Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Keracunan bukan hanya disebabkan karena pangan atau bahan kimia saja
namun bisa juga oleh hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang
sering terjadi di daerah tropis dan subtropis. Luka akibat gigitan ular dapat berasal
dari gigitan ular tidak berbisa maupun gigitan ular berbisa.
Diperkirakan 15% dari 3000 spesies ular yang ditemukan di seluruh dunia
dianggap berbahaya bagi manusia. Dalam tiga tahun terakhir, American
Association of Poison Control Centers telah melaporkan rata-rata terdapat 6000
kasus gigitan ular (snake bite) per tahunnya, dan 2000 kasus diantaranya
disebabkan oleh ular berbisa1. Data tentang kejadian gigitan ular berbisa di
Indonesia belum diketahui, tetapi pernah dilaporkan dari pulau Komodo di Nusa
Tenggara terdapat angka kematian 20 orang per tahun yang disebabkan gigitan
ular berbisa.1
Ular berbisa yang terdapat hampir di semua negara, kecuali Antartika
melumpuhkan mangsanya dengan menyuntikkan air liur yang mengandung racun
(bisa) ke dalam jaringan mangsa mereka melalui gigi taring khusus yang
berongga. Ular juga menggunakan bisanya untuk membertahankan diri dan akan
menggigit mereka yang mengancam, mengejutkan, atau memancingnya. Gigitan
ular yang disebabkan oleh famili Viperidae (contohnya pit viper) dan Elapidae
(contohnya krait dan kobra) adalah yang utama berbahaya bagi manusia. Racun
bisa ular sering berakibat fatal dan berpotensi sebagai kegawatdaruratan yang
harus mendapat penanganan serius. Gigitan ular berbisa dapat menimbulkan
manifestasi neurotoksik, vaskulotoksik, miotoksik, dan hematotoksik dengan
gejala dan tanda yang ringan sampai berat, seperti luka bekas gigitan, nyeri bekas
gigitan, pembengkakan pada sekitar gigitan, perdarahan, gangguan koagulasi,
paralisis otot pernafasan, kejang, dan akhirnya syok bahkan menyebabkan
kematian. Dalam penanganan gigitan ular diperlukan tatalaksana yang cepat dan
dipastikan penyebab gigitan apakah disebabkan ular berbisa atau tidak.

1
Identifikasi jenis gigitan dan gejala akibat gigitan berguna dalam penegakan
diagnosis maupun terapi untuk menghindari kecacatan dan keadaan yang
mengancam jiwa.2,3
Pengobatan terbaik untuk gigitan ular manapun adalah membawa korban ke
rumah sakit secepat mungkin di mana antibisa (campuran antibodi yang
menetralkan bisa) dapat diberikan3. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka saya
menulis mengenai gigitan ular agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai bahaya dan cara penanganan terhadap gigitan ular, khususnya ular
berbisa.2

Anda mungkin juga menyukai