Anda di halaman 1dari 15

1

Gangguan Motorik Kasar


A. Definisi
Motorik kasar mencakup gerakan otot-otot besar seperti otot

tungkai dan lengan pada bayi berupa gerakan menendang,menjejak ,

meraih, mengangkat leher, dan menoleh. Pertumbuhan kemampuannya

harus terus di pantau dan di stimulasi agar anak dapat tumbuh dan

berkembang optimal.
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang

melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya

(Depkes, 2010).
Motorik kasar berkaitan dengan aktivitas fisik/jasmani dengan

menggunakan otot-otot besar, seperti otot lengan, otot tungkai, otot

bahu, otot punggung dan otot perut yang dipengaruhi oleh kematangan

fisik anak. Motorik kasar dilakukan dalam bentuk berjalan, berjinjit,

melompat, meloncat, berlari, dan berguling (Depdiknas, 2008).


B. Penyebab Keterlambatan Motorik Kasar
Keterlambatan motorik kasar menunjukkan adanya kerusakan

pada susunan saraf pusat seperti serebral palsi( gangguan motorik yang

di sebabkan oleh kerusakan bagian otak yang mengatur otot –otot

tubuh) :

1. Kurang asupan nutrisi , terserang penyakit infeksi selama hamil


2. Bayi terlalu lama di jalan lahir , bayi terjepit jalan lahir, bayi

menderita caput sesadonium, bayi menderita cepal hematom


3. Kurang asupan nutrisi (asi), menderita penyakit infeksi, asifisia,

ikterus.
2

C. Patofisiologi

Intranatal
Antenatal Post Natal

Bayi terlalu lama di jalan


lahir , bayi terjepit di jalan Kurang asupan nutrisi
Kurang asupan ( ASI) ,Bayi
nutrisi , terserang lahir,bayi menderita kaput
sesadonium, bayi menderita penyakit
penyakit infeksi infeksi asfiksia,dan
selama hamil menderita sepal hematom
ikterus

Nutrisi yang
diterima janin Trauma Lahir
D. Gejala-gejala Suplai zat-zat
keterlambatan perkembangan motorik kasar nutrient
pada
sedikit ke organ-organ tubuh
anak terutama otak dan otot
Pertumbuhan otak
1. Bayi terlalu kaku Kerusakan Otak berkurang
tidak optimal bila Bayi terus berbaring tanpa melakukan gerakan apapun
Perhatikan

serta kepalanya tidak dapat di angkat saat di gendong. Ini menunjukkan

motorik kasar si kecil terlalu parah.


2. Gerakan anak kurang aktif
Perhatikan bila gerak anak kurang aktif jika di bandingkan dengan anak

sebaya nya .
E. Urutan perkembangan motorik kasar pada anak.:

1. Menggerakkan kaki tangan saaat berbaring


Sejak lahir bayi sudah memiliki reflex untuk menggerakkan kaki

dan tangannya secara sederhana . menginjak usia 1 bulan dia mulai

blajar menggerakkan kaki dan tangannya ke atas.


2. Menggangkat kepala telungkup
Mengangkat kepala saat telungkup umumnya baru bis di lakukan

bayi berusia 2 bulan . namun tidak menutup kemungkinan jika

sebelum usia 2 bulan bahkan 1 bulan.


3. Memiringkan badan saat telungkup
3

Memiringkan badan saat telungkupumumnya sudah dapat

dilakukan bayi usia 3-4 bulan. Latihlah gerakan ini denagn

membunyikan mainan dari arah samping / memanggil namanya.


4. Telungkup sendiri
Bayi berusaha untuk telungkup sendiri pada umumnya dapat

dilakukan di usia 4-5 bulan , dan membutuhkan bantuan orangtua .

menstimulasi berulang kali sampai melakukannya sendiri.


5. Duduk
Di usia 4-6 bulan bayi belum bias duduk sendiri , namun orangtua

sudah bias memposisikannya duduk saat si kecil di gendong . usia

6-7 bulan mampu duduk sendiri meski Cuma sebentar tanpa di

bantu. Usia 8 bulan sudah dapat duduk kurang lebih 10 menit dan

usia 9-10 bulan duduk sendiri.


6. Merangkak
Kemampuan merangkak bayi usia 8-10 bulan meski beberapa bayi

sudah dapat merangkak pada usia 6-7 bulan , tapi tidak semua bayi

dapat merangkak / melalui tahapan kemampuan ini sebelum berdiri

dan berjalan
7. Berdiri
Di usia 4-5 bulan , bayi sangat senang bial di berdirikan di atas

pangkuan kita . berdiri sendiri mulai belajar dilakukannya pada usia

9 bulan lalu usia 10-12 bulan sudah berdiri sendiri tanpa bantuan.
8. Berjalan
Umumnya anak dapat berjalan di rentang usia 13-15 bulan

F. 4 Stimulasi Motorik Kasar :

1. Jalan
Sebelum orangtua memberikan stimulasi pada anak,

pastikan anak sudah melalui perkembangan sebelumnya, seperti

duduk, merangkak, dan berdiri. Pada kemampuan motorik kasar ini,


4

yang harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke

depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat,

melompat/meloncat, berlari, berdiri satu kaki, menendang bola, dan

lainnya. Berjalan seharusnya dikuasai saat anak berusia 1 tahun

sementara berdiri dengan satu kaki dikuasai saat anak 2 tahun.


Untuk berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan adalah

keseimbangan dalam hal berdiri. Ini berarti, si kecil tak hanya

dituntut sekadar berdiri, namun juga berdiri dalam waktu yang lebih

lama (ini berkaitan dengan lamanya otot bekerja, dalam hal ini otot

kaki).
Bila perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik,

anak akan mengalami gangguan keseimbangan. Si kecil jadi

cenderung kurang pede dan ia pun selalu menghindari aktivitas

yang melibatkan keseimbangan seperti main ayunan, seluncuran,

dan lainnya. Sebaliknya, anak lebih memilih aktivitas pasif seperti

membaca buku, main playstation, dan sebagainya.


Stimulasi :
Orangtua berdiri berjarak dengan anak sambil memegang mainan

yang menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-

gambar yang menarik di lantai. Minta anak untuk menginjak

karpet/lantai. Misalnya, “Ayo Dek, injak gambar gajahnya!”Mainan

seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa didorong-dorong juga

bisa membantu anak belajar berjalan.

1. Lari
5

Perkembangan lari akan memengaruhi perkembangan

lompat dan lempar serta kemampuan konsentrasi anak kelak,

Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh,

kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki-(heel

strike/bertumpu pada tumit, toe off/telapak kaki mengangkat

kemudian kaki bertumpu pada ujung-ujung jari kaki, swing/kaki

berayun dan landing/setelah mengayun kaki menapak pada

alas)dan motor planning (perencanaan gerak).


Lalu apa hubungan perkembangan lari dengan kemampuan

konsentrasi? Begini, pada perencanaan gerak (salah satu syarat

tugas perkembangan lari) dibutuhkan kemampuan otak untuk

membuat perencanaan dan dilaksanakan oleh motorik dalam bentuk

gerak yang terkoordinasi. Nah, kemampuan perencanaan gerak

tingkat tinggi (seperti lari) akan memacu otak melatih konsentrasi.


Jika perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik,

anak akan bermasalah dalam keseimbangannya, seperti mudah

capek dalam beraktivitas fisik, sulit berkonsentrasi, cenderung

menghindari tugas-tugas yang melibatkan konsentrasi dan aktivitas

yang melibatkan kemampuan mental seperti memasang pasel, tak

mau mendengarkan saat guru bercerita (anak justru asyik ke mana-

mana), dan lainnya.


Stimulasi :
Stimulasi lari bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan,

sekitar usia 12 bulan ke atas. Aktivitasnya bisa berupa menendang

bola, main sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan

kemudian roda 2) serta naik turun tangga.


6

2. Lompat

Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak adalah

keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi motorik dan

motor planning (perencanaan gerak). Contoh, saat anak ingin

melompati sebuah tali, ia harus sudah punya rencana apakah akan

mendarat dengan satu kaki atau dua kaki. Kalaupun satu kaki, kaki

mana yang akan digunakan.


Jika anak tidak adekuat dalam perkembangan melompat,

biasanya akan menghadapi kesulitan dalam sebuah perencanaan

tugas yang terorganisasi (tugas-tugas yang membutuhkan

kemampuan motor planning).


Stimulasi:
Lompat di tempat atau di trampolin. Jangan lompat-lompat di

tempat tidur karena meski melatih motorik namun “mengacaukan”

kognitif. Dalam arti, mengajarkan perilaku atau mindset yang tidak

baik pada anak. Karena seharusnya tempat tidur bukan tempat untuk

melompat atau bermain.


Lompatan berjarak (gambarlah lingkaran-lingkaran dari kapur atau

gunakan lingkaran holahop yang diatur sedemikian rupa letaknya).

Minta anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut,

gradasikan tingkat kesulitan dengan memperlebar jarak dan

menggunakan kaki dua lalu satu secara bergantian.

3. Lempar

Pada fase ini yang berperan adalah sensori keseimbangan,

rasa sendi (proprioseptif), serta visual. Peran yang paling utama


7

adalah proprioseptif, bagaimana sendi merasakan suatu gerakan atau

aktivitas. Umpama, pada saat anak melempar bola, seberapa kuat

atau lemah lemparannya, supaya bola masuk ke dalam keranjang

atau sasaran yang dituju.


Jika kemampuan melempar tidak dikembangkan dengan

baik, anak akan bermasalah dengan aktivitas yang melibatkan gerak

ekstrimitas atas (bahu, lengan bawah, tangan dan jari-jari tangan).

Seperti, dalam hal menulis. Tulisannya akan tampak terlalu

menekan sehingga ada beberapa anak yang tulisannya tembus

kertas, atau malahan terlalu kurang menekan (tipis) atau

antarhurufnya jarang-jarang (berjarak). Dalam permainan yang

membutuhkan ketepatan sasaran pun, anak tidak mahir. Umpama,

permainan dartboard. Aktivitas motorik halus lainnya juga

terganggu semisal pakai kancing baju, menali sepatu, makan

sendiri, meronce, main pasel, menyisir rambut, melempar sasaran,

dan lain-lain. Intinya, stimulasi pada perkembangan ini yang tidak

optimal berindikasi pada keterampilan motorik halus yang

bermasalah.
Gangguan lain berkaitan dengan koordinasi, rasa sendi dan

motor planning yang bermasalah. Contoh, ketika bola dilempar ke

arah anak, ada dua kemungkinan respons anak, yaitu tangan

menangkap terlambat sementara bola sudah sampai. Atau tangan

melakukan gerak menangkap terlebih dahulu sementara bola belum

sampai. Seharusnya, respons tangkap anak sesuai dengan stimulus

datangnya bola dan anak bisa memprediksinya. Bila ada gangguan


8

berarti anak bermasalah dalam sensori integrasinya. Sensori

integrasi adalah mengintegrasikan gerak berdasarkan kemampuan

dasar sensori anak. Tentunya ini dapat diatasi dengan terapi yang

mengintegrasikan sensori-sensorinya.
Stimulasi:
Main lempar tangkap bola (gradasikan tingkat kesulitannya) yaitu

posisi, besar bola, berat bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa

dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, duduk kaki

seperti huruf W ke belakang, jongkok, dan bahkan berdiri. Pada

jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas,

sejajar, atau lambungan dari bawah.


Main dartboard atau lempar panah. Gunakan jenis dartboard yang

khusus buat anak-anak (yang aman dan tidak tajam), seperti jenis

dartboard yang terbuat dari papan velcrow dan anak panahnya

diganti dengan bola yang bervelcrow.

G. Tugas Perkembangan motorik kasar pada anak

1. Pada anak usia 1 tahun :


a. Anak bisa bergerak di tempat yang rata
b. Berdiri dan berjalan beberapa langkah
c. Bejalan lancer atau cepat
d. Bias langsung duduk saat jatuh
e. Merangkak di tangga
f. Menarik dan mendorong benda yang besar
g. Melempar bola
2. Pada usia 2 tahun :
a. Meloncat
b. Berjalan mundur
c. Menendang bola
d. Memanjat sofa
e. Berjalan jinjit
f. Berdiri sebelah kaki
g. Bangun tidur langsung duduk
h. Naik tangga
i. Duduk di sepeda
9

j. Mengayuh sepeda
3. Tugas perkembangan motorik kasar pada usia 3 tahun :
a. Berjinjit sambil berjaln tanpa jatuh ( seimbang)
b. Melompat dengan satu kaki
c. Melompat dengan satu kaki lebih dari 5 detik
d. Berjalan menyusuri papan titian.
e. Melempar bola jarak jauh
f. Melampar bola besar
g. Mengendarai sepeda roda tiga
4. Pada anak usia 4 tahun :
a. Sudah boleh menuruni tangga
b. Berjalan mundur dengan lurus

H. Perkembangan Menurut Denver II

Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver

Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental

Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining terhadap

16
10

kelainan perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ.

Waktu yang dibutuhkan 15-20 menit.

a. Aspek Perkembangan yang dinilai

Terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali

skrining hanya berkisar 25-30 tugas. Ada 4 sektor perkembangan yang

dinilai:

1) Personal Social (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan

berinteraksi dengan lingkungannya.

2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati

sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu

dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

3) Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti

perintah dan berbicara spontan

4) Gross motor (gerakan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

b. Alat yang digunakan

1) Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan,

peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/

kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna

(tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).

2) Lembar formulir DDST II


11

3) Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan

tes dan cara penilaiannya.

c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:

1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang

berusia:

a) 3-6 bulan

b) 9-12 bulan

c) 18-24 bulan

d) 3 tahun

e) 4 tahun

f) 5 tahun

2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan

perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi

diagnostik yang lengkap.

d. Penilaian

Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat

kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO).

I. Cara Pemeriksaan DDST II

a. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan

diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk

satu tahun.
12

b. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah,

jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.

c. Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis

horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.

d. Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan

berapa yang F.

e. Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal,

Abnormal, Meragukan dan tidak dapat dites.

1) Abnormal

a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan

Plus 1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang

sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan

garis vertikal usia .

2) Meragukan

a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih

b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada

sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan

dengan garis vertikal usia.

3) Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal

atau meragukan.
13

4) Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.

7. Interpretasi tes

a. Normal

Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan

b. Suspect

Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan

c. Untestable

Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia

atau pada lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada

area 75% sampai 90%.

Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable: Skrining ulang

pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer.

I. Penatalaksanaan
Jika memang ditemukan adanya keterlambatan dalam

perkembangan motorik kasar si kecil, harus segera ditelusuri. Faktor-

faktor penyebabnya sebelum menentukan apa yang harus dilakukan .


1. Pola Asuh
Bila penyebabnya karena masalah perbedaan pola asuh atau protektif,

maka pertama-tama yang harus dirubah adalah sikap orang tua . Orang tua

harus membiarkan anak bergerak bebas sebatas tidak membahayakan si

kecil . Dengan upaya ini si kecil semakin terpicu untuk melatih semua

tahap perkembangan motorik kasarnya.


2. Kelainan Tubuh
Kalau penyebab keterlambatan tersebut karena kelainan tubuh tertentu

maka harus dikonsultasikan dengan dokter anak . Berbagai kelainan


14

tersebut misalnya otot yang tidak berkembang secara optimal atau karena

adanya gangguan saraf tepi, kelainan sumsum tulang belakang , kurangnya

tenaga untuk beraktivitas, ukuran kepala bayi yang abnormal serta

kerusakan susunan saraf pusat. Melalui berbagai pemeriksanaan dokter

dapat mendiagnosa penyebabnya dan mengatasi gangguannya .


3. Kurang Bergerak
Keterlambatan perkembangan motorik kasar si kecil dapat pula disebabnya

kurangnya ia bergerak atau kurangnya rangsangan. Kalau hal ini yang

terjadi tatalaksana yang dapat dilakukan adalah dengan rehabilitasi medik

antara lain melalui fisiotherapi. Fisiotherapi dapat menjadi salah satu

alternative jalan keluar yaitu dengan melatih otot-otot tubuh si kecil

sehingga kemampuan motorik kasarnya di harapkan berkembang optimal.


4. Kecukupan Gizi
Gizi yang seimbang harus diberikan dengan baik agar bertumbuhan fisik

anak optimal . Kondisi ini memungkinkan kemampuan motorik pun akan

terasah dengan baik , sebaliknya kondisi gizi yang kurang atau buruk tentu

akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan fisik dan kemampuannya

secara umum.
5. Kematangan Otot
Bayi yang memiliki kematangan otot sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan kemampuan motorik kasarnya . Hal ini akan sulit pula untuk

menstimulasinya. Yang perlu dilakukan hanyalah memberikan fisiotherapi

okupasi ditambah terapi obat-obatan jika memang dianggap perlu .


6. Berat Tubuh
Berat tubuh berlebihan berkemungkinan membuat bayi menjadi sulit

mengembangkan kemampuan motorik kasarnya. Yang diperlukan adalah

menjaga asupan makan si kecil agar berat bandannya mendekati angka

ideal sehingga ia lebih nyaman bergerak .


7. Kenyamanan
15

Kekurang nyamanan bisa disebabkan ada sesuatu yang melekat di tubuh

bayi . terkadang bayi menjadi sulit menggerakkan kaki karena terikat

bedong. Saat mengajaknya belajar berjalan sebaiknya lepaskan kaos kaki

dan kenakan kaos atau sepatu yang tidak licin.


8. Pengalaman Negatif
Pengalaman negatif misalnya saat belajar merangkak, si kecil pernah

terjatuh yang membuat gusinya berdarah. Kejadian ini dapat membuatnya

trauma dan enggan melakukan latihan sehingga kemampuannya menjadi

terlambat muncul.
9. Sakit
Bayi sering mengalami sakit, diantaranya infeksi telinga, batuk, pilek

maupun radang tenggorokan yang akan membuat perkembangan

motoriknya terlambat disbanding bayi seusiannya.

Depkes RI (2010). Pedoman kader seri kesehatan anak, Direktorat bina kesehatan

anak kemenkes RI : Jakarta

Depdiknas RI (2008). Pengembangan kemampuan motorik kasar di taman kanak-

kanak. Dirktorat jendral manajemen pendidikan dasar: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai