0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
35 tayangan27 halaman
Teori-teori psikologi yang mempengaruhi pengambilan keputusan meliputi level of aspiration theory, goal setting theory, cognitive dissonance theory, organizational justice theory, expectancy theory, attribution theory, dan utility theory. Teori-teori ini berfokus pada motivasi, tujuan, kognisi, keadilan, harapan, atribusi, dan nilai guna dalam pengambilan keputusan.
Teori-teori psikologi yang mempengaruhi pengambilan keputusan meliputi level of aspiration theory, goal setting theory, cognitive dissonance theory, organizational justice theory, expectancy theory, attribution theory, dan utility theory. Teori-teori ini berfokus pada motivasi, tujuan, kognisi, keadilan, harapan, atribusi, dan nilai guna dalam pengambilan keputusan.
Teori-teori psikologi yang mempengaruhi pengambilan keputusan meliputi level of aspiration theory, goal setting theory, cognitive dissonance theory, organizational justice theory, expectancy theory, attribution theory, dan utility theory. Teori-teori ini berfokus pada motivasi, tujuan, kognisi, keadilan, harapan, atribusi, dan nilai guna dalam pengambilan keputusan.
041624253031 Trisula N F Pandunita 041624253036 Wahyu Helmy D S 041624253045 Helmy Aulia R Level of Apiration Theory O Level of aspiration theory berasumsi bahwa seseorang yang dimotivasi oleh keinginan untuk mengalami rasa kesuksesan dan menghindari perasaan gagal. “persepsi keberhasilan dan kegagalan itu subjektif bukan merupakan tingkat yang objektif” O Perasaan untuk sukses dan gagal akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana kinerja individu untuk mencapai tingkat aspirasi yang dapat didefinisikan sebagai tingkat kinerja masa depan pada sebuah pekerjaan dimana individu tersebut mengetahui bagaimana tingkat kinerjanya di masa lalu berdasarkan pekerjaan tersebut. Level of Apiration Theory O Dengan demikian, pada tingkat kinerja yang sama, dengan konsekuensi obyektif yang sama, dapat secara subyektif menjadikeberhasilan atau kegagalan tergantung pada apakah itu lebih tinggi atau lebih rendah daripada tingkat aspirasi individu tersebut. Level of Apiration Theory Penelitian di tahun 1940 dan 1950 an mengidentifikasi 2 faktor yang dapat mempengaruhi tingkat aspirasi dari individu, antara lain: O Valensi atau daya tarik dari hasil yang mungkin di dapatkan dari pekerjaan dimana valensi akan positif untuk hasil yang sukses dan akan negative untuk hasil yang gagal O Probabilitas untuk sukses dan gagal dimana tingkat Kemungkinan keberhasilan yang lebih rendah cenderung mengimbangi daya tarik kesuksesan yang lebih tinggi pada pekerjaan yang lebih sulit ndividu cenderung untuk menetapkan tujuan yang sulit bagi diri mereka walaupun mereka sebenarnya sulit untuk meraih tujuan tersebut daripada mencapai tujuan yang lebih mudah. Level of Apiration Theory Pada organisasi, praktek akuntansi manajemen dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap tingkat aspirasi dari seorang karyawan. Contohnya adalah jika seorang karyawan telah menetukan budget sebuah perusahaan maka mencapai target budget tersebut merupakan ukuran kesuksesan dan kegagalan, dan karyawan tersebut akan termotivasi untuk mencapai tujuan nya yaitu mencapai target sesuai budget yang telah dibuat. Karena individu tersebut akan termotivasi untuk mencapai target tersbut maka tujuan perusahaan atau organisasi tersebut akan semakin mudah seiring dengan ke konsistenan tingkat aspirasi yang dimiliki karyawanya. Level of Apiration Theory Sehingga teori ini menyimpulkan bahwa semakin tinggi motivasi dan target yang dituju maka performa rata rata untuk mecapai tujuan tersebut aka nada di tingkat yang tinggi juga. GOAL SETTING THEORY Goal setting theory sebenarnya berhubungan dengan level of aspiration theory dimana kedua teori tersebut memiliki model yang sama yaitu mengenai individu yang menginginkan tujuan, tujuanya, memilih tujuanya, dan menjadi termotivasi. GOAL SETTING THEORY Goal setting theory berasumsi bahwa individu yang secara sadar dipilih mempengaruhi motivasi mereka dengan satu dari empat mekanisme antara lain: O Tujuan membangkitkan usaha untuk mencapai tujuan O Tujuan untuk memberikan perhatian langsung dan usaha menuju tujuan O Tujuan daapt meningkatkan usaha dan kegigihan O Tujuan dapat mempengaruhi aksi secara tidak langsung GOAL SETTING THEORY Penelitian mengenai bagaiman tujuan dapat mempengaruhi performa telah menyimpulkan hubungan anatara tujuan dan performa antara lain: O Performa merupakan fungsi positif dari tingkat kesulitan dari tujuan sampai individu tersebut mencapai batas dan menurunkan tingkat kesulitan tujuan tersebut O Saat performa dapat dikontrol maka tujuan yang spesifik mengurangi variasi dalam performa dengan mengurangi ambiguitas performa O Performa tidak bertambah dari partisipasi dalam menentukan tujuan dibandingkan dengan tujuan yang dipaksakan O Performa tidak secara langung dipengaruhi oleh insentif yang diberikan, walaupun insentif memang mempengaruhi tingkat tujuan atau komitmen untuk mencapai tujuan tersebut, yang mungkin dapat meningkatkan performa. O Seseorang menggunakan feedback dalam mengasess apa yang telah mereka capai dalam tujuan mereka GOAL SETTING THEORY O Hubungan antara tujuan dan performa dipengaruhi komitmen atas tujuan, pentingnya tujuan, feedback, kompleksitas pekerjaan, dan keberhasilan diri sendiri. O Goal setting theory memprediksi bahwa kondisi yang diperlukan untuk mencapai tujuan sulit untuk mempengaruhi Kinerja adalah bahwa umpan balik terhadap kemajuan mencapai tujuan yang dapat diberikan. Cognitive Dissonance Theory (CDT)
O Disonansi: Sebutan untuk ketidakseimbangan
O Konsonansi: Sebutan untuk keseimbangan O Kognisi: Kepercayaan tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir. O Jika kita mendapat rangsangan yang sesuai, maka akan terjadi keseimbangan (konsonansi) Namun, jika rangsangan yang kita dapatkan tidak sesuai, maka kita akan mengalami disonansi, Tingkat Disonansi 1. Tingkat kepentingan (Importance) 2. Rasio Disonansi ( Dissonance Ratio) 3. Rasonalitas (rationale) Disonansi Kognitif dan Persepsi
a. Terapan Selektif (Selective Exposure)
b. Pemilihan Perhatian (Selective Attention) c. Interpretasi Selektif (Selective Interpretation) d. Retensi Selektif (Selective Retention) Mengatasi Disonansi 1. Mengurangi pentingnya keyakinan disonan kita. 2. Menambah keyakinan yang konsonan. 3. Menghapuskan disonansi dengan cara tertentu. Justice Theory O Merupakan salah satu elemen dasar dari teori equity O Keadilan organizational (organizational justice) adalah keadilan organisasi yang dipersepsikan (perceived justice) oleh karyawan. O Folger dan Cropanzano (1998), dalam Fransiskus (2005) O Parker dan kohlmeyer (2005) Tipe Organizational Justice Hasil studi Greenberg (1990) dalam Cropanzano et. al, (2000) menyimpulkan bahwa karyawan akan mengevaluasi keadilan dalam tiga klasifikasi peristiwa: 1. distributive justice 2. procedural justice 3. interactive justice 1. Keadilan distribusi (distributive justice) O Keadilan yang diterima seseorang sebagai hasil yang diterima dari organisasi atau dari keputusan managemen dalam pembagian sumber daya. O Tingkatan keadilan distributif : a. Keadilan distributif terletak pada nilai. b. Keadilan distributif terletak pada perumusan nilai-nilai. c. Keadilan distributif terletak pada implementasi peraturan. 2. Keadilan prosedural (procedural justice) O Keadilan yang dipersepsikan terhadap suatu proses (prosedur) untuk membagi sumber daya atau alokasi. O Aturan pokok procedural justice: a. Konsistensi b. Minimalisasi bias c. Informasi yang akurat d. Dapat diperbaiki e. Representatif f. Etis 3. Keadilan interaksional (interactive justice) O Keadilan tentang perlakuan interaksional pembuat keputusan (decision maker) terhadap bawahan atau karyawan ketika mengimplementasikan prosedur pembagian sumber daya. O 3 hal penting yang patut diperhatikan: a. Penghargaan b. Netralitas c. Kepercayaan TEORI HARAPAN (EXPECTANCY THEORY) Victor Vroom pada tahun 1964. Vroom lebih menekankan pada faktor hasil (outcomes), ketimbang kebutuhan (needs). Teori harapan menyatakan bahwa motivasi karyawan adalah hasil dari seberapa jauh seseorang menginginkan imbalan (Valence). Valensi adalah signifikansi yang dikaitkan oleh individu tentang hasil yang diharapkan. Kelebihan Teori Harapan O Teori harapan mendasarkan diri pada kepentingan individu yang ingin mencapai kepuasan maksimal dan ingin meminimalkan ketidakpuasan. O Teori ini menekankan pada harapan dan persepsi, apa yang nyata dan aktual. O Teori harapan menekankan pada imbalan atau pay-off. O Teori harapan sangat fokus terhadap kondisi psikologis individu dimana tujuan akhir dari individu untuk mencapai kesenangan maksimal dan menghidari kesulitan.
Keterbatasan Teori Harapan
O Teori harapan tampaknya terlalu idealis karena hanya individu tertentu saja yang memandang korelasi tingkat tinggi antara kinerja dan penghargaan. O Penerapan teori ini terbatas sebab tidak langsung berkorelasi dengan kinerja di banyak organisasi. Hal ini terkait dengan parameter lain juga seperti posisi, tanggung jawab usaha, pendidikan, dan lain-lain. TEORI ATRIBUSI (ATTRIBUTION THEORY)
(Weiner, 1980) “Attribution theory is probably the most influential
contemporary theory with implications for academic motivation”. Artinya Atribusi adalah teori kontemporer yang paling berpengaruh dengan implikasi untuk motivasi akademik. Teori atribusi menekankan pada bagaimana setiap individu menafsirkan berbagai kejadian dan bagaimana hal tersebut berkaitan dengan pemikiran dan perilaku mereka. Kelebihan teori atribusi O Teori atribusi menyediakan kemampuan dalam memberikan prediksi guna membantu kita mengatasi semua yang ditawarkan oleh kehidupan. O Teori atribusi efektif dalam memprediksi perilaku ketika identifikasi penyebabnya dilakukan dengan benar.
Kekurangan teori atribusi
O Kesimpulan yang tidak akurat dapat menyebabkan penilaian yang salah. O Dapat menimbulkan pengharapan adanya perilaku tertentu dari diri sendiri atau orang lain yang bisa saja tidak akan menjadi kenyataan. O Dalam teori atribusi, berbagai penyebab lain mungkin diabaikan. O Dalam teori atribusi, kesimpulan yang dibuat oleh seseorang kemungkinan besar menjadi bias karena cenderung melestarikan citra dirinya. UTILITY THEORY O Utlitas merupakan preferensi atau nilai guna pengambil keputusan dengan mempertimbangkan faktor risiko berupa angka yang mewakili nilai pay off sebenarnya berdasarkan keputusan. O Teori utilitas merupakan turunan dari perilaku konsumen, dalam ekonomi teori ini dibagi menjadi dua, yaitu teori kardinal dan teori ordinal. O teori Kardinal adalah teori yang menjelaskan bahwa kegunaan dasar dapat dihitung secara nominal, O teori Ordinal adalah teori yang mengasumsikan bahwa konsumen mampu membuat urutan kombinasi barang yang akan dikonsumsinya berdasarkan kepuasan yang diperolehnya tanpa harus menyebutkan secara absolut ASUMSI TEORI UTILITAS O Asumsi utilitas setiap pengambil keputusan dapat berbeda – beda, dan mewakili salah satu dari lima kategori berikut : O Peringkat Preferensi O Transitivitas Preferensi O Asumsi Kontinuitas O Asumsi substitutabilitas O Asumsi Peningkatan Preferensi PERSON–ENVIRONMENT FIT THEORY
O Person-environment Fit (PE fit)
mendefinisikan sejauh mana kesesuai karakteristik individu dan lingkungan. O Selain Person Environment Fit adapula : O Person-Organization Fit O Person-Job Fit O Person-Group Fit O Person–Person Fit TERIMA KASIH
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu