BAB I Nosokomial
BAB I Nosokomial
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah penyakit yang disebabkan
oleh invasi patogen atau mikroorganisme yang berkembang biak dan bertahan hidup
dengan cara menyebar dari satu orang ke orang lain sehingga menimbulkan sakit pada
seseorang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka
kesakitan dan kematian di dunia.Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial atau Healthcare Associated Infections (HAIs) adalah
infeksi yang didapat pasien dari rumah sakit pada saat pasien menjalani proses
asuhan keperawatan. Infeksi nosokomial pada umumnya terjadi pada pasien yang
dirawat di ruang seperti ruang perawatan anak, perawatan penyakit dalam,
perawatan intensif, dan perawatan isolasi (Darmadi, 2008). Prevalensi HAIs di
negara-negara berpendapatan rendah lebih tinggi dari negara-negara berpendapatan
tinggi. Beberapa penelitian pada tahun 1995-2010, prevalensi HAIs di negara-
negara berpendapatan rendah dan menengah berkisar antara 5,7-19,1%, sementara
prevalensi di negara-negara berpendapatan tinggi berkisar antara 3,5-12%.
Prevalensi HAIs di Indonesia yang merupakan bagian dari negara-negara
berpendapatan menengah mencapai 7,1%.
Selama 10-20 tahun belakangan ini telah banyak penelitian yang dilakukan
untuk mencari masalah utama meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial dan
di beberapa Negara, kondisinya justru sangat memprihatinkan.Keadaan ini justru
memperlama waktu perawatan dan perubahan pengobatan dengan obat-obatan mahal
akibat resistensi kuman, serta penggunaan jasa di luar rumah sakit.Karena itu di
negara-negara miskin dan berkembang, pencegahan infeksi nosokomial lebih
diutamakan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien dirumah sakit.
Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan
kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan
ditempatkan dalam jarak yang sangat.Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita,
tenaga kesehatan dan juga setiap orang yang datang ke rumah sakit.Infeksi yang ada
di pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan atau diperoleh melalui petugas
kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus karier atau karena kodisi rumah
sakit
Kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi ini adalah lamanya rawat inap yang
tentunya akan membutuhkan biaya yang lebih banyak dari perawatan normal bila
tidak terkena infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat menyebabkan kematian bagi
pasien. Dalam Kepmenkes no. 129 tahun 2008 ditetapkan suatu standar minimal
pelayanan rumah sakit, termasuk didalamnya pelaporan kasus infeksi nosokomial
untuk melihat sejauh mana rumah sakit melakukan pengendalian terhadap infeksi ini.
Data infeksi nosokomial dari surveilans infeksi nosokomial di setiap rumah sakit
dapat digunakan sebagai acuan pencegahan infeksi guna meningkatkan pelayanan
medis bagi pasien (Kepmenkes, 2008).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan infeksi nosokomial ?
2. Apa sumber dan cara penularan infeksi nosokomial ?
3. Bagaimana pencegahan infeksi nosokomial ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian infeksi nosokomial.
2. Untuk mengetahui sumber dan cara penularan infeksi nosokomial.
3. Untuk mengetahui pencegahan infeksi nosokomial.
BAB II
b. Faktor-faktor yang ada dalam diri penderita (instrinsic factors) seperti umur
jenis kelamin, kondisi umum penderita, risiko terapi, atau adanya penyakit
lain yang menyertai (multipatologi) beserta komplikasinya.
Bakteri dapat hidup dan berkembang biak pada kondisi flora normal yang
dapat menyebabkan infeksi. Infeksi ini dapat terjadi bila sebagian dari flora
normal pasien berubah dan terjadi pertumbuhan yang berlebihan, misalnya:
infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter.
Indikator adalah salah satu cara untuk menilai penampilan dari suatu
kegiatan dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan variabel yang
digunakan untuk menilai suatu perubahan (Depkes, 2001). Indikator sering
digunakan terutama bila perubahan tersebut tidak dapat diukur. Indikator
pengendalian infeksi nosokomial menurut Depkes tahun 2001 meliputi Angka
Pasien Dekubitus, Angka Kejadian dengan jarum infus, dan Angka Kejadian
Infeksi Luka Operasi. Ketiga indicator ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Luka dekubitus adalah luka pada kulit dan/atau jaringan yang dibawahnya
yang terjadi di rumah sakit karena tekanan yang terus menerus akibat tirah baring.
Luka dekubitus akan terjadi bila penderita tidak dibolak-balik atau dimiringkan
dalam waktu 2 x 24 jam. Angka pasien dengan dekubitus adalah banyaknya
penderita yang menderita Dekubitus dan bukan banyaknya kejadian Dekubitus.
Rumus yang digunakan untuk mengukur Angka pasien dengan dekubitus (APD)
adalah:
2. Angka Infeksi karena Jarum Infus (Intravenous Cabule Infection Rate) Infeksi
karena jarum infus adalah keadaan yang terjadi disekitar tusukan atau bekas
tusukan jarum infus di Rumah Sakit, dan timbul setelah 3 x 24 jam dirawat di
rumah sakit kecuali infeksi kulit karena sebab-sebab lain yang tidak didahului
oleh pemberian infus atau suntikan lain. Infeksi ini ditandai dengan rasa panas,
pengerasan dan kemerahan (kalor, tumor, dan rubor) dengan atau tanpa nanah
(pus) pada daerah bekas tusukan jarum infus dalam waktu 3 x 24 jam atau
kurang dari waktu tersebut bila infus terpasang. Rumus yang digunakan untuk
mengukur Angka kejadian infeksi karena jarum infus (AIKJ) adalah:
Banyaknya kejadian infeksi kulit karena jarum
infus/bulan Total kejadian pemasangan infus pada bulan
tersebut
x 100%
9
10
rekayasa lingkungan, dan alat pelindung diri (Slamet et al, 2013). Program
yang termasuk pencegahan dan pengendalian infeksi yaitu, (1) Tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi; (2) Surveilans (HAIs dan Proses: audit
kepatuhan petugas untuk cuci tangan dan memakai APD); (3) Penerapan
kewaspadaan isolasi; (4) Pendidikan dan pelatihan PPI; (5) Penggunaan
antimikroba rasional; (6) Kesehatan karyawan (Rosa, 2015).
B. Kewaspadaan Isolasi
a. Kebersihan tangan.
d. Pengendalian lingkungan.
e. Penatalaksanaan Linen.
f. Pengelolaan limbah tajam/ Perlindungan & Kesehatan karyawan.
g. Penempatan pasien
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya tahun 2008, jenis
1) Kontak langsung
3. Jenis-Jenis APD
a. Sarung tangan
b. Masker
rambut dan kulit kepala tidak masuk atau jatuh ke daerah atau alat
yang steril. Topi digunakan untuk melindungi petugas kesehatan
dari darah atau cairan tubuh yang menyemprot atau terpercik
(KEMENKES, 2010).