Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kinerja
2.1.1 Pengertian Kinerja

Menurut Schermerhorn kinerja adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh


kemampuan individu, motivasi dan dukungan organisasi, seperti sumber daya
tersedia, peralatan, teknologi, struktur organisasi, rancangan pekerjaan dan
tujuan yang jelas. Dennis C. Kinlaw juga menyatukan kinerja dipengaruhi oleh
kejelasan harapan dalam bentuk motivasi, kemampuan dan lingkungan yang
mendukung (Timpe, 1993).
Kinerja menurut Moh. As’ad (1995) merupakan kesuksesan seseorang
dalam melaksanakan pekerjaannya atau bisa disebut prestasi kerja. Menurut Paul
Goodman kinerja adalah sesuatu yang dikenal luas, sebagai output atau hasil
kerja, jadi hasil kerja itulah sebagai kinerja. Sedangkan Yaslis Ilyas (1999)
menyatakan kinerja adalah penampilan hasil kerja personal dalam suatu
organisasi.
Haider (1958) mengatakan kinerja adalah hasil interaksi antara motivasi
dengan ability atau kemampuan dasar. Herzberg (1959) juga menyatakan kinerja
dipengaruhi oleh faktor motivasi yang dimanifestasikan pada keberhasilan,
penghargaan, tanggung jawab, pekerjaan dan peningkatan diri. Koplemen
(1986) berpendapat juga bahwa kinerja dipengaruhi oleh motivasi dan
kemampuan.
Menurut Hall (1986) penilaian kerja merupakan proses yang
berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personal dan usaha untuk
memperbaiki unjuk personal dalam organisasi. Dengan demikian penilaian kerja
merupakan evaluasi terhadap hasil kerja dengan membandingkan dengan standar
penilaian kerja.
Kinerja dapat berupa penampilan individu dan kelompok. Jadi kinerja
merupakan hasil karya individu atau kelompok yang tidak terbatas hanya kepada
personal yang memangku jabatan struktur maupun fungsional, akan tetapi juga
kepada keseluruh jajaran yang ada dalam suatu organisasi. Penilaian kerja
merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personal dan
usaha untuk memperbaiki unjuk kerja personal dalam organisasi.

Deskripsi tentang kinerja menyangkut tiga komponen penting yaitu


tujuan, ukuran dan penilaian. Tujuan akan memberikan arah dan pengaruh
bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap
personal. Walaupun demikian penentuan tujuan tidaklah cukup, sebab itu
dibutuhkan ukuran apakah seorang personal telah mencapai kerja yang
diharapkan. Olehnya itu kualitas dan kuantitas adalah merupakan standar kinerja
untuk setiap tugas dan jabatan personal, memegang peran yang sangat penting.

Aspek ketiga dari definisi kinerja adalah penilaian. Menurut Certo, 1984,
bahwa penilaian kinerja adalah proses penelusuran kegiatan pribadi personal
pada masa tertentu dan menilai hasil karya yang ditampilkan terhadap
pencapaian sasaran sistem manajemen. Penilaian kinerja secara reguler yang
dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan kinerja setiap personel. Tindakan ini
akan membuat personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan
berperilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang hendak dicapai. Dengan
demikian jelaslah bahwa pengertian kinerja dengan deskripsi tujuan, ukuran
oprasional, dan penilaian regular mempunyai peran penting dalam merawat dan
meningkatkan motivasi personel.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001 : 82) faktor-faktor


yang memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1.Kemampuan mereka,
2.Motivasi, 3.Dukungan yang diterima, 4.Keberadaan pekerjaan yang mereka
lakukan, dan 5.Hubungan mereka dengan organisasi. Berdasarkaan pengertian di
atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan kualitas dan
kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu
aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau kemampuan
yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.

Menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor yang


memengaruhi kinerja antara lain : a. Faktor kemampuan Secara psikologis
kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan
pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya. b. Faktor motivasi Motivasi
terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi situasi
(situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai
terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental
yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja secara
maksimal. David C. Mc Cleland (1997) seperti dikutip Mangkunegara (2001 :
68), berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif antara motif berprestasi
dengan pencapaian kerja”. Motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif
berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu
kegiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar mampu mencapai prestasi kerja
(kinerja) dengan predikat terpuji.

Selanjutnya Mc. Clelland, mengemukakan 6 karakteristik dari seseorang


yang memiliki motif yang tinggi yaitu : 1) Memiliki tanggung jawab yang tinggi
2) Berani mengambil risiko 3) Memiliki tujuan yang realistis 4) Memiliki
rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan. 5)
Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam seluruh kegiatan kerja yang
dilakukan 6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah
diprogamkan Menurut Gibson (1987) ada 3 faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja : 1)Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga,
pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang. 2)Faktor psikologis :
persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja 3)Faktor
organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem
penghargaan (reward system).

Menurut Kopelman (1988), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja


adalah: individual characteristics (karakteristik individual), organizational
charasteristic (karakteristik organisasi), dan work characteristics (karakteristik
kerja). Lebih lanjut oleh Kopelman dijelaskan bahwa kinerja selain dipengaruhi
oleh faktor lingkungan juga sangat tergantung dari karakteristik individu seperti
kemampuan, pengetahuan, keterampilan, motivasi, norma dan nilai. Dalam
kaitannya dengan konsep kinerja, terlihat bahwa karakteristik individu seperti
kepribadian, umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan suku bangsa, keadaan
sosial ekonomi, pengalaman terhadap keadaan yang lalu, akan menentukan
perilaku kerja dan produktivitas kerja, baik individu maupun organisasi sehingga
hal tersebut akan menimbulkan kepuasan bagi pelanggan atau pasien.
Karakteristik individu selain dipengaruhi oleh lingkungan, juga dipengaruhi
oleh: (1) karakteristik orgnisasi seperti reward system, seleksi dan pelatihan,
struktur organisasi, visi dan misi organisasi serta kepemimpinan; (2)
karakteristik pekerjaan, seperti deskripsi pekerjaan, desain pekerjaan dan jadwal
kerja.

2.1.3 Penilaian Kinerja

Penilaian kerja adalah proses penilaian hasil karya personal dalam suatu
organisasi melalui instrumen penilaian kerja. Pada hakikatnya penilaian kerja
merupakan suatu evaluasi terhadap penilaian kerja personal dalam
membandingkannya dengan standar baku penampilan kegiatan. Penampilan
kegiatan ini membantu pengambilan keputusan bagian personalia dengan
memberikan umpan balik kepada personal tentang pelaksanaan tenaga kerja
mereka.

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna


mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya
kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada
dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi dinamika
pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka
dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja karyawan.

Menurut Bernardin dan Russel ( 1993 : 379 ) “ A way of measuring the


contribution of individuals to their organization “. Penilaian kinerja adalah cara
mengukur konstribusi individu ( karyawan) kepada organisasi tempat mereka
bekerja.

Menurut Cascio ( 1992 : 267 ) “penilaian kinerja adalah sebuah gambaran atau
deskripsi yang sistematis tentang kekuatan dan kelemahan yang terkait dari
seseorang atau suatu kelompok”.
Menurut Bambang Wahyudi ( 2002 : 101 ) “penilaian kinerja adalah suatu
evaluasi yang dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja /
jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya”.

Menurut Henry Simamora ( 338 : 2004 ) “ penilaian kinerja adalah proses yang
dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu
karyawan”.

2.1.4 Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Syafarudin Alwi ( 2001 : 187 ) secara teoretis tujuan penilaian


dikategorikan sebagai suatu yang bersifat evaluation dan development yang
bersifat efaluation harus menyelesaikan : 1.Hasil penilaian digunakan sebagai
dasar pemberian kompensasi 2.Hasil penilaian digunakan sebagai staffing
decision 3.Hasil penilaian digunakan sebagai dasar meengevaluasi sistem
seleksi. Sedangkan yang bersifat development penilai harus menyelesaikan :
1.Prestasi riil yang dicapai individu 2.Kelemahan- kelemahan individu yang
menghambat kinerja 3.Prestasi- pestasi yang dikembangkan.

2.1.5 Manfaat Penilaian Kinerja

Kontribusi hasil-hasil penilaian merupakan suatu yang sangat bermanfaat


bagi perencanaan kebijakan organisasi adapun secara terperinci penilaian kinerja
bagi organisasi adalah :

1. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi

2. Perbaikan kinerja

3. Kebutuhan latihan dan pengembangan

4.Pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi,


pemecatan, pemberhentian dan perencanaan tenaga kerja.

5. Untuk kepentingan penelitian pegawai

6. Membantu diagnosis terhadap kesalahan desain pegawai


2.2 Pelayanan Kesehatan

2.2.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan

Berikut adalah pengertian pelayanan kesehatan menurut para ahli:


1. Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
Pelayanan kesehatan adalah subsistem pelayanan kesehatan yang tujuan
utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif
(peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.
2. Menurut Azwar (1996)
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan perseorangan, keluarga kelompok ataupun masyarakat.
3. Menurut Depkes RI (2009)
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri
atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun
masyarakat.
4. Menurut Levey dan Loomba (1973)
Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah, dan mencembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.
Dari pengertian-pengertian diatas, disimpulkan bahwa pelayanan
kesehatan adalah semua jenis pelayanan di bidang kesehatan dalam bentuk
peningkatan taraf kesehatan, perencanaan dan rehabilitasi yang diberikan
seseorang atau kelompok kepada orang lain dalam suatu lingkungan tertentu.

2.2.2 Sistem Pelayanan Kesehatan

Menurut Hidayat(2008) sistem pelayanan kesehatan merupakan

bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini


tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan efektif, efisien dan

tepat sasaran.

Menurut Hidayat(2008) keberhasilan sistem pelayanan kesehatan

tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan.

Sistem terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan dan saling

mempengaruhi. Sistem terdiri dari: input, proses, output, dampak, umpan

balik dan lingkungan.

1. Input

Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk

berfungsinya sebuah sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi

masyarakat, tenaga dan sarana kesehatan, dan sebagainya.

2. Proses

Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil

yang diharapkan dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan

meliputi berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.

3. Output

Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan

kesehatan dapat berupa pelayanan yang berkualitas dan terjangkau

sehingga masyarakat sembuh dan sehat.

4. Dampak

Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam

waktu yang relatif lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah

masyarakat sehat, angka kesakitan dan kematian menurun.

5. Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari

sebuah sistem yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan

balik dalam pelayanan kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan.

6. Lingkungan

Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi

pelayanan kesehatan.

2.2.3 Strategi Pelayanan Kesehatan


1. Penggerak pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan
2. Memelihara, meningkatkan melindungi kesehatan individu,
keluarga, masyarakat dan lingkungan
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau
4. Meningkatkan kemandirian masyatakat hidup sehat

2.2.4 Tujuan Pelayanan Kesehatan


1. Promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan)
Hal ini diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, perbaikan
sanitasi lingkungan.
2. Preventif (pencegahan terhadap orang yang berisiko terhada penyakit)
Terdiri dari :
a). Preventif primer
Terdiri dari program pendidikan, seperti imunisasi, penyediaan
nutrisi yang baik dan kesegaran fisik.
b). Preventif sekunder
Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk
membatasi kecacatan dengan cara mengindari akibat yang timbul
dari perkembangan penyakit tersebut.
c). Preventif tersier
Pembuatan diagnosa ditunjukan untuk melaksanakan tindakan
rehabilitasi, pembuatan diagnosa dan pengobatan.
3. Kuratif (penyembuhan penyakit)
4. Rehabilitasi (pemulihan)
Usaha pemulihan seseorang untuk mencapai fungsi normal atau
mendekati normal setelah mengalami sakit fisik atau mental, cedera atau
penyalahgunaan.

2.2.5 Tingkat Pelayanan Kesehatan

Menurut Leavel & Clark(2005) tingkat pelayanan kesehatan

merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan pada

masyarakat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan harus memandang pada

tingkat pelayanan kesehatan yang akan diberikan, yaitu:

1. Health Promotion (Promosi Kesehatan)

Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui

peningkatan kesehatan. Bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan

masyarakat. Contoh: kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan,

dan sebagainya.

2. Specific Protection (Perlindungan Khusus)

Adalah masyarakat terlindung dari bahaya atau penyakit-penyakit

tertentu. Contoh: Imunisasi, perlindungan keselamatan kerja.

3. Early Diagnosis And Prompt Treatment (Diagnosis Dini & Pengobatan

Segera)

Sudah mulai timbulnya gejala penyakit. Dilakukan untuk mencegah

penyebaran penyakit. Contoh: survey penyaringan kasus.


2.2.6 Lembaga Pelayanan Kesehatan

Menurut Hidayat(2008) lembaga pelayanan kesehatan merupakan tempat

pemberian pelayanan kesehatan pada masyarakat untuk meningkatkan status

kesehatan. Bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan.

1. Rawat Jalan

Pusat pelayanan rawat jalan, sama dengan klinik, memberi pelayanan

kesehatan dengan cara rawat jalan. Pusat tersebut mungkin bergabung dengan

rumah sakit atau berfungsi secara mandiri dibawah suatu yayasan atau

dibawah pengawasan seorang dokter atau sekelompok dokter. Pusat

pelayanan rawat jalan mungkin dapat berlokasi dalam suatu fasilitas rawat

inap; tetapi sebagian besar berdiri sendiri dan berlokasi jauh dari institusi

rawat inap yang besar. “Pusat-Bedah” merupakan salah satu contoh dari pusat

pelayanan rawat jalan dimana klien datang untuk melakukan prosedur oprasi

minor seperti pengangkatan katarak, bedah plastik, dan prosedur endoskopi.

“Pusat perawatan darurat” yang memberikan pelayanan 24 jam bagi klien

dengan cedera minor atau penyakit seperti laserasi dan influenza. Pusat

perawatan darurat menawarkan alternatif pelayanan seperti yang diberikan

pada ruang kedaruratan rumah sakit.

2. Institusi

institusional terdiri dari rumah sakit, fasilitas perawatan yang

diperluas, fasilitas psikiatri, dan pusat rehabilitasi. Semuanya

menawarkan bentuk pelayanan kesehatan rawat inap (klien diterima

masuk dan tingga;l di suatu institusi untuk penentuan diagnosa,

menerima pelayanan pengobatan dan rehabilitasi). Sebagian besar

institusi juga menawarkan pelayanan rawat jalan (klien berkunjung ke


suatu institusi untuk menerima suatu episode diagnosa atau pengobatan

yang akan selesai dalam beberapa jam).

3. Hospice

Adalah suatu sistem perawatan yang berpusat pada keluarga yang

bertujuan agar klien dapat tinggal dirumahnya dengan aman, mandiri,

dan penuh harga diri, sambil meringankan penderitaan yang disebabkan

oleh penyakit terminal yang dideritanya. Fokus perawatan hospice

adalah perawatan paliatif, bukan pengobatan kuratif. Hospice dapat

bermanfaat untuk klien yang berada pada tahap terminal dengan penyakit

apapun, seperti kardiomiopati, sklerosis multiple, AIDS, kanker,

emfisema, atau penyakit ginjal.

4. Community Based Agency

Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang

dilakukan pada klien pada keluarganya, sebagaimana pelaksanaan

perawatan keluarga seperti praktek perawat keluarga dan lain-lain.

2.2.7 Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan

Menurut Perry(2009) dalam sistem pelayanan kesehatan dapat mencakup

pelayanan dokter, pelayanan keperawtan, dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Dokter merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan. Subsistem pelayanan

kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tidak meninggalkan

tujuan umum dari pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang ada sekarang

ini dapat diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun swasta. Dalam

pelayanan kesehatan terdapat 3 bentuk, yaitu:

1. Primary Health Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama)


Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada

masyarakat yang memiliki masalah kesehatan yang ringan atau

masyarakat sehat tetapi ingin mendapatkan peningkatan kesehatan agar

menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan kesehatan adalah

pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini dapat dilaksanakan

oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat dan lain-lain.

2. Secondary Helath Care (Pelayanan Kesehatan Tingkat Kedua)

Untuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat atau

klien yang membutuhkan perawatan dirumah sakit atau rawat inap dan

tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama. Pelayanan kesehatan

ini dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia tenaga spesialis atau

sejenisnya.

3. Tertiary Health Services (Pelayanan Kesehatan Tingkat Ketiga)

Palayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang

tertinggi dimana tingkat pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan

pelayanan pada tingkat pertama dan kedua. Biasanya pelayanan ini

membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli atau spesialis dan sebagai rujukan

utama seperti rumah sakit yang tipe A atau B.

2.2.8 Faktor Yang Mempengaruhi Pelayanan Kesehatan

Menurut Hidayat(2008) dalam memberikan pelayanan kesehatan

tidak segalanya tercapai sasaran, akan tetapi membutuhkan suatu proses

untuk mengetahui masalah yang ditimbulkannya. Pelaksanaan pelayanan

kesehatan juga akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat

karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Baru

Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu

pngetahuan dan teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan

atau juga sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti

perkembangan dan teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untuk

mengatasi masalah penyakit-penyakkit yang sulit dapat digunakan

penggunaan alat seperti laser, terapi perubahan gen dan lain-lain.

Berdasarkan itu, maka pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup

mahal dan pelayanan akan lebih profesional dan butuh tenaga-tenaga yang

ahli dalam bidng tertentu.

2. Pergeseran Nilai Masyarakat

Berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi

oleh nilai yang ada dimasyarakat sebagai penggunaan jasa pelayanan, dimana

dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa

pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan

pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam

penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga

sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang akan

memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan kesehatan, sehingga

kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan.

3. Aspek Legal dan Etik

Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau

pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula

tuntutan hukum da etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi


pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan

secara profesional dengan memperhatikan nilai-nilai hukum dan etika yang

ada dimasyarakat.

4. Ekonomi

Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat

ekonomi di masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan

kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga

sebaliknya apabila tingkat ekonomi seseorang rendah, maka akan sulit

menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan

kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini yang

akan dapat mempengaruhi dalam sistem pelayanan kesehatan.

5. Politik

Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat

berpengaruh sekali dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-

kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.

2.2.9 Syarat Pelayanan Kesehatan


1. Tersedia dan Berkesinambungan
Pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta
bersifat berkesinambungan, artinya semua pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan
2. Dapat Diterima dan Wajar
Artinya pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan
keyakinan dan kepercayaan masyarkat.
3. Mudah Dicapai
Dipandang sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan
kesehatan yang baik pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi
sangat penting.
4. Mudah Dijangkau
Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat
diupayakan biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat.
5. Bermutu

Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa

pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai dengan

kode etik serta standart yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai