Isi Konsep Dokumentasi
Isi Konsep Dokumentasi
PENDAHULUAN
1
Menurut Tunglapan (dalam Isti Handayaningsih, 2009) dokumentasi
keperawatan merupakan suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan
bukti dalam persoalan hukum. Pendokumentasian merupakan unsur pokok
dalam pertanggungjawaban kinerja profesi. Tanpa dokumentasi yang benar
dan jelas kegiatan pelayanan keperawatan yang telah dilaksanakakan oleh
seorang perawat tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan memperbaiki status
kesehatan klien.
Dokumentasi adalah bagian integral bukan suatu yang berbeda dari
metode problem solving. Dokumentasi keperawatan mencangkup pengkajian,
diagnose, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Perawat kemudian
mengobservasi dan mengevaluasi rspon klien terhadap intervensi yang
diberikan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada profesi
kesehatan lainnya. Perkembangan ilmu keperawatan di Indonesia belum
menunjukkan arah signifikan terhadap perlunya pedoman sistem dokumentasi
yang benar – benar aplikatif di semua jenjang pelayanan. Kesenjangan antara
idealisme ilmu keperawatan di bangku pendidikan kenyataan di lapangan
masih menjadi kendala terhadap lajunya profesionalisme keperawatan (Isti,
Handayaningsih, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsep dokumentasi ?
2. Apa saja komponen model dokumentasi keperawatan ?
3. Bagaimana dokumentasi efektif ?
4. Apa tujuan utama dokumentasi ?
5. Bagaimana trend dan perubahan yang berdampak terhadap dokumentasi ?
6. Apa manfaat pentingnya dokumentasi ?
7. Apa saja hal yang perlu diperhatikan dalam dokumentasi ?
8. Apa saja prinsip – prinsip dokumentasi ?
2
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Agar teori ini dapat diimplementasikan oleh perawat dalam melaksanakan
kegiatan proses keperawatan untuk menjamin asuhan keperawatan secara
optimal serta meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui pengertian konsep dokumentasi.
2. Untuk mengetahui komponen model dokumentasi keperawatan.
3. Untuk mengetahui dokumentasi efektif.
4. Untuk mengetahui tujuan utama dokumentasi.
5. Untuk mengetahui trend dan perubahan yang berdampak terhadap
dokumentasi.
6. Untuk mengetahui manfaat pentingnya dokumentasi.
7. Untuk mengetahui hal yang perlu diperhatikan dalam dokumentasi.
8. Untuk mengetahui prinsip – prinsip dokumentasi.
D. Manfaat Penulisan
Sebagai acuan bagi perawat dalam melakukan dokumentasi keperawatan
sehingga pencatatan yang dilakukan dapat memberikan informasi yang
spesifik terhadap kesehatan pasien dan dokumentasi keperawatan dapat
dilakukan sesuai dengan standar praktek keperawatan.
3
BAB II
A. Pengertian Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan adalah sebuah bukti pencatatan dan
pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang
berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan
lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat (Wahid dan Suprapto,
2012). Dokumentasi keperawatan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat, berkaitan dengan pencatatan dan penyimpanan informasi yang
lengkap dan benar, tentang keadaan pasien selama dirawat. Kegiatan konsep
pendokumentasian meliputi ketrampilan berkomunikasi, ketrampilan
pendokumentasian proses keperawatan, dan ketrampilan standar.
Dokumentasi keperawatan merupakan bukti pelayanan keperawatan
yang profesional. Karena dengan dokumentasi, semua aspek baik pengobatan
dan perawatan yang dilakukan oleh tim kesehatan tertulis dengan teratur
sehingga dapat membuatkan gambaran kondisi kesehatan pasien secara
keseluruhan.
Pengertian Dokumentasi Keperawatan Menurut Ahli.
1. Kozier dan ERB.
Metode sistematis untuk mengidenfikasi masih klien, merencanakan,
menimplementasi strategi pemecahan masalah mengevaluasi efektifitas dari
tindakan keperawatan yang telah diberikan.
2. Ellis dan Nowlis.
Metode pemecahan masih dalam askep yang telah diberikan meliputi 4
langkah : pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
4
3. Whole.
Sekelompok tindakan yang dilakukan untuk menentukan, merencanakan,
menginplementasi dan mengevaluasi askep.
4. Jieger.
Proses pemecahan masalah dan diterapkan untuk mengambil keputusan
tentang askep pada klien meliputi 5 langkah pengkajian, diagnosa,
perencanaan, impelemntasi dan evaluasi.
Menurut Wahid dan Suprapto (2012) Penting bagi perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan (askep) digunakan sebagai tanggung jawab
dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah yang dialami klien
tidak puas atau puas.
B. Komponen Model Dokumentasi Keperawatan
Model pendokumentasian adalah merupakan cara menggunakan
dokumentasi dalam penerapan proses asuhan. Model dokumentasi
keperawatan yang dipakai di Indonesia menggunakan 7 model dokumentasi,
yaitu sebagai berikut.
1. SOR (Source-Oriented Record)
Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber
yang mengelola pendokumentasian. Bagian penerimaan klien mempunyai
lembar penerimaan tersendiri seperti dokter yang menggunakan lembar untuk
mencatat instruksi, lembar riwayat penyakit, dan perkembangan penyakit
sedangkan perawat menggunakan catatan keperawatan, begitupula disiplin
lain mempunyai catatan masing-masing.
Catatan berorientasi pada sumber (SOR) terdiri dari lima komponen yaitu:
A. Lembar penerimaan berisi biodata,
B. Lembar instruksi dokter,
C. Lembar riwayat medis/penyakit
D. Catatan perawat,
E. Catatan dan laporan khusus
5
A. Keuntungan SOR
1. Menyajikan data yang berurutan dan mudah diidentifikasi
2. Memudahkan perawat untuk secara bebas menentukan bagaimana data
akan didokumentasikan.
3. Format dapat menyederhanankan proses pendokumentasian masalah,
kejadian, perubahan, intervensi dan respon klien atau hasil
B. Kerugian SOR
1. Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi, karena tidak
berdasarkan urutan waktu
2. Kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumnya bila tidak
mengulang dari awal
3. Superficial pencatatan tanpa data yang jelas
4. Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan
masalah dan tindakan/intervensi yang akan diberikan kepada klien.
5. Waktu pelaksanaan asuhan memerlukan waktu yang banyak
6. Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam tahap
interpretasi/analisis data
7. Perkembangan klien sulit dimonitor
8. Menghabiskan waktu
9. Catatan tidak teratur, berpindah dari satu masalah ke masalah lain tanpa
penghubung yang jelas.
2. POR (Problem-Oriented Record)
Problem-Oriented Record (POR) Diperkenalkan : Dr. Lawrence Weed
(USA) Awal : POMR (Problem Oriented Medical Record) Merupakan
alat yang efektif untuk membantu tim kesehatan. mengidentifikasi masalah
pasien, merencanakan terapi, diagnosa dan penyuluhan serta mengevaluasi
dan mengkaji perkembangan pasien.
Model ini memusatkan data tentang klien yang didokumentasikan dan
disusun menurut masalah klien. Sistem dokumentasi ini mengintegrasikan
6
semua data menegenai masalah yang dikumpukan oleh dokter, perawat, atau
profesi kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada klien.
Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen, yaitu:
a. Data Dasar
Data berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pertama
kali masuk Rumah Sakit. Data dasar mencakup pegkajian keperawatan,
riwayat penyakit/kesehatan, pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi, dan
hasil laboratorium. Data dasar yang telah terkumpul selanjutnya digunakan
sebagai sarana mengidentifikasi masalah klien.
Tergantung pada masing-masing unit misalnya: unit kebidanan akan
berbeda dengan yang dibutuhkan oleh unit pediatrik atau unit bedah. Perlu
dibuat pedoman wawancara sesuai dgn kebutuhan.
b. Daftar Masalah
Daftar Masalah berisi masalah yang telah teridentifikasi dari data
dasar. Selanjutnya masalah disusun secara kronologis sesuai dengan
tanggal teridentifikasinya masalah. Daftar masalah ditulis pertama kali
oleh perawat yang pertama kali bertemu dengan klien atau orang yang
diberikan tanggung jawab. Daftar masalah ini dapat mencakup masalah
fisiologis, psikologis, sosio-kultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi,
dan lingkungan. Daftar ini berada pd bagian depan status klien dan setiap
masalah diberi tanggal, nomor, dirumuskan dan dicantumkan nama
perawat yang menemukan masalah tersebut.
c. Daftar Awal Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan ditulis oleh perawat yang menyusun
daftar masalah. Dokter menulis instruksi medis sedangkan perawat menulis
instruksi keperawatan atau rencana asuhan keperawatan. Perencanaan awal
terdiri dari tiga bagian:
7
Diagnostic. Dokter mengidentifikasi apa pengkajian diagnostic perlu
dilakukan terlebih dahulu. Menetapkan prioritas untuk mencegah
duplikasi intervensi dan memindah kebutuhan klien. Koordinasi
pemeriksaan untuk menegakkan diagnostic sangat penting.
Terapi usulan. Dokter menginstruksikan terapi khusus berdasarkan
masalah. Termasuk pengobatan, kegiatan yang tidak boleh dilakukan,
diet, penanganan secara khusus, dan observasi yang harus dilakukan.
Jika masalah awal diagnosis keperawatan, perawat dapat menyusun
urutan usulan intervensi asuhan keperawatan.
Pendidikan klien
d. Catatan perkembangan
Catatan perkembangan (progress notes) berisikan
perkembangan/kemajuan dari tiap-tiap masalah kesehatan klien yang telah
dilakukan intervensi dan disusun oleh semua perawat yang terlibat dengan
menambahkan catatan perkembangan pada lembar yang sama. Beberapa
acuan catatan perkembangan dapat digunakan, antara lain:
SOAP (subjective, objective, analysis/assessment, dan plan)
SOAPIER (SOAP ditambah Intervention, Evaluation, dan Revise )
PIE (Problem-Intervention-Evaluation)
A. Keuntungan:
Fokus asuhan keperawatan lebih ditekankan pada masalah klien dan
proses penyelesaian masalah daripada tugas dokumentasi.
Pendokumentasian tentang kontinuitas dari asuhan keperawatan.
Evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas didokumentasikan. Data
disusun berdasarkan masalah yang spesifik.
Daftar masalah merupakan check list untuk diagnosis keperawatan dam
untuk masalah klien. Daftar masalah tersebut mengingatkan perawat
untuk suatu perhatian.
8
Data yang perlu diintervensi dijabarkan dalam rencana asuhan
keperawatan.
B. Kerugian:
Penekanan hanya berdasarkan masalah, penyakit, dan ketidak mampuan
dapat mengakibatkan pada pendekatan pengobatan yang negative.
Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah belum dilakukan
intervensi atau munculnya masalah yang baru.
Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk daftar
masalah.
SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu, jika sering
adanya target evaluasi atau tujuan perkembangan klien sangat lambat.
3. Progress-Oriented-Record (POR)
Catatan Berorientasi Pada Perkembangan/Kemajuan(Progress-Orieted
Record).Tiga catatan berorientasi pada perkembangan adalah catatan perawat,
flow sheet, dan catatan pemulangan atau ringkasan rujukan. Ketiga jenis ini
digunakan baik pada sistem dokumentasi yang berorientasi pada sumber
maupun berorientasi pada maslah. Sebagian penjelasan tentang sistem
dokumentasi ini telah diuraikan sebagi komponen dari pendokumentasian
yang yang berorientasi pada masalah
Catatan perawat.
Catatan perawat harus ditulis setiap 24 jam, meliputi berbagai informasi
tentang:
a) Pengkajian satu atau lebih tenaga keperawatan tentang klien, misalnya
warna kulit pucat atau merah, urin berwarna gelap atau keruh.
b) Asuhan keperawatan bersipat mandiri seperti perawatan kulit, pendidikan
kesehatan, dan melakukan kegiatan atau inisiatif perawat sendiri.
c) Asuhan keperawatan bersipat pendelegasian misalnya member obat atau
intervensi penanganan lain yang diinstruksikan oleh dokter.
d) Evaluasi keberhasilan setiap asuhan kepaerawatan.
9
e) Tindakan yang dilakukan oleh dokter tetapi mempengaruhi asuhan
keperawatan.
f) Kunjungan berbagi anggota tim kesehatan, misalnya konsultasi dokter,
pekerja sosial, atau pemuka agama.
Cara penulisan bergantung pada sistem dokumentasi yang berorientasi pada
pada sumber atau masalah.
Lembar alur
10
masih aharus diteruskan, kebiasaan makan dan istirahat,kemampuan untuk
asuhan mandiri, jaringan dukungan(support system), pola/gaya hidup, dan
agama. Pencatatan pemulangan klien ditujukan untuk profesi kesehatan yang
akan meneruskan home care dan juga informasi pada klien.
11
waktu untuk mencatat sehingga banyak waktu yang digunakan untuk asuhan
keperawatan langsung pada klien.
CBE mengintegrasikan tiga komponen kunci menjadi duakomponen
kunci yaitu:
1. Flow sheet yang berup kesimpulan penemuan yang penting dan
menjabarkan indicator pengkajian dan penemuan termasuk instruksi
dokter/perawat, grafik, catatan pendidikan, dan catatan pemulangan pasien.
2. Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik keperawatan sehingga
mengurangi pendokumentasian tentang hal yang rutin secara berulang kali.
Oleh karena itu standar harus cukup spesifik, menguraiakan praktik
keperawatan yang sebenarnya, serta harus dilakukan oleh perawat di
bangsal, walaupun ada standar khusus yang disusun sesuai unit masing-
masing.
Contoh:
Standar terkait dengan keberhasilan, misalanya pola kebersihan meliputi:
perawat harus memastikan bahwa seprei klien telah diganti tiga hari sekali
atau jika diperlukan. Kemudian diberi tanIda(V) pada kotak standar rutin yang
terdapat dalam catatan grafik.
A. Keuntungan:
1. Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi.
2. Data yang tidak normal tampak jelas.
3. Data yang tidak normal secara mudah dapat ditandai dan dipahani.
4. Data normal atau respon yang diharapkan tidak mengganggu
informasi lain.
5. Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu
dituliskan.
6. Pendokumentasian ulang/duplikasi dapat dikurangi.
7. Data klien dapat didokumentasikan pada format klien secepatnya.
8. Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien.
12
9. Jumlah halamn lebih sedikit digunakan dalam dokumentasi.
10. Rencana suhan keperawatan disimpan sebagai catatan permanen.
B. Kerugian:
1. Pendokumentasian secara narasi sangat bergantung pada cek list
2. Kemungkinan ada masih ada dokumentasi yang masih kosong atau
tidak ada.
3. Pendokumentasian rutin sering diabaikan.
4. Tidak mengakomodasikan pendokumentasian disiplin ilmu lain.
5. Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan
adanya suatu kejadian.
Penggunaan
13
Format PIE dapat digunakan untuk sistem pemberian asuhan
keperawtan primer. Pada keadaan klien yang akut, perawat primer dapat
melakukan pendokumentassian pengkajian ketika pertama kali klien masuk
dan untuk pengakajian sistem tubuh yang diberi tanda PIE setiap hari. Setelah
itu perawat associate(PA) akan melaksanakan intervensi sesuai yang telah
direncanakan. Karena PIE didasarka pada proses keperawatan, maka akan
membantu memfasilitasi perbedaan pembelajaran dikelas dan keadaan nyata
pada tatanan praktik pedokumentasian yang sesuggguhnya.
Karakteristik PIE
14
3. Memungkinkan pemberian asuhan keperawatanyang continue karena
secara jelas mengidentifkasi masalah klien dan intervensi
keperawatan.
4. Perkembangan klien, mulai dari ketika pertama kali klien masuk
asampai pulang dapat dengan mudah digambarkan.
5. Dapat diadaptasi untuk pendokumentasian yang otomatis.
B. Kerugian:
1. Tidak dapat dipergunakan untuk pendokumentasian semua disiplin
ilmu.
2. Pembatasan rencana intevensi yang tidak aplikatif untuk berbagai
situasi keperawatan.
6. Proses-Oriented System (Focus)
Pendokumentassian FOCUS adalah suatu proses- orientasi dan klien-
fokus. Hal ini menggunakan proses keperawatan untuk mengorganisasikan
dokumentasi keperawatan. Catatan perkembangan pada penulisannya
menggunakan format Data-Action-Respon(DAR) dengan tiga kolom.
Data: berisi tentang data subjektif dan objektif yang mendukung
dokumentasi focus.
Action: merupakan asuhan keperawatan yang segera atau yang akan
dilakukan berdasarkan pengakajian/evaluasi keadaan klien.
Respon: menuliskan respon klien terhadap tindakan medis atau
keperawatan.
Penggunaaan
FOCUS dapat diperguanakan untuk menyusun fungsi DAR sebagai kunci dan
pedoman terhadap kewajiban orientasi proses.
A. Keuntungan:
15
1. Istilah FOCUS lebih luas dan positif dibandingkan penggunaan istilah
problem.
2. Pernyataan FOCUS pada tingkat yang tinggi adalah diagnosis
keperawatan.
3. FOCUS dengan DAR adalah fleksibel dan menyediakan kunci dan
pedoman pendokumentasian diagnosis keperawatan.
4. Catatan rencana asuhan keperwatan merupakan pendokumentasian
indeks berdasarakan tanda FOCUS yang memudahkan data untuk
dikenali.
5. Waktu lebih singkat tanpa harus menuliskan pada beberapa bagian pada
format.
6. Sistem ini mudah dipergunakan dan mudah dimengerti oleh profesi
kesehtan lainya karena bahasa dan proses pendokumentasian
menggunakan istilah yang umum.
B. Kerugian:
1. Penggunaan pendokumentasian Action dapat membingungkan,
khususnya untuk membedakan intervensi antara yang akan dengan
yang telah dilakukan.
2. Penggunaan FOCUS pada kolom tidak konsisten dengan istilah pada
rencana asuhan keperawatan.
16
aktifitas sehari-hari. Titik berat difokuskan pada ringkasan tertulis yang
ditujukan pada diagnosis keperawatan dan masalah klien.
2. Perencanaan keperawatan memiliki dua bagian. Bagian pertama merupakn
bagian dari catatan permanen. Bagian kedua digunakan sebagai lembar
kerja(work sheet) dan kombinasi informasi dari flow sheet.
3. Flow sheet memberikan informasi mengenai aktivitas sehari-hari klien dan
respon dari asuhan keperawatan, pengobatan, prosedur diagnostic, dan
konseling pada klien. Parameter pada flow sheet berhubungan dengan
sistem klasifikasi klien.
4. Catatan perkembangan disusun dalam format tiga kolom. DAE yang
merupakan singkatan dari database, Action, Evaluation memberikan
panduan untuk mengorganisasikan isi dalam kolom catatan perkembangan.
5. Ringkasan discharge planning meliputi informasi mengenai diagnosis
keperawatan, konseling klien, dan kebutuhan untuk follow up.
6. Penggunaan sistem ini dapat digunakan pada fasilitas perawatan akut dan
kronis.
A. Keuntungan:
1. Memfasilitasi dokumentasi untuk seluruh komponen proses
keperawatan.
2. Format DAE yang merupakan kumpulan dari diagnosis keperawatan
dan status funsional membentuk sustu variasi dari pemecahan
masalah.
3. DAE mengembangkan dokumentasi yang lebih efisien.
4. Meningkatkan dokumentasi mengenai informasi psikososial sehari-
hari.
B. Kerugian:
1. Bukti dari kronologi tidak selalu tergambar.
2. Catatan perkembangan tidak selalu berhubungan dengan perencanaan
keperawatan.
17
3. Dibutuhkan pemantauan (monitoring) yang teliti untuk jaminan mutu.
4. Pengembangan dari format membutuhkan banyak waktu.
C. Dokumentasi Efektif
18
4. Penggunaan singkatan, perawat harus tahu
1. Hukum
Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan memberikan kemudahan
bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui
sejauh mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah baru dapat
diidentifikasi dan dimonitor melalui catatan yang akurat. Hal ini akan membantu
meningkatkan mutu yankep.
3. Komunikasi
4. Keuangan
19
5. Pendidikan
6. Penelitian
Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi
keperawatan dalam memberikan askep pada klien. Dengan demikian dapat diambil
kesimoulan tingkat keberhasilan pemeberian askep yang diberikan, guna pembinaan
lebih lanjut.
2. Lakukan pencatatan minimal pada data rutin. Hanya untuk mencatat data yang
penting
3. Catat jumlah waktu yang diperlukan dan perkiraan penggunaan waktu
4. Jangan mengulang catatan narasi yang telah dicatat pada lembar alur (flow sheet)
kecuali ada hasil penting yang dilaporkan dan memerlukan kejelasan
20
6. Buat agar sebagain besar waktu memungkinkan untuk melakukan catatan, seperti
penempatan formulir sedekat mungkin
21
Data Statistik dari dokumentasi keperawatan dapat membantu
merencanakan kebutuhan di masa mendatang, baik SDM, sarana dan
prasarana serta teknis.
d. Sebagai sarana pendidikan
Dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan
benar akan membantu para siswa keperawatan maupun siswa kesehatan
lainnya dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan pengetahuan
dan membandingkannya baik teori maupun praktek lapangan.
e. Sebagai sumber data penelitian
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai
sumber data penelitian. Hal ini erat kaitannya dengan yang dilakukan
terhadap asuhan yang diberikan sehingga melalui penelitian dapat
diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan yang aman, efektif, dan etis
f. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan
Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik dan benar,
diharapkan asuhan keperawatan yang berkualitas dapat tercapai karena
jaminan kualitas merupakan bagian dari program prngembangan
pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat diwujudkan tanpa
dokumentasi yang kontinu, akurat dan rutin baik yang dilakukan perawat
maupun tenaga kesehatan lainnya. Audit jaminan membantu untuk
menetapkan suatu akreditasi pelayanan keperawatan dalam mencapai
standar yang telah ditetapkan.
g. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan berkelanjutan
Dengan dokumentasi didapatkan data yang aktual dan konsisten
mencakup seluruh kegiatan keperawatan yang dilakukan melalui tahapan
kegiatan proses keperawatan.
(Isti, Handayaningsih, 2009)
22
E. Trend dan Perubahan yang Berdampak Terhadap Dokumentasi
Tren perubahan yang terjadi dalam system pelayanan kesehatan
berpengaruh terhadap dokumentasi keperawatan dan masalah-masalah
kegiatan pendokumentasian oleh perawat dalam melaksanakan kegiatan
sehari-hari. Masalah-masalah dokumentasi dan perubahan yang
mempengaruhi pentingnya pendokumentasian keperawatan adalah sebagai
berikut :
1. Praktik Keperawatan
23
Akibatnya data yang masuk harus semakin lengkap dan tajam sebagai
manifestasi bukti dasar lingkup wewenang dan pertanggung jawaban.
Kemampuan perawat untuk mendokumentasikan sering disamakan dengan
kemampuan dalam mengambil keputusan dan melakukan intervensi
keperawatan.
5. Keterampilan Keperawatan
6. Konsumen
24
care) bagi klien yang tidak memerlukan perawatan perawatan maksimal
merupakan tren pelayanan dimasa depan. Perubahan tersebut memerlukan
suatu pembenahan tentang pendokumentasian yang lengkap dan akurat
khususnya pada saat pertama kali klien masuk rumah sakit, tingkat asuhan
keperawatan, dan keahlian dalam pemberian pelayanan.
7. Biaya
9. Akreditasi Kontrol
25
informasi tentang daftar kode (coding) memberikan gambaran kebutuhan
klien dan asuhan keperawatan yang telah diterima.
a. Aspek hukum
26
perlunya dihindari adanya penulisan yang dapat menimbulkan
interpretasi yang salah. Dokumentasi keperawatan yang dibuat
merupakan aspek legal didepan hukum. Dokumentasi merupakan bukti
catatan dari tindakan yang diberikan dan sebagai dasar untuk
melindungi pasien, perawat dan institusi.
c. Komunikasi
Dokumentasi yang baik dan teliti akan menjadi bukti bahwa tindakah
telah dilakukan oleh perawat. Dan dengan dokumentasi ini maka
besarnya jasa yang diberikan akan diberikan sesuai dengan aturan
yang ditetapkan ditempat masing-masing.
27
e. Pendidikan
f. Penelitian
g. Akreditasi
1. Isi
Informasi yang ditulis harus lengkap , akurat, jelas, mengandung fakta
(obyektif) dan tidak menggunakan istilah atau singkatan yang tidak
28
umum. Informasi mengenai klien dan tindakan yang diberikan harus
sesuai dengan kondisi pasien sesungguhnya.
2. Waktu
Dokumentasikan waktu setiap melakukan intervensi keperawatan. Up
to date, laporan yang terlambat merupakan suatu kelalaian yang serius
dan penyebab kelambatan dalam memberikan suatu tindakan. Misalnya
kesalahan dalam melaporkan penurunan tekanan darah dapat
memperlambat pemberian obat yang diperlukan. Pendokumentasian ini
mencakup :
vital sign
penatalaksanaan medis
persiapan dilakukan diagnostic test dan pembedahan
perubahan status
waktu masuk, pindah, pulang atau kematian klien
penatalaksanaan untuk perubahan status yang tiba-tiba.
3. Format
Gunakan format yang telah ada sesuai dengan kebijaksanaan institusi
pelayanan kesehatan
4. Kerahasiaan
Komunikasi yang rahasia adalah informasi yang diberikan oleh
seseorang kepada orang lain yang dipercaya dan merahasiakan bahwa
beberapa informasi itu tidak akan diungkapkan. Pasien mempunyai hak
untuk memastikan bahwa informasi yang ada dalam catatan kesehatannya
terjaga kerahasiaannya.
5. Akuntabilitas
Berikan nama dan tanda tangan setiap melakukan intervensi
keperawatan. jangan menggunakan penghapus atau tip-ex bila melakukan
kesalahan dalam penulisan. Selain itu, menurut Potter and Perry, 2005,
29
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendokumentasikan asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut :
a) Jangan menghapus menggunakan tip-ex atau mencatat tulisan yang
salah ketika mencatat cara yang benar menggunakan garis pada
tulisan yang salah, kata salah lalu di paraf kemudian tulis catatan
yang benar.
b) Jangan menulis komentar yang bersifat mengkritik klien maupun
tenaga kesehatan lain. Karena bisa menunjukkan perilaku yang tidak
profesional atau asuhan keperawatan yang tidak bermutu.
c) Koreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan
menulis diikuti kesalahan tindakan.
d) Catatan harus akurat teliti dan reliabel, pastikan apa yang ditulis
adalah fakta, jangan berspekulatif atau menulis perkiraan saja.
e) Jangan biarkan bagian kosong pada akhir catatan perawat, karena
dapat menambahkan informasi yang tidak benar pada bagian yang
kosong tadi, untuk itu buat garis horisontal sepanjang area yang
kosong dan bubuhkan tanda tangan dibawahnya.
f) Semua catatan harus bisa dibaca dan ditulis dengan tinta dan
menggunakan bahasa yang jelas.
g) Jika perawat mengatakan sesuatu instruksi, catat bahwa perawat
sedang mengklarifikasikan, karena jika perawat melakukan tindakan
di luar batas kewenangannya dapat di tuntut.
h) Tulis hanya untuk diri sendiri karena perawat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat atas informasi yang ditulisnya.
i) Hindari penggunaan tulisan yang bersifat umum (kurang spesifik) ,
karena informasi yang spesifik tentang kondisi klien atas kasus bisa
secara tidak sengaja terhapus jika informasi bersifat terlalu umum.
Oleh karena itu tulisan harus lengkap, singkat, padat dan obyektif.
30
j) Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan ditandatangani
setiap selesai menulis dokumentasi. Dengan demikian dokumentasi
keperawatan harus obyektif, konfrehensif, akurat dan
menggambarkan keadaan klien serta apa yang terjadi pada dirinya.
H. Prinsip-Prinsip Dokumentasi
31
k Wajib membaca setiap tulisan dari anggota tim kesehatan yang lain,
sebelum menulis data terakhir yang akan dicatat.
l Dokumentasi harus dibuat dengan tepat, jelas dan lengkap.
32
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dokumentasi keperawatan adalah sebuah bukti pencatatan dan pelaporan
yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk
kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis
dengan tanggung jawab perawat. Model pendokumentasian adalah merupakan
cara menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses asuhan. Model
dokumentasi keperawatan yang dipakai di Indonesia menggunakan 7 model
dokumentasi SOR (Source-Oriented Record), POR (Problem-Oriented Record),
Progress-Oriented-Record (POR), Problem-Intervension-Evaluation (PIE),
Proses-Oriented System (Focus), dan Sistem Pendokumentasian Core Dengan
Format Dae.
33
berpengaruh terhadap dokumentasi keperawatan dan masalah-masalah kegiatan
pendokumentasian oleh perawat dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.
B. Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan untuk kedepannya agar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Hutahaean, Sri. 2010. Konsep dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Trans Nfo
Media
34