5. Barang-barang hanya dijual sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan harus
secara tunai
6. Tidak ada perbedaan berdasarkan ras, suku bangsa, agama, dan aliran
1
politik
7. Barang yang dijual adalah barang asli dan bukan barang rusak atau palsu; dan
Pendidikan terhadap anggota secara berkesinambungan
Sejarah koperasi di Indonesia berawal dari berdirinya “Hulp en Spaar Bank” pada
tahun 1896 yang didirikan oleh R Aria Wiria Atmadja di Purwokerto. Pada awalnya
lembaga ini didirikan dengan tujuan untuk membantu pegawai pemerintah pribumi atau
pejabat pribumi dalam birokrasi pemerintahan kolonial. Usaha ini dilanjutkan oleh
Asisten Residen W.P.D. de Wolf van Westerrode, dan pengembengan koperasi diperluas
tidak hanya meliputi kelompok priyayi, melainkan juga kelompok masyakarat umum
khususnya petani
2
a. Akte pendirian koperasi dibuat secara notariil;
3
b. dalam rangka peraturan koerasi No 91, melakukan pengawasan dan pemeriksaan
terhadap koperasi-koperasi, serta memberikan penerangannya;
Tabel 1
4
1938 540 40.491 f.633.082
1939 574 52.555 f.850.671
Pada masa pendudukan bala tentara Jepang istilah koperasi lebih dikenal menjadi
istilah “Kumiai”. Pemerintahan bala tentara Jepang di di Indonesia menetapkan bahwa
semua Badan-badan Pemerintahan dan kekuasaan hukum serta Undang-undang dari
Pemerintah yang terdahulu tetap diakui sementara waktu, asal saja tidak
bertentangandengan Peraturan Pemerintah Militer. Berdasarkan atas ketentuan tersebut,
maka Peraturan Perkoperasian tahun 1927 masih tetap berlaku. Akan tetapi berdasarkan
Undang-undang No. 23 dari Pemerintahan bala tentara Jepang di Indonesia mengatur
tentang pendirian perkumpulan dan penmyelenggaraan persidangan. Sebagai akibat
daripada peraturan tersebut , maka jikalau masyarat ingin mendirikan suatu perkumpulan
koperasi harus mendapat izin Residen (Shuchokan) dengan menjelaskan syarat-syarat
sebagai berikut:
5
semakin hari semakin kurang karena situasi perang dan tekanan ekonomi Internasional
(misalnya gula pasir, minyak tanah, beras, rokok dan sebagainya). Di lain pihak
Pemerintah pendudukan bala tentara Jepang memerlukan barang-barang yang dinilai
penting untuk dikirim ke Jepang (misalnya biji jarak, hasil-hasil bumi yang lain, besi tua
dan sebagainya) yang untuk itu masyarakat agar menyetorkannya melalui “Kumiai”.
Kumiai (koperasi) dijadikan alat kebijaksanaan dari Pemerintah bala tentara Jepang
sejalan dengan kepentingannya. Peranan koperasi sebagaimana dilaksanakan pada zaman
Pemerintahan pendudukan bala tentara Jepang tersebut sangat merugikan bagi para
anggota dan masyarakat pada umumnya.
6
pembinaan gerakan koperasi, dan jawatan perdagangan dengan tugas-tugas mengurus
dan menangani bimbingan perdagangan.
Perang sengit melawan kolonial yang berlangsung hingga tahun 1949 menyulitkan
perkembangan gerakan koperasi. Tetapi ketika Belanda melakukan blokade, yang
menyebabkan banyak barang kebutuhan rakyat di daerah kekuasaan pemerintah
Republik Indonesia sangat sulit dicari dan terbatas, antusiasme berkoperasi muncul
kembali. Koperasi-koperasi kemudian mengambil peran sebagai distributor barang-
barang kebutuhan rakyat.
Dengan perkembangan terakhir ini banyak para pemimpin partai ingin secepatnya
mewujudkan kehendak pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga makin banyak
organisasi-organisasi, termasuk BTI dan PNI yang turut mendukung dan membentuk
koperasi.
Akhir tahun 1946 jumlah koperasi yang didirikan melonjak cepat. Di Pulau Jawa saja
tercatat ada 2500 perkumpulan koperasi yang diawasi pemerintah. Menjamurnya
koperasi ketika itu memancing kaum partai untuk memanfaatkan keberadaan mereka
demi tujuan partai. Dan banyak koperasi yang kemudiaan diperalat oleh para pimpinan
partai itu. Ini berarti secara sadar telah melanggar prinsip-prinsip berkoperasi.
Berbagai upaya dilakukan oleh para pemimpin gerakan koperasi untuk meluruskan
keadaan yang menyesatkan itu. Pada akhir tahun 1946 itu gerakan koperasi Jawa Barat
sepakat mengadakan konperensi. Pelaksanaan konperensi yang berlangsung di Ciparay
itu berhasil membentuk ”Pusat Koperasi Primer”. Organisasi ini ditugaskan untuk:
1) Mengkoordinir gerakan koperasi yang ada di seluruh Jawa Barat.
2) Mendorong terbentuknya koperasi-koperasi di seluruh Jawa Barat.
3) Secepat-cepatnya mendorong terselenggaranya Kongres Koperasi Seluruh
Indonesia.
Pergerakan koperasi di RI telah berhasil mewujudkan tiga kegiatan yang penting yang
selalu akan tercatat dalam sejarah peergerakan koperasi di Negara kita yaitu:
1) Koperasi desa
Di dalam koperasi ini para petani hendaknya bergabung agar tercapai
peningkatan pendapatan, dengan ini maka petani dapat memenuhi kebutuhannya,
7
baik itu untuk memproduksi maupun keperluan hidup sehingga tercapailah
peningkatan kesejahteraan hidupnya. Tugas koperasi desa tidak hanya pada satu
bidang tetapi juga meliputi meningkatkan produksi, membimbing pengelolaan hasil
produksi, pemasaran hasil produksi secara terpadu, mengusahakan kredit untuk
memperlancar usaha tani dan lain sebagainya.
Pemula gagasan ini adalah Sir Horace Plunkett (Inggris) yang berhasil
dikembangkan di India. Beliau berpendapat “Dengan koperasi desa akan tercapai
pertanian yang lebih baik, usaha perdagangan yang lebih baik dan kehidupan yang
lebih baik” (better farming, better business and better living).
8
3) Peraturan koperasi tahun 1949 nomor 179
Pemerintah Republik Indonesia meninjau kembali peraturan perkoperasian
peninggalan kaum colonial yang tidak cocok lagi dengan bangsa Indonesia.
Termasuk diantaranya Undang-undang/Peraturan Koperasi tahun 1927 No.91 dan
menggantinya dengan Peraturan Koperasi tahun 1949 No.179. Dalam peraturan
koperasi ini jelas dinyatakan bahwa “ koperasi merupakan perkumpulan orang-orang
atau badan-badan hukum Indonesia yang memberi kebebasan kepada setiap orang
atas dasar persamaan untuk menjadi anggota dan atau menyatakan berhenti, maksud
utama mereka dalam wadah koperasi ini yaitu memajukan tingkat kesejahteraan
lahiriah para anggotanya dengan melakukan usaha-usaha bersama di bidang
perdagangan, usaha kerajinan, pembelian/pengadaan barang-barang keperluaan
anggota, tanggung menanggung kerugian yang dideritanya, pemberian pinjaman,
pembenukan koperasi harus diperkuat dengan akta dan harus didaftarkan serta
diumumkan menurut cara-cara yang telah ditentukan pemerintah.
9
cara mutlak-mutlakan dalam mewujudkan segala sesuatu yang menjadi cita-citanya. Jadi
liberalisme sangat bertentangan dengan gotong royong dan kekeluargaan yang menjadi
kepribadian bangsa kita. Liberalisme, tekanan dan pengaruhnya terasa sekali terhadap
perkeporasian, antara lain:
1) Sering terjadi pergantian kabinet, dengan sendirinya garis kebijakan dan program-
program kementrian yang menangani urusan koperai pun selalu berubah-ubah.
2) Keanggotaan koperasi yang tidak mengenal perbedaan golongan, aliran, suku, agama
menjadi terpengaruh oleh tindakan para pemimpin gerakan-gerakan politik.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai koperasi dalam kurun waktu 1950-1958 yaitu:
kemajuan dalam bidang pendidikan koperasi (peningkatan refreshing courses bagi para
karyawan jawatan koperasi dan pergerakan koperasi, petugas-petugas melakukan
pendidikan di luar negeri) serta perkembangan fisik koperasi (baik secara kuantitas dan
kualitas).
Akibat liberalisme yang akarnya makin hari makin kuat, sehingga Presiden Soekarno
mengeluarkan dekrit (5 Juli 1959) untuk kembali ke Undang-Undang Dasar 1945. Ini
mendapatkan sambutan yang hangat dari rakyat Indonesia karena sejalan dengan
kepribadian bangsa, yang mana Pancasila merupakan dasar dari segala ketentuan yang
terdapat dalam UUD 1945. Musyawarah dan mufakat akan diutamakan kembali sehingga
persatuan dan kesatuan bangsa terjamin degan baik. Tetapi sangat disayangkan
demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin yang seharusnya terpimpin oleh Pancasila,
pengertiannya berubah menjadi terpimpin oleh garis-garis pemikiran pribadi Bung
Karno, yang mengakibatkan diktatorisme ataupun otokrasi.
Khusus bagi gerakan koperasi hal ini berarti penyelewengan yang jauh dari jiwa
koperasi, urusan intern perkumpulan koperasi semakin banyak dicampuri pemerintah,
kebebasan koperasi untuk mengambil keputusan menjadi sangat terbatas.
10
Kongres Koperasi II
Terdapat beberapa sebab yang mendorong diadakannya Kongres Koperasi II, antara
lain:
1) SOKRI yang merupakan hasil Kongres Koperasi I tidak mampu melaksanakan
fungsinya dengan baik. Sehingga tidak terwujud kesatuan pandangan tentang
bentuk organisasi, dasar atau tujuan koperasi.
2) Adanya anggapan oleh sementara kalangan gerakan koperasi bahwa peraturan
perkoperasian yang ada sudah tidak relevan lagi. Peraturan perkoperasian
dimaksud adalah Undang-undang No. 179/1949 yang dianggap tidak sesuai lagi
dengan alam kemerdekaan.
Pada tanggal 15 – 17 Juli 1953 terwujudlah pelaksanaan Kongres Besar Koperasi
Seluruh Indonesia II di Bandung. Kongres dihadiri sekitar 2000-an orang utusan
yang datang mewakili 83 pusat-pusat koperasi dari seluruh Indonesia. Akan tetapi di
antara utusan-utusan itu ada pula yang hanya mewakili organisasi koperasi yang
masih berbentuk panitia.
Di dalam kongres itu beberapa orang Pejabat Pemerintah dan para tokoh gerakan
koperasi turut aktif memberikan prasaran mereka, antara lain:
1) Prof. Dr. Sumitro Djojohardikusumo (Menteri Perekonomian) tentang ”Fungsi
Koperasi dalam proses pengembangan ekonomi”.
2) Iskandar Tejasukmana (Menteri Perburuhan) tentang ”Perumahan Rakyat”
3) R. Moh. Abiyah Hadiwinoto (GKBI) tentang ”Undang-undang Koperasi”.
4) Roesli Rahim (Kepala Koperasi Pusat) tentang ”Pendidikan dan Penerangan
Koperasi”.
5) R.S. Soeria Atmadja (Kepala Direktorat Perekonomian Rakyat) tentang
”Perluasan Tugas Gerakan Koperasi di Indonesia”.
Berdasarkan prasaran-prasaran tersebut di atas serta pendapat para peserta
Kongres, maka Kongres Besar Koperasi Seluruh Indonesia ke II mengambil
keputusan sebagai berikut:
1) Ke dalam
11
(1) Menyetujui pokok-pokok prasaran Prof. Dr. Sumitro, Iskandar Tejasukmana,
R. Moh. Abiyah Hadiwinoto, Roesli Rahim dan R.S. Soeria Atmaja.
(2) Mendirikan sebuah badan pemusatan pimpinan koperasi untuk seluruh
Indonesia yang dinamakan ”Dewan Koperasi Indonesia”.
(3) Mewajibkan ”Dewan Koperasi Indonesia” membentuk sebuah lembaga
pendidikan koperasi untuk mendidik para anggota, pemimpin, pegawai
koperasi serta mendirikan sekolah menengah koperasi di tiap-tiap propinsi.
(4) Mengeluarkan harian, majalah, brosur, buku pelajaran koperasi.
(5) Membentuk sebuah panitia yang akan memberi saran-saran kepada pemerintah
mengenai Undang-undang Koperasi.
(6) Mengusahakan kemudahan pemberian badan hukum.
(7) Mengangkat Bung Hatta (Drs. H. Moh. Hatta) sebagai Bapak Koperasi
Indonesia.
(8) Memilih Dewan Pimpinan Koperasi Republik Indonesia.
2) Ke luar
(1) Mendesak kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya:
• Melaksanakan perubahan dasar ekonomi dengan menggunakan koperasi
sebagai sistem dan alat utama untuk mencapai kemakmuran rakyat bersama,
sesuai dengan maksud pasal 38 UUD Sementara RI.
• Koperasi dijadikan mata pelajaran pada sekolah lanjutan, dan menanam benih
perkoperasian pada Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar).
• Segera mengadakan undang-undang koperasi yang berdasarkan pasal 38
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia.
• Menambah anggaran belanja negara bagi kemakmuran rakyat terutama di luar
Pulau Jawa/Madura.
• Menyempurnakan susunan Jawatan Koperasi.
• Rencana pembangunan rumah rakyat diundangkan serta menunjuk Gerakan
Koperasi sebagai penyelenggaraan pembangunan rumah-rumah rakyat.
• Penyelenggaraan pembelian padi hanya diserahkan kepada organisasi
koperasi.
12
(2) Menganjurkan kepada guru-guru supaya di sekolahnya masing-masing
mendidik murid-murid menabung secara teratur.
13
menciptakan insan-insan koperasi yang bermental tinggi, jujur, terampil, giat dan
bergairah kerja untuk meningkatkan usaha koperasi.
14
Munaskop II ini dalam sidangnya mengesahkan sebuah kiputusan yang cukup
kontroversial, seperti adanya sebuah pernyataan tentang Bung Karno yang
ditetapkan sebagai Bapak Koperasi, Pimpinan Tertinggi Gerakan Koperasi
Indonesi, dan di samping itu beberapa keputusan lainnya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Haluan Gerakan Koperasi Indonesia, antara lain:
(1) Landasan idiil Pancasila
(2) Lima Azimat Revolusi Indonesia (Nasakom, Pancasila, Manipol, Trisakti
Tavip, Berdikari), Dekon dan ketetapan-ketetapan MPRS
(3) Amanat dan tulisan PJM Presiden/BPR Bung Karno
15
(6) Pendidikan
(7) Hubungan dengan Orpol/Ormas.
(8) Gerakan Koperasi Indonesia perlu segera dibentuk dengan struktur,
aktivitas dan pimpinan yang mencerminkan kegotong-royongan nasional
progresif revolusioner berporoskan Nasakom.
(9) Pimpinan Gerakan Koperasi Indonesia.
(10) Lambang dan lagu akan segera disayembarakan.
5) Rencana kerja 4 tahun: dalam rencana kerja 4 tahun ini mencakup realisasi
Undang-undang Nomor.14/1965, pasal 24 ayat 1 mengenai Gerakan Koperasi
Indonesia dan Pembubaran KOKSI, inventarisasi peningkatan pembinaan
perkumpulan koperasi sesuai Undang-undang Nomor.14/1965, meningkatkan
jumlah kader koperasi, penyebaran idiologi koperasi melalui mass media,
mengadakan sensus koperasi dan menyelenggarakan Konperensi Asia Afrika.
VI) Perkembangan Koperasi pada Masa Pemerintahan Orde Baru dan Reformasi
Runtuhnya pemerintahan rezim Soekarno berawal dari timbulnya pemberontakan
yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan yang kita kenal
dengan sebutan G 30 S/PKI merupakan pemicu atas runtuhnya rezim Orde Lama yang
dipimpin oleh Ir. Soekarno. Memang amatlah tragis sejarah hitam politik termasuk
sejarah hitam kehidupan perkoperasian nasional mencoreng muka kemerdekaan dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diyakini kebenarannya.
Seiring dengan keruntuhan pemerintahan orde lama dibawah kepemimpinan
Soekarno yang telah bertindak jauh ke luar dari ketentuan-ketentuan UUD 1945 dan
Pancasila, maka terbentuklah pemerintahan orde baru di bawah pimpinan Soeharto yang
melakukan pembersihan-pembersihan di seluruh tubuh pemerintahan dan badan-badan
kemasyarakatan. Tampilnya Orde Baru dalam memimpin negeri ini membuka peluang
dan cakrawala baru bagi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan perkoperasian
nasional.
Tentang Undang-Undang Koperasi yang baru yaitu Undang-undang nomor 12 tahun
1967 (tentang pokok-pokok perkoperasian) telah disahkan oleh Presiden pada tanggal
18 Desember 1967 dan berlaku sampai sekarang. Dengan adanya UU koperasi yang baru
16
ini maka terpenuhilah keinginan masyarakat khususnya para pecinta koperasi untuk
memiliki landasan pokok untuk mengatur perkoperasian yang sesuai dengan jiwa dan
semangat orde baru, berdasarkan Pancasila serta undang-undang Dasar 1945, terutama
pasal 33 ayat 1.
Sejak saat Jenderal Soeharto efektif memegang kendali kekuasaan pemerintahan
sesuai dengan SUPERSEMAR (Surat Perintah 11 Maret 1966), perbaikan demi
perbaikan mulai dilakukan. Tanpa terkecuali bidang perkoperasian untuk dikembalikan
sesuai denga fungsinya yang sesungguhnya.
Pada tahun 1966 ini pula pemerintah telah mengatur bidang perkoperasian nasional,
dimana urusan pengembangan/pembinaan dialihkan kepada Kementerian Perdagangan
melalui Departemen Koperasi, yang langsung meluruskan kekeliruan yang terjadi di
zaman Orde Lama, yaitu meletakkan asas-asas Sendi Dasar Koperasi sesuai dengan
keberadaannya. Oleh karena itu dikeluarkan Surat Edaran No.1 dan No.2 tahun 1966
oleh Deputi Mentri Perdagangan yang membawahi Departemen Koperasi di lingkungan
Kementerian Perdagangan, yang mengatur bahwa: koperasi harus bekerja berdasarkan
asas dan sendi dasar yang sebenarnya, koperasi sebagai alat demokrasi ekonomi harus
menegakkan asas demokrasi dengan kekuasaan tertinggi pada Rapat Anggota, dan
seterusnya. Landasan-landasan Koperasi, yaitu antara lain:
a. Landasn Idiil: Pancasila
b. Landasan Struktural dan Landasan Gerak: UUD 1945 dan Pasal 33 ayat (1)
UUD 1945 serta penjelasannya
c. Landasan mental koperasi Indonesia: setia kawan dan kesadaran berpribadi
Fungsi koperasi, antara lain:
a. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat.
b. Alat pendemokrasian nasional.
c. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.
d. Alat pembinaan insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi
bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tatalaksana perekonomian
rakyat.
17
Asas koperasi adalah kekeluargaan dan kegotongroyongan. Sendi-sendi Dasar Koperasi,
yaitu:
a. Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara
Indonesia.
b. Rapat anggota merupakan kekuasaan yang tertinggi sebagai pencerminan
demokrasi dalam koperasi.
c. Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota.
d. Adanya pembatasan bunga atas modal.
e. Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
f. Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka.
g. Swadaya,swakerta, dan swasembada sebagai pencerminan dari prinsip dasar,
yaitu percaya pada diri sendiri.
Masalah-masalah yang dihadapi koperasi pada masa ini, antara lain:
a. Masalah manajemen
b. Masalah modal dan pemupukan modal
c. Masalah pemasaran dan peningkatan produk
Pada jaman kemerdekaan sampai sekarang telah dikeluarkan UU koperasi, yaitu sebagai
berikut:
a. Peraturan koperasi No.179 tahun 1949
b. UU koperasi No.79 tahun 1958 tentang perkumpulan koperasi
c. PP No.60 tahun 1959 tentang perkembangan gerakan koperasi
d. UU koperasi No.14 tahun 1965
e. UU koperasi No.12 tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian
f. UU koperasi No.25 tahun 1992 tentang perkoperasian
18
Dalam Permen No. 02/Per/M.KUKM/IV/2012, tujuan perubahan itu untuk
meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat pada koperasi. Logo besutan Menteri Syarif
Hasan itu berupa bunga teratai dengan warna dominan hijau.
Selepas tiga tahun, Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) menganulir penggunaan
bunga teratai versi pemerintah. Surat bernomor SKEP/03/Dekopin-E/I/2015 menyatakan
bahwa melalui Munas Dekopin 2014 gerakan koperasi kembali kepada logo pohon beringin.
Maju mundur perubahan logo itu memberi sinyal: gerakan koperasi gamang
mendefinisikan diri. Satu sisi ada aspirasi tentang perubahan yang harus dilakukan agar
adaptif dengan zaman. Di sisi lain, ada romantisisme sejarah koperasi yang harus
dipertahankan.
19
4). Timbangan melambangkan keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi jadi
setiap pengurus dan anggota koperasi haruslah adil dalam mengelola koperasi. Adil
dan tidak berat sebelah kepada seluruh anggota dan pengurus koperasi.
5). Bintang dalam perisai artinya pancasila sebagai landasan idiil koperasi Jadi pancasila
menjadi landasan dalam berkoperasi serta mengamalkan kelima sila tersebut dalam
kegiatan keseharian koperasi.Dengan demikian koperasi indonesia adalah insan yang
setia dan mengamalkan pancasila.
6). Pohon beringin menggambarkan sifat kemasyarakatan dan kepribadian masyarakat
indonesia yang kokoh berakar Artinya masyarakat indonesia yang bergerak di bidang
koperasi adalah masyarakat yang kokoh.tidak mudah goyah oleh cobaan dan
gempuran ekonomi dari luar negeri.Dan siap bersaing.
7). “Koperasi Indonesia” menandakan lambang kepribadian koperasi rakyat
indonesia.Jadi koperasi adalah sistem ekonomi indonesia yang sangat bagus dan
menjadi penggerak perekonomian indonesia
8). Warna merah putih menggambarkan sifat nasional Indonesi.Cinta tanah air dan
bangga sebagai warga negara indonesia.
20
3). Lambang Koperasi dalam bentuk tulisan Koperasi Indonesia memberi kesan dinamis
modern, menyiratkan kemajuan untuk terus berkembang serta mengikuti kemajuan
zaman yang bercermin pada perekonomian yang bersemangat tinggi,
4). Tulisan Koperasi Indonesia yang berkesinambungan sejajar rapi mengandung makna
adanya ikatan yang kuat, baik di dalam lingkungan internal Koperasi Indonesia maupun
antara Koperasi Indonesia dan para anggotanya;
5). Lambang Koperasi Indonesia yang berwarna Pastel memberi kesan kalem sekaligus
berwibawa, selain Koperasi Indonesia bergerak pada sektor perekonomian, warna pastel
melambangkan adanya suatu keinginan, ketabahan, kemauan dan kemajuan serta
mempunyai kepribadian yang kuat akan suatu hal terhadap peningkatan rasa bangga dan
percaya diri yang tinggi terhadap pelaku ekonomi lainnya;
6). Lambang Koperasi Indonesia menggambarkan falsafah hidup berkoperasi yang memuat:
Tulisan : Koperasi Indonesia yang merupakan identitas lambang;
7). Gambar : 4 kuncup bunga yang saling bertaut dihubungkan bentuk sebuah lingkaran
yang menghubungkan satu kuncup dengan kuncup lainnya, menggambarkan seluruh
pemangku kepentingan saling bekerja sama secara terpadu dan berkoordinasi secara
harmonis dalam membangun Koperasi Indonesia
21
DAFTAR PUSTAKA
H. Mangusdi. 1990. PENELITIAN TENTANG SEJARAH PENDIRIAN KOPERASI DI
INDONESIA. Jakarta; Badan Penelitian dan Pengembangan Koperasi Indonesia
Jakarta.
Hatta, Mohammad. 1971. MEMBANGUN KOPERASI DAN KOPERASI MEMBANGUN.
Jakarta; Kompas.
Hendar. 2010. Manajemen Perusahaan Koperasi. Jakarta; Penerbit Erlangga.
Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 1 /Per/M.Kukm/Ii/2015 Tentang Perubahan Lambang/Logo Gerakan
Koperasi Indonesia. http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn274-
2015.pdf (diakses pada 12 Februari 2018)
22