Anda di halaman 1dari 5

KEBIJAKAN DAN STANDARD AKUNTANSI

Review Jurnal dan Opini Kelompok


The Value Relevance of Goodwill Impairments: UK Evidence

Oleh :

Kelas A / Kelompok 6

Amalia Hasta Insani 041624253025

Kuntum Chairunnisa 041624253030

Trisula Nurulfajri Pandunita 041624253031

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
The Value Relevance of Goodwill Impairments: UK Evidence
Naser M. AbuGhazaleh, Osama M. Al-Hares and Ayman E. Haddad

Penelitian ini membahas tentang IASB dan FASB yang hendak menerbitkan IFRS 3
untuk menghilangkan metode “Business Combination” dan melarang amortisasi goodwill
dan sebagai gantinya adanya uji penurunan goodwill setiap tahun atau pendekatan
impairment untuk goodwill. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan informasi
mengenai goodwill yang diperoleh dan informasi nilai ekonomis goodwill. Pendekatan ini
sempat dikritik oleh anggota IASB dan peneliti Watts (2003) yang menyatakan bahwa
pendekatan impairment perlu penilaian arus kas masa depan karena arus kas masa depan
tidak dapat diverifikasi maka penilaiannya bisa dimanipulasi. Para manajer menggunakan
kebijakan akuntansi yang diperbolehkan oleh pendekatan impairment untuk memberikan
informasi tentang arus kas masa depan yang mencerminkan tentang hal mendasar dari
kinerja perusahaan. Tapi manajer bisa mengeksploitasi kebijakan mereka yang dampaknya
impairment tidak cukup mencerminkan ekonomi perusahaan.
Akuntansi untuk goodwill menjadi isu di UK, upaya pertama standard setter UK
mewajibkan goodwill untuk menghapus cadangan (laba ditahan) atau dikapitalisasi dan
diamortisasi selama periode yang tepat. Upaya ini dikritik karena perbedaan perlakuan
akuntansi yang secara konseptual tidak konsisten. Akhirnya terbentuklah FRS 10 dimana
goodwill harus dikapitalisasi dan diamortisasi dengan umur ekonomis kurang dari 20 tahun
sejak tanggal akuisisi, bukan penghapusan langsung cadangan.
Pada tahun 2005 semua perusahaan yang listed mengehentikan amortisasi goodwill
dan menggunakan “Business Combinations” dan IAS 36. IAS 36 “ goodwill dalam business,
mulai tanggal akuisisi dialokasikan ke perusahaan pengakuisisi untuk memperoleh manfaat
sinergi business combinations. Goodwill yang dialokasikan harus diuji impairment setiap
tahun dan setiap unit mengindikasikan mengalami gangguan. Jika jumlah yang kembali dari
unit melebihi yang dicatat maka goodwill dan unit tidak mengalami penurunan nilai, dan jika
sebaliknya entitas harus mengakui kerugian penurunan nilai.
Kerugian penurunan goodwill itu dialokasikan untuk cash-generating-unit sebelum
dialokasikan ke aset lain. IAS 36 melarang pengakuan atas kerugian penurunan nilai atas
Goodwill di periode berikutnya. Perlakuan akuntansi tersebut diharapkan meningkatkan

1
representational faithfulness goodwill daripada dilaporkan dengan amortisasi garis lurus
dengan periode yang tidak tepat. Pendekatan impairment lebih berguna untuk pengguna
laporan keuangan.

PENELITIAN TERDAHULU
 Jennings et al (2001) menyimpulkan bahwa laba sebelum amortisasi goodwill secara
signifikan lebih banyak dari distribusi harga saham dan amortisasi menambahkan
noise dan mempersulit investor.
 Moehrle dkk (2001) menemukan bahwa amortisasi goodwill berisi informasi yang
relevan dan menyarankan pengungkapan amortisasi bukan keputusan yang berguna.
 Ojala (2007) berpendapat bahwa praktik amortisasi goodwill memberikan informasi
yang relevan bagi investor asal periode amortisasi cukup singkat untuk
menceriminkan perekonomian perusahaan.
 Jordan dkk (2007) mengemukakan bahwa manajer AS memiliki “cherry picked” pada
tahun adopsi mengakui kerugian goodwill impairment sehingga pendapatan
operasional masa depan tidak akan terbebani.
 Ramanna (2008) berpendapat penelitian ini berfokus menjelaskan impairment yang
tercatat namun belum mempertimbangkan perusahaan yang menghindari
impairment ini.

METODE PENELITIAN
Sampel pertama dari penelitian ini adalah 500 perusahaan teratas yang terdaftar di
Inggris berdasarkan total kapasitas pasar yang tercantum dalam Financial Times pada
tanggal 30 Maret 2001 untuk tahun buku 2005 dan 2006. Dari sampel tersebut 254
perusahaan dari 1000 industry Finansial dikecualikan, dikarenakan proses pelaporan
keuangan mereka tidak sesuai dengan industry lainnya. Perbedaan antara keuangan dan
non-keuangan didasarkan pada sistem Benchmark Klasifikasi Industri seperti yang diberikan
oleh London Stock Exchange (LSE). Selanjutnya 80 pengamatan dari 746 perusahaan yang
terdaftar di AIM dikecualikan karena perusahaan diharuskan menetapkan laporan berbasis
IFRS tetapi masih melakukan amortisasi goodwill dengan ketentuan GAAP Inggris. sampel
akhir yang terdiri dari 528 pengamatan tahun perusahaan, terdiri dari 109 write-off (20,6%

2
sampel) dan 419 pengamatan non-write-off (79,4% sampel). Data keuangan untuk
perusahaan sampel diperoleh dari Database Premium Hemscott, ditambah dengan laporan
tahunan perusahaan. Akhirnya, laporan keuangan yang disusun dalam mata uang yang
berbeda dengan pound sterling diterjemahkan ke dalam pound menggunakan kurs pada
tanggal neraca.
Penelitian tersebut mengadopsi model yang ditetapkan oleh Lapointe-Antunes dkk.
(2009), model penilaian yang berbasis akuntansi memandang nilai pasar perusahaan sebagai
fungsi dari nilai buku dari ekuitas dan pendapatannya. Model valuasi kemudian diubah
untuk memisahkan kerugian goodwill dan goodwill dari nilai buku ekuitas dan pendapatan.

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang negatif signifikan antara goodwill
impairment dan nilai pasar. Penelitian ini memberikan bukti yang konsisten dengan tujuan
IASB dalam mengembangkan standar impairment dan memperkuat pendapatnya bahwa
melalui IFRS, manajer cenderung menggunakan kebijakan akuntansi mereka untuk
menyampaikan informasi pribadi tentang kinerja perusahaan. Sebelumnya banyak kritik
mengenai penerapan pendekatan impairment yang memberikan standar yang dapat
digunakan para manajer secara oportunis untuk mendistorsi keandalan ekonomi
perusahaan dan relevansi nilai yang terasa dari kerugian penurunan nilai atas goodwill, hasil
penelitian ini jelas berlawanan dengan kritik yang ada.

OPINI :
Menurut kelompok kami, perubahaan peraturan mengenai amortisasi goodwill
menjadi goodwill impairment adalah kebijakan yang tepat karena penggunaan amortisasi
goodwill mengurangi laba perusahaan sehingga tidak dapat merepresentasikan kinerja
perusahaan yang sesungguhnya. Goodwill impairment dapat menyebabkan reaksi pasar
saham yang negatif dan pemicu penurunan nilai dapat mempengaruhi reaksi pasar terhadap
penghapusan ini. Reaksi pasar bisa terjadi seperti itu karena asimetri informasi di dalam
perusahaan besar. Pendekatan impairment ini justru menggambarkan manajer yang
menyediakan informasi pribadi mengenai arus kas masa depan yang digunakan investor
sebagai informasi yang cukup diandalkan untuk penilaian pasar terhadap nilai perusahaan
mereka.

3
Seorang investor maupun calon investor harus memperhatikan nilai goodwill yang
dilaporkan dalam laporan keuangan saat menentukan market value sebuah perusahaan.
Hasil penelitian yang menunjukkan hubungan yang negatif antara goodwill impairment dan
nilai pasar dapat disebabkan karena investor menganggap bahwa informasi mengenai
goodwill bukanlah informasi yang berguna dalam pasar, selain itu investor menganggap
bahwa goodwill impairment tidak ada hubungan atau pengaruhnya terhadap laba
perusahaan dan tidak mengurangi nilai saham.

REFERENSI
Naser M. A, Osama M.A, Ayman E.H. 2012. The Value Relevance of Goodwill Impairments:
UK Evidence. International Journal of Economics and Finance, Vol.4, No.4: April 2012.

Anda mungkin juga menyukai