Anda di halaman 1dari 22

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN KOPERASI

I) Sejarah Pembentukan Koperasi di Dunia


Sejarah koperasi di dunia berawal pada pertengahan abad 18 dan awal abad 19 di
Inggris. Perkembangannya dimulai dari munculnya revolusi industri di Inggris tahun
1770 yang menggantikan tenaga manusia dengan mesin-mesin industri yang berdampak
pada semakin besarnya pengangguran hingga revolusi Prancis tahun 1789. Peristiwa
besar ini berawal dengan tujuan untuk menumbangkan kekuasaan raja yang feodalistik,
tetapi berakibat memunculkan hegemoni baru dari kaum kapitalis. Semboyan revolusi
Prancis yang berisi Liberte, Egalite, dan Fratenite (kebebasan, persamaan, persaudaraan)
yang dikobarkan selama revolusi untuk mengobarkan semangat revolusi menjadi
berubah tanpa tanpa sedikitpun memberi dampak perubahan pada kondisi ekonomi
rakyat. Manfaat liberte (kebebasan) hanya menjadi milik mereka yang mempunyai
kapital untuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya. Semangat Egalite dan Fratenite
(persamaan dan persaudaraan) hanya menjadi milik masyarakat dengan strata sosial
tinggi (pemilik modal atau kapital).
Seperti di Prancis, koperasi juga berdiri di Inggris. Koperasi didirikan di kota
Rochdale pada tahun 1844. Koperasi yang di pelopori oleh 28 anggota tersebut dapat
bertahan dan sukses karena didasari oleh semangat kebersamaan dan kemauan untuk
berusaha. Mereka duduk dan menyusun berbagai langkah yang akan dilakukan sebelum
membentuk sebuah satuan usaha yang mempu mempersatukan visi dan cita-cita mereka.
Koperasi Rochdale memiliki prinsip yaitu:
1. keanggotaan yang bersifat terbuka

2. Pengawasan secara demokratis

3. Bunga yang terbatas atas modal anggota

4. Pengembalian sisa hasil usaha sesuai dengan jasanya pada koperasi

5. Barang-barang hanya dijual sesuai dengan harga pasar yang berlaku dan harus
secara tunai

6. Tidak ada perbedaan berdasarkan ras, suku bangsa, agama, dan aliran

1
politik
7. Barang yang dijual adalah barang asli dan bukan barang rusak atau palsu; dan
Pendidikan terhadap anggota secara berkesinambungan

Sejarah koperasi di Indonesia berawal dari berdirinya “Hulp en Spaar Bank” pada
tahun 1896 yang didirikan oleh R Aria Wiria Atmadja di Purwokerto. Pada awalnya
lembaga ini didirikan dengan tujuan untuk membantu pegawai pemerintah pribumi atau
pejabat pribumi dalam birokrasi pemerintahan kolonial. Usaha ini dilanjutkan oleh
Asisten Residen W.P.D. de Wolf van Westerrode, dan pengembengan koperasi diperluas
tidak hanya meliputi kelompok priyayi, melainkan juga kelompok masyakarat umum
khususnya petani

II) Timbulnya Cita-Cita Kearah Pembentukan Koperasi di Indonesia


Sejarah koperasi di Indonesia berawal dari berdirinya “Hulp en Spaar Bank” pada
tahun 1896 yang didirikan oleh R Aria Wiria Atmadja di Purwokerto. Pada awalnya
lembaga ini didirikan dengan tujuan untuk membantu pegawai pemerintah pribumi atau
pejabat pribumi dalam birokrasi pemerintahan colonial (Djojohadikoesoemo pada
Hendar 2010:3). Kegiatan R Aria Wiriatmadja dikembangkan lebih lanjut oleh De Wolf
Van Westerrode asisten Residen Wilayah Purwokerto di Banyumas. Ketika ia cuti ke
Eropa dipelajarinya cara kerja wolksbank secara Raiffeisen (koperasi simpan-pinjam
untuk kaum tani) dan Schulze-Delitzsch (koperasi simpan-pinjam untuk kaum buruh di
kota) di Jerman. Setelah ia kembali dari cuti mulailah ia mengembangkan koperasi
simpan-pinjam sebagaimana telah dirintis oleh R. Aria Wiriatmadja. Dalam hubungan
ini kegiatan simpanpinjam yang dapat berkembang ialah model koperasi simpan-pinjam
lumbung dan modal untuk itu diambil dari zakat.
Selanjutnya Boedi Oetomo yang didirikan pada tahun 1908 menganjurkan
berdirinya koperasi untuk keperluan rumah tangga. Demikian pula Sarikat Islam yang
didirikan tahun 1911 juga mengembangkan koperasi yang bergerak di bidang keperluan
sehari-hari dengan cara membuka tokotoko koperasi. Perkembangan yang pesat dibidang
perkoperasian di Indonesia yang menyatu dengan kekuatan social dan politik
menimbulkan kecurigaan Pemerintah Hindia Belanda. Oleh karenanya Pemerintah
Hindia Belanda ingin mengaturnya tetapi dalam kenyataan lebih cenderung menjadi
suatu penghalang atau penghambat perkembangan koperasi. Dalam hubungan ini pada
tahun 1915 diterbitkan Ketetapan Raja no. 431 yang berisi antara lain:

2
a. Akte pendirian koperasi dibuat secara notariil;

b. Akte pendirian harus dibuat dalam Bahasa Belanda;

c. Harus mendapat ijin dari Gubernur Jenderal;

d. dan di samping itu diperlukan biaya meterai f 50

Berbagai ketentuan dan persyaratan sebagaimana dalam ketetapan Raja no 431/1915


tersebut dirasakan sangat memberatkan persyaratan berdiriya koperasi. Dengan
demikian praktis peraturan ters but dapat dipandang sebagai suatu penghalang bagi
pertumbuhan koperasi di Indonesia, yang mengundang berbagai reaksi. Oleh karenanya
maka pada tahun 1920 dibentuk suatu ‘Komisi Koperasi’ yang dipimpin oleh DR. J.H.
Boeke yang diberi tugas neneliti sampai sejauh mana keperluan penduduk Bumi Putera
untuk berkoperasi.
III) Perjuangan Pembentukkan Koperasi Pada Zaman Penjajahan
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Komisi Koperasi pimpinan DR. J.H. Boeke
menyatakan tentang perlunya penduduk Bumi putera berkoperasi dan untuk mendorong
keperluan rakyat yang bersangkutan. Selanjutnya didirikanlah Bank Rakyat (
Volkscredit Wezen ). Berkaitan dengan masalah Peraturan Perkoperasian, maka pada
tahun 1927 di Surabaya didirikan “Indonsische Studieclub” Oleh dokter Soetomo yang
juga pendiri Boedi Oetomo, dan melalui organisasi tersebut beliau menganjurkan
berdirinya koperasi. Kegiatan serupa juga dilakukan oleh Partai Nasional Indonesia di
bawah pimpimnan Ir. Soekarno, di mana pada tahun 1929 menyelenggarakan kongres
koperasi di Betawi. Keputusan kongres koperasi tersebt menyatakan bahwa untuk
meningkatkan kemakmuran penduduk Bumi Putera harus didirikan berbagai macam
koperasi di seluruh Pulau Jawa khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
Untuk menggiatkan pertumbuhan koperasi, pada akhir tahun 1930 didirikan
Jawatan Koperasi dengan tugas:

a. memberikan penerangan kepada pengusaha-pengusaha Indonesia mengenai seluk


beluk perdagangan;

3
b. dalam rangka peraturan koerasi No 91, melakukan pengawasan dan pemeriksaan
terhadap koperasi-koperasi, serta memberikan penerangannya;

c. memberikan keterangan-keterangan tentang perdagangan pengangkutan, cara-


cara perkreditan dan hal ihwal lainnya yang menyangkut perusahaan-perusahaan;

d. penerangan tentang organisasi perusahaan;

e. menyiapkan tindakan-tindakan hukum bagi pengusaha Indonesia

( Raka 1981:42 pada Mangusdi:1990)

Perkembangan koperasi semenjak berdirinya Jawatan Koperasi tahun 1930 menunjukkan


suatu tingkat perkembangan yang terus meningkat. Jikalau pada tahun 1930 jumlah
koperasi 39 buah, maka pada tahun 1939 jumlahnya menjadi 574 buah dengan jumlah
anggota pada tahun 1930 sebanyak 7.848 orang kemudian berkembang menjadi 52.555
orang. Sedangkan kegiatannya dari 574 koperasi tersebut diantaranya 423 kopersi

(77%) adalah koperasi yang bergerak dibidang simpan-pinjam (Djojohadikoesoemo


1940:82) sedangkan selebihnya adalah kopersi jenis konsumsi ataupun produksi. Dari
423 koperasi simpan-pinjam tersebut diantaranya 19 buah adalah koperasi lumbung.
Adapun data perkembangan koperasi dari tahun de tahun dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1

Tahun Jml. Koperasi Jml. Anggota Jml Simpanan


1930 39 7.848 f. 101.296
1931 133 13.725 f.194.578
1932 172 14.134 f.264.184
1933 233 18.444 f.317.613
1934 263 18.845 f.375.577
1935 299 19.298 f.306.317
1936 324 20.544 f.302.399
1937 410 28.999 f.5703182

4
1938 540 40.491 f.633.082
1939 574 52.555 f.850.671

(Sumber : Sepoeloeh Tahoen Koperasi pada Mangusdi:1990)

Pada masa pendudukan bala tentara Jepang istilah koperasi lebih dikenal menjadi
istilah “Kumiai”. Pemerintahan bala tentara Jepang di di Indonesia menetapkan bahwa
semua Badan-badan Pemerintahan dan kekuasaan hukum serta Undang-undang dari
Pemerintah yang terdahulu tetap diakui sementara waktu, asal saja tidak
bertentangandengan Peraturan Pemerintah Militer. Berdasarkan atas ketentuan tersebut,
maka Peraturan Perkoperasian tahun 1927 masih tetap berlaku. Akan tetapi berdasarkan
Undang-undang No. 23 dari Pemerintahan bala tentara Jepang di Indonesia mengatur
tentang pendirian perkumpulan dan penmyelenggaraan persidangan. Sebagai akibat
daripada peraturan tersebut , maka jikalau masyarat ingin mendirikan suatu perkumpulan
koperasi harus mendapat izin Residen (Shuchokan) dengan menjelaskan syarat-syarat
sebagai berikut:

a. Maksud perkumpulan atau persidangan, baik sifat maupun aturanaturannya ;

b. Tempat dan tanggal perkumpulan didirikan atau persidangan diadakan ;

c. Nama orang yang bertangguing jawab, kepengurusan dan anggotaanggotanya ;

d. Sumpah bahwa perkumpulan atau persidangan yang bersangkutan itu sekali-


kali bukan pergerakan politik.

Dengan berlakunya Undang-undang ini, maka di beberapa daerah banyak koperasi


lama yang harus menghentikan usahanya dan tidak boleh bekerja lagi sebelum mendapat
izin baru dari”Scuchokan”. Undang-undang ini pada hakekatnya bermaksud mengawasi
perkumpulan-perkumpulan dari segi kepolisian (Team UGM 1984:139 – 140 pada
Mangusdi 1990).

Perkembangan Pemerintahan pendudukan bala tentara Jepang dikarenakan masalah


ekonomi yang semakin sulit memerlukan peran “Kumiai” (koperasi). Pemerintah pada
waktu itu melalui kebijaksanaan dari atas menganjurkan berdirinya “Kumiai” di desa-
desa yang tujuannya untuk melakukan kegiatan distribusi barang yang jumlahnya

5
semakin hari semakin kurang karena situasi perang dan tekanan ekonomi Internasional
(misalnya gula pasir, minyak tanah, beras, rokok dan sebagainya). Di lain pihak
Pemerintah pendudukan bala tentara Jepang memerlukan barang-barang yang dinilai
penting untuk dikirim ke Jepang (misalnya biji jarak, hasil-hasil bumi yang lain, besi tua
dan sebagainya) yang untuk itu masyarakat agar menyetorkannya melalui “Kumiai”.
Kumiai (koperasi) dijadikan alat kebijaksanaan dari Pemerintah bala tentara Jepang
sejalan dengan kepentingannya. Peranan koperasi sebagaimana dilaksanakan pada zaman
Pemerintahan pendudukan bala tentara Jepang tersebut sangat merugikan bagi para
anggota dan masyarakat pada umumnya.

IV) Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada Kurun Waktu Mempertahankan


Kemerdekaan (1945-1949)
Dalam suasana perang, sambil bertempur mempertahankn kemerdekaan, pemerintah
RI dapat membenahi diri sehingga seluruh tugas-tugas pemerintahan dapat berjalan
sebagaimana mestinya termasuk juga tugas-tugas yang diemban jawatan koperasi.
Keinginan dan semangat untuk berkoperasi yang semula hancur akibat politik Devide
et Impera (pecah belah) pada masa kolonial Belanda dan dilanjutkan oleh sistem
“kumiai” pada zaman penjajahan Jepang, mulai timbul kembali sejalan dan sesemarak
dengan bergeloranya “semangat dan nilai-nilai perjuangan 45”, rakyat bahu membahu
dengan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi sehubungan dengan
tindakan-tindakan pengacauan pihak Belanda, yang dalam hal ini peranan koperasilah
yang menentukan. Mengenai peranan koperasi ini dituangkan secara jelas di dalam pasal
33 UUD 1945 yang pada dasarnya menetapkan koperasi sebagai soko guru
perekonomian Indonesia.
Oleh karena itu agar pengembangan koperasi sejalan dengan dan memenuhi jiwa
pasal 33 UUD ’45 tersebut, pada bulan desember 1946 oleh pemerintah RI telah
diadakan reorganisasi Jawatan Koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri, yang sejak saat
tersebut instansi koperasi dan perdagangan di pisah menjadi instansi yang berdiri
sendiri-sendiri, yaitu jawatan koperasi dengan tugas-tugas mengurus dan menangani

6
pembinaan gerakan koperasi, dan jawatan perdagangan dengan tugas-tugas mengurus
dan menangani bimbingan perdagangan.
Perang sengit melawan kolonial yang berlangsung hingga tahun 1949 menyulitkan
perkembangan gerakan koperasi. Tetapi ketika Belanda melakukan blokade, yang
menyebabkan banyak barang kebutuhan rakyat di daerah kekuasaan pemerintah
Republik Indonesia sangat sulit dicari dan terbatas, antusiasme berkoperasi muncul
kembali. Koperasi-koperasi kemudian mengambil peran sebagai distributor barang-
barang kebutuhan rakyat.
Dengan perkembangan terakhir ini banyak para pemimpin partai ingin secepatnya
mewujudkan kehendak pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Sehingga makin banyak
organisasi-organisasi, termasuk BTI dan PNI yang turut mendukung dan membentuk
koperasi.
Akhir tahun 1946 jumlah koperasi yang didirikan melonjak cepat. Di Pulau Jawa saja
tercatat ada 2500 perkumpulan koperasi yang diawasi pemerintah. Menjamurnya
koperasi ketika itu memancing kaum partai untuk memanfaatkan keberadaan mereka
demi tujuan partai. Dan banyak koperasi yang kemudiaan diperalat oleh para pimpinan
partai itu. Ini berarti secara sadar telah melanggar prinsip-prinsip berkoperasi.
Berbagai upaya dilakukan oleh para pemimpin gerakan koperasi untuk meluruskan
keadaan yang menyesatkan itu. Pada akhir tahun 1946 itu gerakan koperasi Jawa Barat
sepakat mengadakan konperensi. Pelaksanaan konperensi yang berlangsung di Ciparay
itu berhasil membentuk ”Pusat Koperasi Primer”. Organisasi ini ditugaskan untuk:
1) Mengkoordinir gerakan koperasi yang ada di seluruh Jawa Barat.
2) Mendorong terbentuknya koperasi-koperasi di seluruh Jawa Barat.
3) Secepat-cepatnya mendorong terselenggaranya Kongres Koperasi Seluruh
Indonesia.
Pergerakan koperasi di RI telah berhasil mewujudkan tiga kegiatan yang penting yang
selalu akan tercatat dalam sejarah peergerakan koperasi di Negara kita yaitu:
1) Koperasi desa
Di dalam koperasi ini para petani hendaknya bergabung agar tercapai
peningkatan pendapatan, dengan ini maka petani dapat memenuhi kebutuhannya,

7
baik itu untuk memproduksi maupun keperluan hidup sehingga tercapailah
peningkatan kesejahteraan hidupnya. Tugas koperasi desa tidak hanya pada satu
bidang tetapi juga meliputi meningkatkan produksi, membimbing pengelolaan hasil
produksi, pemasaran hasil produksi secara terpadu, mengusahakan kredit untuk
memperlancar usaha tani dan lain sebagainya.
Pemula gagasan ini adalah Sir Horace Plunkett (Inggris) yang berhasil
dikembangkan di India. Beliau berpendapat “Dengan koperasi desa akan tercapai
pertanian yang lebih baik, usaha perdagangan yang lebih baik dan kehidupan yang
lebih baik” (better farming, better business and better living).

2) Koperasi adalah alat pembangunan ekonomi


Atas dasar keputusan Konperensi Ciparay, Pusat Koperasi Priangan
mengambil prakarsa untuk menyelenggarakan Kongres Koperasi Seluruh
Indonesia.
Pada tanggal 11 Juli sampai 14 juli 1947, gerakan koperasi Indonesia dalam
alam kemerdekaan telah menyelenggarakan kongresnya yang pertama di
Tasikmalaya. Gerakan koperasi Indonesia merupakan alat perjuangan di bidang
ekonomi dan pembangunan untuk mencapai cita-cita kemerdekaan yaitu
terbangunnya masyarakat yang adil dan makmur yang menyeluruh. Keputusan-
keputusan yang lainnya adalah:
(1) Terwujudnya kesepakatan untuk mendirikan SOKRI (Sentral Organisasi
Koperasi Rakyat Indonesia)
(2) Ditetapkannnya asas koperasi Indonesia “berdasar atas kekeluargaan dan
gotong royong”.
(3) Ditetapkannnya tanggal 12 Juli sebagai “hari koperasi Indonesia”.
(4) Diperluasnya pengertian dan pendidikan tentaang perkoperasian, agar para
anggotanya dapat lebih loyal terhadap koperasinya.
Akan tetapi, karena pada masa itu bangsa Indonesia masih disibukkan oleh
perjuangan mempertahankan kemerdekaannya, maka peranan SOKRI untuk
mempersatukan seluruh koperasi di tanah air belum dapat berjalan mulus.

8
3) Peraturan koperasi tahun 1949 nomor 179
Pemerintah Republik Indonesia meninjau kembali peraturan perkoperasian
peninggalan kaum colonial yang tidak cocok lagi dengan bangsa Indonesia.
Termasuk diantaranya Undang-undang/Peraturan Koperasi tahun 1927 No.91 dan
menggantinya dengan Peraturan Koperasi tahun 1949 No.179. Dalam peraturan
koperasi ini jelas dinyatakan bahwa “ koperasi merupakan perkumpulan orang-orang
atau badan-badan hukum Indonesia yang memberi kebebasan kepada setiap orang
atas dasar persamaan untuk menjadi anggota dan atau menyatakan berhenti, maksud
utama mereka dalam wadah koperasi ini yaitu memajukan tingkat kesejahteraan
lahiriah para anggotanya dengan melakukan usaha-usaha bersama di bidang
perdagangan, usaha kerajinan, pembelian/pengadaan barang-barang keperluaan
anggota, tanggung menanggung kerugian yang dideritanya, pemberian pinjaman,
pembenukan koperasi harus diperkuat dengan akta dan harus didaftarkan serta
diumumkan menurut cara-cara yang telah ditentukan pemerintah.

V) Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi pada kurun waktu ( 1950 - 1965)


Pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara Republik Indonesia Serikat resmi dibubarkan
dan diganti dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Seiring dengan disatukannya
kembali Negara-negara bagian ke dalam wadah kesatuan RI, jawatan-jawatan koperasi
di Negara-negara bagian tersebut dibubarkan pula dan selanjutnya digabungkan dalam
satu bentuk organisasi jawatan koperasi yang bernaung dalam Negara RI, segala
sesuatunya diseragamkan dan disesuaikan dengan semangat dan nilai-nilai perjuangan
1945, semangat Pancasila dan semangat UUD 1945.
Pada kurun waktu tesebut, sementara koperasi tengah mengadakan penyempurnaan
di dalam, situasi dalam negeri berubah di mana persatuan dan kekeluargaan antara
sesama rakyat Indonesia secara lambat tengah dibawa kearah keretakan yang
dikarenakan sistem liberalisme. Sistem ini sangat mengabaikan cara-cara musyawarah
dan mufakat, merusak terjalinnya persatuan antara sesama warga Negara, liberalisme
menimbulkan pengkotak-kotakan dalam masyarakat yang masing-masing menggunakan

9
cara mutlak-mutlakan dalam mewujudkan segala sesuatu yang menjadi cita-citanya. Jadi
liberalisme sangat bertentangan dengan gotong royong dan kekeluargaan yang menjadi
kepribadian bangsa kita. Liberalisme, tekanan dan pengaruhnya terasa sekali terhadap
perkeporasian, antara lain:
1) Sering terjadi pergantian kabinet, dengan sendirinya garis kebijakan dan program-
program kementrian yang menangani urusan koperai pun selalu berubah-ubah.
2) Keanggotaan koperasi yang tidak mengenal perbedaan golongan, aliran, suku, agama
menjadi terpengaruh oleh tindakan para pemimpin gerakan-gerakan politik.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai koperasi dalam kurun waktu 1950-1958 yaitu:
kemajuan dalam bidang pendidikan koperasi (peningkatan refreshing courses bagi para
karyawan jawatan koperasi dan pergerakan koperasi, petugas-petugas melakukan
pendidikan di luar negeri) serta perkembangan fisik koperasi (baik secara kuantitas dan
kualitas).
Akibat liberalisme yang akarnya makin hari makin kuat, sehingga Presiden Soekarno
mengeluarkan dekrit (5 Juli 1959) untuk kembali ke Undang-Undang Dasar 1945. Ini
mendapatkan sambutan yang hangat dari rakyat Indonesia karena sejalan dengan
kepribadian bangsa, yang mana Pancasila merupakan dasar dari segala ketentuan yang
terdapat dalam UUD 1945. Musyawarah dan mufakat akan diutamakan kembali sehingga
persatuan dan kesatuan bangsa terjamin degan baik. Tetapi sangat disayangkan
demokrasi terpimpin dan ekonomi terpimpin yang seharusnya terpimpin oleh Pancasila,
pengertiannya berubah menjadi terpimpin oleh garis-garis pemikiran pribadi Bung
Karno, yang mengakibatkan diktatorisme ataupun otokrasi.
Khusus bagi gerakan koperasi hal ini berarti penyelewengan yang jauh dari jiwa
koperasi, urusan intern perkumpulan koperasi semakin banyak dicampuri pemerintah,
kebebasan koperasi untuk mengambil keputusan menjadi sangat terbatas.

10
Kongres Koperasi II
Terdapat beberapa sebab yang mendorong diadakannya Kongres Koperasi II, antara
lain:
1) SOKRI yang merupakan hasil Kongres Koperasi I tidak mampu melaksanakan
fungsinya dengan baik. Sehingga tidak terwujud kesatuan pandangan tentang
bentuk organisasi, dasar atau tujuan koperasi.
2) Adanya anggapan oleh sementara kalangan gerakan koperasi bahwa peraturan
perkoperasian yang ada sudah tidak relevan lagi. Peraturan perkoperasian
dimaksud adalah Undang-undang No. 179/1949 yang dianggap tidak sesuai lagi
dengan alam kemerdekaan.
Pada tanggal 15 – 17 Juli 1953 terwujudlah pelaksanaan Kongres Besar Koperasi
Seluruh Indonesia II di Bandung. Kongres dihadiri sekitar 2000-an orang utusan
yang datang mewakili 83 pusat-pusat koperasi dari seluruh Indonesia. Akan tetapi di
antara utusan-utusan itu ada pula yang hanya mewakili organisasi koperasi yang
masih berbentuk panitia.
Di dalam kongres itu beberapa orang Pejabat Pemerintah dan para tokoh gerakan
koperasi turut aktif memberikan prasaran mereka, antara lain:
1) Prof. Dr. Sumitro Djojohardikusumo (Menteri Perekonomian) tentang ”Fungsi
Koperasi dalam proses pengembangan ekonomi”.
2) Iskandar Tejasukmana (Menteri Perburuhan) tentang ”Perumahan Rakyat”
3) R. Moh. Abiyah Hadiwinoto (GKBI) tentang ”Undang-undang Koperasi”.
4) Roesli Rahim (Kepala Koperasi Pusat) tentang ”Pendidikan dan Penerangan
Koperasi”.
5) R.S. Soeria Atmadja (Kepala Direktorat Perekonomian Rakyat) tentang
”Perluasan Tugas Gerakan Koperasi di Indonesia”.
Berdasarkan prasaran-prasaran tersebut di atas serta pendapat para peserta
Kongres, maka Kongres Besar Koperasi Seluruh Indonesia ke II mengambil
keputusan sebagai berikut:
1) Ke dalam

11
(1) Menyetujui pokok-pokok prasaran Prof. Dr. Sumitro, Iskandar Tejasukmana,
R. Moh. Abiyah Hadiwinoto, Roesli Rahim dan R.S. Soeria Atmaja.
(2) Mendirikan sebuah badan pemusatan pimpinan koperasi untuk seluruh
Indonesia yang dinamakan ”Dewan Koperasi Indonesia”.
(3) Mewajibkan ”Dewan Koperasi Indonesia” membentuk sebuah lembaga
pendidikan koperasi untuk mendidik para anggota, pemimpin, pegawai
koperasi serta mendirikan sekolah menengah koperasi di tiap-tiap propinsi.
(4) Mengeluarkan harian, majalah, brosur, buku pelajaran koperasi.
(5) Membentuk sebuah panitia yang akan memberi saran-saran kepada pemerintah
mengenai Undang-undang Koperasi.
(6) Mengusahakan kemudahan pemberian badan hukum.
(7) Mengangkat Bung Hatta (Drs. H. Moh. Hatta) sebagai Bapak Koperasi
Indonesia.
(8) Memilih Dewan Pimpinan Koperasi Republik Indonesia.
2) Ke luar
(1) Mendesak kepada Pemerintah Republik Indonesia supaya:
• Melaksanakan perubahan dasar ekonomi dengan menggunakan koperasi
sebagai sistem dan alat utama untuk mencapai kemakmuran rakyat bersama,
sesuai dengan maksud pasal 38 UUD Sementara RI.
• Koperasi dijadikan mata pelajaran pada sekolah lanjutan, dan menanam benih
perkoperasian pada Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar).
• Segera mengadakan undang-undang koperasi yang berdasarkan pasal 38
Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia.
• Menambah anggaran belanja negara bagi kemakmuran rakyat terutama di luar
Pulau Jawa/Madura.
• Menyempurnakan susunan Jawatan Koperasi.
• Rencana pembangunan rumah rakyat diundangkan serta menunjuk Gerakan
Koperasi sebagai penyelenggaraan pembangunan rumah-rumah rakyat.
• Penyelenggaraan pembelian padi hanya diserahkan kepada organisasi
koperasi.

12
(2) Menganjurkan kepada guru-guru supaya di sekolahnya masing-masing
mendidik murid-murid menabung secara teratur.

a. Peraturan Pemerintah (PP) no. 60 tahun 1959


Merupakan peraturan peralihan sebelum dicabutnya UU koperasi tahun 1958
no 79. untuk merumuskan pola perkoperasian sehubungan dengan PP no. 60 tahun
1959, yang menetapkan antara lain:
(1) Koperasi berfungsi sebagai alat untuk melaksanakan ekonomi terpimpin.
(2) Menjadikan Manipol sebagai landasan Idiil koperasi.
Maka pada tanggal 25-28 mei 1960 di Jakarta telah diadakan musyawarah
kerja koperasi yang telah diputuskan beberapa diktum yang berciri pada pola pikir
Bung Karno yaitu:
(1) Menjadikan manipol USDEK sebagai landasan idiil koperasi,sehingga
segala tindakan koperasi mengikuti garis yang dikehendaki Bung Karno.
(2) Pelaksanaan ekonomi terpimpin merupakan fungsi koperasi yang berarti
perkoperasian dikuasai secara ketat oleh pemerintahan.

b. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1960


Sehubungan dengan instruksi Presiden ini, untuk mempercepat
perkembangan koperasi, telah dibentuk BAPENGKOP (Badan Penggerak
Koperasi) beranggotakan petugas pemerintahan. Pemerintah menjadikannnya
sebagai penyalur bahan-bahan pokok dengan harga yang jauh lebih rendah dari
harga pasar, akan tetapi hal ini dapat mematikan inisiatif koperasi, juga tidak
membawa perbaikan terhadap mentalitas koperasi, dan dapat menimbulkan
penyelewengan penyelewengan dalam tubuh koperasi.

c. Instruksi presiden Nomor 3 tahun 1960


Satu-satunya yang benar-benarnya bermanfaat bagi perkembangan koperasi
pada masa itu ialah tentang peningkatan pendidikan koperasi. Kegiatan ini dapat

13
menciptakan insan-insan koperasi yang bermental tinggi, jujur, terampil, giat dan
bergairah kerja untuk meningkatkan usaha koperasi.

d. Musyawarah nasional koperasi ke-1 (MUNASKOP I)


Dilaksanakan di Surabaya pada tanggal 21 april 1961 dengan tujuan untuk
lebih menyempurnakan dan atau mensejalankan perkoperasian nasional dengan
garis-garis ekonomi terpimpinnya Bung Karno. Adapun Munaskop dalam
sidangnya kemudian menghasilkan beberapa keputusan, antara lain meliputi:
(1) Peranan Koperasi Indonesia
(2) Organisasi gerakan serta program koperasi Indonesia
Dewan Koperasi Indonesia yang berdiri sejak tahun 1953 dibubarkan dan
diganti dengan kesatuan Organisasi Koperasi (KOKSI). Intervensi intensif
pemerintah atas perkoperasian nasional dapat dilihat melalui susunan organisasi
KOKSI yang diatur Keputusan Presiden No.226 Tahun 1961, yaitu:
(1) Gubernur ditunjuk sebagai Ketua KOKSI Daerah Tingkat I. Bupati/Walikota
sebagai Ketua KOKSI Daerah Tingkat II. Mereka ini bertanggung jawab
terintegrasinya gerakan koperasi nasional terhadap kebijakan pemerintah.
(2) Pada tingkat pusat dibentuk Dewan Nasional dan keanggotaan Dewan
Pimpinan diatur sebagai gabungan antara unsur-unsur pemerintah, tenaga-
tenaga ahli, gerakan koperasi dan wakil Daerah Tingkat I yang diangkat
pemerintah.
e. Musyawarah Nasional Koperasi ke-2 (MUNASKOP II)
Bertempat di Jakarta pada bulan Agustus 1965, ternyata MUNASKOP II lebih
menghancurkan ideologi koperasi Indonesia yang murni. Bung Karno juga
mensahkan UU koperasi nomor 14 tahun 1965 dengan pengertian koperasi
“merupakan organisasi ekonomi dan alat revolusi yang berfungsi sebagai tempat
pesemaian insan masyarakat serta wahana menuju sosialisasi Indonesia berdasarkan
Pancasila”. Hal ini sangat membatasi gerak serta pelaksanaan strategi dasar
perekonomian.

14
Munaskop II ini dalam sidangnya mengesahkan sebuah kiputusan yang cukup
kontroversial, seperti adanya sebuah pernyataan tentang Bung Karno yang
ditetapkan sebagai Bapak Koperasi, Pimpinan Tertinggi Gerakan Koperasi
Indonesi, dan di samping itu beberapa keputusan lainnya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Haluan Gerakan Koperasi Indonesia, antara lain:
(1) Landasan idiil Pancasila
(2) Lima Azimat Revolusi Indonesia (Nasakom, Pancasila, Manipol, Trisakti
Tavip, Berdikari), Dekon dan ketetapan-ketetapan MPRS
(3) Amanat dan tulisan PJM Presiden/BPR Bung Karno

2) Bidang produksi, antara lain:


(1) Peningkatan produksi dan mutu (menurut Manipol dan Dekon): seluruh
mata rantai produksi sudah dikuasai/diatur oleh Koperasi Produksi
sebagai organisasi produsen di bawah pengawasan/bimbingan
Pemerintah.
(2) Pembiayaan pada prinsipnya secara swadaya dan swasembada, tapi jika
perlu juga diperoleh dari pemerintah dan swasta progresif revolusioner
atas petunjuk pejabat.
3) Bidang distribusi, antara lain:
(1) Soko guru revolusi (buruh, tani, nelayan, produsen)
(2) Angkatan Bersenjata/fungsional, pegawai negeri dan pensiun
(3) Pegawai badan/lembaga kenegaraan dan perusahaan negara
(4) Golongan ekonomi lemah lainnya
4) Organisasi, antara lain memuat:
(1) Penjenisan Koperasi Produksi, Koperasi Konsumsi dan Koperasi Jasa.
(2) Daerah Kerja Jasa.
(3) Tingkat-tingkat Organisasi.
(4) Alat Perlengkapan Organisasi.
(5) Pembinaan Organisasi.

15
(6) Pendidikan
(7) Hubungan dengan Orpol/Ormas.
(8) Gerakan Koperasi Indonesia perlu segera dibentuk dengan struktur,
aktivitas dan pimpinan yang mencerminkan kegotong-royongan nasional
progresif revolusioner berporoskan Nasakom.
(9) Pimpinan Gerakan Koperasi Indonesia.
(10) Lambang dan lagu akan segera disayembarakan.
5) Rencana kerja 4 tahun: dalam rencana kerja 4 tahun ini mencakup realisasi
Undang-undang Nomor.14/1965, pasal 24 ayat 1 mengenai Gerakan Koperasi
Indonesia dan Pembubaran KOKSI, inventarisasi peningkatan pembinaan
perkumpulan koperasi sesuai Undang-undang Nomor.14/1965, meningkatkan
jumlah kader koperasi, penyebaran idiologi koperasi melalui mass media,
mengadakan sensus koperasi dan menyelenggarakan Konperensi Asia Afrika.
VI) Perkembangan Koperasi pada Masa Pemerintahan Orde Baru dan Reformasi
Runtuhnya pemerintahan rezim Soekarno berawal dari timbulnya pemberontakan
yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Pemberontakan yang kita kenal
dengan sebutan G 30 S/PKI merupakan pemicu atas runtuhnya rezim Orde Lama yang
dipimpin oleh Ir. Soekarno. Memang amatlah tragis sejarah hitam politik termasuk
sejarah hitam kehidupan perkoperasian nasional mencoreng muka kemerdekaan dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diyakini kebenarannya.
Seiring dengan keruntuhan pemerintahan orde lama dibawah kepemimpinan
Soekarno yang telah bertindak jauh ke luar dari ketentuan-ketentuan UUD 1945 dan
Pancasila, maka terbentuklah pemerintahan orde baru di bawah pimpinan Soeharto yang
melakukan pembersihan-pembersihan di seluruh tubuh pemerintahan dan badan-badan
kemasyarakatan. Tampilnya Orde Baru dalam memimpin negeri ini membuka peluang
dan cakrawala baru bagi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan perkoperasian
nasional.
Tentang Undang-Undang Koperasi yang baru yaitu Undang-undang nomor 12 tahun
1967 (tentang pokok-pokok perkoperasian) telah disahkan oleh Presiden pada tanggal
18 Desember 1967 dan berlaku sampai sekarang. Dengan adanya UU koperasi yang baru

16
ini maka terpenuhilah keinginan masyarakat khususnya para pecinta koperasi untuk
memiliki landasan pokok untuk mengatur perkoperasian yang sesuai dengan jiwa dan
semangat orde baru, berdasarkan Pancasila serta undang-undang Dasar 1945, terutama
pasal 33 ayat 1.
Sejak saat Jenderal Soeharto efektif memegang kendali kekuasaan pemerintahan
sesuai dengan SUPERSEMAR (Surat Perintah 11 Maret 1966), perbaikan demi
perbaikan mulai dilakukan. Tanpa terkecuali bidang perkoperasian untuk dikembalikan
sesuai denga fungsinya yang sesungguhnya.
Pada tahun 1966 ini pula pemerintah telah mengatur bidang perkoperasian nasional,
dimana urusan pengembangan/pembinaan dialihkan kepada Kementerian Perdagangan
melalui Departemen Koperasi, yang langsung meluruskan kekeliruan yang terjadi di
zaman Orde Lama, yaitu meletakkan asas-asas Sendi Dasar Koperasi sesuai dengan
keberadaannya. Oleh karena itu dikeluarkan Surat Edaran No.1 dan No.2 tahun 1966
oleh Deputi Mentri Perdagangan yang membawahi Departemen Koperasi di lingkungan
Kementerian Perdagangan, yang mengatur bahwa: koperasi harus bekerja berdasarkan
asas dan sendi dasar yang sebenarnya, koperasi sebagai alat demokrasi ekonomi harus
menegakkan asas demokrasi dengan kekuasaan tertinggi pada Rapat Anggota, dan
seterusnya. Landasan-landasan Koperasi, yaitu antara lain:
a. Landasn Idiil: Pancasila
b. Landasan Struktural dan Landasan Gerak: UUD 1945 dan Pasal 33 ayat (1)
UUD 1945 serta penjelasannya
c. Landasan mental koperasi Indonesia: setia kawan dan kesadaran berpribadi
Fungsi koperasi, antara lain:
a. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat.
b. Alat pendemokrasian nasional.
c. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia.
d. Alat pembinaan insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi
bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tatalaksana perekonomian
rakyat.

17
Asas koperasi adalah kekeluargaan dan kegotongroyongan. Sendi-sendi Dasar Koperasi,
yaitu:
a. Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara
Indonesia.
b. Rapat anggota merupakan kekuasaan yang tertinggi sebagai pencerminan
demokrasi dalam koperasi.
c. Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota.
d. Adanya pembatasan bunga atas modal.
e. Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
f. Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka.
g. Swadaya,swakerta, dan swasembada sebagai pencerminan dari prinsip dasar,
yaitu percaya pada diri sendiri.
Masalah-masalah yang dihadapi koperasi pada masa ini, antara lain:
a. Masalah manajemen
b. Masalah modal dan pemupukan modal
c. Masalah pemasaran dan peningkatan produk
Pada jaman kemerdekaan sampai sekarang telah dikeluarkan UU koperasi, yaitu sebagai
berikut:
a. Peraturan koperasi No.179 tahun 1949
b. UU koperasi No.79 tahun 1958 tentang perkumpulan koperasi
c. PP No.60 tahun 1959 tentang perkembangan gerakan koperasi
d. UU koperasi No.14 tahun 1965
e. UU koperasi No.12 tahun 1967 tentang pokok-pokok perkoperasian
f. UU koperasi No.25 tahun 1992 tentang perkoperasian

VII) Perkembangan Logo Koperasi


Pada 2012, logo koperasi yang akrab kita lihat, yakni pohon beringin hasil kongres
Tasikmalaya 1947, diubah oleh Menteri Koperasi.

18
Dalam Permen No. 02/Per/M.KUKM/IV/2012, tujuan perubahan itu untuk
meningkatkan citra dan kepercayaan masyarakat pada koperasi. Logo besutan Menteri Syarif
Hasan itu berupa bunga teratai dengan warna dominan hijau.
Selepas tiga tahun, Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) menganulir penggunaan
bunga teratai versi pemerintah. Surat bernomor SKEP/03/Dekopin-E/I/2015 menyatakan
bahwa melalui Munas Dekopin 2014 gerakan koperasi kembali kepada logo pohon beringin.
Maju mundur perubahan logo itu memberi sinyal: gerakan koperasi gamang
mendefinisikan diri. Satu sisi ada aspirasi tentang perubahan yang harus dilakukan agar
adaptif dengan zaman. Di sisi lain, ada romantisisme sejarah koperasi yang harus
dipertahankan.

Arti Lambang Koperasi tahun 1947 – 2012 dan 2015 – sekarang :


1). Rantai melambangkan kokohnya persahabatan.jadi manusia yang berkoperasi adalah
masyarakat yang suka bersahabat.cinta akan persahabatan dan tidak mudah goyah
ataupun putus.Semua anggota saling terikat dan bersahabat dengan erat untuk
menggapai tujuan bersama yaitu kemakmuran bagi seluruh anggota koperasi.
2). Roda bergigi menggambarkan upaya keras yang di tempuh secara terus menerus
seperti roda yang berputar tidak kenal lelah walaupun kadang di bawah kadang di
atas.
3). Kapas dan Padi.Menggambarkan kemakmuran rakyat yang di usahakan oleh koperasi
Jadi tujuan koperasiadalah terwujudnya masyarakat indonesia yang makmur dan
sejahtera.Cukup sandang pangan dan papan.

19
4). Timbangan melambangkan keadilan sosial sebagai salah satu dasar koperasi jadi
setiap pengurus dan anggota koperasi haruslah adil dalam mengelola koperasi. Adil
dan tidak berat sebelah kepada seluruh anggota dan pengurus koperasi.
5). Bintang dalam perisai artinya pancasila sebagai landasan idiil koperasi Jadi pancasila
menjadi landasan dalam berkoperasi serta mengamalkan kelima sila tersebut dalam
kegiatan keseharian koperasi.Dengan demikian koperasi indonesia adalah insan yang
setia dan mengamalkan pancasila.
6). Pohon beringin menggambarkan sifat kemasyarakatan dan kepribadian masyarakat
indonesia yang kokoh berakar Artinya masyarakat indonesia yang bergerak di bidang
koperasi adalah masyarakat yang kokoh.tidak mudah goyah oleh cobaan dan
gempuran ekonomi dari luar negeri.Dan siap bersaing.
7). “Koperasi Indonesia” menandakan lambang kepribadian koperasi rakyat
indonesia.Jadi koperasi adalah sistem ekonomi indonesia yang sangat bagus dan
menjadi penggerak perekonomian indonesia
8). Warna merah putih menggambarkan sifat nasional Indonesi.Cinta tanah air dan
bangga sebagai warga negara indonesia.

Arti lambing koperasi tahun 2012 – 2015, yaitu :


1). Logo Koperasi Indonesia lama dengan bentuk gambar bunga yang memberi kesan
akan perkembangan dan kemajuan terhadap perkoperasian di Indonesia, mengandung
arti bahwa Koperasi Indonesia harus selalu berkembang, cemerlang, berwawasan,
variatif, inovatif sekaligus produktif dalam kegiatannya serta berwawasan dan
berorientasi pada keunggulan dan teknologi;
2). Logo Koperasi Indonesia dalam bentuk gambar 4 sudut pandang mengambarkan arah
mata angin yang mempunyai maksud Koperasi harus:
-Sebagai gerakan koperasi di Indonesia untuk menyalurkan aspirasi;
-Sebagai dasar perekonomian nasional yang bersifat kerakyatan
-Sebagai penjunjung tinggi prinsip nilai kebersamaan, kemandirian, keadilan dan
demokrasi;
-Selalu menuju pada keunggulan dalam persaingan global.

20
3). Lambang Koperasi dalam bentuk tulisan Koperasi Indonesia memberi kesan dinamis
modern, menyiratkan kemajuan untuk terus berkembang serta mengikuti kemajuan
zaman yang bercermin pada perekonomian yang bersemangat tinggi,
4). Tulisan Koperasi Indonesia yang berkesinambungan sejajar rapi mengandung makna
adanya ikatan yang kuat, baik di dalam lingkungan internal Koperasi Indonesia maupun
antara Koperasi Indonesia dan para anggotanya;
5). Lambang Koperasi Indonesia yang berwarna Pastel memberi kesan kalem sekaligus
berwibawa, selain Koperasi Indonesia bergerak pada sektor perekonomian, warna pastel
melambangkan adanya suatu keinginan, ketabahan, kemauan dan kemajuan serta
mempunyai kepribadian yang kuat akan suatu hal terhadap peningkatan rasa bangga dan
percaya diri yang tinggi terhadap pelaku ekonomi lainnya;
6). Lambang Koperasi Indonesia menggambarkan falsafah hidup berkoperasi yang memuat:
Tulisan : Koperasi Indonesia yang merupakan identitas lambang;
7). Gambar : 4 kuncup bunga yang saling bertaut dihubungkan bentuk sebuah lingkaran
yang menghubungkan satu kuncup dengan kuncup lainnya, menggambarkan seluruh
pemangku kepentingan saling bekerja sama secara terpadu dan berkoordinasi secara
harmonis dalam membangun Koperasi Indonesia

21
DAFTAR PUSTAKA
H. Mangusdi. 1990. PENELITIAN TENTANG SEJARAH PENDIRIAN KOPERASI DI
INDONESIA. Jakarta; Badan Penelitian dan Pengembangan Koperasi Indonesia
Jakarta.
Hatta, Mohammad. 1971. MEMBANGUN KOPERASI DAN KOPERASI MEMBANGUN.
Jakarta; Kompas.
Hendar. 2010. Manajemen Perusahaan Koperasi. Jakarta; Penerbit Erlangga.
Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia
Nomor 1 /Per/M.Kukm/Ii/2015 Tentang Perubahan Lambang/Logo Gerakan
Koperasi Indonesia. http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/bn/2015/bn274-
2015.pdf (diakses pada 12 Februari 2018)

22

Anda mungkin juga menyukai