OLEH :
KELOMPOK 4
BAIQ USWATUL KHASANAH (I2E017003)
003)
INTAN PERMATASARI (I2E017006
(I2E017006)
MINASARI (I2E017017
(I2E017017)
SYAMSU HAKIM
SYAMSUL (I2E017029
(I2E017029)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan .................................................................................................. 4
1.4 Manfaat ................................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 5
2.1 Telur ..................................................................................................... 5
2.2 Telur Itik ............................................................................................... 11
2.3 Pengasinan Telur .................................................................................. 11
2.4 Jambu Biji ............................................................................................. 14
2.5 Perubahan Kimia Telur saat Proses Pengasinan ................................... 16
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 19
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................... 19
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 19
3.3 Cara Kerja ............................................................................................. 19
3.4 Diagram Alur Pembuatan Telur Asin ................................................... 21
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 23
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 23
4.2 Pembahasan .......................................................................................... 25
iv
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 34
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 34
5.2 Saran ..................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35
LAMPIRAN ......................................................................................................... 37
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tabel Komponen Nutrisi Telur ............................................................... 9
Tabel 2 Tabel Komposisi Kimia Telur Itik Segar dengan Telur Itik
yang Diasin ............................................................................................... 14
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I. Analisis Data ..................................................................................... 48
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
mikroba yang berasal dari tanah, udara, air dan debu. Kontaminasi pada
umumnya berasal dari jerami tempat bertelur, tanah, udara, dan kotoran
unggas. Telur jika di simpan pada suhu ruang hanya tahan 10-14 hari, setelah
waktu tersebut telur mengalami perubahan-perubahan seperti terjadinya
penguapan kadar air melalui pori kulit telur yang mengakibatkan penurunan
berat telur, perubahan komposisi kimia dan terjadinya pengenceran isi telur
(Stenly, Ketut, dan Djoko, 2014).
Untuk mengantisipasi penurunan kualitas telur pasca panen tersebut,
maka diperlukan suatu teknologi pengawetan. Pengawetan sangat penting
untuk menambah daya simpan telur dan mempertahankan kualitas telur,
pengawetan yang digunakan merupakan pengawetan alami serta aman.
Tujuan utama dari pengawetan telur ini adalah untuk mencegah penguapan
air serta menghambat terlepasnya CO2 dari dalam isi telur dan menghambat
aktifitas dan perkembangbiakan mikroba, sehingga diharapkan dapat
mempertahankan mutu dari telur serta memperpanjang masa penyimpanan
telur. Bentuk olahan telur yang sampai sekarang paling dikenal dan paling
digemari oleh masyarakat Indonesia adalah telur asin.
Telur asin merupakan salah satu produk pengawetan telur dari
kerusakan telur selama penyimpanan dengan cara penggaraman. Tujuan
utama dari proses pengasinan telur ini adalah untuk memperpanjang masa
simpan telur. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan metode pengasinan pada
telur dapat memperlambat reaksi metabolisme pada pertumbuhan
mikroorganisme penyebab kerusakan atau kebusukan pada telur tersebut.
Garam merupakan faktor utama dalam proses pengasinan telur berfungsi
sebagai bahan pengawet untuk mencegah pembusukan telur, sehingga
meningkatkan daya simpannya. Semakin tinggi kadar garam yang diberikan
dalam proses pengasinan telur maka semakin meningkatkan daya simpannya
(Saliem, dkk dalam Amir, Sirajudin, dan Jafar 2014).
Di samping menghasilkan rasa asin yang khas pada telur, penambahan
garam dapur (NaCl) juga bersifat bakteriostatik dan bakterisidal. Ini
disebabkan natrium dari garam dapat menaikkan tekanan osmotik yang
3
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari proyek praktikum IPA ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui bagaimana cara pengawetan telur asin dalam menjaga
kualitas (bau, rasa, dan daya simpan) serta kualitas kadar bahan makanan
yang terkandung di dalam telur itik.
2. Proyek ini diharapkan dapat memberi wawasan khususnya kepada penulis
tentang pengawetan telur itik
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Telur
Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan
oleh tubuh, dan mengandung asam amino esensial yang lengkap. Telur
banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena mudah diolah, harganya murah,
dan memiliki kandungan zat yang sempurna. Telur adalah salah satu bahan
makanan hewani yang dikonsumsi selain daging, ikan dan susu. Umumnya
telur yang dikonsumsi berasal dari jenis-jenis unggas, seperti ayam dan
bebek. Telur merupakan bahan makanan yang sangat akrab dengan kehidupan
kita sehari-hari. Telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan
antara lain, kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan
makanan lain seperti ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dan lain- lain. Telur
mempunyai citarasa yang enak sehingga digemari oleh banyak orang
(Suryani, 2015).
Telur juga berfungsi dalam aneka ragam pengolahan bahan makanan.
Selain itu, telur termasuk bahan makanan sumber protein yang relatif murah
dan mudah ditemukan. Kualitas telur dapat dilihat dari karakteristik telur
seperti kebersihan, kesegaran, berat telur, kualitas cangkang telur, indeks
kuning telur, indeks albumin, dan komposisi kimia telur (Dinni,dkk 2016).
Berdasarkan asalnya, telur terbagi menjadi dua yakni telur yang berasal dari
unggas dan non unggas. Telur yang berasal dari unggas adalah telur ayam
negeri, telur ayam kampung, telur bebek, telur burung onta, telur burung emu
dan telur angsa. Sedangkan telur yang berasal dari non unggas, seperti telur
penyu dan telur ikan salmon.
2.1.1 Struktur Telur
Pada dasarnya struktur sebuah telur terdiri dari sel yang hidup
(untuk telur fertil) yang dikelilingi oleh kuning telur sebagai cadangan
makanan yang terbesar. Kedua komponen itu dikelilingi oleh putih telur
yang mempunyai kandungan air tinggi, bersifat elastis, dan dapat
5
6
yang bersifat selektif membran, kuning telur sebagai inti. Hal itu
menyebabkan air garam masuk ke dalam telur melewati
membran/cangkang telur karena konsentrasi di dalam lebih tinggi daripada
di luar, sehingga telur menjadi asin. Hal ini juga sesuai dengan pengertian
osmosis yaitu proses perpindahan molekul-molekul zat terlarut dari
konsentrasi rendah (hipotonik) ke konsentrasi tinggi (hipertonik). Berikut
adalah tabel perubahan komposisi kimia telur itik segar dengan telur itik
yang diasin.
Tabel 2. Komposisi Kimia Telur Itik Segar dengan Telur Itik yang Diasin
Lemak
Bahan Protein ( Karbohidrat Ca Vit. A
Air (g)
Pang ( g) g (g) (mg) (SI)
an )
berkhasiat obat bagi penyakit disentri, diare, radang lambung, sariawan, dan
keputihan (Rukmana, 1996).
Perendaman telur daun jambu biji dapat mempertahankan mutu telur
selama kurang lebih satu bulan. Telur yang telah direndam akan berubah
warnanya menjadi kecoklatan seperti telur pindang tetapi rasanya tidak
mengalami perubahan. Kandungan kimia daun jambu biji berupa tannin dapat
mengawetkan telur ayam ras ataupun telur itik. Tanin akan bereaksi dengan
protein yang terdapat dalam kulit telur yang mempunyai sifat menyerupai
kolagen kulit hewn sehingga terjadi proses penyawamakn kulit berupa
endapan berwarna cokelat yang dapat menutup pori-pori telur dan kulit telur
tersebut menjadi impermeable (tidak dapat tembus) terhadap gas dan udara.
Pengawtan telur dengan memanfaatkan daun jambu biji mempunyai biya
pengolajan yang murah dan mutu telur bertahan selama kurang lebih satu
bulan (Maryati dan Karmila, 2008).
2.4.1 Tanin
Tannin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman
seperti daun, buah yang belum matang, batang, dan kulit kayu. Pada buah
yang belum matang, tannin digunakan sebagai energy dalam proses
metebolisme dalam mekanisme oksidasi tannin. Tannin yang dikatakan
sebagai sumber asam pada buah. Menurut Nadjeeb, 2010), sifat tannin
antara lain:
1. Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan basa
2. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid
3. Tidak dapat mengkristal
4. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen
5. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa degan protein
tersebut sehingga tidka dpengaruhi oleh enzim preteolitik.
Selain memiliki sifat fisik, tannin juga memiliki sifat kimia adalah
sebagai berkikut:
1. Merupakan senyawa konpleks dalam bentuk campuran folifenol yang
sulit dipisahkan sehingga sukar mengkristal
16
19
20
biji dan direbus dalam air sebanyak 1 liter selama 10 menit sampai warna
air menjadi kecoklatan.
3. Proses pengasinan
Proses selanjutnya membuat adonan pengasin, yaitu dengan membuat
campuran abu gosok dan garam dengan perbandingan 1:1 kemudian
ditambahkan air ektrak daun jambu biji dengan konsentrasi 5, 10, dan 15
% sampai berbentuk pasta. Setelah adonan pengasin tercampur rata,
setiap telur dibungkus dengan adonan secara merata dengan tebal ±2 mm.
Kemudian telur disimpan dalam ember plastik dengan lama penyimpanan
8 hari. Setelah selesai telur dibersihkan dan dipastikan telur tetap dalam
keadaan utuh dan bagus, kemudian direbus sampai telur tersebut matang.
W 2 W
Kadar abu (%) = x 100 %
W 1W
Keterangan :
W = Berat cawan kosong (g)
W1= Berat cawan dan sampel (g)
W2= Berat konstan cawan dan abu (g)
23
24
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5%.
Pada Tabel 4 kolom pertama (Kadar Air) dan kolom kedua (Kadar
Abu) menunjukkan bahwa penambahan Ekstrak Daun Jambu setiap
perlakuan berbeda nyata.
Signifikansi pengaruh penambahan Ekstrak Daun Jambu terhadap
sifat organoleptik telur asin dapat dilihat pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Signifikansi Penambahan Ekstrak Daun Jambu Terhadap
Sifat Organoleptik (Nilai Warna, Aroma, Rasa dan Tekstur)
Telur Asin
Parameter F hitung F tabel Keterangan
Warna 4.30 2.49 S
Aroma 6.40 2.49 S
Rasa 6.80 2.49 S
Tekstur 6.82 2.49 S
Keterangan : S = Signifikan (berpengaruh secara nyata)
NS = Non Signifikan (tidak berpengaruh secara nyata)
4.2 Pembahasan
Pengasinan telur adalah salah satu cara pengawetan yang banyak
dilakukan oleh masyarakat. Tujuan dari proses pengasinan ini adalah untuk
mencegah kerusakan dan kebusukan telur serta memberi cita rasa khas dari
telur. Selain itu juga pengasinan banyak menghasilkan keuntungan antara lain
mudah untuk dilakukan, biayanya murah, praktis, serta dapat meningkatkan
kesukaan konsumen. Pengasinan telur merupakan salah satu contoh peristiwa
osmosis. Osmosis merupakan perembasan zat yang memiliki konsentrasi
rendah menuju konsentrasi yang tinggi melalui membrane semipermeabel
(Campbell, 2002).
Pada proses osmosis, larutan garam memiliki konsentrasi lebih rendah
dibandingkan dengan konsentrasi cairan dalam telur. Garam NaCl di dalam
larutan mengion menjadi Na+ dan Cl-. Larutan garam NaCL akan masuk ke
dalam telur dengan cara menembus ke pori-pori kulit menuju ke bagian putih
dan akhirnya ke bagian kuning telur. Ion Cl- akan menyerap air sehingga kadar
air turun (Muslim, 2010).
Telur banyak mengandung protein yang merupakan zat yang
dibutuhkan bakteri untuk pertumbuhan. Bakteri dalam makanan dapat
menyebabkan perubahan warna, bau, rasa, dan aroma sehingga makanan tidak
layak untuk dikonsumsi. Bakteri yang sering terdapat pada telur adalah
pseudomonas. Selain itu ada juga bakteri alkaligenesis, Proteus, Achetobakter,
26
sehingga kadar air turun. Semakin lama pemeraman maka akan semakin
terlihat perbedaan proses osmosis, sehingga nilai kadar air menjadi
lebih berbeda. Berdasarkan tabel 4 diatas menunjukkan bahwa kadar air
dengan penambahan ekstrak semakin menurun. Berdasarkan Tabel 4.
kolom 1 (kadar air) terlihat bahwa semakin tinggi penambahan ekstrak
daun jambu,
jambu, maka kadar air yang diperoleh pada telur asin semakin
menurun.. Kadar air tertinggi diperoleh pada Ekstrak Daun Jambu P1
(tanpa penambahan ekstrak daun jambu) dan kadar air terendah
diperoleh pada penambahan Ekstrak Daun Jambu P4 (penambahan daun
jambu 15%
%).. Hubungan pengaruh penambahan Ekstrak Daun Jambu
terhadap kadar air telur asin dapat dilihatt pada Gambar 33.
20.00%
Kadar Air
12.47% a
11.44% b
10.00% 9.60% c
7.26% d
0.00%
P1 (0%)
P2 (5%)
P3 (10%)
P4 (15%)
Perlakuan
10.00%
Kadar Abu
0.00%
P1 (0%)
P2 (5%)
Perlakuan P3 (10%) P4 (15%)
Gambar 4. Grafik Hubungan Persentase Penambahan Ekstrak Daun
Jambu Terhadap Kadar Abu Telur asin
2,000
1,000
0
P1 (0%)
P2 (5%)
P3 (10%)
P4 (15%)
Perlakuan
2. Aroma
Aroma makanan banyak menentukan kelezatan
kelezatan bahan makanan.
Aroma makanan lebih banyak melibatakan panca indera hidung dan tidak
melibatkan panca indera penglihatan. Berdasarkan
erdasarkan analisa, hasil uji
organoleptik menunjukkan aroma telur asin yang paling disukai adalah
telur asin dengan penambahan konsentrasi ekstrak sebesar 15%.
Pada Tabel 6. kolom 2 (aroma) menunjukkan bahwa semakin tinggi
penambahan Ekstrak Daun Jambu, maka skor nilai aroma yang diperoleh
pada telur asin semakin meningkat. Nilai aroma tertinggi diperoleh pada
Ekstrak Daun Jambu P4 (Penambahan bubur Ekstrak Daun Jambu 15%),
yaitu sebesar 4.050
4. 0 dengan kriteria suka dan skor nilai aroma terendah
diperoleh pada Ekstrak Daun Jambu P1 (Penambahan Ekstrak Daun
Jambu 0%)) yaitu sebesar 2,550 dengan kriteria kurang suka. Hubungan
pengaruh penambahan Ekstrak Daun Jambu terhadap skor nilai aroma
telur asin dapat dilihat pada Gambar 6.
5,000
4,000 3,250 3,600 3,950
2,550
Aroma
3,000
2,000
1,000
0
P1 (0%)
P2 (5%)
P3 (10%)
P4 (15%)
Perlakuan
3. Rasa
Rasa berbeda dengan aroma, dan lebih banyak melibatkan panca
indera pengecap. Secara umum, rasa ada empat macam, yaitu manis,
pahit, masam, dan asin. Telur asin mempunyai rasa khas yaitu as
asin yang
disebabkan kerena penggaraman. Berdasarkan analisa data, hasil uji
organoleptik menunjukkan rasa yang paling disukai rasa telur asin
dengan penambahan konsentrasi ekstrak sebesar 0%.
Pada Tabel 6 kolom 3 (rasa) menunjukkan skor nilai kesukaan
terhadap
dap rasa yang diperoleh pada telur asin pada Ekstrak Daun Jambu
P1 (Penambahan Ekstrak Daun Jambu 0%),
), yaitu sebesar 4,050 dengan
kriteria suka dan nilai rasa terendah diperoleh pada Ekstrak Daun Jambu
P4 (penambahan
penambahan Ekstrak Daun Jambu 15%)) yaitu sebesar 33,25 dengan
kriteria agak suka. hubungan pengaruh penambahan Ekstrak Daun Jambu
terhadap skor nilai rasa telur asin dapat dilihat pada Gambar 7.
5,000 4,050
3,750
4,000 3,500
3,950
Rasa
3,000
2,000
1,000
0
P1 (0%)
P2 (5%)
P3 (10%)
P4 (15%)
Perlakuan
2,000
1,000
0
P1 (0%)
P2 (5%)
P3 (10%)
P4 (15%)
Perlakuan
semakin kecil yang menyebabkan tekstur telur asin menjadi lebih keras
sehingga lebih disukai oleh panelis.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan anaisa data, maka dapat
disimpulkan antara lain sebagai berikut:
1. Penambahan konsentrasi ekstrak daun jambu berpengaruh terhadap sifat
kimia telur asin.
2. Kadar air telur asin paling rendah diperoleh pada penambahan konsentrasi
ekstrak 15% yaitu sebesar 7,26% sedangkan kadar air telur asin paling
tinggi diperoleh pada penggunaan ekstrak 0% yaitu sebesar 12,47%.
3. Kadar abu telur asin paling tinggi diperoleh pada penambahan konsentrasi
ekstrak 15% yaitu sebesar 5,44% sedangkan kadar abu telur asin paling
rendah diperoleh pada penggunaan ekstrak 0% yaitu sebesar 1,61%.
4. Penambahan konsentrasi ekstrak daun jambu berpengaruh terhadap sifat
organoleptik telur asin. Tingkat kesukaan paling tinggi panelis pada
Aroma, warna dan tekstur telur telur asin dengan penggunaan konsentrasi
ekstrak sebesar 15%.
5. Tingkat kesukaan paling tinggi panelis pada rasa telur asin dengan
penggunaan konsentrasi 0 % ekstrak.
5.2 Saran
Berdasarkan pengalaman yang didapatkan dalam praktikum
pembuatan telur asin, penulis menyarankan kepada peminat pembuat telur
asin dengan menambahkan ekstrak daun jambu dengan presentase garam
yang lebih tinggi dan lama pengeramannya lebih lama supaya rasa asinnya
akan lebih terasa.
34
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, R,. 1997. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Bagus, I, N, S. Made, L, S. Analisis Nilai Gizi Telur Itik Asin Yang Dibuat dengan
Media Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) Selama Masa
Pemeraman. Denpasar. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Buletin Veteriner Udayana Volume 7 No. 2 ISSN: 2085-2495.
Hartoyo, Arif. 2003. The dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Yogyakarta: Karnisius.
35
36
Rizki, T, M, G. 2009. Kandungan Beta Karoten dan Nilai Gizi Telur Asin dari Itik
yang Mendapat Pakan Limbah Udang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor:
Bogor.
Stenly, R, T. Ketut, I, S,. Djoko, R. 2014. Pengawetan Telur Ayam Ras dengan
Pencelupan dalam Ekstrak Air Kulit Manggis pada Suhu Ruang. Denpasar.
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Indonesia Medicus
Veterinus 3(4) : 310-316 ISSN : 2301-7848.
Yulianto. 2011. Pengaruh Penambahan Ekstrak Teh Hijau, Ekstrak Daun Jambu
Biji, dan Ekstrak Daun Salam pada Pembuatan Telur Asin Rebus terhadap
Total Bakteri Selama Penyimpanan. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret.
Yuniati, H. 2013. Efek Penggunaan Abu Gosok dan Serbuk Bata Merah pada
Pembuatan Telur Asin terhadap Kandungan Mikroba dalam Telur. Volume
34 No 2 : 131-137.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit Gramedia. Jakarta.
eBookPangan.com. diakses pada tanggal 24 November 2017
LAMPIRAN
Lampiran I. Analisis Data
Tabel L01. Data Hasil Pengamatan Kadar Air Telur Asin
Ulangan
Perlakuan 1 2 Total Purata
P1 12,3913 12,5432 24,9345 12,4673 a
P2 11,2341 11,6528 22,8869 11,4435 b
P3 9,7621 9,4321 19,1942 9,5971 c
P4 7,1652 7,3627 14,5279 7,2640 d
Total 40,5527 40,9908 81,5435 40,7718
Purata 0,9012 0,9109 1,8121 0,9060
Tabel L02. Uji F Data Hasil Pengamatan Kadar Air Telur Asin
Sumber Jumlah Kuadrat F tabel F tabel
keragama kua ten F Hitung 5 1 Ket
n drat gah % %
Perlakuan 205,598 68,53 20,95 6,59 16,69 S
Galat 287,676 71,92
Total 493,274
0,115
BNJ=5%
37
38
Tabel 04. Uji F Data Hasil Pengamatan Kadar Abu Telur Asin
Sumber Jumlah Kuadrat F tabel F tabel
keragama kua ten F Hitung 5 1 Ket
n drat gah % %
Perlakuan 33,543 11,18 21,15 6,59 16,69 S
Galat 38,996 9,75
Total 72,539
BNJ = 5% 1,613
Tabel L05. Uji F Data Hasil Uji Organoleptik Warna Telur Asin
Panelis P1 P2 P3 P4 Total Purata
1 2 2 3 4 11 2,75
2 5 4 3 4 16 4
3 2 4 5 4 15 3,75
4 2 2 4 2 10 2,5
5 5 3 3 4 15 3,75
6 3 4 4 4 15 3,75
7 3 4 4 5 16 4
8 5 4 4 3 16 4
9 3 4 5 2 14 3,5
10 5 4 2 3 14 3,5
11 3 4 2 4 13 3,25
12 2 4 3 3 12 3
13 2 3 3 5 13 3,25
14 2 3 4 5 14 3,5
15 4 4 4 5 17 4,25
16 2 3 4 4 13 3,25
17 3 3 4 4 14 3,5
18 4 4 4 5 17 4,25
19 2 2 4 4 12 3
39
20 4 4 3 5 16 4
Total 63 69 72 79 283 70,75
Tabel L06. Uji F Data Hasil Uji Organoleptik Warna Telur Asin
Derajat
Kuadrat
B
Sumber Jumlah T F tabel
e
Kerag Kuadr en F hitung 5
b
aman at ga %
a
h
s
Ulangan 29.71 19 1.56
Perlakuan 5.36 4 1.34 4.30 2.49 S
Galat 78.24 76 1.03
Total 113.31 99
BNJ =5% 0.898
11 5 4 5 2 21 4.2
12 3 1 4 4 17 3.4
13 2 3 3 5 17 3.4
14 1 4 3 3 16 3.2
15 2 4 3 5 19 3.8
16 4 4 3 4 19 3.8
17 3 4 4 5 20 4
18 2 4 5 5 20 4
19 1 4 5 4 19 3.8
20 2 4 4 4 19 3.8
Total 51 65 72 81 352 70.40
Tabel L08. Uji F Data Hasil Uji Organoleptik Aroma Telur Asin
Derajat
Kuadrat
B
Sumber Jumlah T F tabel
e
Kerag Kuadr en F hitung 5 Ket
b
aman at ga %
a
h
s
Ulangan 20.16 19 1.06
Perlakuan 33.96 4 8.49 6.40 2.49 S
Galat 100.84 76 1.33
Total 154.96 99
BNJ =5% 1.020
2 4 4 4 5 21 4,2
3 4 5 5 3 20 4
4 5 5 4 5 23 4,6
5 4 4 4 3 18 3,6
6 4 3 5 1 16 3,2
7 3 4 2 3 15 3
8 2 5 3 4 16 3,2
9 2 3 4 4 16 3,2
10 5 2 1 1 11 2,2
11 4 4 3 2 16 3,2
12 4 4 5 4 19 3,8
13 5 5 4 4 21 4,2
14 3 3 4 3 15 3
15 3 3 3 3 14 2,8
16 5 4 4 3 20 4
17 5 5 3 4 19 3,8
18 5 4 1 3 18 3,6
19 5 2 5 3 19 3,8
20 4 2 3 3 14 2,8
Total 81 75 70 65 352 70,4
Purata
4,050 a 3,75 ab 3,5 ac 3,25 ad 17,6 3,52
Tabel L10. Uji F Data Hasil Uji Organoleptik Rasa Telur Asin
Derajat Kuadrat
Sumber Jumlah B T F tabel
Kerag Kuadr e en F hitung 5
aman at b ga %
a h
42
Total 68 70 73 76 287
Purata 3,4 a 3,5 b 3,65 c 3,8 d 14,35
44
45
Proses pencampuran abu gososk, ekstrak daun jambu biji, bawang putih dan garam
Pencampuran abu gosok dengan air biasa dan proses pelapisan abu gosok pada
telur
Telur asin dengan ekstrak daun jambu 0% Telur asin dengan ekstrak daun
jambu 5%
Telur asin dengan ekstrak daun jambu 10 Telur asin dengan ekstrak daun jambu
% 15 %
Penimbangan cawan kosongdan kuning telur sebelum dilakukan uji kadar air
Penimbangan cawan kosong dan putih telur sebelum dilakukan uji kadar air
Proses penimbangan putih telur dan kuning telur untuk mengetahui kadar air