvensi Internasional tentang Hukum Perikemanusiaan Internasional,
maka Yayasan BSMI sekalipun memiliki maksud dan tujuan mulia untuk menjadi salah satu organisasi kemanusiaan di Indonesia, Yayasan
BSMI sama sekali tidak berhak menggunakan-memakai nama atau kata-kata dan lambang Bulan Sabit Merah. Dalam hal ini, Yayasan BSMI
memang harus merubah nama dan lambangnya dengan nama dan lambang yang lain bukan Bulan Sabit Merah. Atas maksud tulisan ini dibuat,
tentu sebagai generasi muda yang masih sangat membutuhkan keteladan dalam hal ketaatan terhadap aturan hukum dari para tokoh-tokoh pendiri
Yayasan BSMI yang semuanya adalah tokoh-tokoh penting dalam republik Pancasila ini. Itu karena kami sebagai yang muda memang selalu
berharap adanya keteladanan dari tokoh-tokoh penting republik ini karena kami menyadari bahwa keteladanan sudah sangat langka di temukan di
Indonesia ini, karena dari waktu ke waktu manusia Indonesia dengan keteladanan sebagai manusia yang langka dan luar biasa semakin berkurang
pun di dunia politik dan hukumnya yang juga masih carut-marut ini. Kita harapkan tokoh-tokoh pendiri dan pengurus Yayasan BSMI memesona
kita dengan kebaikan mereka dan penghormatan mereka untuk tidak mempertentangkan lagi lambang Bulan Sabit Merah. Kita harapkan
penghargaan mereka bagi aturan hukum yang sudah ada, dan semoga kualitas tugas dan tanggungjawab mereka yang luar biasa kembali
memancarkan cahaya cemerlang meski tidak lagi dalam aktivitas Yayasan BSMI, tetapi karena mereka telah menyadari untuk sebaiknya
bergabung dengan PMI, membesarkan PMI, karena kita harapkan mereka seperti bintang-bintang yang indah di langit, yang asalnya tidak kita
hiraukan, namun selalu terang dan terus dirindui karena kebaikan mereka untuk membangun PMI sebagai organisasi kemanusiaan di Indonesia.
KEDELAPAN, harus diingat bahwa setiap pemakai lambang Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional selalu berdasarkan
pada prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. PMI terbuka menerima keanggotaan, termasuk dari
BSMI. Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internaional memiliki Tujuh Prinsip Dasar yang kini menjadikan prinsip-prinsip ini lebih
bersifat universal dan diterima semua kalangan pun tentu saja dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuh Prinsip Dasar itu adalah: 1.
KEMANUSIAAN (Humanity): Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (gerakan) lahir dari keinginan untuk memberikan pertolongan
kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama
manusia yang terjadi dimanapun. Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia.
Gerakan menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama dan perdamaian abadi antarsesama manusia. 2. KESAMAAN (Impartiality):
Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial
atau padangan politik. Tujuannya semata-mata ialah mengurangi penderitaan orang per orang sesuai dengan kebutuhannya dengan
mendahulukan keadaan yang paling parah. 3. KENETRALAN (Neutrality): Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan
politik, ras, agama atau ideologi. 4. KEMANDIRIAN (Independence): Gerakan bersifat mandiri. Setiap Perhimpunan Nasional sekalipun
merupakan pendukung bagi pemerintah di bidang kemanusiaan dan harus menaati peraturan hukum yang berlaku di negaranya masing-masing,
namun gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan dengan prinsip dasar gerakan. 5. KESUKARELAAN (Voluntary
Service): Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan apapun. 6. KESATUAN (Unity): Di
dalam suatu negara hanya boleh ada satu Perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah satu lambang yang digunakan: Palang Merah
atau Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah negara yang bersangkutan. 7.
KESEMESTAAN (Universality): Gerakan bersifat semesta. Artinya, Gerakan hadir di seluruh dunia. Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai
status yang sederajat, serta memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam membantu satu sama lain. Bahwa oleh karena PMI berdasarkan
prinsip-prinsip tersebut di atas, dan terbuka menerima anggota dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia, maka PMI pun sangat terbuka
menerima anggota dari manapun termasuk dari Yayasan BSMI. Sejarah Lambang Gerakan. Dokpri. KESEMBILAN, agar masyarakat Indonesia
tidak disebut sebagai penyalahguna terparah bagi lambang-lambang yang telah diatur di dalam Ketentuan Konvensi Jenewa Tahun 1949.
Lambang Palang Merah, Bulan Sabit Merah dan Kristal Merah memiliki status internasional yang setara dan sederajat, sehingga ketentuan pokok
tentang tata-cara dan penggunaan lambang Palang Merah berlaku pula untuk lambang Bulan Sabit Merah dan Kristal Merah. Ini sebagaimana
diatur dalam Pasal 2 Ayat (1) Protokol Tambahan III tahun 2005 yang berbunyi : "This Protocol recognizes an additional emblem in addition to,
and for the same purposes as, the distinctive emblem of the Geneva Conventions. The distinctive emblems shall enjoy the equal status". Ketiga
lambang ini hanya dipergunakan oleh organisasi yang “berhak” dan “berkepentingan” menggunakannya sesuai dengan Konvensi Jenewa Tahun
1949 dan Protokol-Protokol Tambahannya, dan berdasarkan Prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional,
baik dalam situasi konflik bersenjata, atau pada situasi bencana alam, musibah, kegagalan teknologi, wabah penyakit, terutama untuk mengatur
dan mengkoordinir kegiatan bantuan kemanusiaan. Karena itu bagi masyarakat Indonesia yang tidak “berhak” dan “berkepentingan” namun
diduga tetap kukuh berlogika sektarianisme untuk mengunakannya, maka ada baiknya disebutkan tiga kategori penyalahgunaan lambang, yaitu:
1. Peniruan (imitation), yaitu penggunaan lambang dengan warna dan bentuk yang mirip, dimana kategori peniruan biasanya menambahkan
tulisan atau gambar pada pada lambang. 2. Penggunaan yang tidak tepat (improper use), yaitu penggunaan lambang yang tidak sebagaimana
mestinya, baik oleh pihak yang berhak maupun pihak yang tidak berhak. Penggunaan yang tidak tepat ini biasanya mencantumkan lambang
tanpa tambahan tulisan atau gambar lain, dan 3. Pelanggaran Berat (grave misuse and pervidy), yaitu penggunaan lambang oleh pihak yang
berhak namun digunakan untuk tujuan yang tidak sesuai dengan Hukum Perikemanusiaan Internasional, misalnya mengelabui lawan dengan
bersembunyi di balik lambang Palang Merah sebagai tanda pelindung atau tanda pengenal. Agar tidak terus menerus disebut sebagai
penyalahguna lambang-lambang Konvensi Jenewa Tahun 1949, dan agar kiranya tidak harus belajar banyak dari pengalaman Amerika Serikat
dan Malaysia, tentu adalah kebaikan bagi Yayasan BSMI untuk segera menganti nama dan lambang Bulan Sabit Merah. Sebab kalau mau belajar
dari Amerika Serikat dan Malaysia, bisa meniru cara mereka melakukan perubahan lambang sebagaimana dicontohkan oleh “Star of life” dan
Mercy Malaysia. Logo “Star of Life” dulunya berbentuk Palang Oranye (Orange Cross) sedangkan Mercy Malaysia pada kata C-nya berbentuk
Bulan Sabit Merah sehingga keduanya masuk kategori peniruan. Kini dengan perubahan logonya, “Star of Life” banyak digunakan untuk
menandai kendaraan ambulans, begitu juga dengan Mercy Malaysia yang semakin terlihat cantik pada logonya ketika tanpa mencantumkan
peniruan lambang Bulan Sabit Merah. KESEPULUH, karena PMI dibentuk dari, oleh, dan untuk Indonesia, "milik Indonesia", maka semua
komponen masyarakat Indonesia harus mendukung pengesahan RUU Kepalangmerahan sehingga pelayanan sosial kemanusiaan yang terus
dilakukan oleh sukarelawan PMI mendapatkan jaminan perlindungan dan penghormatan. Mengingat sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk
mencapai dan mempertahankan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 di mana para tokoh-tokoh perjuangan dari seluruh warna kebhinekaan
dalam masyarakat ketika itu, pada saat melaksanakan kegiatan kemanusiaannya telah menggunakan lambang Palang Merah sebagai lambang
pelindung dan lambang pengenal, dan dengan semangatnya berjuang membentuk organisasi PMI. Sebagai bagian dari sejarah perjuangan
nasional, PMI adalah warisan luhur dari para pendiri bangsa dan negara ini, apalagi pada tanggal 17 September 1945, Bung Karno sebagai
Presiden RI yang pertama, dengan pertimbangan yang sangat matang untuk kebutuhan sejarah perjuangan, telah membentuk Palang Merah
Indonesia (PMI) sebagai perhimpunan nasional dan pendukung pemerintah (auxiliary to the government), dan mengesahkan penggunaan
lambang Palang Merah, yang di dalamnya mengatur secara tegas dan penting penggunaan lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Nah,
dengan masuknya Indonesia sebagai peserta agung Konvensi Jenewa Tahun 1949 dan telah meratifikasinya melalui UU No 59 Tahun 1958,
maka kewajiban yang harus dilakukan adalah mengimplementasikan keseluruhan isi dari Konvensi Jenewa Tahun 1949 di dalam peraturan
perundang-undangan nasional, agar pengaturan mengenai lambang kemudian menimbulkan ketaatan, kepatuhan, penghormatan dan
perlindungan dari seluruh komponen negara dan masyarakat. Kemudian agar gerak juang PMI dalam rangka mendharmabaktikan (menunaikan
tugas suci) tujuan kehadirannya, maka seluruh perjuangan bangsa hari ini harus dicurahkan untuk mendukung dan mendesak Dewan Perwakilan
Rakyat dan pemerintah untuk segera mengesahkan, mengundangkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kepalangmerahan menjadi Undang-
Undang Kepalangmerahan, agar niatan suci kemanusiaan yang tulus dari PMI mendapatkan jaminan perlindungan hukum, serta kepada lambang-
lambang kemanusiaan yang digunakan baik Palang Merah, Bulan Sabit Merah, atau Kristal Merah sesegera bisa dihormati pemakaiannya, dapat
dicegah penyalahgunaanya oleh orang dan atau badan hukum yang tidak berhak atau tidak berkepentingan, dan kemudian diberantas tindakan-
tindakan penyalahgunaannya sesuai asas ketaatan dan kepatuhan hukum nasional kita. Kehadiran PMI yang nanti dipertegas dengan Undang-
Undang Kepalangmerahan akan memberikan manfaat bagi Indonesia untuk meningkatkan pertolongan kepada setiap korban baik pada situasi
konflik bersenjata maupun di masa damai. Jadi, tunggu apa lagi, masyarakat Indonesia dan Yayasan BSMI harus mendukung PMI, bergabung
dengan PMI, membesarkan PMI, mendukung pengesahan Rancangan Undang-Undang Kepalangmerahan, karena sejatinya PMI itu lahir “dari,
oleh, dan untuk Indonesia”. Penulis: Irwan Lalegit, Relawan PMI #SavePMI, dan Ayo DPR Segera di Sahkan #RUUKepalangmerahan
#SatuNegaraSatuLambangSatuPerhimpunanNasional #PMIUntukINDONESIA

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/irwanlalegit/mengapa-kita-tidak-berhak-memakai-nama-dan-lambang-bulan-sabit-
merah_56c8cc14927a617c0c1b9db3S

The Fundamental Principles of the Red Cross : commentary


01-01-1979

The Fundamental Principles are the result of a century of experience. Proclaimed in Vienna in 1965, they bond together the National Red Cross
and Red Crescent Societies, the International Committee of the Red Cross and the International Federation of Red Cross and Red Crescent
Societies, and guarantee the continuity of the Movement and its humanitarian work. In this succinct commentary intended for the general public,
Jean Pictet explains the meaning of each of the seven Fundamental Principles; he analyses them on the basis of different criteria and presents all
their various aspects, thus making this essential part of Red Cross doctrine accessible to all.

Contents

 Proclamation
 Introduction
 I. Humanity
 II. Impartiality
 III. Neutrality
 IV. Independence
 V. Voluntary service
 VI. Unity
 VII. Universality
 Bibliography
Proclamation
Proclamation of the Fundamental Principles of the Red Cross
The XXth International Conference of the Red Cross proclaims the following fundamental principles on which Red Cross action is based:

HUMANITY
The Red Cross, born of a desire to bring assistance without discrimination to the wounded on the battlefield, endeavours – in its international
and national capacity – to prevent and alleviate human suffering wherever it may be found. Its purpose is to protect life and health and to
ensure respect for the human being. It promotes mutual understanding, friendship, co-operation and lasting peace amongst all peoples.
IMPARTIALITY
It makes no discrimination as to nationality, race, religious beliefs, class or political opinions. It endeavours only to relieve suffering, giving
priority to the most urgent cases of distress.
NEUTRALITY
In order to continue to enjoy the confidence of all, the Red Cross may not take sides in hostilities or engage at any time in controversies of a
political, racial, religious or ideological nature.
INDEPENDENCE
The Red Cross is independent. The National Societies, while auxiliaries in the humanitarian services of t heir Governments and subject to the
laws of their respective countries, must always maintain their autonomy so that they may be able at all times to act in accordance with Red
Cross principles.
VOLUNTARY SERVICE
The Red Cross is a voluntary relief organization not prompted in any manner by desire for gain.
UNITY
There can be only one Red Cross Society in any one country. It must be open to all. It must carry on its humanitarian work throughout its
territory.
UNIVERSALITY
The Red Cross is a world-wide institution in which all Societies have equal status and share equal responsibilities and duties in helping each
other.
SEJARAH PALANG MERAH REMAJA (PMR)

Terbentuknya Palang Merah Remaja dilatar belakangi oleh terjadinya Perang Dunia I (1914 – 1918) pada waktu itu
Australia sedang mengalami peperangan. Karena Palang Merah Australia kekurangan tenaga untuk memberikan
bantuan, akhirnya mengerahkan anak-anak sekolah supaya turut membantu sesuai dengan kemampuannya. Mereka
diberikan tugas – tugas ringan seperti mengumpulkan pakaian-pakaian bekas dan majalah-majalah serta Koran
bekas. Anak-anak tersebut terhimpun dalam suatu badan yang disebut Palang Merah Remaja.

Pada tahun 1919 di dalam sidang Liga Perhimpunan Palang Merah Internasional (IFRC) diputuskan bahwa gerakan
Palang Merah Remaja menjadi satu bagian dari perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Kemudian usaha
tersebut diikuti oleh Negara-negara lain.

Di Indonesia pada Kongres PMI ke-IV tepatnya bulan Januari 1950 di Jakarta, PMI membentuk Palang Merah Remaja
yang dipimpin oleh Ny. Siti Dasimah dan Paramita Abdurrahman. Pada tanggal 1 Maret 1950 berdirilah Palang Merah
Remaja secara resmi di Indonesia. Sebelumnya pada awal pendirian bernama Palang Merah Pemuda (PMP)
kemudian menjadi Palang Merah Remaja (PMR). Dan pada tahun 1960, dari 145 Anggota Liga Perhimpunan Palang
Merah dan Bulan Sabit Merah sebagian besar sudah memiliki Palang Merah Remaja, termasuk Indonesia (PMI).

Pendidikan dan Pelatihan (diklat) PMR


Untuk mendirikan Unit PMR atau menjadi Anggota PMR Unit Sekolah, harus diadakan Pendidikan dan Pelatihan
(Diklat) untuk lebih mengenal apa itu sebenarnya PMR dan sejarahnya mengapa sampai ada di Indonesia, dan pada
Diklat ini para peserta juga mendapatkan sertifikat dari PMI. Dan baru dianggap resmi menjadi Anggota Palang
Merah apabila sudah mengikuti seluruh kegiatan (Materi PMR sesuai kurikulum dan jenjang pendidikan, Ujian Teori
dan Praktek) yang diadakan oleh Palang Merah Remaja Unit Sekolah.

PMI mengeluarkan kebijakan Pembinaan PMR Unit Sekolah


1. Remaja merupakan prioritas pembinaan, baik dalam Keanggotaan maupun Kegiatan Kepalangmerahan.
2. Remaja berperan penting dalam Pengembangan Kegiatan Kepalangmerahan khususnya di Unit Sekolah.
3. Remaja berperan penting dalam perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan proses pengambilan keputusan untuk
kegiatan PMR di Unit Sekolah dan PMI.
4. Remaja adalah Kader Sukarelawan PMI.
5. Remaja adalah Calon Pemimpin PMI masa depan.

Tujuan pembinaan dan pengembangan PMI masa depan


1. Penguatan Kualitas Remaja dan Pembentukan Karakter, sesuai dengan Perjanjian Kerjasama Pemerintah RI dengan
PMI dan Visi PMI.
2. Anggota PMR sebagai Contoh Tauladan Pendidikan, Contoh Aksi dan Contoh Publik dalam berperilaku hidup sehat
bagi teman sebaya terutama di Unit Sekolah dan Masyarakat.
3. Anggota PMR sebagai “Peer Leadhership” atau Contoh Tauladan Kepemimpinan dan motivasi dalam hal positif
apapun bagi teman sebaya terutama Unit Sekolah dan Masyarakat.
4. Anggota PMR dapat melaksanakan tugas terutama di Unit Sekolah dan Masyarakat dengan berpedoman pada
“Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Tri Bhakti PMR.
5. Anggota PMR adalah Calon Sukarelawan PMI di masa depan.

Kegiatan Jumbara
Jumbara atau Jumpa Bhakti Gembira adalah kegiatan besar organisasi PMR-PMI seperti halnya jambore pada
organisasi Pramuka. Jumbara diadakan dalam setiap tingkatan : Jumbara Tingkat Kabupaten/ Kotamadya, Jumbara
Tingkat Provinsi dan Jumbara Tingkat Nasional. Dimana pelaksanaanya disesuaikan dengan kemampuan PMI daerah
yang bersangkutan. Jumbara merupakan ajang kegiatan evaluasi atau tempat belajar, berlatih, berkarya dan berbagi
ilmu juga pengalaman dalam tugas kemanusiaan masing – masing Unit Sekolah (Tingkat Kabupaten/ Kotamadya),
masing – masing Kabupaten/ Kotamadya (Tingkat Provinsi) dan masing – masing Utusan Provinsi (Tingkat Nasional).

Tri Bhakti PMR


Dalam kehidupan sehari-hari dan melaksanakan tugasnya terutama di Unit Sekolah dan Masyarakat, Anggota PMR
harus tahu, paham dan mengamalkan TRI BHAKTI PMR (2009) yang berbunyi :
1. Meningkatkan keterampilan hidup sehat
2. Berkarya dan berbhakti di masyarakat
3. Mempererat persahabatan nasional dan internasional.
Tingkatan PMR

Palang Merah Remaja di Indonesia dikenal ada 3 (Tiga) tingkatan sesuai dengan jenjang pendidikan atau usianya :
1. PMR Mula adalah PMR pada Sekolah Dasar Sederajat (Usia Remaja Awal, antara 10-12 tahun).
2. PMR Madya adalah PMR pada Sekolah Menengah Pertama Sederajat (Usia Remaja Tengah, antara 13-15 tahun).
3. PMR Wira adalah PMR pada Sekolah Menengah Atas Sederajat (Usia Remaja Akhir, antara 16-18 tahun).

Prinsip Dasar Palang Merah

Dalam PMR dikenalkan 7 (Tujuh) Prinsip Dasar yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh setiap anggotanya.
Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama “Prinsip Dasar Palang Merah” (TheFundamental Principle of Red Cross)
sebagai Dasar Gerakan Aksi Kemanusiaan oleh Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dan Liga/ Federasi
Internasional Palang Merah (IFRC).

1. Kemanusiaan
2. Kesamaan
3. Kenetralan
4. Kemandirian
5. Kesukarelaan
6. Kesatuan
7. Kesemestaan
RENCANA KEGIATAN EKSTRA KURIKULER PALANG MERAH REMAJA
SATU TAHUN AJARAN (JULI 2016 – JUNI 2017)

UNIT SMAN 2 SAMPIT

BULAN JULI 2016


Kamis, 07 Juli 2016 : Tidak Latihan (Libur Hari Raya Idul Fitri 1437 H).
Kamis, 14 Juli 2016 : Latihan Persiapan Promosi Ekskul PMR (Brosur, Poster/Mading dan Simulasi).
Kamis, 21 Juli 2016 : Latihan Persiapan Promosi Ekskul PMR (Brosur, Poster/Mading dan Simulasi).
Kamis, 28 Juli 2016 : Pertemuan Perdana (Silaturrahmi Pembina-Pelatih-Peserta dan Materi PMR).

BULAN AGUSTUS 2016


Kamis, 04 Agustus 2016 : Kepalangmerahan I (Sejarah, Lambang dan Prinsip Dasar Gerakan).
Kamis, 11 Agustus 2016 : Pertolongan Pertama I (Dasar Pertolongan Pertama dan Perlengkapan).
Kamis, 18 Agustus 2016 : Perawatan Keluarga I (Dasar Kesehatan dan Dasar Perawatan Keluarga).
Kamis, 25 Agustus 2016 : Kesiap Siagaan Bencana I (Arti, Jenis, Karakter dan Riwayat Bencana).

BULAN SEPTEMBER 2016


Kamis, 01 September 2016 : Kesehatan Remaja I (Potensi Diri, Norma Sosial dan Gender).
Kamis, 08 September 2016 : Donor Darah Sukarela/Siswa I (Transfusi, Donor dan Golongan Darah).
Kamis, 15 September 2016 : Kepemimpinan I (Dasar Kepemimpinan, Komunikasi dan Kerjasama).
Kamis, 22 September 2016 : Pra Uji Teori Tahap I (Materi Tahap I).
Kamis, 29 September 2016 : Kepalangmerahan II (Organisasi PMI dan Peran PMR Wira di Unit Sekolah).

BULAN OKTOBER 2016


Kamis, 06 Oktober 2016 : Pertolongan Pertama II (Anatomi dan Fisiologi/ Faal Tubuh).
Kamis, 13 Oktober 2016 : Perawatan Keluarga II (Gejala Penyakit, Perawatan Orang Sakit/Lansia).
Kamis, 20 Oktober 2016 : Kesiap Siagaan Bencana II (Dampak, Pencegahan dan Upaya Kesiapsiagaan).
Kamis, 27 Oktober 2016 : Kesehatan Remaja II (Kesehatan Reproduksi, HIV/AIDS dan NAPZA).

BULAN NOPEMBER 2016


Kamis, 03 Nopember 2016 : Donor Darah Sikarela/Siswa II (Peran PMR Wira dalam DORAS).
Kamis, 10 Nopember 2016 : Kepemimpinan II (Motivasi, Musyawarah dan Pengambilan Keputusan).
Kamis, 17 Nopember 2016 : Pra Uji Teori Tahap II (Materi Teori Tahap II).
Kamis, 24 Nopember 2016 : Pertolongan Pertama III (Langkah Penilaian Penderita).

BULAN DESEMBER 2016


Kamis, 01 Desember 2016 : Pertolongan Pertama IV (Cedera Jaringan Lunak dan Cedera Otot Rangka).
Kamis, 08 Desember 2016 : Pertolongan Pertama V (Jenis Tandu/Darurat dan Pemindahan Penderita).
Kamis, 15 Desember 2016 : Pertolongan Pertama VI (Luka Bakar, Perdarahan dan Syok).
Kamis, 22 Desember 2016 : Pertolongan Pertama VII (Kedaruratan Medis dan Keracunan).
Kamis, 29 Desember 2016 : Pertolongan Pertama VIII (Tatalaksana PP, Tandu dan Pemindahan Penderita).

BULAN JANUARI 2017


Kamis, 05 Januari 2017 : Pertolongan Pertama IX (Pengenalan Halang Rintang/ HR).
Kamis, 12 Januari 2017 : Pertolongan Pertama X (Persiapan Praktek Simulasi Bencana/Lakalantas).
Kamis, 19 Januari 2017 : Simulasi Bencana/Lakalantas I (Tatalaksana PP, Tandu, Pemindahan dan HR).
Kamis, 26 Januari 2017 : Simulasi Bencana/Lakalantas II (Tatalaksana PP, Tandu, Pemindahan dan HR).

BULAN FEBRUARI 2017


Kamis, 02 Februari 2017 : Simulasi Bencana/Lakalantas III (Tatalaksana PP, Tandu, Pemindahan dan HR).
Kamis, 09 Februari 2017 : Evaluasi Hasil Simulasi Bencana (Pra Uji Praktek).
Kamis, 16 Februari 2017 : Refres Teori Calon Anggota PMR (Tanya Jawab Bank Soal).
Kamis, 23 Februari 2017 : Refres Praktek Calon Anggota PMR (Pemantaban Praktek Simulasi).

BULAN MARET 2017


Kamis, 02 Maret 2017 : Persiapan Ujian Teori dan Praktek Calon Anggota PMR.
Sabtu, 04 Maret 2017 : Upacara Pembukaan dan Ujian Teori Calon Anggota PMR Angkatan 2017.
Minggu, 05 Maret 2017 : Ujian Praktek dan Upacara Penutupan.
Kamis, 09 Maret 2017 : Evaluasi Hasil Ujian Teori Dan Praktek (Rencana Remidial Teori dan Penugasan).
Kamis, 16 Maret 2017 : Remidial Teori (Perorangan) dan Penugasan Praktek (Beregu).
Kamis, 23 Maret 2017 : Pengumuman Hasil Ujian dan Penyerahan Sertifikat PMR.
Kamis, 30 Maret 2017 : Atribut PMR-PMI (PDH, Kaos, Slayer dan Lambang).
BULAN APRIL 2017
Kamis, 06 April 2017 : Pembagian Tugas/ Piket di Unit Sekolah.
Kamis, 13 April 2017 : Latihan Rutin Ketrampilan PMR Wira (Persiapan Lomba Prestasi PMR Tahun 2017).
Kamis, 20 April 2017 : Latihan Rutin Ketrampilan PMR Wira (Persiapan Lomba Prestasi PMR Tahun 2017).
Kamis, 27 April 2017 : Latihan Rutin Ketrampilan PMR Wira (Persiapan Lomba Prestasi PMR Tahun 2017).

BULAN MEI 2017


Kamis, 04 Mei 2017 : Evaluasi Kesiapan Lomba Prestasi PMR Tahun 2017 (5-6-7 Mei 2017).
Kamis, 11 Mei 2017 : Tidak Latihan (Libur Hari Raya Waisak Tahun Saka 2561)
Kamis, 18 Mei 2017 : Strategi Rekrutmen (Brosur, Poster/Mading Sekolah dan Drama/Simulasi PP).
Kamis, 25 Mei 2017 : Tidak Latihan (Libur Kenaikan Isa Al Masih).

BULAN JUNI 2017


Kamis, 01 Juni 2017 : Tidak Latihan (Libur Awal Puasa Ramadhan 1438 H dan Hari Lahir Pancasila).
Kamis, 08 Juni 2017 : Latihan Ceramah (Tema HIV/AIDS – NAPZA) dan Buka Puasa Bersama.
Kamis, 15 Juni 2017 : Latihan Ceramah (Tema HIV/AIDS – NAPZA) dan Buka Puasa Bersama.
Kamis, 22 Juni 2017 : Latihan Ceramah (Tema HIV/AIDS – NAPZA) dan Buka Puasa Bersama.
Kamis, 29 Juni 2017 : Tidak Latihan (Libur Hari Raya Idul Fitri 1438 H).

Sampit, 01 Juli 2016


Dibuat oleh

Sabit Wiyanto
Pelatih Ekskul PMR/KSR – PMI
NARASI SIMULASI PERTOLONGAN PERTAMA KECELAKAAN LALU LINTAS

Telah terjadi kecelakaan lalu lintas di Jalan Jendral Sudirman kilometer 10 yang melibatkan 2 sepeda motor secara “Adu
Banteng” atau “Berhadapan” sehingga mengakibatkan 3 (Tiga) orang korban.
Pada umumnya warga masyarakat sekitar tempat kejadian atau pihak kepolisian (Satlantas) menginformasikan kepada
Markas PMI Kabupaten Kotawaringin Timur, bahwa telah terjadi kecelakaan lalu lintas dan adanya korban baik luka ringan,
luka berat maupun meninggal dunia.

Setelah mendapat informasi, Markas PMI segera menginstruksikan kepada TIM PELAYANAN AMBULAN DAN PERTOLONGAN
PERTAMA (Ambulance Crew) agar meluncur ke tempat kejadian.

Setibanya di tempat kejadian…, personil Ambulance Crew langsung melakukan ASSESSMENT (Penilaian Terhadap Para
Korban Kecelakaan Lalu Lintas)….. Dan setelah melakukan ASSESSMENT ditentukanlah bahwa terdapat 3 (Tiga) orang korban
dengan cedera sebagai berikut :
- PRIORITAS I = 1 orang korban cedera trauma (benturan) kepala, spinal tulang leher juga tulang punggung dan
respon (keadaan umum korban) TIDAK SADAR karena henti nafas-henti jantung.
- PRIORITAS II = 1 orang cedera amputasi (putus jaringan otot rangka) tungkai bawah kiri, fraktur (patah tulang)
terbuka lengan bawah kiri dan respon (keadaan umum korban) SADAR.
- PRIORITAS III = 1 orang cedera MEMATIKAN…pecah tulang tengkorak kepala dan isi perut terburai keluar

Penanganan Pertolongan Pertama dilakukan berdasar Hasil ASSESSMENT dengan SKALA PRIORITAS :
PRIORITAS I
Setelah menggunakan APD (Alat Perlindungan Diri) setidaknya MASKER dan SARUNG TANGAN KARET, bertujuan untuk
mencegah Penularan Penyakit Berbahaya YANG MUNGKIN diderita oleh korban.
Viksasi (mempertahankan posisi) kepala sejajar lurus dengan badan lanjut cek RESPON, longgarkan pakaian dan TANDA VITAL
(nafas dan nadi). Karena henti nafas-henti jantung disertai cedera spinal maka personil Ambulance Crew melakukan tehnik
“JAW TRUST MANOUVER” (dorongan rahang dan sapuan jari) untuk memastikan JALAN NAFAS tak terhalang benda asing atau
lidah pada rongga mulut korban….. Dilanjutkan dengan BHD (Bantuan Hidup Dasar) atau RJP (Resusitasi Jantung Paru =
mengembalikan fungsi jantung dan paru), berupa Nafas Buatan Awal sebanyak 2 kali hembusan lanjut PJL (Pijatan Jantung Luar)
sebanyak 30 kali yang dilakukan beberapa SIKLUS sampai TANDA VITAL (Nafas dan Nadi) korban ada atau teraba. (Satu Siklus = 2
kali Nafas Buatan + 30 kali Pijatan Jantung Luar).
Setelah dipastikan TANDA VITAL (nafas dan nadi) korban ada/teraba berdasar LDR (Lihat Dengar Rasakan) hembusan nafas dan
cek nadi karotis (leher) atau radialis (pergelangan tangan) korban. Setelah pemasangan NICK COLLAR (penyangga leher dan
kepala)…. Lanjut evakuasi (pemindahan penderita) dengan tehnik LOG-ROLL (berguling dan geser) ke atas SPINAL-LONG-BOARD
(Tandu Spinal) disertai tali pengaman lanjut lepas viksasi…. Korban siap ditransportasi rujukan ke fasilitas kesehatan (Rumah
Sakit).
PRIORITAS II
Setelah menggunakan APD…, lanjut cek RESPON walaupun korban dalam keadaan SADAR, longgarkan pakaian dan TANDA VITAL.
Penanganan dengan mendahulukan cedera yang mengancam nyawa :
- Mengendalikan perdarahan hebat akibat cedera amputasi (putus jaringan otot dan rangka) pada tungkai bawah kiri
menggunakan TURNIQUET (penasat) lanjut pemasangan bidai/ spalk/ tangkir dan menjadikan satu dengan anggota
gerak bawah tanpa cedera.
- Expose (perlihatkan mata luka) dan Viksasi (mempertahankan posisi) lengan bawah akibat patah tulang terbuka
lanjut bersihkan luka – obati – balut lanjut pemasangan bidai/ spalk/ tangkir lanjut pemasangan gendongan dengan
tujuan untuk memudahkan proses pemindahan penderita.
- Korban siap ditransportasi rujukan ke fasilitas kesehatan (Rumah Sakit).
PRIORITAS III
Setelah menggunakan APD.., personil Ambulance Crew mengevakuasi korban dengan menggunakan kantong jenazah karena
korban meninggal dunia di tempat kejadian akibat cedera MEMATIKAN… pecah tulang tengkorak kepala dan isi perut terburai
keluar… INNALILLAHI WA INNA ILAIHI RAJI’UUN.

Perlu kami sampaikan bahwa TIM PELAYANAN AMBULAN DAN PERTOLONGAN PERTAMA (Ambulance Crew) Markas PMI
Kabupaten Kotawaringin Timur adalah Anggota KSR (Korp Suka Rela) dan TSR (Tenaga Suka Rela) bersertifikasi dengan
mendapatkan Pendidikan Pelatihan Pertolongan Pertama merujuk ke SPGDT (Satuan Penanganan Gawat Darurat Terpadu) atau
Penanganan PRA RUMAH SAKIT yang terdiri dari berbagai macam profesi antara lain : Mahasiswa, Instansi/ Badan/ Dinas
Pemadam Kebakaran Dan Penyelamatan, Tenaga Pendidk, Tenaga Medis dan profesi lainnya.

“Pak Amat Jualan Tas…., Kalau Mau Selamat Patuhi Peraturan Lalu Lintas”

Demikian yang bisa kami lakukan… semoga bermanfaat dan terimakasih atas segala perhatian.

SALAM KEMANUSIAAN…!

(Markas PMI Kabupaten Kotawaringin Timur)


KUNCI JAWABAN MADYA DAN WIRA

PILIHAN GANDA
Sejarah/ Kepalangmerahan
1.a 2.b 3.d 4.c 5.c 6.a 7.c 8.c 9.c 10.a

Kesiap Siagaan Bencana (KSB)


1.d 2.a 3.d 4.c 5.c 6.d 7.c 8.d 9.c 10.c

Donor Darah Siswa/ Sukarela (DORAS)


1.c 2.d 3.b 4.d 5.c 6.a 7.c 8.c 9.d 10.c

Kesehatan Remaja (KESJA)/ Pendidikan Remaja Sebaya (PRS)


1.b 2.d 3.c 4.c 5.d 6.c 7.a 8.c 9.d 10.b

Kepemimpinan/ Leadership
1.b 2.c 3.a 4.d 5.b 6.a 7.c 8.d 9.a 10…….BONUS (benar semua)

SOAL ISIAN
Pertolongan Pertama (PP) :
a. -Pemberian pertolongan di tempat kejadian dengan medis dasar sebelum dirujuk ke fasilitas kesehatan.
-Menyelamatkan jiwa; Mencegah cacat; Memberi perasaan nyaman dalam upaya penyembuhan.
b. Pakai APD; Jangan menyentuh makanan/minuman; Kumpulkan sampah medis dalam plastik tertutup; Bersihkan alat
dengan dis-infektan; Cuci tangan pakai sabun setelah penanganan.
c. Penilaian Keadaan; Penilaian Dini; Pemeriksaan Fisik; Riwayat Penderita; Pemeriksaan Berkala; Pelaporan Tulis/Lisan.
d. - Tatalaksana PP (MADYA) “Patah Tulang Tertutup Lengan Bawah” = Pakai APD (minimal masker dan sarung tangan
karet); Viksasi/pertahankan posisi cedera (jangan tergerak); Pasang mitella/kain segitiga (boleh potongan verban bila
tidak ada mitella); Pasang bidai/spalk sesuai ukuran Alat Gerak yang patah; Ikat dengan kekencangan kuat-sedang dan
simpul berada di sisi luar; Pasang gendongan; Rujuk ke fasilitas kesehatan.
- Tatalaksana PP (WIRA) “Perdarahan Arteri/Nadi Pergelangan Tangan (Radialis)” = Pakai APD (minimal masker dan
sarung tangan karet); Tutup mata luka dengan kasa steril tebal sesuai lebar mata luka (boleh dibubuhkan antiseptik);
Elevasi (buat sudut 45derajat); Tekan titik tekan/ pembuluh arteri/nadi di atas cedera (Femoralis); Immobilisasi (balut/
lilit dengan roll-verban/ pembalut tekan dan bersihkan bercak darah pada tangan dengan pencuci luka); Rujuk ke
fasilitas kesehatan.

Perawatan Keluarga (PK) :


a. Dasar – dasar Kesehatan = Kebersihan Diri; Kebersihan Lingkungan; Ketersediaan Air Bersih dan Sanitasi (Sumber Air –
MCK – Pengelolaan Air Limbah); Pembuangan Sampah Yang Aman; Immunisasi/ Kekebalan Tubuh; Air Susu Ibu (ASI)
dan Terkecukupan Gizi ; Penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Tindakan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit oleh anggota keluarga/orang lain di lingkungan keluarga
dengan menggunakan peralatan sederhana.
c. Tujuan dilaksanakan Perawatan Keluarga = Meringankan penderitaan si sakit; Menunjang upaya penyembuhan;
Memperkecil penularan penyakit; Memberi kesempatan bayi/ anak tumbuh sehat dan Lanjut usia hidup bahagia;
Mendidk/ membiasakan keluarga hidup sehat.
d. Tatalaksana PK (MADYA)
- “Mencuci Tangan dan Pakai/Lepas APD” = Minta ijin/perkenalan….Lepas asesoris; Cuci tangan; Keringkan; Pakai
APD………………………………dst
- “Mandi” = Persiapkan perlengkapan mandi (air bersih-alat mandi-handuk)… Tatalaksana mandi……………….dst
- “Menata Meja Makan” = Persiapkan perlengkapan makan (tempat nasi-sayur-lauk, piring-sendok, sendok nasi-
sayur, kain lap/tisu…); Bersihkan meja…………..dst.
Tatalaksana PK (WIRA)
- “Menata Tempat Tidur (penderita di atas tempat tidur atau dapat dipindah) dan pemeriksaan tanda vital”.
- “Menyuapi si sakit, minum obat dan pemeriksaan tanda vital”.
- “Membantu BAB/BAK penderita di atas tempat tidur dan pemeriksaan tanda vital”.
- “Membantu Penderita Mandi Lengkap……….di atas tempat tidur dan pemeriksaan tanda vital”.

Sw-87
MATERI PELATIHAN PELATIH
(Markas PMI Kab. Kotawaringin Timur – Kalimantan Tengah)

MATERI PELATIHAN PELATIH : Siklus Pelatihan, Syarat Umum Pelatih, Sertifikasi/Legalitas Pelatih, Ketentuan Umum Pelatih dan Profil Pelatih.
SIKLUS PELATIHAN : Identifikasi kebutuhan pelatihan – Tetapkan tujuan pelatihan – Menyiapkan program pelatihan – Menyiapkan materi
pelatihan – Pelaksanaan pelatihan – Evaluasi hasil pelatihan.
SYARAT UMUM PELATIH : Harus anggota PMI, baik Pengurus Staf dan Sukarelawan PMI (KSR-TSR) yang sudah diklat Kepalangmerahan
(Pelatihan Pelatih).
SERTIFIKASI/ LEGALITAS PELATIH : IN PUT (Memahami Kriteria Audiens/Peserta pelatihan) – PROSES (Pelatih, Materi/Metode pelatihan, Media
Peraga pelatihan, Kurikulum dan Fasilitas pelatihan) – OUT PUT (Hasil yang diharapkan dari pelatihan).
KETENTUAN UMUM PELATIH : PELATIH = Sukarelawan PMI (KSR-TSR Terlatih) yang sudah pelatihan dan berkompetensi serta diakui PMI;
KRITERIA PELATIH = Internal PMI (Sukarelawan PMI : KSR-TSR) dan Eksternal PMI (dokter TNI POLRI SAR dll.) ; JENJANG PELATIH = Asisten
pelatih – Pelatih – Pelatih Utama.
PROFIL PELATIH EFEKTIF (5-E) :
Ekspertise = Pelatih harus punya “Kapasitas Penguasaan Materi dan Persiapan Matang”.
Emphaty = Pelatih harus punya “Kapasitas Pemahaman terhadap peserta pelatihan (PMR/ Calon PMR)”.
Engineering = Pelatih harus punya “Kapasitas Mengelola Proses dan Lingkungan pelatihan”.
Eloquance = Pelatih harus punya “Kapasitas Penguasaan Bahasa dan Pengorganisasian”.
Enthusiasm = Pelatih harus punya “ Kapasitas Semangat Melatih dan Komitment”.

Dengan Metode ini diharapkan Pelatih dan Peserta didik dapat berfikir cepat (Improvisasi).
Metode Pelatihan Pelatih berdasar : Pendekatan terhadap peserta, Strategi pelatihan, Metode pelatihan, Tehnik pelatihan, Taktik pelatihan
dan Model pelatihan.

INGAT !... Metode Pelatihan yang tepat adalah Metode yang dapat melibatkan “Peran Aktif Peserta Didik (PMR dan Calon PMR)”.
Cara memilih Metode : Sesuai tujuan, Relevan dengan topik, Relevan dengan peserta/audiens, Sesuai harapan peserta/audiens, Penuh
keakraban, Kegiatan yang sudah pernah, Sesuai tingkat percaya diri (pelatih), Kesungguhan partisipasi (pelatih dan peserta didik), Mampu
selesaikan masalah dan Kejelasan.
Penerapan Metode dapat berupa : Peragaan; Simulasi; Main Peran; Game; Tanya jawab, Diskusi dll. (bukan hanya ceramah).

INGAT ! … Metode yang baik bila digunakan dengan tepat dan tidak ada metode yang paling baik.
Mengapa diperlukan Media Peraga dalam Pelatihan ? 1) Cara Penyampaian Pesan Pelatihan Lebih Efektif, 2) Proses Pelatihan tidak
membosankan (lebih hidup), 3) Mudah dipahami oleh peserta pelatihan (PMR dan Calon PMR).

Media Peraga yang baik adalah sesuai dengan apa yang akan disampaikan : Jelas, Dapat didengar dengan baik, Lebih teliti/akurat, Benar/valid,
Menarik hati, Informatif/Komunikatif dan Efektif/Efisien.

7 (Tujuh) Syarat Media Peraga yang baik : 1)Menarik Hati, 2)Mengena di hati dan pikiran peserta didik, 3)Isi pesan jelas, 4)Menawarkan
manfaat, 5)Membangun kepercayaan, 6)Pesan yang konsisten, 7)Mengajak peserta didik melakukan aksi (positif).

Fungsi Media Peraga adalah sebagai : Alat Edukasi, Pesan Sosial, Promosi Ekonomi, Alat Politik dan Wahana Seni Budaya.

Jenis Media Peraga : Cetak Jenis Buku, Cetak Bukan Jenis Buku, Elektronik (TV-Video-LCD-dll.), Simulasi (Drama- Main Peran-Game) dengan
property.
P E N T I N G

Dalam Kegiatan Praktek Melatih, yang perlu diperhatikan adalah :


PENENTUAN JADWAL : berupa Surat Tugas Pelatih, Hari Latihan dan Materi yang akan disampaikan sesuai kurikulum PMR.
PERSIAPAN : berupa RPP (Rencana Pelaksanaan Pelatihan), Kesiapan Mental Pelatih, Media Peraga yang digunakan dan Peserta Didik (siapa
yang diberi pelatihan).
PELAKSANAAN : berupa Waktu yang diperlukan dan Penyampaian Materi (2 jam pelajaran/pertemuan) dan tempat latihan.

Dalam Pelaksanaan Pelatihan/ Melatih :


Metode yang digunakan (keterbatasan waktu : 2 jam pelajaran tiap pertemuan).
Materi yang akan disampaikan (Metode Ilmiah).
Hasil yang ingin dicapai setelah pelatihan.

Hal – hal penting dalam Pelaksanaan Pelatihan/ Melatih (Bila waktu 2 jam pelajaran) :
PEMBUKA (Do’a; Salam; Tujuan pelatihan) = 3 – 5 menit.
ISI MATERI (Penjabaran berdasar penguasaan materi : Tanya jawab, Diskusi, Praktek) = 60 – 80 menit.
PENUTUP (Kesimpulan; Harapan/Penegasan; Do’a; Salam) = 5 – 10 menit.

JURUS JITU dalam Pelaksanaan Pelatihan/ Melatih :


3-S (Senyum – Salam – Sapa).
Magic Words (Maaf – Tolong – Terimakasih).

Gut – Lak … ! (sw-87)


PENGAJUAN ANGGARAN KEPERLUAN
SEKSI PERLENGKAPAN

1. RINCIAN BIAYA PEMBUATAN PAPAN INFORMASI 10 UNIT DAN PAPAN FLIPCARD 2 UNIT
- Triplek Ukuran 3 mm @ Rp. 60.000,- X 10 lembar (Nota) : Rp. 600.000,-
- Kayu Kasau Ukuran 3 x 5 cm @ Rp. 20.000,- X 30 buah (Nota) : Rp. 600.000,-
- Kayu Kasau Ukuran 5 x 5 cm @ Rp. 25.000,- X 20 buah (Nota) : Rp. 500.000,-
- Whiteboard Ukuran 3 mm (Putih) X 1 lembar (Nota) : Rp. 70.000,-
- Cat Air Putih Ukuran 5 kg X 1 kaleng (Nota) : Rp. 60.000,-
- Cat Air Putih Ukuran 1 kg X 2 kaleng (Nota) : Rp. 40.000,-
- Siku Almunium Ukuran 1/2 Inchi @ Rp.25.000,- X 2 buah (Nota) : Rp. 50.000,-
- Paku Ukuran 3 Inchi @ Rp. 25.000,- X 2 kg (Nota) : Rp. 50.000,-
- Paku Ukuran 2 Inchi @ Rp. 25.000,- X 2 kg (Nota) : Rp. 50.000,-
- Paku Triplek Ukuran ½ Inchi @ Rp. 5.000,- X 1 bungkus (Nota) : Rp. 5.000,-
- Kuas Cat Poles Ukuran 4 Inchi @ Rp. 10.000,- X 1 buah (Nota) : Rp. 10.000,-
- Engsel Biasa Ukuran 3 Inchi @ Rp. 5.000,- X 3 psang (Nota) : Rp. 15.000,-

JUMLAH : Rp. 2.050.000,-


( Dua Juta Lima Puluh Ribu Rupiah )

2. KONSUMSI PENGERJAAN SEBELUM KEGIATAN


- Nasi Kuning Rp. 8.000,- X 5 orang X 2 hari (Nota) : Rp. 80.000,-
- Minum Rp. 2.000,- X 5 orang X 2 hari (Tanpa nota) : Rp. 20.000,-

JUMLAH : Rp. 100.000,-


( Seratus Dua Puluh Ribu Rupiah )

TOTAL PENGAJUAN SEKSI PERLENGKAPAN : Rp. 2.150.000,-


( Dua Juta Seratus Lima Puluh Rupiah ).

Sampit, Nopember 2017


Seksi Perlengkapan

Sabit Wiyanto
RINCIAN BAHAN PEMBUATAN PAPAN INFORMASI 10 UNIT DAN PAPAN FLIPCARD 2 UNIT :

- Triplek Ukuran 3 mm @ Rp. 40.000,- X 10 lembar : Rp. 400.000,-


- Kayu Kasau Ukuran 3 x 5 cm @ Rp. 20.000,- X 20 buah (bekatam) : Rp. 400.000,-
- Kayu Kasau Ukuran 4 x 6 cm @ Rp. 25.000,- X 20 buah (bekatam) : Rp. 500.000,-
- Whiteboard Ukuran 3 mm (Putih) X 1 lembar : Rp. 60.000,-
- Cat Air Permanen Ukuran 1 kg X 1 kaleng (Warna Putih) : Rp. 60.000,-
- Lis Siku Almunium Ukuran 1/2 Inchi @ Rp.20.000,- X 1 buah : Rp. 20.000,-
- Paku Ukuran 3 Inchi @ Rp. 40.000,- X 1 kg : Rp. 40.000,-
- Paku Ukuran 2 Inchi @ Rp. 40.000,- X 2 kg : Rp. 80.000,-
- Engsel Biasa Ukuran 3 Inchi @ Rp. 5.000,- X 3 buah : Rp. 15.000,-
- Paku Triplek Ukuran ½ Inchi @ Rp. 5.000,- X 1 bungkus (1/2 ons) : Rp. 5.000,-
- Kuas Cat Poles Ukuran 4 Inchi @ Rp. 5.000,- X 1 buah : Rp. 5.000,-

JUMLAH : Rp. 1.585.000,-


( Satu Juta Lima Ratus Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah )

Anda mungkin juga menyukai