20150340091
LO BLOK 16 SKENARIO 2
C. Faktor Dental
Rasa sakit didefinisikan sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang disebabkan
karena kerusakan jaringan atau oleh ancaman kerusakan itu. Sensasi tidak harus disebabkan
oleh kerusakan jaringan, tetapi juga oleh kondisi stimuli seperti suara bur dan jarum. Hal ini
disebabkan karena secara secara normal rasa sakit menimbulkan reaksi fisiologi dan psikologi
untuk melindungi tubuh dari kerusakan jaringan, sementara perilaku tidak kooperatif ialah
reaksi yang wajar saat anak merasakan sakit atau ketidaknyamanan (Koch dkk., 1991 cit.
Klingberg dan Raadal, 2003).
Situasi praktik dental juga turut mempengaruhi kecemasan dental. Saat pasien datang,
kecemasan telah berada dalam tingkat yang besar. Jika pasien dibiarkan duduk diruang
tunggu untuk beberapa waktu, kecemasannya meningkat. Saat pasien dibawa ke ruang
operasi, ia dihadapkan pada stimuli sensori yang mengakibatkan perasaan tidak nyaman.
Stimuli ini antara lain, lampu yang terang, pemandangan instrument-instrument dental dan
baju putih dokter gigi, bau medikasi yang tidak menyenangkan, dan bunyi-bunyi instrument
termasuk suara bur. Ditambah komunikasi yang buruk dengan dokter gigi akan menambah
kecemasan pada pasien (Sharma, 1976 cit. Hertanto, 2008).
Sumber : http://parwica.blogspot.co.id/2012/03/analisis-perbedaan-tingkat-kecemasan.html
Sumber : http://ivan-atjeh.blogspot.co.id/2012/01/anestesi-pediatri.html
Urai Rifaldy Aryandi
20150340091
Sumber : http://ivan-atjeh.blogspot.co.id/2011/06/sedasi-pada-pediatrik.html
Urai Rifaldy Aryandi
20150340091
5.
Indikasi teknik anestesi blok Fisher’s adalah untuk prosedur pada gigi rahang bawah
multiple pada satu region, anestesi jaringan lunak buccal, anestesi jaringan lunak lingual.
Sedangkan kontraindikasi blok Fisher’s adalah adanya infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi,
serta pasien dengan kemungkinan untuk menggigit jaringan lunak yang teranestesi.
Keuntungan anestesi blok Fisher’s adalah injeksi anestesi di satu tempat memberikan anestesi
pada area yang luas pada satu region. Namun, area yang luas pada anestesi blok Fisher’s ini tidak
diperlukan untuk keperluan prosedur lokal. Kerugian lain anestesi blok Fisher’s ini adalah adanya
persentase anesthesia yang tidak cukup, intraoral landmark yang menjadi acuan penyuntikan
kadang tidak terlihat, kadang terjadi aspirasi positif, anestesi lingual dan bibir bawah
menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien
BLOK MANDIBULA
A. N. Alveolaris Inferior dan N. Lingualis
Urai Rifaldy Aryandi
20150340091
Jari telunjuk diletakkan di belakang gigi molar ketiga kemudian digeser ke lateral untuk
mencar linea oblique eksterna lalu digeser ke median untuk mencari linea oblique interna
melalui trigonum retromolar.
Punggung jari harus menyentuh bucooklusal gigi yang terakhir, lalu jarum dimasukkan
kira- kira pada pertengahan lengkung kuku dari sisi rahang yang tidak dianestesi yaitu region
premolar sampai terasa kontak dengan tulang.
Syringe kemudian digeser kearah sisi yang akan dianestesi, harus sejajar dataran oklusal,
jarum ditusukkan lebih lanjut sedalam 6mm lalu lakukan aspirasi. Bila aspirasi negative,
larutan anestesi lokal dikeluarkan ½ cc untuk menganestesi N. Lingualis.
Syringe digeser lagi kea rah posisi pertama namun tidak penuh, sampai region caninus,
kemudian jarum ditusukkan lebih dalam menyusuri tulang kurang lebih 10- 15 mm sampai
terasa konta jarum dengan tulang terlepas(mencapai sulcus mandibula). Lakukan kembali
aspirasi, bila negative, larutan anestetikum dikeluarkan 1cc untuk menganestesi N.
Alveolarius inferior.
B. N. Buccinatorius
Blok N. Buccinatorius ditujukan untuk menganestesi daerah pipi dan membrane mukosa
bukal pada region gigi molar.
Saraf yang teranestesi pada blok ini adalah N. Buccal yang merupakan cabang dari N. V3
yang mempersarafi jaringan lunak dan periosteum buccal sampai gigi molar mandibular.
Anestesi blok N. Buccinatorius diindikasikan untuk prosedur dental pada region gigi molar
rahang bawah. Namun blok ini merupakan kontraindikasi untuk infeksi atau terdapat
inflamasi akut pada area injeksi
Sumber : https://adifkgugm.blogspot.co.id/2015/09/anestesi-lokal-dalam-pencabutan-gigi.html
D. Injeksi Supraperiosteal
Keringkan membran mukosa dan olesi dengan antiseptik. Dengan menggunakan kassa atau kapas
yang diletakkan di antara jari dan membran mukosa mulut, tariklah pipi atau bibir serta membran mukosa
yang bergerak ke arah bawah untuk rahang atas dan ke arah atas untuk rahang bawah, untuk memperjelas
daerah lipatan mukobukal atau mukolabial.
Untuk memperjelas dapat diulaskan yodium pada jaringan tersebut. Membran mukosa -akan
berwarna lebih gelap, suntiklah jaringan pada lipatan mukosa dengan jarum mengarah ke tulang dengan
mempertahankan jarum sejajar bidang tulang. Lanjutkan tusukan jarum menyelusuri periosteum sampai
ujungnya mencapai setinggi akar gigi. Untuk menghindari gembungan pada jaringan dan mengurangi rasa
sakit, obat dikeluarkan secara perlahan. Anestesi akan terjadi dalam waktu 5 menit.
BLOK MAKSILA
Urai Rifaldy Aryandi
20150340091
Untuk ekstraksi gigi atau anestesi mukoperiosteum sepertiga anterior palatum, yaitu dari
kaninus satu ke kaninus yang lain.
Titik suntikan terletak sepanjang papil insisivus yang berlokasi pada garis tengah rahang,
di posterior gigi insisivus sentral. Ujung jarum diarahkan ke atas pada garis tengah menuju
kanalis palatina anterior. Walau anestesi topikal bisa digunakan untuk membantu mengurangi
rasa sakit pada daerah titik suntikan, anestesi ini mutlak harus dipakai untuk injeksi
nasopalatinus. Sebaiknya dilakukan anestesi permulaan pada jaringan yang akan dilalui jarum.
E. Nervus Palatinus Major
Untuk ekstraksi gigi atau anestesi mukoperiosteum palatum dari tuber maksila sampai ke
regio kaninus dan dari garis tengah ke krista gingiva pada sisi bersangkutan.
Urai Rifaldy Aryandi
20150340091
Tentukan titik tengah garis khayal yang ditarik antara tepi gingiva molar ketiga atas di
sepanjang akar palatalnya terhadap garis tengah rahang. Injeksikan obat anestesi sedikit
mesial dari titik tersebut dari sisi kontralateral.
Karena hanya bagian dari nervus palatinus mayor yang keluar dari foramen palatinum
posterior yang akan dianestesi, jarum tidak perlu diteruskan sampai masuk ke foramen.
Injeksi ke foramen atau penyuntikkan obat anestesi dalam jumlah besar pada orifisium
foramen akan menyebabkan teranestesinya nervus palatinus medius sehingga palatum molle
menjadi kebal. Akibatnya akan timbul gagging.
Sumber : https://adifkgugm.blogspot.co.id/2011/07/teknik-anestesi.html
Mastikatorius. Penangulangan trismus dilakukan dengan cara pemberian analgetik, kompes air
panas selama 20 menit, latihan buka tutup mulut selama 5 menit setiap 3-4 jam, dapat pula
diberikan permen karet untuk melatih gerakan lateral. Bila trismus berlanjut lebih dari 7 hari,
maka konsulkan pada spesialis bedah mulut.
F. Hematom
Hematom sering terjadi pada komplikasi blok N. Alveolaris Inferior, N. Alveolaris Superior
Posterior, dan N. Mentalis/ Insisif. Pencegahan hematom dapat dilakukan dengan mengetahui
anatomi sehingga tidak terjadi penyebaran darah ke ronga ekstravaskuler. Penggunaan jarum
pendek pada anestesi N. Alveolaris superior posterior juga dapat dilakukan sebagai upaya
meminimalisasi hematom. Penanggulangan hematom akibat administrasi anestesi lokal adalah
dengan menekan perdarahan dan jangan mengompres panas selama 4-6 jam setelah kejadian,
namun setelah satu hari dapat dikompres hangat 20 menit per jam. Kompres dingin dapat
dilakukan segera setelah terjadi hematom untuk mengurangi perdarahan dan rasa sakit.
G. Infeksi
Infeksi terjadi akibat kontaminasi jarum dan dapat menyebabkan trismus. Bila infeksi berlanjut
sampai lebih dari hari ketiga, maka antibiotik diindikasikan untuk pasien tersebut.
H. Edema
Edema disebabkan oleh trauma selama anestesi lokal, infeksi, alergi, perdarahan, dan
penyuntikan anestetikum yang terkontaminasi alkohol. Penanggulangan edema dilakukan dengan
observasi bila edema disebabkan oleh trauma injeksi atau iritasi larutan, biasanya akan hilang 1-
3 hari tanpa terapi. Sedangkan bila lebih dari 3 hari dan disertai rasa sakit atau disfungsi
mandibula, antibiotik sebaiknya diberikan untuk pasien tersebut.
I. Trauma jaringan lunak
Pada pasien anak- anak, atau pasien dengan cacat mental, rasa baal setelah pemberian anestesi
lokal dapat menyebabkan pasien tersebut mengigit bibir maupun jaringan lunak lainnya.
Penanggulangan trauma jaringan lunak di sekitar area yang dianestesi dilakukan dengan
pemberian salep untuk mengurangi iritasi, analgesic, serta antibiotik jika diperlukan.
J. Lesi intraoral
Lesi intraoral umumnya disebabkan oleh trauma jarum pada jaringan saat insersi.
Penanggulangan lesi ini dilakukan dengan pemberian topikal anestesi praanestesi, pemberian
obat kumur, dan pemberian antibiotik jika terjadi infeksi.
SUMBER : https://adifkgugm.blogspot.co.id/2015/09/anestesi-lokal-dalam-pencabutan-gigi.html
7. Efek samping apabila dilakukan pencabutan saat anak cemas? Dan bagaimana penanganannya?